Anda di halaman 1dari 51

1

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PEMRIKSAAN

PENGERTIAN PEMERIKSAAN PAJAK


Beberapa pengertian dan definisiyang perlu diketahui berkaitan dengan pemeriksaan pajak adalah
sebagai berikut :

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dang mengolah data, keterangan,


dan/atau bukti yang dilakasanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk meenguji kepatuahn pemunuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat
kegiatan usaha atau pekerja bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang
ditentukan oleh DJP.
Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan kantor DJP
Pemeriksaan pajak adalah pegawai Negeri Sipil di lingkungan DJP atau tenaga ahli yang
ditunjuk oleh DJP, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pemeriksaan.
Tanda pengenal pemeriksa pajak adalah tanda pengenal yang diterbitkan oleh DJP yang
merupakan bukti bahwa orang yang namanya tercantum pada Kartu Tanda Pengenal tersebut
sebagai pemeriksa pajak.
Surat perintah pemeriksaa adalah surat perintah utnuk melakukan pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mrngumpulkan data dan informasi keungan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan penyusunan laporan keuangan berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi untuk
periode tahun pajak.
Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya eelektronik, yang dihasilkan
oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan disimpan dalam Disket,
Compact Disk, Tape Backup, Hardisk, atau media penyimpan elektronik lainnya.
Penyegelan adalah tindakan menempalkan kertas segel dalam rangka pemeriksaan pada
tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tiddak bergerak yang digunakan
atau patut diduga digunakan sebagai tempat atau alat menyimpan buku, catatan, dokumen
termasuk data dikelola secara elektronik dan benda-benda lain, yang dapat memberi petunjuk
tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau sumber penghasilan wajib pajak yang
diperiksa.
Surat Pembritahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil pemeriksaan
yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungaan sementara
jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada WP untuk hadir dalam pembahasan akhir
hasil pemeriksaan.
Pembahasan akhir pemeriksaan ( Closing Conference ) adalah pembahasan antara WP dan
pemeriksa pajak atas temuan pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam berita acara

pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang ditanda tangani oleh kedua bela pihak dan berisi
koreksi baik yang disetujui maupun tidak disetujui.
Tim pembahas adalah tim yang dibentuk oleh DJP yang bertugas membahas perbedaan antara
pendapat WP dan pemeriksa pajak pada saat dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh pemeriksa
pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, data keterangan, dan/atau bukti yang
dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan
pelaksanaan.
Penghasilan Kena Pajak tidak dapat dihitung adalah pemeriksa pajak tidak dapat melakukan
pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur
sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan adalah laporaan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil
pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secararingkas dan jeelas sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan.
Peneriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pemeriksaan
sebelumnyaa.
Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah jangka waktu yang diberikan
kepada peeemeriksa pajak untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP
yangb dihitung sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada WP
sampai dengan tanggal penandatanganan berita acara pembahasan akhir pemeriksaan hasil
pemeriksaan.
Kuesioner pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan yang terkait
dengan pelaksanaan pemeriksan
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan utnuk mendaoat bukti
permulaaan tentang adanya dugaan yang telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN PAJAK


Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut :

UU No. 6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.16
Tahun 2009.
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Perpajakan berdasrkan UU No.6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009
PP No.80 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara pelaksanaan Hakk dan Kewajiban
Perpajakan berdasarkan berdasrkan UU No.6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007
PMK Nomor PMK-130/PMK.03/2009 Tanggal 18 Agustus 2009 Tentang Tata Cara
Pengehentian Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan untuk Kepentingan
Penerimaan Negara.
PMK Nomor PMK-201/PMK.03/2007 Tanggal 28 Pihak-Pihak yang terikat oleh kewajiban
merahasiakan.
PMK Nomor PMK-199/PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak.
PMK Nomor PMK-198/-PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Penyegalan
Dalam Rangka Pemeriksaan di Bidang Perpajakan

PMK Nomor PMK-202/PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-09/PJ/2010 Tanggal 01 Mar 2010 Tentang Standar Pemeriksaan
Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-65/PJ/2009 Tanggal 17 Des 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembuatan Jaminan Dalam Bentuk Escrow Account dan Pelunasan Pajak Berikut Sanksi
Administrasi berupa Denda,
Peraturan DJP Nomor PER-47/PJ/2009 Tanggal 1 Sep 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap WP dan Diduga Melakukan Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2009 Tanggal 24 Feb 2009 Tentang Pelaksanaan Analisis
Risiko Dalam Rangka Pemeriksaan atau Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Lebih Bayar.
Peraturan DJP Nomor PER-17/PJ/2009 Tanggal 24 Feb 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemriksaan Atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar bagi
Pengusaha Kena Pajak Dengan Risiko Sangat Rendah.
Peraturan DJP Nomor PER-19/PJ/2008 Tanggal 02 Mei 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan.
Peraturan DJP Nomor PER-20/PJ/2008 Tanggal 02 Mei 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor.
Peraturan DJP Nomor PER-48/PJ/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Tata Cara
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Peraturan DJP Nomor PER-54/PJ/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyegelan Dalam Rangka Pemeriksaan di Bidan Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-26-PJ/2008 Tanggal 18 Sep 2008 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
BPHTB.
Keputusan DJP Nomor KEP-272/PJ/2002 Tanggal 17 Mei 2002 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan Tindak Pidana
Dibidang Perpajakan.
Keputusan DJP Nomor KEP-01/PJ.7/1993 Tanggal 9 Mar 1993 Tentang Pedoman
Pemeriksaan Pajak Terhadap WP Yang Mmepunyai Hubungan Istimewa.
Surat Edaran DJP Nomor SE-83.PJ.2009 Tanggal 01 Sep 2009 Tentan Review dan
Penelaahan Sejawat.
Surat Edaran DJP Nomor SE-10/PJ.04/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Surat Edaran DJP Nomor SE-16/PJ./2009 Tanggal 21 Des 2009 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain.
Surat Edaran DJP Nommor SE-06/PJ.7/2005 Tanggal 1 Mei 2005 Tentang Sistem Informasi
Manajemen Pemeriksaan Pajak.

2
KEWENANGAN DAN KEBIJAKAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK

KEWENANGAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK


Sejak diberlakukannya Sistem Self Assesment dalam perpajakan di Indonesia mulai tahun Fiskal
1984, WP diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor
sendiri pajak-pajak yang menjadi kewajibannya. Fiskus, dalam hal ini DJP, berkewajiban untuk
memberikan pelayanan, pengawasan dan pembinaan WP, dalam rangka pelaaksanaan sistem
perpajakan tersebut diatas, sehingga WP dalam memenuhi kewajiban diupayakan agar tetap berada
pada ruang lingkup Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Didalam Pelaksanaan UU Perpajakan, fungsi pengawasan sekaligus pembinaan merupakan
konsekuensi dari pemberian keprcayaan itu kepada WP. Oleh karena itu, selain fungsi pengawasan
dan pembinaan yang harus dijalankan oleh DJP perlu juga dibarengi dengan upaya penegakan hukum,
diwujudkan dalam pengenaan sanksi dibidang Perpajakan, tujuannya untuk mencapai suuatu tingkat
keadilan yang diharapkan dalam pemungutan pajak.
Kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pajak telah diatur didalam Pasal 29 ayat 1 UU No.6
Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009, yaitu
DJP Berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Kewajiban Perpajakan dan utnuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan.
Sedangkan Pengertiaan pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24 sebagai berikut
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dengan demikian, pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap WP selain mempunyai tujuan untuk menguji tingak kepatuhan WP dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya dan juga memounyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
KEBIJAKAN UMUM PEMERIKSAAN PAJAK
a. Setiap WP mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa
Pada dasarnya semua WP baik WP Badan maupun WPOP dapat diperiksa, yang
membedakan hanya jenis pemeriksaannya.
Dengan demikian setiap WP yang akan diperiksa akan diberi skor tertentu yang
menggambarkan tingkat kepatuhannya berdasarkan variabel tersebut.
b. Setiap pemeriksaan yang dilaksanakan harus dilengkapi dengan surat perintaah
pemeriksaan yang mencantumkan tahun pajak yang diperiksa
Dalam hal WP diperiksa, WP berhak untuk menanyakan pemeriksa pajak yang memeriksa,
tanda pengenal pemeriksa yang sah dan surat perintah pemeriksan pajak yang ditanda
tangani oleh pejabat yang berwenang, misalnya oleh kepala kanto unti pelaksana
pemeriksaan pajak untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh unit kantor tersebut.
Tujuannya adalah untuk membatasi kewenangan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh kantor pusat DJP, kantor wilayah DJP, kantor
pemeriksaan dan penyidikan pajak atau KPP
Pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP pada umumnya adalah pemeriksaan sederhana,
yaitu beerupa pemeriksaan sederhana kantor ataupun pemeriksaan sederhana lapangan

sedangkan pemeriksaan yang dilaksanakan selai oleh KPP, pada dasarnya pemeriksaan
lengkap.
d. Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun pajak yang sama tidak diperkenankan,
kecuali seperti berikut
1) Terdapat indikasi bahwa WP diduga telah atau sedang melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan.
2) Terdapat data baru dan atau data semula belum terungkap, mengakibatkan
penambahan jumlah pajak terhutang atau mengurangi kerugian yang dapat
dikompensasikan.
Data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan, untuk
mengitung besarnya jumlah pajak terutang yang oleh WP belum diberitahukkan pada
waktu penetapan pajak semula, bai dalam SPT beserta lampirannya maupun dalam
pembukuan WP yang diserahkan/dipinjamkan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
Data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain mengenai segala
sesuatu yang diperlukan utnuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terhutang, tetapi
1) Tidak diungkap oleh WP dalam SPT beserta lampirannya, termasuk juga dalam
laporan keungannya, dan atau
2) Pada saaat pemeriksaan dilakukan untuk penetapan pajak, WP tidak
mengungkapkan data dan atau keterangan lainn dengan benar, lengap, dan terinci,
sehingga tidak memungkinkan pemeriksa untuk dapat menerangkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan secara benar dalam mengitung jumlaah
pajak yang terutang.
e. Buku-buku, catatan dan dokumen lain yang akan dipinjam dari wahib pajak dalam
pelaksanaan pemeriksaan tidak harus yang asli, dapat juga misalnya berupa fotokopi
yang sesuai dengan aslinya
Mengenai hal peeminjaman buku-buku, dan dokumen pemeriksa dan berakibat
pemeriksaan memakan waktu lebih lama, karena tidak terpenuhinya jangka waktu
penyelesaian pemeriksaan.
f. Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor pemeriksaan atau ditempat wajib pajak
Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor pelayanan pajak terhadap
satu atau beberapa jenis paja. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan sederhana kantor
Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksa yang dilakukan terhadap wajib pajak, untuk
tahun berjalan atau untuk tahun sebelumnya yang dilakukan dengan cara menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan yang lazim untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
Pemeriksaan sederhana lapangan adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap
wajib pajak utnuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak terkoordinasi antarseksi jenis
pajak tertentu oleh kepala kantor.

g. Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan terbatas


1) Pemeriksaan pelengkap harus diselesaikan daalam waktu dua bulan terhitung sejak
surat pemeriksaan pajak yang diterima oleh wajib pajak dan daapat diperpanjang
hanya paling lama enam bulan.

2) Pemeriksaan sederhana lapangan diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan


terhitung sejak surat pemeriksaan pajak yang diterima oleh wajib pajak, dan dapat
diperpanjang hanya paling lamma 1 bulan
3) Pemeriksaan sederhana kantor harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 minggu
terhitung sejak surat pemeriksaan pajak yang diterima oleh wajib pajak, dan dapat
diperpanjang dalam waktu 2 minggu
Apabila dalam pemeriksaan sederhana terdapat indifikasi adanya transaksi transfer
picking maka lingkup pemeriksaanya dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih dan
jangka waktu menjadi paling lama 2 tahun.
h. Dapat dilakukan perluasan pemeriksaan, baik untuk tahun sebelumnya maupun taahun
sesudahnya, yaaitu dalam hal
1) SPT tahunan wajib pajak orang pribadi dan badan menyatakan adanya kompensasi
kerugian dari tahun sebelumnya yang belum dilakukan pemeriksaan.
2) Sebab lain berdasarkan intruksi direktur pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan
pajak.
Untuk melakukan perluasan, pemeriksa terlebih dahulu harus mendapat izin dar
atasan pemerintah.
i. Setiap hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada wajib pajak secara tertulis, yaitu
mengenai hal-hal yang berbeda antara SPT wajib pajak dan hasil pemeriksaan, dan
selanjutnya untuk ditanggapi oleh wajib pajak
Berdasarkan sanggahan, pemeriksa pajak akan mengundang wajib pajak untuk melaakukan
pembahasan akhir ( closing conference )
Closing conference penting untuk diselenggarakan karena wajib pajak diberi kesempatan
untuk menanyakan segala sesuatu, misalnya
1) Meminta menjelasan tentang dasar-dasar koreksi fiskal oleh pemeriksa;
2) Sumber atau dokumen yang digunakan oleh peneriksa;
3) Menyampaikan sanggahan atau bantuan terhadap hasil pemeriksaan;
4) Menyampaikan bukti-bukti pendukung atau memberikkan tambahan penjelasan
yang diperlukan.
Dengan demikian, laporan pemeriksaan pajak yang dihasilkan dari setiap
pemeriksaan pajak yang telah selesai dilakukan menjadi sah apabila dillengkapi
dengan
1) Lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dan berita acara persetujuan
hasil pemeriksaan
2) Berita hasil acara pemeriksaan,
3) Berita acara tidak memberikan tanggapan atau berita acara ketidakhadiran wajib
pajak
STANDAR PEMERIKSAAN
Standar pemeriksaan pajak meliputi pelaksanaan, dan standar pemeriksaan dan satndar pelaporan
hasil pemeriksaan
Khusus standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berlaku
ketentuan PER-09/PJ/2010
STANDAR UMUM PEMERIKSAAN
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan pemeriksa pajak dan mutu pekerjaannya.
Pemeriksaan atau kompotensi dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang :

Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai pemeriksa pajak.
Jujur dan bersih dari tindakann tercela
Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

