pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang ditanda tangani oleh kedua bela pihak dan berisi
koreksi baik yang disetujui maupun tidak disetujui.
Tim pembahas adalah tim yang dibentuk oleh DJP yang bertugas membahas perbedaan antara
pendapat WP dan pemeriksa pajak pada saat dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh pemeriksa
pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, data keterangan, dan/atau bukti yang
dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan
pelaksanaan.
Penghasilan Kena Pajak tidak dapat dihitung adalah pemeriksa pajak tidak dapat melakukan
pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur
sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan adalah laporaan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil
pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secararingkas dan jeelas sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan.
Peneriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pemeriksaan
sebelumnyaa.
Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah jangka waktu yang diberikan
kepada peeemeriksa pajak untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP
yangb dihitung sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada WP
sampai dengan tanggal penandatanganan berita acara pembahasan akhir pemeriksaan hasil
pemeriksaan.
Kuesioner pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan yang terkait
dengan pelaksanaan pemeriksan
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan utnuk mendaoat bukti
permulaaan tentang adanya dugaan yang telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.
UU No. 6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.16
Tahun 2009.
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Perpajakan berdasrkan UU No.6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009
PP No.80 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara pelaksanaan Hakk dan Kewajiban
Perpajakan berdasarkan berdasrkan UU No.6 Tahun 1983 Tentang KUP sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007
PMK Nomor PMK-130/PMK.03/2009 Tanggal 18 Agustus 2009 Tentang Tata Cara
Pengehentian Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan untuk Kepentingan
Penerimaan Negara.
PMK Nomor PMK-201/PMK.03/2007 Tanggal 28 Pihak-Pihak yang terikat oleh kewajiban
merahasiakan.
PMK Nomor PMK-199/PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak.
PMK Nomor PMK-198/-PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Penyegalan
Dalam Rangka Pemeriksaan di Bidang Perpajakan
PMK Nomor PMK-202/PMK.03/2007 Tanggal 28 Des 2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-09/PJ/2010 Tanggal 01 Mar 2010 Tentang Standar Pemeriksaan
Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-65/PJ/2009 Tanggal 17 Des 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembuatan Jaminan Dalam Bentuk Escrow Account dan Pelunasan Pajak Berikut Sanksi
Administrasi berupa Denda,
Peraturan DJP Nomor PER-47/PJ/2009 Tanggal 1 Sep 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap WP dan Diduga Melakukan Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2009 Tanggal 24 Feb 2009 Tentang Pelaksanaan Analisis
Risiko Dalam Rangka Pemeriksaan atau Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
Lebih Bayar.
Peraturan DJP Nomor PER-17/PJ/2009 Tanggal 24 Feb 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemriksaan Atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar bagi
Pengusaha Kena Pajak Dengan Risiko Sangat Rendah.
Peraturan DJP Nomor PER-19/PJ/2008 Tanggal 02 Mei 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan.
Peraturan DJP Nomor PER-20/PJ/2008 Tanggal 02 Mei 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor.
Peraturan DJP Nomor PER-48/PJ/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Tata Cara
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Peraturan DJP Nomor PER-54/PJ/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyegelan Dalam Rangka Pemeriksaan di Bidan Perpajakan.
Peraturan DJP Nomor PER-26-PJ/2008 Tanggal 18 Sep 2008 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
BPHTB.
Keputusan DJP Nomor KEP-272/PJ/2002 Tanggal 17 Mei 2002 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan Tindak Pidana
Dibidang Perpajakan.
Keputusan DJP Nomor KEP-01/PJ.7/1993 Tanggal 9 Mar 1993 Tentang Pedoman
Pemeriksaan Pajak Terhadap WP Yang Mmepunyai Hubungan Istimewa.
Surat Edaran DJP Nomor SE-83.PJ.2009 Tanggal 01 Sep 2009 Tentan Review dan
Penelaahan Sejawat.
Surat Edaran DJP Nomor SE-10/PJ.04/2008 Tanggal 31 Des 2008 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Surat Edaran DJP Nomor SE-16/PJ./2009 Tanggal 21 Des 2009 Tentang Kebijakan
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain.
Surat Edaran DJP Nommor SE-06/PJ.7/2005 Tanggal 1 Mei 2005 Tentang Sistem Informasi
Manajemen Pemeriksaan Pajak.
2
KEWENANGAN DAN KEBIJAKAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK
sedangkan pemeriksaan yang dilaksanakan selai oleh KPP, pada dasarnya pemeriksaan
lengkap.
d. Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun pajak yang sama tidak diperkenankan,
kecuali seperti berikut
1) Terdapat indikasi bahwa WP diduga telah atau sedang melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan.
