[TUMOR VESICA
URINARIA]
Disusun Oleh:
Bellyana Octavia Chandra - 07120110082
Pembimbing:
Dr. dr. Edwin RPL Tobing, SpU
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
: Ibu. Ru
: Wanita
: 43 tahun
: Pasirkalong RT04/01 Cibadak, Tangerang
Agama
No. Rekam Medis
: Islam
: RSUS.00-66-16-24
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, bertempat di IGD RSUS pada
tanggal 30 Juli 2015.
Keluhan Utama:
Nyeri saat berkemih sejak 1 bulan smrs.
Keluhan Lain:
Pasien mengaku muncul benjolan pada perut bagian tengah bawah sejak 2
minggu smrs. Benjolan tersebut dirasakan muncul tiba-tiba dengan ukuran
awal seperti telur kemudian bertambah besar hingga sekarang. Benjolan
tidak terasa nyeri dan terasa keras. Pasien juga mengaku adanya keputihan
sejak kurang lebih 1 bulan smrs dengan cairan berlendir warna putih susu,
kental terkadang ada bergumpal-gumpal, dan terasa gatal di daerah sekitar
kemaluan. Pasien juga merasa lemas selama 1 bulan terakhir ini dan nafsu
makan menurun. BAB terasa nyeri karena pasien memiliki riwayat
hemoroid yang keluar ketika pasien ingin BAB dan masuk kembali ketika
pasien selesai. Pasien mengaku berat badannya juga menurun yang dimana
awalnya berat pasien 60 kg dan menjadi 40 kg dalam 1 bulan ini.
sebelumnya. Pasien tidak pernah sakit hingga harus dirawat di rumah sakit.
Riwayat operasi disangkal. Riwayat alergi tidak ada.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4 M6 V5 (15)
Tanda Vital:
o Suhu tubuh
: 36,5 0C
o Tekanan darah
: 140/90 mmHg
o Denyut nadi
: 96x/min
Kepala
: normosefali
Mata
: CA+/+ ; SI-/-
THT
Leher
: pembengkakan KGB
Thorax
Paru
Jantung
Ekstrimitas
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
tepat di atas sifisis pubis berukuran panjang 19cm, lebar 16cm, keras,
immobile, batas tidak tegas, permukaan halus, nyeri (-).
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Complete Blood Count
Biochemistry
Hemoglobin
7,80 g/dL
SGOT/SGPT
9U/L; 7U/L
Hematocrit
23.50 %
Ureum
31 mg/dL
RBC
3.05 10^6/L
Creatinine
3.07 mg/dL
WBC
16.44 10^3/L
eGFR
17.6 ml/mnt
Platelet
451 10^3/L
MCV
77 fL
Natrium
134 mmol/L
MCH
25.60 pg
Kalium
2.8 mmol/L
MCHC
33.20 g/dL
Chloride
108 mmol/L
Electrolyte
Urinalisis
Macroscopic
Color
Yellow
Appearance
Cloudy
Specific Gravity
1.010
pH
6,5
Leucocyte Esterase
(3+) 500
Nitrit
Positive
Protein
(3+) 300
Glucose
Negative
Keton
Negative
Urobilinogen
0.20
Bilirubin
Negative
Occult Blood
(2+) 80
Microscopic
Erythrocyte
28
Leucocyte
Full
Epithel
(1+)
Casts
Negative
Crystal
Negative
Others
Bacteria (1+)
USG Abdomen
DIAGNOSIS
Tumor buli + anemia
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Mioma uteri
Infeksi Saluran Kemih + Vaginosis
Tumor intraabdomen suspek malignan.
V. DISKUSI
Pada anamnesis, ditemukan pasien datang dengan keluhan disuria yang
bertambah sering sejak 1 bulan yang lalu dan keputihan sejak 1 bulan smrs.
Pasien juga memiliki riwayat penurunan berat badan secara drastis dan lemas
seluruh badan. Pasien mengeluh sejak 2 minggu smrs terabra benjolan pasa
perut bagian bawah. Pada pemeriksan fisik, benjolan ditemukan pada
abdomen regio hipogastrik, tepat di atas simfisis pubis. Pasien juga memiliki
konjungtiva anemis.
fisik
dan
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Ceftriaxone 2gr IV
Ketorolac 30mg IV
Ranitidin I amp IV
Ondansentron 4mg IV
Transfusi Whole Blood 2 bag
tumor)
Postoperatif:
Pasien direncanakan untun melakukan foto CT Scan abdomen untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai temuan intraoperasi untuk lebih
menuntun penegakan diagnosis.