NO.
1

3
4
5
6

8
9
10
11
12

STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang
seksama;
Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang
harus dikembangkan melalui pencocokan data,pengamatan, permintaan
keternagan. Konfirmsi, teknik sampling, dan pengujian lainnya berkenan
dengan peneriksaan;
Luas pmeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompoten yang cukup
dan berdasarkkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang teridir atas
seorang supervisor, atau lain-lain
Tim pemeriksa pajak sebagaimana diimaksud diatas dapat dibantu oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan
pemeriksa pajak,
Apabila dipelukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim
pemeriksadari instansi lain;
Pemeriksaan dapat dilaksanakan dikantor DJP
Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan diluar jam kerja
Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk kertas
Laporan hasil pemeriksaan digunakan sebaagai dasar penerbitan SKP dan
STP
Laporan hasil pemeriksaan untuk tujuan lain digunakan sebagai dasar
penerbitan surat keputusan atau sebagai bahan masukan untuk pembuatan
keputusan

TUJUAN
MEGUJI
TUJUAN
KEPATUHA
LAIN
N

STANDAR PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


NO.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


Penugasan pemeriksaan
Identitas wajib pajak
Dasar pemeriksaan
Pembukuan atau pencatatan WP
Pemenuhan kewajiban perpajakan
Data atau informasi yang tersedia
Buku dan dokumen yang dipinjam
Materi yang diperiksa
Uraian hasil pemeriksaan
Ikhtisar hasil pemeriksaan
Penghitngan pajak terutang

TUJUAN
MEGUJI
TUJUAN
KEPATUHA
LAIN
N

12

Simpulan dan usul dan pemeriksa pajak

KEWAJIBAN DAN WEWENANG PEMERIKSA


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada wajib pajak
Memberitahukan secra tertulis tentang di lakukannya pemeriksaan untuk
tujuan lain kepada wajib pajak
Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah
pemeriksaan kepada wajib pajak pada waktu melakukan pemeriksaan
Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak
Memperlihatkan surat tugas kepada wajib pajak apabila susunan tim
pemeriksaan pajak mengalami perubahan
Membuat kertas kerja pemeriksaan sebagai dasar penusunan laporan
hasil pemeriksaan
Menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib
pajak
Menberikan hak hadir kepada wajib pajak dalam rangka pembahasan
akhir hasil dalam batas waktu yang telah di tentukan
Memberikan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan
Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pebukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang di pinjam dari
wajib pajak paling lama 7 hari sejak tangal laporan hasil pemeriksaan
Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka
pemeriksaan

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

PEMERIKSAAN KANTOR
NO
2
3
4
5
6
7

9
10

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah
pemeriksaan kepada wajib pajak pada waktu pemeriksaan
Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak yang
akan diperiksa
Memperlihatkan surat tugas kepada wajib pajak yang akan diperiksa
Membuat kertas kerja pemeriksan sebagai dasar penyusunan laporan
hasil pemeriksaan
Memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan apabila wajib pajak
hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan
Melakukan pembahasan hasil akhir pemeriksaan apabila wajib pajak
hadir dalam batas waktu yang telah ditrntukan
Memberikan petunjuk kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahuntahun selanjutnya dilakukan sesuai ketentuan perundang undangan
perpajakn
Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dalam dokumen lainnya yang di pinjam dari
wajib pajak paling lama 7 hari sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan
Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

pemeriksaan

KEWENANGAN PEMERIKSA PAJAK


NO

2
3
4

5
6
7
8
9

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Melihat dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau yang tetutang pajak
Meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan lain yang berhubungan degan
permeriksaan.
Mengakses data yang dikelola secara elektronik;
Memasuki temoat atau ruang yang di duga digunakan untuk mnyimpan
buku, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau dokumen lain, yang
dapat membaeri petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh
Memasuki ruangan yang diduga digunakan untuk menyimpan dokumen
yang menjadi dasar pembukuan yang berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan
Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan
Melakukan penyegelan ttempat tertentu serta barang yang bergerak dan
tidak bergerak
Meminta keterangan lisan dan tertulis wajib pajak;dan
Meminta keterangan serta bukti yang di perlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1

3
4
5
6

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor DJP menggunakan surat
panggilan
Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, dan objek
terutang pajak;
Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna untuk
kelancaran pemeriksaan;
Meminta keterangan lisandan/atau tertulis dar wajib pajak;
Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik
melalui wajib pajak;dan
Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan waib pajak yang diperiksa melalui
kepala unit pelaksana pemeriksaan.

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN


NO

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN

Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

2
3
4
5
6
7
8

pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan;


Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan pemberitahuan
secara tertulis sehubungan dengap pemeriksaan lapangan;
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujan pemeriksaan;
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat tugas
apabila susuna tim pemeriksa pajak mengalami perubahan;
Menerima surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;
Menghadiri perubahan akhir hasil pemeriksaan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan;
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembenahan oleh tim
pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antar wajib pajak dan
pemeriksa pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;dan
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
pemeriksa pajak melalui pengisisan formulir koesioner pemeriksaan.

PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1
2
3
4
5
6
7

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal
pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan;
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan pemeriksaan;
Meminta kepada pemeriksa pajak memperlihatkan surat tugas apabila
susuna pemeriksa pajak mengalami pergantian;
Menerima surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;
Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam waktu yang
telah ditentukan;
Mengajukan permohonan untuk dilakukan perubahan oleh tim
pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antar wajib pajak dan
pemeriksa pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;dan
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
pemeriksa pajak melalui pengisin formulir koesioner pemeriksaan

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

PEMERIKSAAN LAPANGAN
NO

2
3

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak,atau objek yang terutang pajak;
Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksaan
Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data
yang dikelola secara elektronik;
Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang petut diduga
digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, uang dan/atau
barang yang memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada pemeriksa pajak;

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

5
6
7
8

Memberi kesempatan memasuki tempat atau ruang penyimpanan buku


atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atu pencatatan,
dokumen lain, dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan serta meminjamkannya kepada pemeriksa wajib pajak;
Memberi bantuan guna kelancaraan pemeriksaan
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan;dan
Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan

PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1

3
4
5
6
7

KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memenuhi panggilan untuk datang dan pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan;
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
wajib pajak atau objek yang terutang pajak;
Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksaan;
Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan;
Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang diuat oleh akuntan
publik;dan
Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN

3
JENIS DAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK
JENIS PEMERIKSAAN PAJAK
Selama ini pemeriksaan pajak dilakaanakan berdasarkan urutan prioritas pemeriksaannya, karena
untukk memeriksa semua wajib pajak (yang terdaftar) merupakan hal yang tidak mungkin dapat
dilakuakan, kerena tenaga pemeriksaan pajak yang tersedia terbatas jumlahnya.
Idealnya, pemeriksaan pajak daat dilakuakn terhadap semua wajib pakal terdaftar, namun demikian
karna keterbatasan waktu dan jumlah pemeriksa, akhirnya hanya sebagian wajib pajak yan diperiksa.
Meskipun dengan keterbatasan waktu dan tenaga pemeriksa, pemeiksaan tetap harus dilakuakn, karna
ternyata masih banyak wajib pajak yang tingkat kepatuhannya masih rendah setelah dilakukan
penilaian berdasarkan norma-norma pengukuran tertentu, yaitu dengan sistem kriteria seleksi.
Sebagai contoh, terhadap wajib pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar sesuai ketentuan Pasal
17 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan pasal 17 Undang-Undang Perpajakan
sebagaimanan telah di uabah terakhir dengan undang-undang nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP),
ternyata menempati prioritas yang tertinggi.
Apabila dikelompokkan sesuai jenisnya maka pemeriksaan pajak dapat dilaksanakan berdasarkan
jenis pemeriksaan seperti berikut.
a. Pemeriksaan Rutin
1) SPT tahunan PPh ajib pajak badan atau orang pribadi yang menyatakan lebih
bayar.
2) SPT tahunan PPh wajib badan pajak yang menyatakan rugi tapi tidak lebih
bayar.
3) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha;pekerjaan bebas; atau
waib pajak badan yang permohonan pencabutan NPWP;PKP;atau perubahan
tempat terdaftarwajib pajak dari kantor pelayan pajak (KPP) semula ke KPP
yang lain.
4) Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPY tahunan PPh, walaupun sudah
dikirim surat teguran dan tidak mengajukan permohonan pernyampaian SPT,
termasuk SPT yang kembali dari kantor pos dan wajib pajak yang termasuk
kelompok non-efektif.
5) Wajib pajak yangmelakukan kegiatan yang membangun sendiri yang
memenuhi kewajiban PPN-nya patu di duga tidak dilaksanakan sebgaimana
mestinya.
6) Wajib pajak yang mmengajukan permohona untuk pemusatan tempat pajak
(PPN) terutang.
b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Pemeriksaan yang dilakuakn terhadap wajib pajak badan atau wajib pajak orang pribadi
berdasarkan skor risiko tingkat kepatuhan secara komputerisasi. Penggunaan sistem
kriteria seleksi semacam ini dimaksudkan utnuk mengurangi unsur subjektifitas dalam
menentukan pilihan wajib pajak yang akan diperiksa, kareena mekanisme pilihannya
berdasarkan beberapa variabel yang sudag terukur dalam suatu program aplikasi
komputer.
Berdasarkan sostem pemilihannya, wajib pajak yang akan diperiksa adalah wajib pajak
yang mempunyai potensi fiskal tinggi, tetapi menunjukkan adanya indikasi telah
melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif, yaitu antara lain dilakukan terhadap
1) Wajib pajak yang diduga telah melakukan tindak pidana dibidang perpajakan ;
2) Wajib pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyrakat, antara lain misalnya
yang semula dikenal melalui kota pos 5000 atau kring pajak 500200.
3) Wajib pajak tertentu berdasarkan pertimbangan DJP
Pemeriksaan wajib pajak lokasi
Pemeriksa terhadap wajib pajak lokasi wajib pajak dapat dilakukan dalam hal
1) SPT tahunan PPh Pasal 21 dan SPT masa PPn menyatakan lebih bayar ;
2) SPT tahunan PPh Pasal 21 dan SPT masa PPn tidak disampaikan masing-masing
selama 2 tahun berturut-turut atau selama 3 bulan berturut-turut dari suatu tahun
pajak ;
3) Adanya permintaan dari unit pelaksanaan pemeriksaan pajak tempat waji pajak
domisili terdaftar atau berdasarkan usulan dari UP3 llokasi
Pemeriksaan tahun berjalan
Pemeriksaan yang dilakukan dalam tahun berjalan terhadap wajib pajak untuk jenis pajak
tertentu atau untuk seluuh jenis pajak dapat dilakukan terhadap wajib pajak domisili atau
wajib pajak lokasi. Pelaksanaan pemeriksaan tahun berjalan pajak hanya dapat dilakukan
terhadap masa pajak sampai dengan bulan Oktober dari tahun pajak yang bersangkutan.
Pemeriksaan buki permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendaptkan bukti permulaan tentang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Apabila dalam pemeriksaan SPT lebih bayar terdapat indikasi tindak pidana di bidang
perpajakkan dan pemeriksaan ditingkatkan menjadi penyidikan. Dirjrn pajak dapat
menrbitkn surat keputusan akan dilakukan tindakan penyidikan sebelum berakhirnya
jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak
Pemeriksaan yang dilakukan secara terkoordinasi dari dua atau lebih unit pelaksana
pemeriksan pajak terhadap beberapa wajib pajak yang memiliki hubungan kepemilikan
atau hubungan secara finansial.
Pemeriksaan untuk tujuan penagihan adalah pemeriksaan mengenai harta wajib pajak
yang dapat merupak objek sita yang sehubungan dengan adanya UU NO.19 Tahun 2000
Pemeriksaan tehadap Wajib Pajak yang Pindah
Tempat usahanya
1) Menguji kepatuhan wajib pajak selama terdaftar di KPP yang lama
2) Wajib pajak pindah tempat karna berubah status atau pindah alamat
3) Wajib pajak badan atau orang pribadi yang menjalankan pekerjaan bebas, belum
pernah diperiksa dalam tahun pajak
4) Wajib pajak BUT yang terdapat indikasi akan bubar
Jenis Pemeriksaan Ulang
1) Dalam hal laporan keuangannya tidak di audit oleh akuntan publik

a) SPT disampaikan tepat waktu dalam 2 tahun terakhir untuk semua jenis
pajak;
b) Tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak kecuali mendapat
izin mengangsur atau menunda pembayaran;
c) Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana dalam 10 tahun terakhir
d) Dalam 2 tahun terakhir: menyelenggarakan pembukuan,koreksi pada
pemeriksaan semua jenis pajak yang terutang maksimal 5%
2) Pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang diberikan fasilitas pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila:
a) Terdapat data baru yang belum terungkap
b) Termasuk dalam daftar pajak besar dan mencegah untuk dilakaukan
pemeriksaan sesuia hasil kriteria seleksi
c) Terdapat istruksi pemeriksaan berdasarkan DJP
Pemeriksaan atas dokumen non financial, yakni:
a) Setiap pemeriksaan harus mencaku atas dokumen non financial
b) Untuk memperoleh temuan dasar dari suatu kegiatan usaha yang akan di
kembangkan
c) Kunci pembuka bagi penentuan strategi pemeriksaan
1) Pemeriksaan terhadap wajib pajak pada KPP WP Besar
a) Diperiksa oleh KPP Wajib pajak besar, Kanwil wajib
pajak besar dan kantor pusat DJP
b) Ruang lingkup pemeriksaan PL,PSL,dan PSK.
c) Dapat di periksa setiap tahun
d) Pemeriksaan dilakukan oleh kantor pusat DJP
Adanya wewenang melakukan pemeriksaan terhadap
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP
pada KPP wajib pajak besar pemeriksaan semacam ini
dilakukan untuk tahun pajak 2002
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
ditempat wajib pajak. Pemeriksaan lapangan dapat meliputi suatu jenis pajak,
seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang
dapat dibedakan sebagai berikut;
1. Pemeriksaan lengkap
Dilakukan terhadap wajib pajak, termasuk KSO dan konsorsium, atas
seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun sebelumnya.
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan dan dapat
diperpanjang paling lama 6 bulan.
2. Pemeriksaan sederhana lengkap
Pemeriksaan lapangangan yang dilakukan terhadap wajib pajak untuk
beberapa jenis pajak. Pelaksaannya dilakukan dalam waktu 1 bulan dan
dapat diperpanjang paling lama 2 bulan`
B. Pemeriksaan Kantor
1. Jangka waktu penyelesaian tidak dapat diubah meskipun terjadi pergantian
pemeriksan pajak
2. Perpanjangan waktu penyelesaian dapat diberikan pemeriksaan berdasarkan
permintaan Kepala kantor DJP