2) Terdapat data baru dan atau data semula belum terungkap, mengakibatkan
penambahan jumlah pajak terhutang atau mengurangi kerugian yang dapat
dikompensasikan.
Data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan, untuk
mengitung besarnya jumlah pajak terutang yang oleh WP belum diberitahukkan pada
waktu penetapan pajak semula, bai dalam SPT beserta lampirannya maupun dalam
pembukuan WP yang diserahkan/dipinjamkan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
Data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain mengenai segala
sesuatu yang diperlukan utnuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terhutang, tetapi
1) Tidak diungkap oleh WP dalam SPT beserta lampirannya, termasuk juga dalam
laporan keungannya, dan atau
2) Pada saaat pemeriksaan dilakukan untuk penetapan pajak, WP tidak
mengungkapkan data dan atau keterangan lainn dengan benar, lengap, dan terinci,
sehingga tidak memungkinkan pemeriksa untuk dapat menerangkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan secara benar dalam mengitung jumlaah
pajak yang terutang.
e. Buku-buku, catatan dan dokumen lain yang akan dipinjam dari wahib pajak dalam
pelaksanaan pemeriksaan tidak harus yang asli, dapat juga misalnya berupa fotokopi
yang sesuai dengan aslinya
Mengenai hal peeminjaman buku-buku, dan dokumen pemeriksa dan berakibat
pemeriksaan memakan waktu lebih lama, karena tidak terpenuhinya jangka waktu
penyelesaian pemeriksaan.
f. Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor pemeriksaan atau ditempat wajib pajak
Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor pelayanan pajak terhadap
satu atau beberapa jenis paja. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan sederhana kantor
Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksa yang dilakukan terhadap wajib pajak, untuk
tahun berjalan atau untuk tahun sebelumnya yang dilakukan dengan cara menerapkan
teknik-teknik pemeriksaan yang lazim untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
Pemeriksaan sederhana lapangan adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap
wajib pajak utnuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak terkoordinasi antarseksi jenis
pajak tertentu oleh kepala kantor.
Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai pemeriksa pajak.
Jujur dan bersih dari tindakann tercela
Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan
NO.
1
3
4
5
6
8
9
10
11
12
TUJUAN
MEGUJI
TUJUAN
KEPATUHA
LAIN
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
TUJUAN
MEGUJI
TUJUAN
KEPATUHA
LAIN
N
12
10
11
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada wajib pajak
Memberitahukan secra tertulis tentang di lakukannya pemeriksaan untuk
tujuan lain kepada wajib pajak
Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah
pemeriksaan kepada wajib pajak pada waktu melakukan pemeriksaan
Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak
Memperlihatkan surat tugas kepada wajib pajak apabila susunan tim
pemeriksaan pajak mengalami perubahan
Membuat kertas kerja pemeriksaan sebagai dasar penusunan laporan
hasil pemeriksaan
Menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib
pajak
Menberikan hak hadir kepada wajib pajak dalam rangka pembahasan
akhir hasil dalam batas waktu yang telah di tentukan
Memberikan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
perpajakan
Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pebukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang di pinjam dari
wajib pajak paling lama 7 hari sejak tangal laporan hasil pemeriksaan
Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka
pemeriksaan
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
PEMERIKSAAN KANTOR
NO
2
3
4
5
6
7
9
10
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah
pemeriksaan kepada wajib pajak pada waktu pemeriksaan
Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak yang
akan diperiksa
Memperlihatkan surat tugas kepada wajib pajak yang akan diperiksa
Membuat kertas kerja pemeriksan sebagai dasar penyusunan laporan
hasil pemeriksaan
Memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan apabila wajib pajak
hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan
Melakukan pembahasan hasil akhir pemeriksaan apabila wajib pajak
hadir dalam batas waktu yang telah ditrntukan
Memberikan petunjuk kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahuntahun selanjutnya dilakukan sesuai ketentuan perundang undangan
perpajakn
Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dalam dokumen lainnya yang di pinjam dari
wajib pajak paling lama 7 hari sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan
Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
pemeriksaan
2
3
4
5
6
7
8
9
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Melihat dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau yang tetutang pajak
Meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan lain yang berhubungan degan
permeriksaan.
Mengakses data yang dikelola secara elektronik;
Memasuki temoat atau ruang yang di duga digunakan untuk mnyimpan
buku, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau dokumen lain, yang
dapat membaeri petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh
Memasuki ruangan yang diduga digunakan untuk menyimpan dokumen
yang menjadi dasar pembukuan yang berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan
Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan
Melakukan penyegelan ttempat tertentu serta barang yang bergerak dan
tidak bergerak
Meminta keterangan lisan dan tertulis wajib pajak;dan
Meminta keterangan serta bukti yang di perlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1
3
4
5
6
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor DJP menggunakan surat
panggilan
Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, dan objek
terutang pajak;
Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna untuk
kelancaran pemeriksaan;
Meminta keterangan lisandan/atau tertulis dar wajib pajak;
Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik
melalui wajib pajak;dan
Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan waib pajak yang diperiksa melalui
kepala unit pelaksana pemeriksaan.
