INDONESIA
Oleh :
Muhammad Abdu Harahap
FaktorFaktor
Terjadinya
Lahan Kritis
Cakup
an
Materi
Lahan Kritis
Indonesia
Penanggulan
gan Lahan
Kritis
PENDAHULUA
N
5W+1H Lahan Kritis
Indonesia??
Lahan-lahan Kritis
di Indonesia
cenderung makin
luas Statistik
Kehutanan (2013)
Lahan Kritis
Dalam Dasawarsa
terakhir (INDONESIA)
menghadapi kenyataan
bahwa lingkungan
hidup terindikasi
mengalami kerusakan
yang semakin
memprihatinkan
Intensitas
Bencana (Gempa
bumi, Banjir,
Kekeringan,
Longsor dll)
semakin tinggi
indikasi
lahan kritis ??
Sumber
: bpbn.org.id
Lahan adalah
lingkungan fisis dan
biotik yang
berkaitan dengan
daya dukungnya
terhadap
perikehidupan dan
kesejahteraan hidup
manusia.
Lingkungan fisis
meliputi relief
Menurut Dokuchaiev,
Tanah adalah suatu
benda fisis yang
berdimensi tiga,
terdiri dari lebar,
panjang, dan dalam,
Definisi
Simposium
Lahan Kritis
(1975)
Blaikie dan
Brookfield
(1987)
Barrow (1991)
Referensi
Sitanala Arsyad (1989)
Kemenhut
(Kepmenhut
52/Kpts-II/2001)
Puslittanak,
Kementan
(2004)
Definisi
Kondisi lahan yang terjadi karena tidak sesuainya
kemampuan lahan dengan penggunaan
lahannya, sehingga mengakibatkan kerusakan
lahan secara fisik, kimia, maupun biologis.
Lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga
lahan tersebut tidak berfungsi secara baik sesuai dengan
peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai
media tata air.
lahan yang mengalami kerusakan fisik tanah karena
berkurangnya penutupan vegetasi dan adanya gejala erosi
(ditandai dengan banyaknya alur-alur drainase/torehan)
akhirnya fungsi hidrologi dan daerah lingkungannya.
(Sumber : Barus et al 2011)
Kelas
Topografi
Sifat Lahan
Resiko Ancaman
I.
Hampir datar
II.
Lereng landai
III.
Lereng miring
Bergelombang
Mudah tererosi
IV.
Lereng miring
Dan berbukit
V.
Datar
VI.
Lereng agak
Curam
VII.
Lereng Curam
VIII.
Lereng sangat
Curam
Faktor-Faktor Terjadinya
Lahan Kritis
Penebangan
Erosi
Hutan
Tanaman
curah
hujan
intensif
Monokultur
Penggembalaan
Areal
Hewan
berlereng
curam
kenampakan
fisik permukaan
munculnya batuan di
permukaan lahan
berubahnya kenampakan
tanaman /tumbuhan
(Sumber : diitsl, 2010)
b. Vertikal
hilangnya lapisan tertentu
solum makin dangkal
sifat kimia, fisik dan biologi
berubah
(Sumber : diitsl, 2010)
Kenampakan daerah
perkebunan teh di
Cikajang,Garut (2011)
Adanya tanaman
hortikultura
Pola penggunaan lahan
yang tidak teratur
Tanah semakin kurang
subur
Erosi tinggi
(Sumber
: Elfida
, 2006)
Penanggulangan Lahan
Kritis
A.
Pergiliran
tanaman
D
B
B.Pengendalian
penggembalaan
D.Bendungan
alami kecil
E.Memperkuat
pinggir sungai
C.Reboisasi
Gambar .
E.Pengolahan
tanah menurut
garis kontur.
Referensi
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB
press
B. Barus, K. Gandasasmita, S. Tarigan, O. Rusdiana, D. Shiddiq, B.H Trisasongko, LS. Iman. 2011.
Penyusunan Kriteria Lahan Kritis. Kerjasama antara P4W, LPPM IPB dengan KLH (Laporan
akhir, tidak dipublikasi)
Barus, B, Laode S, D. Panuju, B. Trisasongko. 2011. Pengukuran dan Pemetaan lahan sawah di
Kabupaten Garut. Kerjasama P4W, LPPM IPB dengan Pemda Garut
BNPB. 2012. Data statistik kebencanaaan sd 2012. (akses web site 20 Nov 2012).
Elfida, 2006. Perrencanaan Ruang daerah lahan tambang di Bangka (tesis S2 PS PWL)
Rustiadi, E. Prastowo, B. Barus dan L. Iman, 2010. Kajian Daya dukung lingkungan di Aceh.
Kerjasama P4W,
LPPM dengan KLH - UNDP
Tarigan, S. 2010. Geoindikator erosi. Seminar Pengembangan Geoindikator untuk mendukung
Penataan Ruang. Kerjasama Kemenristek dan IPB.
Gandasasmita, K., B Sumawinata, dan B. Barus, 2008. Pengelolaan ruang Kawasan Gambut
Sejuta Hektar, di Provinsi Kalteng. Kerjasama antara Pusat Pengkajian Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah, LPPM, IPB dengan Kantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup,
Jakarta 2008
UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
10.UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
TERIMA KASIH