3. Apabila terdapat transaksi transfer pricing, jangka waktu penyelesaiannya


dapat di perpanjangan paling lama 2 tahun
4. Perluasan pemeriksaan dapat dilakukan apabila SPT Tahunan pajak orang
pribadi maupun badan dan menyatakan adanya kompensasi kerugian dari
tahun sebelumnya yang belum pernah dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan apabila terdapat indikasi nahwa wajib
pajak telah melakukan tindak pidana dibidang Perpajakan, dan terdapat data
terbaru yamg semula belum teungkap
6. Pelaksanaan pemeriksaan ulang dapat meliputi seluruh jenis pajak atau
beberapa jenis pajak yang semula data baru belum terungkap, dilaksanakan
dengan cara pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan berdasarkan golongan wajib
pajak yakni:
I.
Wajib pajak badan khusus (PSK/PSL/PL)
II.
WPOP dan WP Badab besar lainnya (PL/PSL/PSK)
III.
WPOP dan WP Badan Menengah (PL/PSL/PSK)
IV.
WP Kecil dan WPOP (PSL/PSK)
PEMERIKSAAN PPN
1. Pengusaha Kena Pajak yang setelah dilakukan konfirmasi 3 jenjang
kebelakang belum ditemukan adanya PKP dengan prioritas PKP yang
minimal 10% pajak masukannya berasal dari PKP yang bersangkutan.
2. Pengusaha Kena Pajak penerbit faktur pajak yang hasil konfirmasinya
termasuk dalam kriteria PM tidak sama dengan PK dan PK sama
dengan nol.
3. Pengusaha kena pajak yang terindentifikasi bahwa nilai pajak masukan
tidak sama nilai pajak keluaran yang dilaporkan oleh PKP lawan
transaksinya.
4. Pengusaha Kena Pajak yang pada masa pajak akhir tahun buku
mengompensasikan kelebihan pembayaran PPN.
5. Pengusaha Kena Pajak yang tidak melaporkan mas PPN 2 bulan
berturut-turut.
6. Peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN dari PKP
orang pribadi baru, lebih dari 600 juta rupiah.
7. Peredaran Usaha yang dilaporkan dalam SPT masa PPN dari PKP
Badan terbaru berjumlah lebih dari 5M Rupiah.
8. Peredaran usaha PKP baru menunjukkan jumlah yang relatif tinggi.
9. Dari hasil pengamatan diketahui tidak memounyai tempat usaha,
khususnya PKP Perdagangan dan Industri.
10. Dari hasil pemeriksaan PPN yang pajak pemasukan atau keluarannya
dikoreksi secara signifikan.
11. Peredaran usaha yang dilaporkan dalam usaha SPP masa PPN
menunjukkan perbandingan yang tidak proporsional dengan SPT masa
PPh.
12. Menyampaikan SPT masa PPN, tetapi tidak menyampaikan SPT masa
Pasal 21 dan tidak menyetor PPH Pasal 25.
13. Dari hasil penelitian menunjukkan peredaran usaha yang relatif tinggi.
14. Dari penelitian semula, PKP termasuk kelompok wajib pajak nonefektif, tetapi tiab-tiba menjadi efektif dengan nilai peredaran usaha
yang sangat tinggi.

15. Dari hasil penelitian diketahui bahwa alamat usaha berada di daerah
pemukiman penduduk, tetapi memiliki nilai peredaran usaha relatif
tinggi. Contoh : indikasi adanya faktor fiktif
Konfirmasi tiga Jnjang Kebelakang
Pabrikan ABC
(KKP PMA II)

Perdag.II(KPP

Perdag.I(KPP
JKT.Pancoran

JKT.Tanah
Abang

Eksportir(KPP
JKT.Kebayoran

Proses permohonan Restitusi


PKP

Konfirmasi dalam rangka restitusi pajak


Pemeriksaan pajak dalam rangka restitusi pajak diperlukan konfirmasi mengenai:
1. Kebenaran pembayaran PPN daro bank persepsi, dan
2. Kebenaran ekspor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Konfirmasi faktur Pajak
1.
2.
3.
4.

Penggunaan sistem aplikasi PK-PN


Data PK-PN direkam oleh KPP tempat PKP terdaftar
Data PK-PN masuk ke database Kantor Pusat DJP
Kantor pusat DJP mengabung data PK-PN dari seluruh KPP

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PPN


1. Dalam proses pemeriksaan terhadap PKP perdagangan melakukan
perbandingan dengan SPT PPh Badannya 5 tahun terakhir.
2. Dalam proses pemeriksaan PKP Perindustrian, agar PM-PK tidak sama dan
PK sama dengan nol.
3. Lakukan penelitian lebih lanjut terhadap hal-hal berikut, apabila mengenai
nomor urut faktu pajaknya, ternyata untuk tahun 2009 sudah mencapai
nomor 3000-an, sedangkan nomor urut faktur pajak yang dipergunakan
untuk faktur pajak yang diduga fiktif adalah nomor 300-an.

4
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
DASAR HUKUM

Dasar hukum pemeriksaan bukti permulaan terdapat pada Pasal 43A UU KUP,
sebagai berikut:
1. DJP berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang
melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan.
2. Dalam hal terdapat tindak pidana yang menyangkut petugas DJP, MENKEU
dapat menuasai unit pemeriksa internal di lingkungan DEPKEU untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
3. Apabila ditemukan unsur pidana korupsi, pegawai DJP yang tersangkut di
proses menurut ketentuan tindak pidana korupsi.
4. Tata cara pemeriksaan bukti tindak pidana di bidang perpajakan ayat 1
dan ayat 2 di atur berdasarkan peraturan MENKEU.
Pasal 43 ayat 4 UU KUP memberikan wewenang kepada MENKEU untuk
mengatur tata cara pemeriksaan bukti permulaan bila ada dugaan terjadi
delik pajak. Sebagai pelaksanaan Pasl 43 ayar 4 UU KUP, di tetapkan
peraturan MENKEU Nomor 202/PMK.03/2007 Tentang tata cara pemeriksaan
bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
Undang-undang PDRD tidak mengatur ketentuan peeriksaan bukti permulaan
ada dugaan terjadi delik pajak yang tertuju pada pajak daerah. Hal ini bukan
merupaka kekosongan khusus yang terkandung dalm UU PRD tetapi belum
saatnya di atur pemeriksaan bukti permulaan bila ada dugaan terjadi delik
pajak berdasarkan undang-undang PRD.
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang dugaan terjadi delik pajak. Pemeriksaan bukti permulaan
pada hakekatnya sebagai instrumen hukum pajak yang bertujuan
mengungkapkan keberatan bukti permulaan ada terjadi delik pajak.
Bukti permulaan yang akan dilakukan pemeriksaan tertuju pada keadaan
berupa keterangan yang dapat memberikan petunjuk ada dugaan terjadi
delik pajak.
Penemuan bukti permulaan oleh pegawai pajak didasrkan pada saat
melakukan pemeriksaa pembukuan yang diselenggarakan oleh wajib pajak
sehinnga di temukan dugaan terjadi delik pajak.
Selain itu, dapat pula terjadi karna adanya pengakuan yang mengalami
kerugian karna kerahasian perpajakannya yang terlenggar. Bukti permulaan
yang disampaikan wajib pajak dalam bentuk informasi yang memiliki
substansi yang berbeda secara prinsipil. perbedaanya terletak pada
penerapan terhadap ada dugaan terjadi delik pajak.
Informasi adalah keterangan baik yang di sampaikan secara lisan maupun
tulisan untuk mengetahui ada tidaknnya bukti permulaan delik pajak. Data
adalah sekumpulan angka,huruf, kata yang bentuknya dapat berupa surat

atau dokumen baik dalam bentuk elektronik maupun bukan elektronik.


Laporan adalah pemberitahuan yang di sampaikan seseorang karna
kewajiban atau hak berdasarkan UU karna di duga akan terjadi delik pajak.
PEMERIKSA
Walaupun telah ada informasi atau pengaduan mengenai dugaan terjdinya delik pajak, tetapi
belum ditindak lanjuti pleh pemeriksa berati tidak meiliki makna secara yuridis, oleh karena it,
perlu diketahui siapa yang tergolong sebagai pemeriksa bukti permulaan. Pemeriksa bukti
permulaan menuntut Pasal 1 angka 8 Peraturan MENKEU Nomor 02/PMK.03/2007 adalah
sebagai berikut.
a. PNS di lingkungan DJP yang ditunjuk oleh DJP yang diberi tugas beserta tanggung jawab
untuk melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan atau ;
b. PNS pada unit pemeriksa internal DEPKEU yang diberi tugas oleh MENKEU untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan bila terdapat indikasi delik pajak yang
dilakukan oleh petugas DJP.
Selain sebagai PNS dalam lingkungan DEPKEU, pemeriksa bukti permulaan harus pula memenuhi
syarat. Syaratnya ditentukan pada Pasal 6 ayaat (2) Peraturan MENKEU Nomor
202/PMK.02/2007 sebagai berikut;
a. Telah dapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup
b. Jujur dan bersih dari tindakan tercela
c. Taat terhadap berbagai keteentuan peraturan pperundang-undangan termasuk taat terhadap
batas waktu yang ditetapkan.
Pemeriksa bukti permulaan tidak selalu nerasal dari DEPKEU, khusus DJP. Oleh karena itu hal ini
dimaksudkan agar tenaga ahli yang digunakan secara maksimal mencurahkan ilmunya kepada
masalah sehingga memperoleh penyelesaian secara tuntas dan berdasarkan hukum.
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Sebelum dilaksanakan pemeriksaan bukti permulaan, terlebih dahulu ditetapkan ruang lingkup
pemeriksaan bukti permulaan. Ruang lingkuppemeriksaan bukti permulaat dapat berupa 1)
beberapa, atau seluruh jenis pajak baik untuk satu atau beberapa masa pajak; 2) bagian tahun dan
pajak yang terdapat dugaan delik pajak.
Pemeriksaan bukti permulaan harus dilaksanakan sesuai standar pemeriksaan bukti permulaan
yang meliputi standar umum, stndar pelaksanaan, dan standar pelaporan pemmeriksaan bukti
permulaan.
Standar umum pemeriksaan bukti permulaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan
berkaitan dengan persyaratan pemeriksa bukti permulaan dan mutu pekerjaan. Standar ini tertuju
pada tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemeriksa bukti permulaan.
Standar pelaksanaan pemeriksa bukti permulaan yang tidak boleh dikesampingkan dalan
pelaksanaan bukti permulaan oleh pemeriksa bukti permulaan. Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 Peraturan MENKEU No. 208/PMK.03/2007 sebagai berikut.
a. Harus didahului dengan persiapan yang baik

b. Harus dikembangkan melalui penyesuaian data, pengamatan, permintaab keterangan,


konfirmasi, dan pengujian lainnya.
c. Berdasarkan bukti yang sah
d. Terdiri atas beberapa beberapa bukti permulaan yang salah satunya adalah penyidik
e. Dilaksanakan di kantor DJP atau tempat kegiatan usaha lainnya.
f. Dilaksanakan pada jam kerja dan dapat dilanjutkan diluar jam kerja.
g. Didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan bukti permulaan,
h. Hatus diberitahukan kepada wajib pajak
i. Sebagaimana dimaksud huruf H wajib pajak diberi hak untuk hadir dalam pembahasan
hasil akhir bukti permulaa dalam batas waktu yang ditentukan.
Standar pelaporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud Peraturan MENKEU Nomor
202/PMK.03/2007 sebagai berikut.
a. Disusun secara rapi, jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan bukti
permulaan.
b. Pemeriksaan bukti permulaan berisi;
1. Penugasan bukti permulaan
2. Identitas wajib pajak
3. Tempat dan waktu kejadian
4. Pembukuan wajib pajak
5. Pemenuhan kewajiban wajib pajak
6. Data
7. Daftar buku yang diipinjam
8. Materi yang diperiksa; dan
9. Ikhtisar, yang berisi;
a. Penghitungan pajak yang terutang
b. Modus operandi
c. Pasal yang dilanggar
d. Identitas calon pelaku pembantu
e. Identitas calon tersangka
f. Identitas calo saksi
g. Daftar bahaan bukti yang diperoleh
h. Kesimpulan
i. Usul tindak lanjut
KEWAJIBAN DAN WEWENANG PEMERIKSA
Untuk memperlancar pemeriksaan buukti permulaan agar dapat membuktikan ada dugaan terjadinya
delik pajak, pemeriksa bukti permulaan memiliki kewajiban dan wewenang.
Pemeriksa bukti permulaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 1 Peraturan MENKEU
Nommor 202/PMK.03/2007 berkewajiban sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis


Memperlihatkan tanda pengenalpajak dan surat printah
Menjelaskan alasan dan tujuan
Memperlihatkan surat tugas keoada wajib pajak
Melakukan pembinaan kepada wajib pajak
Meberitahukan temuan pemeriksaan bukti permulaan kepada wajib pajak
Melakukan pembahasan akhir pemeriksaan bukti permulaan
Mengembalikan dokumen yang dipinajm dari wajib pajak
Erahasiakan kepada pihak lai yang tidak berhak
Menggambarka bahan bukti yang ditemukan

k.
l.

Membuat berita acara permintaan keterangan para calon tersangka


Membuat laporan kejadiann dalam hal pemeriksaan bukti permulaan

Smentara itu, dalam melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan sebagimana diatur pada Pasal 10
ayat 2 Peraturan MENKEU Nomor 101/PMK.03/2007 berwenang untuk
a.
b.
c.
d.