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Keluhan pasien dengan tumor buli adalah
kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Oleh karena keluhan tersebut
sangant tidak spesifik, maka sering sekali disebut sebagai tanda adanya infeksi di
saluran kemih dan bisa sembuh atau mengancam nyawa. Pasien kemudian menjadi
tenang. Bila pasien mengeluhkan kencing darah yang berulang atau menetap dengan
atau tanpa rasa sakit, harus dipikirkan hal itu sebagai sebuah tanda dari masalah yang
serius dan bukan sekedar infeksi biasa hingga diagnosis keganasan dapat terekslusi.
Anatomi
Vesica urinaria adalah salah satu organ penting di dalam sistem urinaria.
Vesica urinaria berbentuk seperti kantung yang terletak di dalam ruang pelvis dan
berfungsi sebagai penampung urin yang telah diproduksi oleh ginjal. Vesica Urinaria
terdiri dari beberapa lapisan, antara lain:
Otot detrusor atau muskularis propria: lapisan otot dalam yang terdiri
dari lapisan-lapisan dari otot halus yang tebal yang kemudian
membentuk lapisan dinding otot kantung kemih. Ketika menetapkan
Vesica Urinaria terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di
bagian terdalam terdapat otot longitudinal, pada bagian tengah terdapat otot sirkuler,
dan pada bagian terluat terdapat lagi otot longitudinal. Mukosa vesica urinaria terdiri
atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan
uretra posterior. Pada dasar vesica urinaria, kedua muara ureter dan meatus uretra
internum membentuk sebuah segitiga yang disebut sebagai trigonum vesica urinaria.
10
dan mengaktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini kemuan
akan memicu kontraksi otot detrusor sehingga terbukanya leher dari vesica urinaria.
Kemudia relaksasi sfingter uretra terjadi sehingga terjadilah proses miksi. Ketika
belum terdapat rangsakan pada saraf aferen, sfingter uretra akan berkontraksi untuk
menjaga agar urin tidak mengalir keluar ke uretra.
EPIDEMIOLOGI
Traktus urinari mulai dari pelvis renal ke ureter, vesica urinari dan bagian 2/3
proximal dari uretra terbuat dari epitel transisional. Karsinoma dapat terjadi dimana
saja dari bagian tersebut, yang dimana 90% paling sering akan muncul di vesica
urinaria, 8& pada pelvis renal, dan 2% pada ureter atau urethra. Karsinoma vesica
urinaria berada di posisi ke-4 dalam kanker yang paling sering terjadi di laki-laki dan
posisi ke-13 pada wanita, dimana estimasi 70,530 kasus baru dan 14,680 kasus
mortalitas di Amerika pada tahun 2010. Insiden karsinoma vesica urinaria 3 kali lebih
besar pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan 2 kali lipat lebih sering pada orang
kulit putih dibandingkan orang kulit hitam. Perkiraan median usia dimana karsinoma
vesica urinaria dapat terjadi adalah ketika seseorang berusia 65 tahun. Ketika sudah
terdiagnosis, karsinoma pada sel epitel transisional cenderung untuk muncul kembali
seiring berjalannya waktu di lokasi lain yang terlapisi oleh epitel transisional.
Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang mencapai 50% pada lakilaki dan 40% pada wanita yang terdiagnosis karsinoma vesica urinaria. Resiko dalam
terkena karsinoma vesica urinaria meningkat 2 hingga 4 kali pada perokok
dibangdingkan dengan individu yang tidak merokok dan resiko berlanjut hingga 10
tahun dari waktu seseorang berhenti merokok.