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
2
3
4
5
6
7
8
PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1
2
3
4
5
6
7
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal
pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksaan;
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan pemeriksaan;
Meminta kepada pemeriksa pajak memperlihatkan surat tugas apabila
susuna pemeriksa pajak mengalami pergantian;
Menerima surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;
Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam waktu yang
telah ditentukan;
Mengajukan permohonan untuk dilakukan perubahan oleh tim
pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antar wajib pajak dan
pemeriksa pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;dan
Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
pemeriksa pajak melalui pengisin formulir koesioner pemeriksaan
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
PEMERIKSAAN LAPANGAN
NO
2
3
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak,atau objek yang terutang pajak;
Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksaan
Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data
yang dikelola secara elektronik;
Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau
ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang petut diduga
digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, uang dan/atau
barang yang memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada pemeriksa pajak;
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
5
6
7
8
PEMERIKSAAN KANTOR
NO
1
3
4
5
6
7
KEWAJIBAN PEMERIKSAAN
Memenuhi panggilan untuk datang dan pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan;
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
wajib pajak atau objek yang terutang pajak;
Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksaan;
Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan;
Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang diuat oleh akuntan
publik;dan
Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
TUJUAN
MENGUJI
TUJUAN
KEPATUHAN
LAIN
3
JENIS DAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK
JENIS PEMERIKSAAN PAJAK
Selama ini pemeriksaan pajak dilakaanakan berdasarkan urutan prioritas pemeriksaannya, karena
untukk memeriksa semua wajib pajak (yang terdaftar) merupakan hal yang tidak mungkin dapat
dilakuakan, kerena tenaga pemeriksaan pajak yang tersedia terbatas jumlahnya.
Idealnya, pemeriksaan pajak daat dilakuakn terhadap semua wajib pakal terdaftar, namun demikian
karna keterbatasan waktu dan jumlah pemeriksa, akhirnya hanya sebagian wajib pajak yan diperiksa.
Meskipun dengan keterbatasan waktu dan tenaga pemeriksa, pemeiksaan tetap harus dilakuakn, karna
ternyata masih banyak wajib pajak yang tingkat kepatuhannya masih rendah setelah dilakukan
penilaian berdasarkan norma-norma pengukuran tertentu, yaitu dengan sistem kriteria seleksi.
Sebagai contoh, terhadap wajib pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar sesuai ketentuan Pasal
17 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan pasal 17 Undang-Undang Perpajakan
sebagaimanan telah di uabah terakhir dengan undang-undang nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP),
ternyata menempati prioritas yang tertinggi.
Apabila dikelompokkan sesuai jenisnya maka pemeriksaan pajak dapat dilaksanakan berdasarkan
jenis pemeriksaan seperti berikut.
a. Pemeriksaan Rutin
1) SPT tahunan PPh ajib pajak badan atau orang pribadi yang menyatakan lebih
bayar.
2) SPT tahunan PPh wajib badan pajak yang menyatakan rugi tapi tidak lebih
bayar.
3) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha;pekerjaan bebas; atau
waib pajak badan yang permohonan pencabutan NPWP;PKP;atau perubahan
tempat terdaftarwajib pajak dari kantor pelayan pajak (KPP) semula ke KPP
yang lain.
4) Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPY tahunan PPh, walaupun sudah
dikirim surat teguran dan tidak mengajukan permohonan pernyampaian SPT,
termasuk SPT yang kembali dari kantor pos dan wajib pajak yang termasuk
kelompok non-efektif.
5) Wajib pajak yangmelakukan kegiatan yang membangun sendiri yang
memenuhi kewajiban PPN-nya patu di duga tidak dilaksanakan sebgaimana
mestinya.
6) Wajib pajak yang mmengajukan permohona untuk pemusatan tempat pajak
(PPN) terutang.
b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pemeriksaan yang dilakuakn terhadap wajib pajak badan atau wajib pajak orang pribadi
berdasarkan skor risiko tingkat kepatuhan secara komputerisasi. Penggunaan sistem
kriteria seleksi semacam ini dimaksudkan utnuk mengurangi unsur subjektifitas dalam
menentukan pilihan wajib pajak yang akan diperiksa, kareena mekanisme pilihannya
berdasarkan beberapa variabel yang sudag terukur dalam suatu program aplikasi
komputer.