Meminjam dan memeeriksa dokumen


Mengakses ataau mengunduh data secara elektronik
Memasuki dan memeriksa ruangan,barang yang bergerak dan tidak bergerak
Meimta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
buukkti permulaan antara lain;
1. Menyediakan tenaga atau peralatan atas biaya wajib pajak
2. Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk membuka barang
3. Menyediakan ruangan khusu dilakukannya pemeriksaan
e. Melaksanakan penyegelan tempat
f. Meminta keterangan lisan
g. Meminta keterangan attau bukti yang diperlukan
h. Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan keoada pada calon tersangka.
Wewnang pemeriksa bukti permulaan tersebut, digunakan dalam rangka memperlancar pemeriksaan
bukti permulaan sebgai bentuk penegakan hukum pajak.
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Hak dan kewajiban pajak yang diberikan oleh UU pajak yang bersifat formal kepada wajib pajak
merupakan materi hukum yang idak boleh dikesampingkan. Pemberian hak dan kewajiban karena
wajib pajak adalah pendukung hak dan kewajiban melakukan perhubungan hukum dibifdang
perpajakan.
Wajib pajak yang diperiksa oleh pemeriksa bukti permulaan berada dalam kedudkan yang lemah
sehingga memerlukan perlindungan hukum terhadap wewenanng yang dapat dilakukan oleh
pemeriksa bukti permulaan. Oleh karena itu, pasal 11ayat 1 peraturan MENKEU Nomor
202/PMK.02/2007 mengatur tentang hak wajib pajak ketika pemeriksaan bukti permulaan
dilaksanakan sebagai berikut.
a. Meminta kepada pemeriksa bukti pemulaan untuk memberikan pemberitahuan secara
tertulis
b. Meminta unntuk memperlihatkan tanda dan surat perintah pemeriksa pajak
c. Meminta untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuannya
d. Meminta untuk meperlihatkan surat ttugas
e. Memperoleh pemberitahuan hasil pemeriksaan bukti permulaan
f. Mengahdiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan bukti permulaan

Kemudian pada Pasal 11 ayat 2 peraturan MENKEU Nomor 202/PMK.02/2007 adalah;


a.
b.
c.
d.

Memperlihatkan atau meminjamkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan


Memberikan kesempatamm mengakkses/mengunduh data
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang
Memberi bantuan guna kelancaran pelaksanaan bukti permulaan yang antara lain
berupa;
1. Menyediakan tenaga atau biaya atas wajib pajak
2. Memberi kesmpatan kepada pemeriksa membuka barang

3. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan bukti


permulaaan
e. Memberikan keterangan lisan atau tertulis
f. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil pemeriksaan
bukti permulaan.
Kewajiban wajib ppajak tersebut dalam rangka mempermudah pelaksanaan pemeriksaan bukti
permulaan yang dilakukan oleh pemeriksa bukti permulaan. Apa bila kewajiban itu tidak dilaksankan
maka wajib pajak dikenakan sanksi admin atau sanksi pidana yang terkait dengan hukum pajak.
Pemeriksaan bukti permulaan dtindaklanjuti dengan tindakan penyidikan berupa penerbitan surat
ketetapan pajak kurang bayar. Dengan demikiam tidak boleh dilakukan tindakan penyidikan sebelum
ada hasil pmeriksaan bukti permulaan yang memberikan petunjuk bahwa terdapat indikasi tindak
pidana pidana dibidang perpajakan.
TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Pemeriksaan bukti permulaan yang di lakukan oleh pemeriksa pada hakekatnya telah mengungkapkan
suatu fakta hukum yang tidak boleh di kesampingkan. Dalam arti, fakta hukum yang lahir dari
pemeriksaan bukti permulaan wajib ditindak lanjuti berdasarkan substansi yang dikandungnya.
Tindak lanjutnya dapat berupa penyidikan atau tindakan lain.
Penyidikan merupakan lanjutan dari pemeriksaan bukti permulaan ada dugaan terjadinya delik pajak.
sebenarnya penyidikian dalam hukum Pajak tidak boleh dilakukan sebelum dilakukan pemeeriksaan
bukti permulaan ada dugaan terjadinya delik pajak karena dapat menimbulkan problematik hukum.
Misalnya, pentelidikan itu tidak sah secara Yuridis sehingga dapat berakibat batal demi hukum atau
dapat dibatalkan.
Selain penyidikan dapat pula di tindak lanjuti pemeriksaan bukti permulaan dalam bentuk tindakan
lainnya dapat berupa, seperti:
1. Penerbitan surat ketetapan pajak dalam hal pemeriksaan bukti permulaan dilaksanakan
terhadap:
a. Wajib pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU
KUP atas kealpaan yang pertama kali diketahui oleh DJP.
Sementara itu, Pasal 13A UU KUP mengatur bahwa wajib pajak karena kealpaan tidak
menyampaikan surat pemberitahuan atau menyampaikan surat pemberitahuan, tetappi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Pendapatan Negara, tidak dikenakan
sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh wajib pajak dan
wajib pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang
di bayar yang ditetapkan melalui penerbitan surat ketetapan pajak kurang bayar;
b. Wajib pajak badan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 29 Ayat 3 dan ayat 3a UU KUP,
tetapi tidak ditemukan bukti permulaan bahwa wajib pajak melakukan delik pajak.
Sementara itu, Pasal 29 ayat 3 UU KUP mengatur bahwa wajib pajak yang diperiksa
wajib:
a) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha atau objek yang terutang pajak;

b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang di pandang


perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c) Memberikan keterangan lain yang diperukan.
Kemudian Pasal 29 ayat 3a UU KUP yang mengatur bahwa buku, catatan, dan dokumen, serta data,
informasi dan keterangan lain sebagai mana yang dimaksud pada ayat 3 wajib dienuhi oleh wajib
pajak paling lama 1 bulan sejak permintaan disampaikan.
2. Pembuatan laporan kepada pihak lain yang berwenang apabila ditemukan bukti permulaan
yang mengandung adanya unsur delik selain delik pajak.
3. Pembuatan laporan sumir apabila wajib pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 UU KUP.
Sementar itu,Pasal 8 ayat 3 UU KUP yang mengatur bahwa walaupun telah dilakukan tindaka
pemeriksaan tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran
perbuatan wajib pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan apabila wajib pajak dengan
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai
pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi
administrasi berupa denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar.
4. Pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi delik pajak, wajib pajak
yang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tidak ditemukan, wajib pajak orang pribadi
yang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan meninggal dunia; atau
5. Mengirimkan risalah mengenai temuan pemeriksaan bukti permulaan terkait dengan
pembuatan laporan sumir sebagaimana pada angka 4 dalam hal terdapat pajak yang teutang.
Tindakan lainnya sebagaimana tersebut diatas, pada hakekatnya merupakan bagian dari penerapan
sanksi administrasi terhadap wajib pajak yang dikenakan pemeriksaan bukti permulaan. Apabila
sanksi administrasi itu tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang ditemukan dapat dilakukan penagihan
secara paksa dengan menggunakan surat paksa. Konsekuensi dari penagihan berdasarkan surat paksa
berujung pada penyanderaan, tidak tergolong sebagai bentuk pelanggaran hak asasi wajib pajak yang
tersandra.

5
DOKUMEN PEMBUKUAN/PENCATATAN PERPAJAKAN
Dasar hukum
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diuabah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang tata cara
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun

3.

4.
5.

6.
7.
8.

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaiman telah berapa kali
diuabah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.
Peraturan Menteri Keuanangan Republik Indonesia Nomor 196/PMK.03/2007 tanggal 28
Desember 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan menggunakan
Bahasa asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2007 tanggal 28
Desember 2007 tentang Bentuk dan Tata Cara Pecatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Peraturan DJP Nomor 11/PJ/2010 tanggal 09 Maret 2010 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dolar Amerika Serikat.
Peraturan DJP Nomor 4/PJ/2009 Tanggal 20 Januari 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Keputusan MENKEU Nomor 543/KMK.04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 tentang
Penggunaan Bahasa Asing dalam Pembukuan atau Pencatatan Wajib Pajak.
Surat Edaran DJP Nomor 45/PJ.42/1999 Tanggal 12 Oktober 1999 tentang Penyelenggaraan
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah.

Pembukuan
Pengertian Pembukuan
Seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP,pembukuan adalah:
Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur.
Untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa.
Yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada
setiap tahun pajak berakhir.
Undang-undang perpajakan menggunakan istilah pembukuan bukan akuntansi (Pasal 28 UU KUP).
Akuntansi berdimensi lebih luas, yaitu meliputi pembukuan itu sendiri; penyusunan sistem akuntansi;
interprestasi laporan keuangan dan penyajian informasi.
Pembukuan yang dimaksud dalam UU KUP pada dasarnya bertjuan agar dapat digunakan dan dapat
menjelaskan perhitungan pajak terutang. Sedang laporan keuangan sebagai lampiran yang melengkapi
SPT,yang minimal disyaratkan terdiri atas neraca dan laporan laba/rugi,dapat disebut sebagai laporan
keuangan fiskal,sepanjang sudah disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Dengan demikian,tujuan pembukuan untuk keperluan perpajakan adalah pembukuan yang dapat
dipakai untuk membuktikan kebenaran angka-angka yang dilaporkan dalam SPT, lebih-lebih pada
saat wajib pajak diperiksa atau dilakukan penyidikan terhadapnya. Oleh karena itu, apabila wajib
pajak ternyata menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum,
haruslah melakukan penyesuaian atau rekonsiliasi (fiskal) terlebih dahulu, yaitu melakukan koreksi
fiskal, baik positif maupun negatif, atas elemen dalam neraca dan daftar laba/rugi sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.
Dampak pengaruhnya yang lebih jauh adalah tempat mengurangi timbulnya sengketa pajak yang
lazim terjadi sebagai akibat setelah pemeriksaan pajak mendekati penyelesaiannya. Barangkali benar,
hal ini berawal dari mulai diselenggarakannya closing conference antara wajib pajak dan pemeriksa
pajak, seringkali terjadi secara berlanjut sampai ketingkat penyelesaian keberatan, bahkan sampai ke
penyelesaian sengketa pajak di tingkat banding pada pengadilan pajak yang telah dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002, yaitu badan peradilan pajak yang mulanya
bernama badan penyelesaian pajak (BPSP).
Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang perpajakan,pengertiannya lebih sederhana
daripada pembukuan, karena peristiwa yang dicatat terbatas pada omset atau nilai peredaran/penjualan
bruto harian. Dengan demikian, pencatatan merupakan ikhtisar atau daftar ringkasan penerimaan
penghasilan dari penjualan atau sumber penghasilan lainnya yang diterima wajib pajak dari waktu ke
waktu.
Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan
a. Kewajiban Pembukuan
1. Setiap pengusaha kena pajak diwajibkan mencatat semua jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang kena pajak/atau jasa kena pajak dalam pembukuan perusahaan.
2. Dalam pembukuan ini harus dicatat terpisah dan jelas, jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang dan/atau jasa, terutang pajak yang mendapat fasilitas berupa pajak, tidak
terutang tidak dipungut, dikenakan tarif 0%, mendapat fasilitas berupa pembebasan dari
pengenaan pajak dan yang tidak dikenakan pajak.
3. Pengusaha memilih dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan penghasilan netto, wajib
membuat catatan nilai peredaran bruto secara teratur menjadi dasar pengenaan pajak
pertambahan nilai, sepanjang terutang pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa.
b. Penggunaan Norma Perhitungan
Didasari bagi wajib pajak orang tertentu,penyelenggaraan pembukuan menuntut tenaga dan biaya
yang besar, sehingga dimaksudkan agar tidak membebani masyarakat diluar kemampuaannya
maka ketentuan Pasal 28 Ayat (2) UU KUP, mengatur kepada wajib pajak tertentu yang belum
mampu menyelenggarakan pembukuan melainkan hanya menyelenggarakan pencatatan.
Hal yang menjadi tolak ukur mengenai kemampuan wajib pajak didsarkan pada jumlah peredaran
usahanya, karena peredaran usaha dapat menggambarkan skala aktivitas usaha sehingga dianggap
sebagai ukuran yang paling dapat diterima untuk menentukan kemampuannya untuk
menyelenggarakan pembukuan.
Dalam Pasal 14 Ayat 2 Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa jumlah peredaran bruto
yang menjadi batas kewajiban tidak menyelenggarakan pembukuan adalah kurang dari
4.800.000.000,00 dalam satu tahun buku.
Syarat-syarat Pembukuan
a. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang rupiah dan disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa Asing atau
satuan mata uang selain rupiah, yang diizinkan oleh MENKEU.
b. Pembukuan harus meliputi seluruh kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan wajib
pajak.
c. Pembukuan harus dilakukan secara teratur dan diselenggarakan dengan prinsip taat asas.
d. Pembukuan harus didukung dengan bukti-bukti transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran dan keabsahannya.
e. Pembukuan harus dapat ditelusuri kembali apabila diperlukan.
f. Pembukuan harus ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba/rugi pada setiap akhir
tahun pajak.

g. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, utang atau kewajiban,
modal, penghasilan, biaya, penjualan, dan pembelian sehingga dapat dipakai sebagai dasar
untuk menghitung pajak-pajak yang terutang.
Tujuan Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan dan Pencatatan
Diwajibkannya wajib pajak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan adalah agar dapat
digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, jumlah pajak yang sudah dibayar sendiri
atau melalui pemotongan dan/atau pemungutan pihak lain, penghasilan yang bukan objek pajak,
penghasilan yang merupakan objek pajak, tetapi telah dikenakan pajak bersifat final maupun tidak
final. Kalau pembukuan harus ditutup dengan neraca dan laporan laba rugi maka pencatatan walaupun
tidak mensyaratkan hal yang sama, namun tetap dapat digunakan untuk menghitung hal-hal disebut
diatas. Disamping itu, berkaitan dengan pemeriksaan pajak, pembukuan merupakan dasar bagi
pemeriksaan. Pemeriksaan pajak akan mengalami kesulitan jika tidak didukung oleh adanya
pembukuan atau pencatatan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu, pembukuan atau pencatatan
haruslah didasarkan pada iktikad baik atau pada adat kebiasaan perdagangan yang baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Unsur-unsur Pembukuan
a. Pembukuan kas/bank
Pembukuan mengenai kas dan bank untuk menggambarkan keadaan Kas/Bank pada periode
akuntasi tertentu, dengan mencatat semua penerimaan dan pengeluaran melalui Kas/Bank,
sehingga dari pembukuan ini dapat diketahui:
1. Saldo Kas/Bank pada suatu saat tertentu, dan
2. Seluruh mutasi Kas/ Bank selama periode akuntansi tertentu
b. Pembukuan Piutang
Pembukuan piutang digunakan untuk menyajikan informasi mengenai keadaan/posisi saldo
piutang pada saat tertentu dan mustasi piutang selama periode akuntansi tertentu, termasuk
adanya penambahan atau pengurangan piutang. Dari pembukuan piutang ini diketahui
menngenai;
1. Nama dan alamat debitur,
2. Jumlah piutang atau saldo masing-masing debitur,
3. Saat timbulnya dan berkurangnya piutang,
4. Jenis piutangnya,
5. Saat jatuh tempo piutang,
6. Hak dan penerimaan bunga,
7. Jumlah pitang yang tak tertagih yang dapat dihapuskan, dan
8. Keterangan dan hal-hal lain yang berkenaan dengan piutang.
c. Pembukuan Persediaan
Pembukuan persediaan barangdiselenggarakan untuk menyajikan informasi mengenai posisi
persediaan barang atau bahan pada sat tertentu, termasuk juga mutasi barang/bahan selama
periode akuntansi tertentu, baik mengenai kuantum maupun nilainya, sehingga dari
pembukuan persediaan dapat dikalkulasikan harga pokok penjualan barang/bahan yang dijual
atau dipakai untuk keperluan lainnya.
Pembukuan persediaan harus diselenggarakan secara rinci menurut jenis
barang/bahannya.Untuk barang-barang yang diperoleh secara konsinyasi tidak termasuk
dalam kelompok dalam persediaan ini, karna barang semacam ini bukan milik perusahan,
sehingga pembukuannya harus diselenggarakan secara terpisah atau khusus.