PATOFISIOLOGI
12
Risiko kanker kandung kemih primer lebih tinggi pada individu yang merokok
atau yang sering terpapar pewarna anilin atau amina aromatik lainnya atau konsumsi
berat phenacetin. Faktor genetik dari keluarga yang memiliki gen onkogen yang
mudah teraktivasi, mutasi tumor-suppresor gene TP53 dan inaktivasi gen
retinoblastoma (PRB) memiliki peranan dalam perkembangan karsinoma vesica
urinaria. Tumor vesica urinaria berasal dari sel-sel uroepithelial atau sel transisional
yang dimana sebagian besar memiliki pola pertumbuhan papiler. Ada juga tumor yang
memiliki pola pertumbuhan non-papiler, tetapi lebih jarang dibandingkan dengan pola
pertumbuhan papiler. Pola pertumbuhan tumor secara non-papilerlebih cenderung
bersifat invasive dan memiliki prognosis yang lebih buruk. Metastasis biasanya terjadi
ke kelenjar getah bening, hati, tulang, atau paru-paru. Karsinoma vesica urinaria juga
dapat terjadi secara sekunder akibat dari invasi karsinoma dari region organ lain,
seperti karsinoma prostat pada laki-laki.
Secara klinis, karsinoma vesica urinari dapat digolongkan menjadi 3 kategori,
yaitu karsinoma yang masih superficial (75%), karsinoma yang sudah menginvasi otot
(20%), dan karsinoma yang sudah metastasis (5%). Untuk menentukan stadium
karsinoma vesica urinaria yang diperhatika adalah bagaimana pola pertumbuhannya
dan sebagaimana kedalaman invasi yang sudah terjadi.
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen.
Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan
iliaka komunis. Penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
asal tumor dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam
waktu lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah
benzidine.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada karsinoma vesica urinaria tidaklah spesifik. Gelaja yang
timbul pada pasien dengan karsinoma vesica urinaria juga dapat muncul pada
penyakit lain pada trakturs urinaria, seperti infeksi saluran kemih. Gejala awal
yang muncul pada pasien dengan karsinoma vesica urinaria paling umum
adalah hematuria, dimana terdapat darah pada urin. Hematuria dapat terjadi
secara makroskopik dimana individu tersebut dapat melihat dengan mata secara
langsung adanya darah dalam urin. Sedangkan dapat juga terjadi hematuria
yang bersifat mikroskopik dimana hanya tampak pada pemeriksaan urin dengan
mikroskop. Gejala hematuria ini akan muncul secara episodik dan biasanya
dapat didampingin dengan gejala infeksi saluran kemih bawah.
Gejala-gejala penyerta yang dapat terjadi adalah gejala iritatif akibat
infeksi saluran kemih bawah antara lain, disuria atau rasa sakit dan terbakar
ketika proses miksi berlangsung, rasa tidak tuntas ketika selesai miksi
(inkontinesia), sering miksi dalam jangka waktu yang pendek (infrekuensi), dan
sering terbangun untuk miksi di malam hari (nocturia). Nyeri pada pinggang
dapat terjadi jika pertumbuhan tumor sudah mengobstruksi satu atau dua
ureterovesical junction.
Kelainan jarang ditemui pada pemeriksaan fisik abdomen karena tumor pada
vesica urinaria merupakan tumor epitel transisional yang letaknya superfisial di
dalam rongga vesica urinaria. Tumor tersebut baru dapat teraba jika sudah
menginvasi dan tumbuh keluar dari dinding vesica urinaria. Jika tumor sudah
dapat terlihat atau teraba, maka letak benjolan pada abdomen akan muncul
tepat di atas simfisi pubis oleh karena letak anatomis dari vesica urinaria.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
14
15
Pemeriksaan
juga
dapat
dilakukan
USG
jika
terdapat
di regio atas
terdapat
pada regio tersebut. Hal ini untuk mengetahui apa isi dari benjolan tersebut
dan memberikan lokasi asal benjolan tersebut. Foto toraks dapat dilakukan
jika menifestasi klinis pasien memberikan gambaran metastasis jauh ke organ
paru, dan biasanya pasien dengan keadaan ini akan datang dengan kondisi
yang sudah cukup buruk.
16
17
T0:
Ta:
Tis:
T1:
The tumor has grown from the layer of cells lining the bladder into the connective tissue
T2:
below. It has not grown into the muscle layer of the bladder.
The tumor has grown into the muscle layer.
*T2a: The tumor has grown only into the inner half of the muscle layer.
18
*T2b: The tumor has grown into the outer half of the muscle layer.
T3:
The tumor has grown through the muscle layer of the bladder and into the fatty tissue layer
that surrounds it.
*T3a: The spread to fatty tissue can only be seen by using a microscope.
*T3b: The spread to fatty tissue is large enough to be seen on imaging tests or to be seen or
felt by the surgeon.