Apabila wajib pajak juga berstatus sebagai pengusaha kena pajak maka dari pembukuan yang
diselenggarakan, harus dapat diketahui pula jumlah persediaan barang kena pajak dan
persediaan bukan barang kena pajak.
d. Pembukuan Harta yang Disusutkan/Diamortisasi
Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud, dimiliki dan diigunakan kegiatan usaha,
dan pekerjaanya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahu kecuali tanah.
Selain tersebut diatas, harta yang dapat diamortisasi adalah harta tidak berwujud, digunakan
dalam kegiatan usaha dan pekerjaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan termasuk biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dari pembukuan harta dapat diketahui:
a) Jenis harta,
b) Golongan/kelompok harta,
c) Masa manfaat harta,
d) Saat perolehan,
e) Nilai perolehan,
f) Saat mulai digunakan,
g) Harga sisa buku,
h) Mutasi yang terjadi (penambahan dan pengurangan harta), karena sebab biasa dan
luar biasa,
i) Penyusutan/amortitasi dalam rahun berjalan, dan
j) Akumulasi penyusutan atau amortisasi.
e. Pembukuan Harta lainnya
Disini yang dimaksudkan dengan harta lainnya adalah semua harta yang tidak termasuk
kedalam golongan Kas/Bank, piutang dan persediaan, dan harta yang dapat disusutkan atau
diamortisasi.
f. Pembukuaan Hutang
Pembukuan utang dimaksudkan agar dapat menyajikan informasi menenai saldo utang pada
saat tertentu dan mutasi utang selam periode akuntansi tertentu, penambahan atau
pengurangan utang, sehingga dari pembukuan utang ini dapat diketahui;
1. Nama dan alamat kreditur,
2. Jumlah utang masing-masih kreditur,
3. Saat timbul dan berkurangnya utang,
4. Kelompok dan jenis utang jangka pendek atau jangka panjang, dan jenis utangnya,,
yaitu utang dagang, utang pegawai dan lain-lain. Utang jangka panjang yang meliputi
utang yang tidak akan jatuh tempo pada waktu satu tahun misalnya, utang obligasi,
hipotik dan sebagainya,
5. Kewajiban pembayaran bunga,
6. Saat jatu tempo, dan
7. Keterangan lainnya yang berkenan dengan hutang
g. Pembukuan Modal
Yang dimaksud dengan modal, meliputi modal yang disetor oleh pemilik/pemegang saham
dan laba ditahan yang tidak/belum diambil oleh pemilik. Pembukuan modl bertujuan untuk
menyajikan data atau keterangan secara rinci mengenai besarnya modal awal periode
akuntansi dan perubahannya, baik penambahan maupun pengurangan modal, dan besarnya
modal akhir pada akhir periode akuntansi tertentu.
Bagi perusahaan yang modalnya terbagi atas saham dari pembukuan yang dislenggarakan
dapat diketahui, yakni;
1. Modal dasar,
2. Saham yang ditempatkan,
3. Saham yang telah disetor,
4. Saham yang masih dalam fortable, dan
5. Agio atau disagio saham

h. Pembukuan Penghasilan
Pengertian penghasilan sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Undang-undang Pajak
Penghasilan, tidak terikat ada atau tidaknya sumber-sumber penghasilan tertentu, seperti yang
dianut oleh undang-undang perpajakn yang lama. Sesuai dengan rumusan maka penghasilan
ditinjau dari adanya aliran tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak.
Apabila dikelompokkan dapat dirinci sebagai berikut.
1. Penghasilan dari pekerjaan, yaitu penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas
dan atau pekerjaan tidak bebas, yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi.
2. Penghasilan dar kehiatan usaha.
3. Penghasilan dari usaha.
4. Penghasilan dari usaha perdagangan barang.
5. Penghasilan dari modal baik dari harta yang bergerak maupun harta yang tidak
bergerak.
6. Penghasilan lain-lain antar lain mendapatt hadiah undian atau pembebasab utang
piutang.
i. Pembukuan biaya
Secara garis besar biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dikelompokan:
1. Biaya-biaya yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja;
2. Biaya usaha yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghailan
sehari-hari, serta biaya pajak tidak langsung;
3. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh harta mempunyai masa manfaat lebih
dari setahun dan pembebanannya haarus melalui penyusutan/amortisasi
4. Iuran dan pensiun yang dibayarkan oleh perusasahaan yang dibayarkan oleh
perusahaan untuk karyawannya.
j. Neraca dan perhitungan laba/rugi
Dalam Pasal 1 angka 26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
tahun 2009, dinyatakan bahwa pembukuan pada setiap tahun pajak berakhir, ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi.
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang terinci dalam kelompok
harta, utang dan modal pada akhir buku tertentu. Perhitungan laba rugi adalah perhitungan
yang menggabarkarn hasil kegiatan wajib pajak selama satu tahun buku.
Neraca yang diperhitungkan laba rugi tersebut harus disertai dengan penjelasan secara
lengkap mengenai:
1. Pos-pos yang tercantum dalam neraca dan daftar perhitungan laba rugi;
2. Penyesuaian penghasilan dan biaya berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan (dapat disebut rekonsiliasi fiskal);
3. Ikhtisar perubahan modal;
4. Sumber dan penggunaan dana, dan
5. Kebijakan akuntansi yang memengaruhi posisi keuangan dan hasil kegiatan.
Metode Pembukuan
Metode pembukuan yang dapat digunan untuk menentukan besarnya penghasilan dan biaya dalam
suatu periode akuntansi tertentu atau untuk menentukan dasar pengenaan PPN yang terutang. Metode
pembukuan yang digunakan untuk keperluan perpajakan juga sesuai dengan metode pembukuan yang
dianut dalam akuntansi, yaitu metode akrual atau metode kas.
Metode akrual ialah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya, yaaitu bahwa penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada saat terutang. Jadi, tidak bergantung kapan
penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.

Metode Kas adalah suatu metode perhitungan yang didasarkan atas penghasilan yang diterima dan
biaya yang dibayar secara tunai.
Apabila wajib pajak memilih untuk menggunakan metode kas dalam pembukuannya, untuk
kepentingan perpajakan pemakaian metode kas tersebut menjadi tidak murni, dan undang-undang
pajak disebut sebagai metode campuran, karna dua hal sebagai berikut:
a) Perhitungan jumlah pernjualan dalam suatu periode akuntansi tertentu harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun kredit. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan pula seluruh pembelian dan persediaannya.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang diamortiasasi, biaya dapat
dilakukan melaui penyusutan dan armotisasi.
Pemakain metode kas dalam UUPNN/PPnBM digunakan sebagai dasar pengenaan pajak atas
penyerahan dan perolehan BKP/JKP secara tuni. Penerimaan uang muka dan pembayaran secara
termin termasuk dalam pengertian transaksi secara tunai, meskipun barang kena pajak belum
sepenuhnya diserahkan, sedangkan untuk penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN juga berlaku
metode kas.
Tahun Pajak
Tahun pajak pada hakekatnya adalah tahun takwim (tahun kalender). Wajib pajak dapat menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahunbuku digunakan sebagai dasar
perhitungan penghasilan kena pajak.
Apabila wajib pajak ingin menggunakan tahun buku yang berbeda dengan tahun takwim, harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari direktur jendral pajak. Penggunaan tahun buku
tersebut harus dilakukan secara taat asas.
PPN/PPnBM menganut masa pajak yang lamanya satu bulan takwim. Perhitungan PPN/PPnBM yang
terutang dilakukan untuk semua transaksi penjualan, pembelian dan penerimaan uang muka, atau
termin pembayaran yang terjadi dalam setiap bulan takwim.
Penyebutan tahun pajak dapat dicontohkan sebagai berikut;
a) Tahun pajak yang sama dengan tahun takwim, penyebutan tahun pajak adalah tahun takwim
yang bersangkutan.
Contoh: periode pembukuan 1 Januari s/d 31 Desember 2011 maka tahun pajaknya adalag
2011.
b) Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim, penyebutan tahun pajak yang
bersangkutan mempergunakan tahun yang dalamnya termasuk dalam enam bulan pertama
atau yang jumlah bulannya lebuh banyak dari tahun pajak tersebut.
Dokumen Pembukuan
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (11) UUKUP, pembukuan dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan kegiataan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, harus disimpan selama 10
tahun, sehingga apabila pada suatu sat nanti direktur jendral pajak akann mengeluarkan surat
ketentuan pajak, bahkan pembukuan yang diperlukan masih tetap tersedia. Hal ini dihubungkan
dengan masa kadaluwarsa penagihan ajak maupun daluwarsa tindak pidana di bidang perpajakan,
yaitu setelah lampau 10 tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selai rupiah, wajib pajak yang dapat
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah adalah:
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasrkan ketentuan undang-undang yang mengatur mengenai penanaman modal asing;

b. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroprasi berdasarkan
kontrak dengan pemerintah Repblik Indonesia sebagaimana dimksud dalam undangundang yang mengatur mengenai pertambangan;
c. Wajib pajak dalam rangka kontrak bagi hasil, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan minyak dan gas
bumi;
d. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha yang sebagaiman dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
UUPPh, atau menurut perjanjian penghidaraan pajak berganda(P3B) yang terkait;
e. Wajib pajak yang berafilisiasi dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar
negeri dalam hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a
dan b UUPPh .
Bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang diperbolehkan untuk dipergunakan dalam pembukan
wajib pajak adalah bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat sesuai keputusan MENKEU
Nomor 533/KMK.04/2000.
a. Pada Awal Tahun Buku
Penyelenggaraan pembukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat untuk pertama kali
dilakukan dengan bertitik tolak dari neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam mata
uang rupiah) yang dikonverensikan ke mata uang dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs sebagai berikut:
1) Untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat perolehan harta tersebut.
2) Untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 menggunakan kurs yang sebenarnya yang berlaku pada saat perolehan harta
tersebut.
3) Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.
4) Apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas
nilai selisih lebih dikonverasi ke dalam mata uang dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.
5) Nilai untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang rupiah dari tahun-tahun
sebelemnya, dikonversi ke dalam mata uang DOLAR Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya beralaku pada akhir tahun buku sebelumnya,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukakan secara taat asas.
6) Untuk modal saham dan ekuitas lainnya, menggunakan kurs yang sebenarnya pada
saat terjadinya transaksi.
7) Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konnversi mata uang rupiah
ke mata uang dolar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud dalam bukti 1) sampai
bukti 5) maka selisih laba rugi tersebut dibebankan pada rekening laba tahan.
b. Dalam Tahun berjalan
1) Untuk transaksi yang dilakukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat,
pembukuannya dicatat sesuai dokumen transaksi yang bersangkutan.
2) Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri yang menggunak mata uang
selain dolar Amerika Serikat, dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi, yaitu:

(a) Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, kurs yang dipakai
adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut, dan
(b) Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, kurs yang
dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.
Ketentuan Pokok Pembukuan
Dalam Pasal 28 UU KUP yang menjelaskan mengenai ketentuan pokok pembukuan di jelaskan
sebagai berikut;
- Yang wajib menyelenggarakan pembukuan
1. Wajib pajak orang pribadi yang, melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dan
2. Wajib pajak badan di Indonesia, termasuk BUT
- Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakuan
pencatatan adalah
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atu pekkerjaan bebas yang
menurut peraturan perundang-undangngan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghsilan neto dengan menggunakan norma perhitungan neto, dan
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
- Pembukuan atu pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh menteri keuangan.
- Pembukuan diselenggarakan denga prinsip taat asas dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
1. Prinsip taat asas adalaha yang sama digunakan dala metode pembukuan dengan tahuntahun sebelumnya untuk mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam
metoe pembukuan misalnya dalam penerapan:
a. Stelsel ppengakuan penghasilan;
b. Tahun buku (priode pembukuan);
c. Metode peniliaan persediaan; atau
d. Metode penyusutan dan armotisasi.
2. Stelsel akrual adalah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang.
Perhitungan perpajakan penghasilan dalam memakai stelsel kas harus memperhatikan
hal-hal antara lain sebagai berikut;
a) Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliput penjualan, baik
yang tnai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat di
amortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan
melelui penyusutan dan amortisasi
c) Pemakaian stelsel kas harus dilakuakan secara taat asas(konsisten). Dengan demikian,
penggunaan stelsel kas untuk perpajakan dapat juga dinamakan stelsel campuran.
3. Apabila wajib pajak melakuka perubahan metode pembukuan harus mendapatkan
persetujuan Dirjen pajak.
a) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
penghsilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakn dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indoesia, misalnya Standar Akuntansi Keuanagn, kecuali eraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
b) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen laintermasuk hasil pengelolahan data dari pembukuan yang dilakukan secra
elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10 tahun di

indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi,
atau ditempat kedudukan wajib pajak badan.
Pembukuan dengan Mata Uang Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
Berdasarkan Pasal 28 ayat (8) UU KUP dinyatakan bahwa pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin
menteri keuangan. Wajib pajak yang daoat menyelenggaakan pembukuan dalam bahasa asing san
mata uang selain Rupiah, diatur khusus dalam PMK-196/PMK.03/2007 Jo PER-11/PJ/2010.
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asig yang beroperasi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan penanaman modal asing;
b. Wajib pajak dala rangka kontrak karya yang beroperasi dengan Pemerintahan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundan-undangan pertambangan
selain pertambangan minyak dan gas bumi;
c. Wajib pajak para kontraktor kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentungan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
d. Bentu tetap usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau
sebagaimana diatur dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) terkait;
e. Wajib pajak yang mengdaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
f. Kontrak investasi kolektif(KIK) yang menerbitkan reksadana dalam deniminisasi satuan
mata uang dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif
peryataan pendaftaran dari Badan oengawas Pasal modal-Lembaga Keuanagn sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal; atau
g. Wajib pajak yang berfasiliasi langsung dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh.
Syarat-syarat
- Bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang boleh dipergunakan adalah
bahasa inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat.
- Mendapat izin dari menteri keuangan kecuali bagi wajib pajak dalam rangka
kontrak karya atau wajib pajak dalam dalam rangka kontraktor kontrak kerja
sama atau kerja sama operasi (KOP)
- Mengajukan permohonan izin sesuain dengan format PER-11/PJ/2010 paling
lambat tiga bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat tersebut dimulai
atau sejak tanggal pendirian bagi WP baru kepada kantor wlayah dengan
dilampiri;
a) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain
yang serupa bagi wajib pajak bentuk usaha tetap;
b) Fotokopi surat persetujuan penanaman modal asing daro Badan Koordinasi
Penanaman modal bagi wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing;
c) Fotokopi surat keterangan/penujukkan kantor wilayah perwakilan
Indonesia dari kantor pusat bagi wajb pajak bentuk usaha tetap;
d) Surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi
saham wajib pajak pemohon didaftarkan pada bursa efek tersebut bagi
wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya sebagian maupun
seluruhnya dibursa efek luar negeri;
e) Fotokopi surat pemberitahuan efektifnya pernyataan pendaftaran ddari
badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan atas penerbitan

f)

g)

h)

i)

j)

redaksana oleh kontrak investasi kolektif yang bersangkutan wajib pajak


kontrak investasi kolektif;
Fotokopi propekstus penawaran atas redaksana yang diterbitkan dalam
satuan mata uang dolar Amerika Serikat bagi wajib pajak kontrak investasi
kolektif;
Surat keterangan/pernyataan dari perusahaan induk diluar negeri dan lapran
keuangan konsulidasi perusahaan induk diluar negeri bagi wajib pajak yang
berafilisiasi langsung dengsn perusahaan induk diluar negeri;
Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang
berakhir, kkecuali bagi wajib pajak baru terdaftar yang belum wajib
menyampaikan surat pemberitahuan tahunan;
Surat pernyataan (bermateraiRp6000,00) bahwa transaki penjualan dan
biaya yang dilakukan perusahaan disoinasi oleh satuan mata uang dolar
Amerika Serikat dan pembukuan menggunakan bahasa Inggris serta
seluruh aktiva, passiva, modal, pendapatan, dabn biaya seluruhnya dicatat
dalam satuan matau uang dolar Amerika Serikat dengan menggunakan
format sesuai dengan Lampiran II yang tidat terpisahkan dar peraturan DJP
ini; dan
Fotokopi bukti penyetoran modal awal dalam dolar Amerika Serikat bagi
wajib pajak baru untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak pertama.
- bagi wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau wajib pajak
dalam rangka kontraktor kontrak kerja sama atau wajib pajak
kerjasama operasi (KSO) tidak perlu menggunakan izin tetapi
wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis (sesuai dengan format
PER-11/PJ/2010) ke KPP tempat WP terdaftar paling lambat 3
bulan;
a) sejak tanggal pendirian apabila sejak pendiriannya
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa
Inggris san satuan mata uang dolar Amerika Serikat tersebut
dimulai bagi yang akan menyelenggarakan pembukuan bahasa
inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat; atau
b) sebelum tahun buku yan diselenggaraka dengan menggunakan
bahasa inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat
tersebut dimulai bagi yang akan menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan datuan
mata uang dolar Amerika Serikat;
c) untuk wajib pajak KSO harus memenuhi syarat yaitu
dipersyaratkan dalm perjanjian kerjasama/akta pendirian KSO
dan semua anggota KSO telah mendapat izin menteri
keunangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa iggris dan satuan mata uang dolar
Amerika serikat.
Dilampiri dengan;
a) fotokopi kontrak karya bagi wajib pajak dalam rangka kontrak karya,
atau
b) fotokopi kontrak kerja sama bagi wajib pajak kontraktor kontrak kerja
sama.
c) Untuk WP KSO dilampiri;
fotokopi kerjasama/akta oendirian KSO; dan

fotokopi Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang


Pemberian Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dolar
Amerika Serikat atas nama angota-anggota KSO yang telah
mendapatkannya.

Jangka waktu
Wajib pajak yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan ddengan
menggunakan bahasa Inggrid dengan satuan mata uang dolar Amerika Serikat, harus
menyelenggarakan pembukan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar Amerika Serikat tersebut dalam jangka waktu paling sedikit 5 tahun pajak
diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan. Apabila wajib pajak tetap
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa indonesia dan satuan mata
uang rupiah, terhadap wajib pajak tesebut dicabut izinnya secara jabatan oleh kepala
kantor wilayah dan tidak dapat diberikan izin untuk menyelenggarakan perbukuan
dengan menggunakan Bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat.
Pembatalan Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang selain Rupiah
WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan Mata Uang dolar AS namun merncanakan
untuk tidak memanfaatkan izin yang dimilikinya, wajib menyampaikan pemberitahuan
tertulis atau mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dengan satuan
mata uang dolar AS ke;
- Kantor pelayanan pajak dalam hal tujuan pajak sebagaimana
tercantum dalam surat izin belum dimulai surat pemberiyahuan
tersebut harus sudah diterima oleh kantor pelayanan pajak sebelum
tahun pajak tersebut dimulai.
- Kantor Pelayanan paling lama 3 bulan setelah tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satua
mata uang dolar Amerika Serikat tersebut dimulai.
Kepala kantor wilayah atas nama menteri keuangan memberikan keputusan atas
permohonan pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang dolar dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak
permohonan dari wajib pajak diterima secara lengkap. Dalam hal permohonan
pembatalan tersebut dikabulkan, wajib pajak tersebut tidak diperbolehkan
menyelenggarakann pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dalam jangka waktu 5 tahun sejak izin tersebut dicabut.
WP Kotrak Karya atau Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerjasama atau WP
KSO Memilih Pembukuan dalam Bahasa Indonesia dan Mata Uang Rupiah
WP kontrak karya atau wajibpajak kontraktor kontrak kerja sama atau WP KSO yang
telah memberitahukan ke KPP tempat wajib pajak terdaftar untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikst
namun WP tersebut akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan satuan mata uang rupiah, wajib mengajukan permohonan (format sesuai
dengan PER-11/PJ/2010) untuk menyelenggarakan perbukuan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah kepada kantor wilayah paling lama 3

bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa


Indonesia dan satuan mata uang rupiah tersebut dimulai.
Tidak memperoleh Izin, tetapi Menggunakan Pembukuan dalam bahasa asing &
Mata Uang Selain Rupiah
Dalam hal wajib pajak yang tidak memperoh izin tertulis untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, atau
wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau dalam rangka wajib kontrak kerjasama,
yang tidak menyampaikan pemberitahuan secra tertulis ke kantor pelayanan pajak
tempat wajib pajak terdaftar, tetapi tetap menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, terhadapa wajib pajak
tersebut diperlakuakan sebagai wajib pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP.
Telah Memperoleh izin, tetapi Tetap Menggunakan Pembukuan dalam Bahasa
Indonesia dan Mata Uang Rupiah
Dalam hal wajib pajak yang telah memperoleh izizn tertulis untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, atau
wajib pajak dalam kontrak karya atau wajib dalam rangka kontraktor kontrak
kerjasama, yang menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke kantor pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar, tetapi menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah, terhadap wajib pajak
tesebut dicabut izin untuk menyelenggarakan perbukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satauan mata uang dolar AS oleh kepala kantor wilayah dan tidak dapat
diberikan izin untuk menyelenggarakan perbukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satua mata uang dolar Amerika Serikat.

Pencabutan Izin Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
Wajib pajak dapat engaujukan permohonan atas pencabutan izin unutk
menyelenggarakan pembukuan denga menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dengan syarat;
Disampaikan secara tertulis kepada direktur jendral pajak paling lama tiga nulan sebelum
tahun buku berakhir
- Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya; dan
- Permohonan harus memenuhi ketentuan sesuai dengan format
PER-11/PJ/2010.
Konsekuensi Pencabutan Izin
Wajib pajak yang telah dicabut izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, wajib menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah pada
awal tahun buku berikutnya, dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dalam jangka waktu 5 tahun sejak izin tersebut dicabut.
kurs Konverensi untuk Berapa Hal Terkait
No
1

Uraian
Sisa kerugian fiskal dalam rupiah
Kurs konversi ke USS; kurs tengah Bank Indonesia
yang berlaku pada akhir tahun buku pasa saat
kerugian fiskal tersebut terjadi

Perhitungan PPh terutang sesuai tarif Pasal 17 UU


PPh

Angsuran PPh pasal 25 dalam Mata Uang US Dolar

Angsuran PPh yang masih dihitung berdasarkan SPT atau ketettapan pajak pada
tahun sebelumnya yang masih dalam rupiah dikonverensikan ke US dolar sesuai kurs KMK
yang berada pada awal masa pajak ditetapkannya jumlah angsuran PPh Pasal 25 tersebut.
Perubahan Metode Pembukuan dan Tahun Buku
perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari diretur jendral pajak. Perubahan metode pembukuan persetujuan
dar diretu jendral pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin
timbul dari perubahan tersebut.
perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubhan dalam prinsip taat
asa yang meliputi perubahan metode dari kas keakrual atau sebaliknya atau
perubahaan metode pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri.
perubahan periode dalam tahun buku juga berakibat brubahnya jumlah penghasilan
atau kerugian wajib pajak.
dalam hal wajib pajak melakukan perubhan tahun buku dan telah mendapat
persetujuan diretur jenderal, penghasilan yang ditemia atau diperoleh dalam bagian
tahun buku yang tidak termasuk dalam tahun buku yang harus dilaporkan dengan
surat pemberitahaun tersendir dengan melampirkan neraca dan laporan laba rugi
(PP138 Tahun 2000).
persyaratan permohonan perubahan metode pembukuan dan atau perubuhan tahun
buku adalah menyampaikan surat permohonan perubahan metode pembukuan
dan/atau tahun buku kepada kepala dantor pelayanan pajak tempat wajib terdaftar,
dengan menyebutkan (SE-40/PJ.42/1998) ;
a. identitas wajib pajak;
b. perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku yang ke berapa;
c. alasan permohonan dan maksud/tujuan usul perubahan.
tata cara permohonan perubahan tahun buku(SE-14/PJ.313/1991);
a.
mengajukan permohonan ke KPP
b.
pemohonan harus memenuhi syarat sebgai berikut ;
1. SPT tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan
2. tidak mempnyai utang pajak yang berjatuh tempo
3. mengemukakan alasan perubahan tahun buku yang dituangkan dalam
bentuk surat pernyataan
perubahaan tahun buku/tahun pajak dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi
kredit, partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya, dimana apabila
buku/tahun pajak diuabh akan mengakibatkan kesulitan dan atau kerugian bago
perusahaan.
permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut baru pertama kali
diajukan dan tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada tahun-tahun
yang akan datang.
tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja berusaha untuk melakukan
pergeseran laba/rugi guna meringankan beban pajak.
permohonan perubahan metode pembukuan dan atau tahun buku dapat diajukan
lebih dari sekali.
Pencatatan
- dikecualikan dari kewajiban menyeleggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan melali
pencatatan adalah;

1. wajib pajak orang pribadi yang melalui kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitugan penghasilan neto;pencatatan
yang dilakukan:
a. peredaran dan/atau penerimaan bruto yang diterima dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan yang bebas penghasilannya merupakan ibjek pajak yang tidak dikenai
pajak bersifat final;
b. penghasilan bruto yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
yang penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak, termasuk
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan
tersebut; dan/atau
c. penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau pekerjaan bebas maupun dari luar
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
d. pencatatan atas harta dan kewajiban baik yang digunakan untuk melaksanaan
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas maupu yang tidak digunakan untuk
melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
2. wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
pencatatan yang dilakukan;
a. penghasilan bruto yang diterima merupakan objek yang tidak dikenai pajak bersifat
final termasuku biaya yang dikeluarkan untuk mendpatkan, menagih dan memelihara
penghasilan tersebut;
b. penghailan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final;
c. pencatatan atas harta dan kewajiban yang dimiliki.
pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dengan memperlihatkan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia serta didukung dengan dokumen yang menjadi dasar
pencatatan.
catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus tempat tinggal
wajib pajak dan/atau tempat kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
dilakukan selama 10 tahun terhitung sejak berakhirnya tahun pajak.
pencatatan dalam satu tahun pajak harus diselenggarakan secara kronologis
dan sistematis berdasarkan urutab tanggal diterimanya peredaran dan/atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto meliputi jangka waktu 12
bulan, mulai tanggal 1Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
pencatatan peredaran dan/atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
oleh wajib pajak orang pribadi meliputi seluruh predaran dan/atau
penerimaan dan/atau penghasilan bruto yang telah diteroima secara tunai.
bagi wajib pajak yang memilik lebih dari satu jenis usaha dn/atau tempat
usaha, pencatatanharus dapat menggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan.
bagi wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari
pemberi kerja, menyimpan dokumen berupa formulir 1721/A1/1721/A2
tersebut sudah dapt dianggap melakukan pencatatan.
bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang diterima dari kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas yang merupakan objek pajak yang tidak
dikenai pajak ersifat final.