T4:
The tumor has spread beyond the fatty tissue and into nearby organs or structures. It may be
growing into any of the following: the stroma (main tissue) of the prostate, the seminal
vesicles, uterus, vagina, pelvic wall, or abdominal wall.
*T4a: The tumor has spread to the stroma of the prostate (in men), or to the uterus and/or
vagina (in women).
*T4b: The tumor has spread to the pelvic wall or the abdominal wall.
*karsinoma vesica urinaria seringkali menyerang beberapa area dari dinding vesica
urinaria dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, jika lebih dari 1 tumor
ditemukan dalam pemeriksaan maka, huruh M ditambahkan pada stadium T yang
sudah ditetapkan.
19
N0:
N1:
The cancer has spread to a single lymph node in the true pelvis.
N2:
The cancer has spread to 2 or more lymph nodes in the true pelvis.
N3:
The cancer has spread to lymph nodes along the common iliac artery.
Kategori M Metastasis
M0:
M1:
The cancer has spread to distant parts of the body. (The most common sites are distant
lymph nodes, the bones, the lungs, and the liver).
Ta, N0,M0
Tis, N0, M0
T1, N0, M0
Stage II
T2a, N0, M0
Stage III
20
Stage IV
TATALAKSANA
Tatalaksana bergantung pada keadaa tumor vesica urinaria dan derajat atau
stadium yang sudah ditetapkan pada diagnosisnya.
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma vesica urinaria
adalah reseksi vesika urinaria transuretra atau TUR. Pada tindakan ini dapat
ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara
lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon
Dilakukan dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam
vesica urinaria melalui kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada
pemberian secara sistemik. Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan
terapi, mengurangi terjadinya rekurensi pada pasien yang sudah
dilakukan reseksi total dan terapi pada pasien dengan tumor buli
superfisial yang mana transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas
lokal sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada
pembatasan absorbsi di lumen buli. Pada apsien gross hematuri
sebaiknya menghindari cara ini karena dapat menyebabkan komplikasi
sistemik berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake
21
b. Konduit usus
Yaitu mengganti vesica urinaria dengan ileum sebagai penampung
urin, sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap
melalui sebuah stoma. Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
tidak praktis.
Urin
kemudian
dikeluarkan
melalui
stoma
dengan
22
kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal
adalah cara Kock pouch dan Indiana pouch.
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif
selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi
lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinumSiklofosfamid dan Adriamisin. Pemberian single kemoterapi agen atau
kombinasi menunjukkan respon yang baik pada pasien tumor vesica urinaria
yang sudah metastasis. Respon meningkat pada pemberian kombinasi:
methotrexate, vinblastin, cisplastin, doxorubicin, siklofosfamid.
Kontrol berkala
Semua pasien karsinome vesica urinaria harus melakukan pemeriksaan secara
berkala dan rutin. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik,
sitologi urin dan sistoskopi. Jadwal pemeriksaan berkala tersebut, antara lain:
1. Tahun pertama dilakukan setiap 3 bulan sekali.
2. Tahun kedua setiap 4 bulan sekali.
3. Tahun ketiga dan seterusnya: setiap 6 bulan.
PROGNOSIS
23
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Pasien dengan riwayat karsinoma vesica urinaria harus waspada akan
rekurensi dari tumor tersebut dengan melakukan sistoskopi berkala minimal 3 tahun
sekali. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tetapi bila muncul
kembali kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan
radioterapi dapat dipertimbangkan untuk tatalaksana berikutnya.
Survival Following Surgery for Bladder Cancer (source: Harrisons Principle
of Internal Medicine 18th edition)
DAFTAR PUSTAKA
1. W.B, Saunders. Campbells Urology sixth edition. WB Saunders Company.
Philadelphia : 1992.
2. Jewett, H. J. : Section on Neoplasms of the Bladder. Vol. 2 pp. 283-308,
Cyclopedia of Medicine, Surgery, Specialties. Philadelphia, F. A. Davis Co.,
1950.
3. McGraw-Hill Companies, Inc. Harrisons Principle of Internal Medicine. 18th
edition. United States of America. 2012.
4. Frank H. Netter, MD. Atlas of Human Anatomy. 5th edition. United States of
America. 2011
5. Purnomo,BB. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Sagung Seto. Jakarta: 2003.
6. American Cancer Society: /www.caneer.org/
24
25