Peredaran dan/atau Penerimaan Bruto


Jenis Usaha
:
Tempat Usaha :
Tahun
:
TANGGAL

(1)
01 Januari ...

URAIAN

JUMLAH BRUTO

KETERANGAN

(2)

(3)

(4)

31 Desember ...
Jumlah

Bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas yang merupakan onjek pajak yang tidak dikenai pajak bersifat
final(penghasilan lainnya).
Penghasilan Lainnya
Bulan... Tahun...
TANGGAL

URAIAN

JUMLAH
BRUTO

BIAYA

JUMLAH
BRUTO

KETERANGAN

1 Januari
31 Desember
jumlah
-

bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan bruto yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi yang tidak mungkin melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
Penghasilan Bruto
Tahun:....
TANGGAL

URAIAN

JUMLAH
BRUTO

BIAYA

JUMLAH
BRUTO

KETERANGAN

1 Januari
31 Desember
jumlah

Bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang bukan objek pajak.
Peredaran atau Penerimaan Bruto dan/atau Penghasilan Bruto Tahun...
TANGGAL

(1)
01 Januari ...

URAIAN

JUMLAH BRUTO

KETERANGAN

(2)

(3)

(4)

31 Desember ...
Jumlah
-

Bentuk dan Tata cara pencatatan dan penghasilan yang pengenaan pajakya final.

Penghasilan bruto
Tahun .......

TANGGAL

URAIAN

DASAR
PENGENAAN
PAJAK/
PENGHASILAN
BRUTO

(1)
01 Januari ...

(2)

(3)

PPh TERUTANG

KETERANGA
N

(4)

(5)

31 Desember...
Jumlah
Norma Perhitungan Penghasilan Neto
- Norma Perhitungan adalah pedoman untuk menentuakn besarnya penghasilan neto yang
diterbitakan oleh direktur jendral pajak dan disempurnakan terus-menerus.
- Penggunaan norma perhitungan tersebut pada dasranya dilakkan dalam hal-hal:
a) tidak terdapat dasar perhitungan lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap; atau
b) pembukuan atau catatan peredara bruto wajib pajak ternya diselenggarakan secara tidak
benar.
- wajib pajak yang boleh menggunakan norma perhitungan adalh wajib pajak orang pribadi
yang memenuhi persyaratan-persyaratan berikut;
a) melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
b) peredaran bruto dalam 1 tahun kurang dari Rp.4.800.000.000,00
c) memberitahukan kepada dirjen pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun
buku
d) menyelenggarakan pencatatan.
- dalam hal wajib pajak tesebut tidak menyampaikan pemberitahuan kepada dirjen pajak seperti
tersebut di atas, dianggap lebih memilih menyelenggarkan pembukuan
- perhitungan penghasilan neto wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau
pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha dengan memperhatikan
pengelompokan wilayah (KEP-536/PJ./2000).
- Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dan/atau wajib
menyelenggarakan pembukan, tetapi:
a) tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban pencatata atau pembukuan;
b) tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti
pendukungnya pada waktu dilakukan pmeriksaan;
Contoh Pemakain Norma
A. Wajib pajak Tn.X kawin dan mempunyai 3 orang tanggungan. Ia seorang notaris
bertempat tinggal di Bandung yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.
penghasilan tahun 2011
- peredaran usaha dari industri
rotan (setahun) di Cirebon
Rp.90.000,00
- penerimaan bruto sebagai notaris
(setahun) di Bandung
Rp.62.000,00

Penghasilan neto diitung sebagai berikut:


- dari industri rotan:
12,5% x Rp.90.000,00
- sebagai dokter:
55% X Rp.62.000.000
- jumlah penghasilan neto

Rp.11.250.000
Rp.34.100.000
Rp.45.350.000

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikuangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
Rp.45.340.000,00-Rp.21.120.000,00 = Rp.24.230.000
Pajak penghasilan yang terutang :
5% x Rp.24.320.000,00

Rp.1.211.500

Jumlah

Rp.1.211.500

Catatan:
a. Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33 100
b. Angka 45% sebagai notaris, lihat kode 82910
c. Istri tidak punya penghasilan
Peminjaman Dokumen dalam Pemeriksa Pajak
Keterangan
saat peminjaman dokumen

Surat permintaan peminjaman


buku catatan, dokumen

Jenis pemeriksaan
Lapangan
Kantor
Pada saat pelaksanaan pemeriksaan di
Pada saat dikirimkan surat panggilan
tempat wajib pajak
menjadi lampiran.
1. dalam hal buku,
1. dalam hal masih terdapat
cattatan, dan/atau
buku, catatan dan dokumen
dokumen yang
termasuk data yang dikelola
diperlukan belum
secara elektronik serta
diperoleh/ditemukan
keterangan lain yang
pada saat pelaksanaan
diperlukan tetapi belum
pemeriksaan
terdapat dalam lampiran
2. dilampiri dengan daftar
surat panggilan
buku, catatan, doumen,
2. dilampiri dengan daftar buku,
yang wajib dipinjamkan
catatan, dan dokumen yang
dalam rangka
wajib dipinjamkan dalam
pemeriksaan
rangka pemeriksaan.

Pemeriksaan Dokumen (lanjutan)


Keterangan
WP tidak atau tidak sepenuhnya
memenuhi peminjaman dokumen

Jenis pemeriksaan
Lapangan
Kantor
Pada prinsipnya sama dengan
surat peringatan I setelah 2
pemeriksaan lapangan hanya
minggu sejak penyampaian
penghitungan jangka waktu
pemintaan peminjaman
pemenuhan dokumen sejak tanggal
surat peringatan II setelah 3
penyampaian surat panggilan dalam
minggu sejak tanggal
rangka pemeriksaan atau surat
penyampaian permintaan
permintaan peminjaman.
peminjaman .
apabila 1 bulan sejak tanggal
penyampaian surat
permintaan peminjaman,
wajib pajak tetap tidak atau
tidak sepenuhnya

Dokumen dalam bentuk fotokopi


dan/atau elektronik

memijamkan buku, catatan,


dan/atau dokumen atau tidak
memberi keterangan yang
diminta, pemeriksa pajak
harus harus membuat berita
acar tidak dipenuhinya
permintaan peminjaman
buku, catatan dan dokumen
disertai rincian daftra buku,
catatan, dan dokumen yang
wajib dipinjamkan namun
belum diserahkan
pemeriksaan pajak harus
menentukan dapat atau
tidaknya melakukan
pengujian dalam rangka
menghitung besarnya
penghasilan kena pajak
berdasarkan kompeten yang
cukup sesuai standar
pelaksanaan pemeriksaan.
dalam hal memeriksa pajak
tidak dapat melakukan
pengujian dalam rangka
mengitung pajak penghasilan
kena pajak, pemeriksa pajak
harus menguraikan alasan
dan pertimbangannya dalam
kertas pemeriksaan
untuk pemeriksa wajib pajak
orang pribadi yang
melakukan usaha atau
pekerjaan bebas, penghasilan
kena pajak dapat dihitung
secara jabatan sesuai dengan
ketentuan undang-undang
perpajakan.
Wajib pajak harus membuat
surat pernyataan bahwa
fotokopi dan/atau data yang
dikelola secara elektronik
yang dipinjamkan kepada
pemeriksa pajak adalah sesui
dengan aslinya
Dalam hal untuk mengakses
data yang dikelola secara
elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian
khusus, pemeriksa pajak:
Dapat meminta bantuan
kepada wajib pajak untuk
menyediakan tenaga dan/atau
peralatan atas wajib
pajak;atau
Meninta bantuan seseorang
atau lebih yang memiliki
keahlian tertentu yang bukan
merupakan pemeriksa pajak,

Sama

-----

Bukti peminjaman dan


pengembalian buku, catatan, dan
dokumen

baik yang berasal dari DJP


maupun berasal dari luar
DJP, dengan menggunakan
surat permintaan bantuan
tenaga ahli.
Pemeriksa pajak wajib membuatkan
tanda terimaa atas setiap penyerahan
buku, catatan, dan/atau dokumen dari
wajib pajak yang berkaitan dengan
pemenuhan surat peminjaman. apabila
wajib pajak menyatakan bahwa seluruh
buku, catatan dan/atau dokumen sudah
diserahkan, pemeriksa pajak harus
membuat Berita Acar Pemenuhan
Seluruh Peminjaman Buku,Catatan dan
dokumen.

6
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Dasar Hukum

Sama

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan sebagaimana telah berrapa kalli diubah terakhir dengan
Undang-undang 16 Tahun 2009.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 27 Tanggal 28 Desember 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
umum dan Tata Cara Peroajakan sebagaiman telah berapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.
3. Peraturan MENKEU Nomor PMK-66/PMK.03/2008 tanggal 28 April Tahun
2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK-12/PMK.03/2009 tanggal 2
Februari 2009 tentang Tata Cara Penyampaian Pembetulan Surat
Pemberitahuan, dan Persyaratan Wajib pajak yang Dapat Diberikan
Penghapusan Sanksi Administrasi dalam Rangka Penerapan Pasal 37A UU
KUP.
4. Peraturan MENKEU Nomor pmk-181/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember
2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK-152/PMK.03/2007 tantan
Bentuk dan Isi Pemberitahua, Serta tata cara pengambian, pengisian,
pentandatanganan, dan penyampaian surat pemberitahuan.
5. Peraturan MENKEU Nomor. PMK-182/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember
2007 tentang Tata cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib
pajak dan Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak
dama Satu Surat Pemberitahuan Masa.
6. Peraturan MENKEU Nomor PMK-184/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember
2007 tentang Wajinb Pajak Penghasilan Tertentu yang Dikecualikan dari
Kewajiban Menyampaikan Surat PPP.
7. Peraturan MENKEU Nomor PMK-184/PMK.03/2007 Tanggal 28 Desember
2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo dan Penyetoran Pajak,
Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak.
8. Peraturan MENKEU Nomor PMK-185/PMK.03/2007 Tanggal 28 Desember
2007 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengelolahan Surat
Pemberitahuan.
9. Peraturan MENKEU Nomor PMK-186/PMK.02/2007 tanggal 28 Desember
2007 tentang Wajib pajak Tertentu yang dikecualikan dari pengenaan
sanksi administrasi berupa denda karena tidak menyampaikan surat
pemberitahuan dalam jangka waktu yang ditentukan.
10.peraturan MENKEU Indonesia Nomor 196/PMK.03/2007 Tanggal 2
Desember 2000 tentang Penyelenggaraan Pembukuan dalam Bahasa
Asing dan Mata Uang selain Rupiah Serta Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan.
11.Keputusan Menteri Keuangan Indoesia Nomor 534/KMK.04/2000 Tanggal
22 Desember 2000 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta
Keterangan dan atau Dokumen yang Harus Dilampirkan.
12.Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-63/PJ/2009 Tanggal 01 Desember2009
tentang Bentuk dan Tata Cara Penggunaan Template dalam Bahasa Inggrs
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib pajak Orang
Pribad Beserta Petunjuk Pengisiannya.

13.Peraturan DJP Nomor PER-53/PJ/2009 tanggal 30 September tentang


Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak penghasilan final Pasal 4
Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa Pajak penghasilan Pasal 15, Pasal 22,
Pasal 23 dan/atau Pasal 26 serta Bukti Pemotongan Pengisiannya.
14.Peraturan DJP Nomor PER-34/PJ 2009 Tanggal 04 Juni 2009 sebagaiman
telah diubah denan PER-66/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Beserta Petunjuk
Pengisiannya.
15.Peraturan DJP Nomor PER-39/PJ/2009 tanggal 02 Juli 2009 tentang Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan Wajib Pajak Badan Beserta
Petunjuk Pengisiannya.
16.Peraturan DJP NomorPER-32/PJ/2009 Tanggal 25 Mei 2009 tentang Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasla 16 dan
bukti pemotongan/ pemungutan pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pasal26.
17.Peraturan DJP nomor PER-19/PJ/2009 Tanggal 25 Februari 2009
sebagaimana telah Diubah dengan PER-01/PJ/2010 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengelolaan Surat Pemberitahuan Tahunan.
18.Peraturan DJP Nomor PER-19/PJ/2009 Tanggal 2 Maret 2009 Tentang Tata
Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan.
19.Peraturan DJP Nomor PER-11/PJ/2009 tanggal 18 Februari 2009 tentang
Perubahan PER-179/PJ/2007 tentang Tempat Lain yang Dapat Digunakan
untuk Menerima SPT.
20.Peraturan DJP Nomor PER-9/PJ/2009 tanggal 4 Februari 2009 TENTANG
Tempat dan Cara lain Pengambilan Surat Pemberitahuan.
21.Peraturan DJP Nomor PER-6/PJ/2009 tanggal 20 Januari 2009 Tata Cara
Penyampaian Surat Pemberithuan dalam Bentuk Elektronik.
22.Peraturan DJP Nomor PER-47/PJ/2009 tanggal 16 Desember 2008 TENTANG
Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik melaui
Penyediaan Jasa Aplikasi (ASP).
23.Peraturan DJP Nomor PER-39/PJ/2008 tanggal 23 Juni 2008 tentang Bentuk,
Isi, dan Tata Cara Penyampaian Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) dan
Bentuk Formulir Kertas Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Dikukuhkan Di
kantor Pelayan Pajak, dalam Rangka Pengelolahan Data dan Dokumen di
Pusat Pengelolaan Data dan Dokumen Perpajakan.
24.Peraturan DJP Nomor PER-22/PJ/2008 Tanggal 21 Maret 2008 tentang Tata
Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25.
25.Peraturan DJP Nomor PER-146/PJ/2006 tanggal 29 September 2006
sebagimana teah diubah dengan PER-142/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007
tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).
26.Peraturan DJP Nomor PER-147/PJ./2006 Tanggal 29 September 2006
TENTANG bentuk isi dan tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) bagi Pemungut PPN.
27.Keputusan DJP Nomor KEP-518/PJ./2000 Tanggal 4 Desember 2000 tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan Selain Melalui Kantor Pos.
28.Surat Ederan DJP Nomor SE-102/PJ/2009 tanggal 19 Oktober 2009
Sosialisasi Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun 2009.

29.Surat Edaran DJP Nomor SE-82/PJ/2009 tanggal 31 Agustus 2009 tentang


Penegasan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberithuan dan/atau
Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Secara
Elektronik Melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
Defenisi
Surat Pemberitahuan adalah surat yang wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan(Pasal 1 UU KUP)
Surat pemberitahuan(SPT) terdiri atas:
1. SPT Tahunan Pajka Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
2. SPT Masa, yaitu SPT untuk Masa Pajak yang terdiri atas:
a. SPT Masa Pajak Penghasilan
b. SPT Masa Pajk PPN
c. SPT Masa PPN bagi pemungut PPN
Fungsi Surat Pemberitahuan
SPT pajak berfungsi sebagai berikut;
1. fungsinya bagi wajib pajak PPh adalah untuk melaporkan dan
mempertsnggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dan utntuk melaporkan tentang;
- pembayaran atau pelunasan pajak yang dilaksanakan sendiri
dan attau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain
dalam 1 tahun pajak atau bagian pajak.
- penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan
objek pajak.
- Harta dan kewajiban
- penyetoran dari pemotong atau pemungut pajak orang
pribadi atu badan lain dala 1 masa pajak
2. mempertanggungjawabkan perhitungan PPN dan PPn BM yang sebenarnya
terutang dan utntuk melaporkan tentang;
- perkreditan masukan terhadap pajak keluaran
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam 1 masa
pajak.
3. bagi pemotong atau pemungut pajak, sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya.
Bentuk, Jenis, Formulir, dan Kelengkapan Surat Pemberitahuan
Bentuk SPT ;
a) formulir kertas (hardcopy), data SPT wajib pajak dalam bentuk fisik
formulir yang telah ditentukan bentuk dan isinya.
b) e-SPT, adalah SPT wajib pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
wajib pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh
Direktorat Jendral Pajak.
Jenis Surat Pemberitahuaan

1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26


2. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22
3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26
4. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25
5. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat(2)
6. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15
7. Surat Pemberitahuan Masa PPN
8. Surat Pemberitahuan Masa PPN bagi Pemungut
9. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
10.Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris
dan mata uang dolar Amerika Serikat
11.Surat Pemberitahuan Tahun Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi
Formulir Surat Pemberitahuan
1. Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat
(2), Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal
23 dan/atau Pasl 26 PPh Pasal 4 ayat (2)
2. Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut PPN
3. Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut PPn
4. Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
a. SPT Masa PPN dalam bentuk hardcopy
- SPT Masa PPN 1111, digunakan oleh PKP yang menerbitkan
Faktur Pajak Standar dan membuat Nota Retur serta
membuat dokumen yang diperlukan sebagai Faktur Pajak
Standar atau mengkreditkan Faktur Pajak standar dan
menerima Nota Retur serta menggunakan dokumen tertentu
yang diperlukan sebagai Faktur Pajak Standar, yang
jumlahnya baik sebagai Pajak Keluaran maupun debagai
Pajak Masukan masing-masing tidak lebih dari 30 dalm 1
masa Pajak .
SPT Masa PPN 1111 diwajibkan PKP yang terdaftrar di
KPP yang telah ditetapkan dengan keputusan Dirjen
Pajak untuk melakukan pelaporan SPT Masa PPN 1111.
5. Formulir SPT tahunan PPh dapat digunakan formulir sebagai berikut;
a. Formulir 1771 untuk Surat Pemberitahuan(SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan
b. Formulir 1771$ untuk Surat Pemberitahuan(SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang dolar AS.
c. Formulir 1721 untuk SPT Tahunan PPh Pasl 21 (terakhir kali digunakan
untuk tahu pajak 2008, untuk tahun pajak 2009 dan seterusnya sudak
tidak ada lagi)
d. formlir SPT Tahunan PPh orang pribadi, dibagi sebagi berikut;
- Formulir 1770, untuk WP OP yang mempunyai penghasilan:
1) dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelengarakan
pembukuan atau norma perhitungan penghasilan neto;
2) dari satu atau lebih pemberi kerja;
3) yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final; dan/atau

4) penghasilan
Formulir 1770S bagi wajib pajak yang memounyai
penghasilan:
1) dari satu atau lebih pemberi kerja;
2) dalam negeri alinnya; dan/atau
3) yang dikenakan PPh Final/atau bersifat Final
Formulir1770SS bagi wajib pajak yang mengenai penghasilan
hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan
bruto dari pekerjaan lebih dari Rp.60.000.000 setahun dan
tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan
bunga Bank dan/atau bunga koperasi.
saat dimulainya penyampaian e-SPT diatur dengan
ketentuan sebagai berikut;
a) bagi wajib pajak yang telah ditetapkan terdaftar di KPP
berdasarkan Keputusan DJP yang berlaku serikali
berlakunya peraturan DJP ini ditetapkan sejak Tanggal 1
Juli 2009.
b) Bagi wajib pajak yang ditetapkan terdaftar di KPP
berdasarkan Keoutusan DJP yang berlaku setelah
berlakunya DJP ini, terhitung setelah bulan wajib pajak
ditetapkan.
wajib pajak dianggap tidak menyampaikan SPT, apabila ;
a) tidak menggunakan e-SPT sesuai dengan ketentuan
diatas
b) menggunakan e-SPT tetapi tidak melampirkan keterangan
dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan sesuai
dengan ketentuan berlaku.

Kelengkapan SPT
penyampaian surat pemberitahuan harus lengkap yaitu SPT induk dan
lampirannya karena SPT induk dan lampirannya merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan, kecuali SPT untuk WP tertentu.
a) SPT tahunan PPh badan
1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari
wajib pajak itu sendiri beserta rekonsiliasi labi rugi fiskal.
2. Daftar perhitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.
3. Perhitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian
tahun-tahun sebelumnya yang dapat dikompensasikan.
4. Surat Setoran Pajak penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal
terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali da izin untuk
mengangsur atau mennda pembayarn Pasal 29.
5. surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan tahunan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
6. lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan
perhitugan besarnya ppenghasilan kena pajak atau besarnya pajak
penghasilan Pasal 25.
b) SPT tahunan PPh OP yang menyelenggarakan pembukuan
1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari
wajib pajak itu sendiri beserta rekonsiliasi fiskalnya.
2. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.

3. Perhitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian


tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
4. Surat Setoran Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dal hal
terdapar kekurangan pajak yang teutang kecuali ada izin untuk
mengangsur atau menunda pembayara pajak penghasilan Pasal 29.
5. Surat Kuasa khusus dala hal surat pemberitahuan tahunan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak, atau surat keterangan
kematian dari instansi yang berwenang dalam hal ditandatangani oleh
ahli waris.
6. Fotokopi formulir 1721-A1 DAN ATAU 1721-A2, dalam hal wajib pajak
menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah
dipotong pajaknya oleh pemberi kerja.
7. perhitungan pajak penghasilan yang terutang oleh masing-masing
pihak bagi wajib pajak yang kawin dengan perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.
8. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan wajib pajak.
9. Bukti setoran Zakat atas pennghasilan yang dibayar oleh wajib pajak
orang pribad pemeluk agama Islam kepada badanamil zakat yang
dibentuk dan disahkan oleh Pemerintahan.
10.Lampiran-lampiran lainnya penghasilan kena pajak atau besarnya
pajak penghasilan Pasal 25.
c) SPT tahunan PPh menyeleggarakn pencatatan
1. Jumlah peredaraan atau penerimaan bruto setiapa bulan selam
setahun.
2. Surat setoran pajak penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal
terdapat kekurangan pajak yang teutang, kecuali ada izin untuk
mengangsur atau menunda pembayarn pajak penghasilan pasal 29.
3. Surat Kuasa khusus dalam hal surat pemberitahuan tahunan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak, atau surat keterangan
kematian dari instansi yang berwenang dalam hal ditandatangani oleh
ahli waris.
4. Fotokopi formulir 1721-A1 DAN ATAU 1721-A2, dalam hal wajib pajak
menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah
dipotong pajaknya oleh pemberi kerja.
5. perhitungan pajak penghasilan yang terutang oleh masing-masing
pihak bagi wajib pajak yang kawin dengan perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.
6. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan wajib pajak
7. Bukti setoran Zakat atas pennghasilan yang dibayar oleh wajib pajak
orang pribad pemeluk agama Islam kepada badanamil zakat yang
dibentuk dan disahkan oleh Pemerintahan.
8. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan
penghitungan besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya pajak
penghasilan Pasal 25.
d) Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan Pasal 21 adalah
1. Surat setoran pajak penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal
terdapat kekurangan kekurangan pajak yang terutang.
2. Surat kuasa khusus dalam hal surat pemberitahuan tahunan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak, atau surat keterangan
kematian dari instansi yang berwenang dalah hal wajib pajak orang

pribadi telah meninggal dunia dan surat pemberitahuan tahunan


ditandatangani oleh ahili waris.
3. Laporan keuangan atas kegiatan kerjasama operasi bagi wajib pajak
kerjasama operasi(joint operation) .
e) Surat Pemberitahuan Masa Pajak penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26
adalah:
1. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan Pasal
21 dan Pasal 26 yang harus disetor.
2. Surat kuasa khusus dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak, atau surat keterangan
kematian dari instanti yang berwenaang dalam hal wajib pajak orang
pribadi telah meninggal dunia dan surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh ahli waris
3. Daftar bukti potong pajak penghasilan Pasal 21 dan 26
4. Bukti pemotongan pajak penghsailan Pasal 21 dan Pasal 26 selain bagi
karyawan atau pegawai tetap.
f) Surat Pemberitahuan masa pajak penhasilan Pasal 22 untuk:
1. Badan Usaha Industri tertentu;
a. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
Pasal 22 yang harus disetor
b. Surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak
c. Daftar bukti pemotongan pajak penghasilan Pasal 22
d. Bukti pemungutan pajak penghasilan Pasal 22
e. Rincian retur penjualan, dalam hal ada retur penjualan
2. Berdasarkan pemerintah/badan lain ;
a. Surat setoran pajak sebaggai bukti pelunasan pajjak penghasilan
Pasal 22 yang harus disetor.
b. Surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
3. Bank Devisa;
a. Surat setoran pajak-pajak penghasilan Pasal 22 Impor
b. surat khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangai oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar surat setoran penghasilan Pasal 22 Impor.
4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai:
a. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
pasal 22 yang harus disetor.
b. Surat kuasa khusus dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar bukti pemungutan pajak penghasilan Pasal 22.
d. Bukti pemungutan pajak Penghasilan Pasal 22.
e. Risalah lelang, dalam hal pelaksanaan lelang
5. Pertamina:
a. Surat setoran pajak penghasilan pasal 22.
b. Surat Kuasa Khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar surat setoran pajak penghasilann Pasal 22.
g) Surat pemberitahuan masa pajak penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26
adalah:

1. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan Pasal 23


dan Pasal 26 yang harus disetor.
2. Surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatatangani oleh bukan wajib pajak.
3. Daftar bukti pemotongan pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4. Bukti pemotongan pajak penghailan Pasal 23 dan Pasal 26.
5. fotokopi surat keterangan domisili yang masih berlaku, dalam hal pajak
penghasilan Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif perjanjian penhidaran
pajak berganda (P3B).
h) Surat Pemberitahuan Masa Pajak penghasilan Pasal 25 untuk wajib pajak
baru kecuali BUMN dan BUMD. Dan wajib pajak yang mempunyai
penghasilan tidak teratur:
1. Surat setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan Pasal
25.
2. Surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
3. Perhitungan pajak penghasilan yang terutang bulan bersangkutan.
i) Surat Pemberitahuan Masa Pajak penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas :
1. Hadiah Undian;
a. Surat setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
pelunasan pajak Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian.
b. Surat khusus kuasa, dalam hal surat pemberitahuan masa
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar Bukti pemotongan/pemungutan pajak penghasiln Pasal 4
ayat (2) atas hasil undian.
d. Bukti pemotongan/pemungutan pajak penghasiln Pasal 4 ayat (2)
atas hasil undian.
2. Bunga deposito/tabungan , diskonto sertifikat BI, dan jasa giro:
a. Surat setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
Pasal ayat (2) atas bunga deposito/tabungan, diskonto sertifikat BI,
dan jasa giro.
b. Surat kuasa khusus, dalam hal pemberitahuan masa ditandatangani
oleh bukan wajib pajak.
3. Transaksi saham di bursa efek:
a. Surat setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
pelunasan pajak Pasal 4 ayat (2) atas transaksi penjualan saham
dibursa efek.
b. Surat kuasa khusus, dalam hal pemberitahuan masa ditandatangani
oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar nilai penjualan saham per hari bursa
d. Daftar perantara pedagang efek pemungut pajak penghasilan atas
penghasilan dari penjualan saham.
4. Transaksi penjualan Obligasi:
a. Surat setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan
pelunasan pajak Pasal 4 ayat (2) atas transaksi penjualan obligasi.
b. Surat kuasa khusus, dalam hal pemberitahuan masa ditandatangani
oleh bukan wajib pajak.
c. Daftar nilai penjualan obligasi perhari.
d. Daftar perantar pedagan efek pemungut pajak penghasilan atas
penghasilan obligasi.

Anda mungkin juga menyukai