Berdasarkan sostem pemilihannya, wajib pajak yang akan diperiksa adalah wajib pajak
yang mempunyai potensi fiskal tinggi, tetapi menunjukkan adanya indikasi telah
melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif, yaitu antara lain dilakukan terhadap
1) Wajib pajak yang diduga telah melakukan tindak pidana dibidang perpajakan ;
2) Wajib pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyrakat, antara lain misalnya
yang semula dikenal melalui kota pos 5000 atau kring pajak 500200.
3) Wajib pajak tertentu berdasarkan pertimbangan DJP
Pemeriksaan wajib pajak lokasi
Pemeriksa terhadap wajib pajak lokasi wajib pajak dapat dilakukan dalam hal
1) SPT tahunan PPh Pasal 21 dan SPT masa PPn menyatakan lebih bayar ;
2) SPT tahunan PPh Pasal 21 dan SPT masa PPn tidak disampaikan masing-masing
selama 2 tahun berturut-turut atau selama 3 bulan berturut-turut dari suatu tahun
pajak ;
3) Adanya permintaan dari unit pelaksanaan pemeriksaan pajak tempat waji pajak
domisili terdaftar atau berdasarkan usulan dari UP3 llokasi
Pemeriksaan tahun berjalan
Pemeriksaan yang dilakukan dalam tahun berjalan terhadap wajib pajak untuk jenis pajak
tertentu atau untuk seluuh jenis pajak dapat dilakukan terhadap wajib pajak domisili atau
wajib pajak lokasi. Pelaksanaan pemeriksaan tahun berjalan pajak hanya dapat dilakukan
terhadap masa pajak sampai dengan bulan Oktober dari tahun pajak yang bersangkutan.
Pemeriksaan buki permulaan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendaptkan bukti permulaan tentang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Apabila dalam pemeriksaan SPT lebih bayar terdapat indikasi tindak pidana di bidang
perpajakkan dan pemeriksaan ditingkatkan menjadi penyidikan. Dirjrn pajak dapat
menrbitkn surat keputusan akan dilakukan tindakan penyidikan sebelum berakhirnya
jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak
Pemeriksaan yang dilakukan secara terkoordinasi dari dua atau lebih unit pelaksana
pemeriksan pajak terhadap beberapa wajib pajak yang memiliki hubungan kepemilikan
atau hubungan secara finansial.
Pemeriksaan untuk tujuan penagihan adalah pemeriksaan mengenai harta wajib pajak
yang dapat merupak objek sita yang sehubungan dengan adanya UU NO.19 Tahun 2000
Pemeriksaan tehadap Wajib Pajak yang Pindah
Tempat usahanya
1) Menguji kepatuhan wajib pajak selama terdaftar di KPP yang lama
2) Wajib pajak pindah tempat karna berubah status atau pindah alamat
3) Wajib pajak badan atau orang pribadi yang menjalankan pekerjaan bebas, belum
pernah diperiksa dalam tahun pajak
4) Wajib pajak BUT yang terdapat indikasi akan bubar
Jenis Pemeriksaan Ulang
1) Dalam hal laporan keuangannya tidak di audit oleh akuntan publik
a) SPT disampaikan tepat waktu dalam 2 tahun terakhir untuk semua jenis
pajak;
b) Tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak kecuali mendapat
izin mengangsur atau menunda pembayaran;
c) Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana dalam 10 tahun terakhir
d) Dalam 2 tahun terakhir: menyelenggarakan pembukuan,koreksi pada
pemeriksaan semua jenis pajak yang terutang maksimal 5%
2) Pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak yang diberikan fasilitas pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila:
a) Terdapat data baru yang belum terungkap
b) Termasuk dalam daftar pajak besar dan mencegah untuk dilakaukan
pemeriksaan sesuia hasil kriteria seleksi
c) Terdapat istruksi pemeriksaan berdasarkan DJP
Pemeriksaan atas dokumen non financial, yakni:
a) Setiap pemeriksaan harus mencaku atas dokumen non financial
b) Untuk memperoleh temuan dasar dari suatu kegiatan usaha yang akan di
kembangkan
c) Kunci pembuka bagi penentuan strategi pemeriksaan
1) Pemeriksaan terhadap wajib pajak pada KPP WP Besar
a) Diperiksa oleh KPP Wajib pajak besar, Kanwil wajib
pajak besar dan kantor pusat DJP
b) Ruang lingkup pemeriksaan PL,PSL,dan PSK.
c) Dapat di periksa setiap tahun
d) Pemeriksaan dilakukan oleh kantor pusat DJP
Adanya wewenang melakukan pemeriksaan terhadap
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP
pada KPP wajib pajak besar pemeriksaan semacam ini
dilakukan untuk tahun pajak 2002
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
ditempat wajib pajak. Pemeriksaan lapangan dapat meliputi suatu jenis pajak,
seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang
dapat dibedakan sebagai berikut;
1. Pemeriksaan lengkap
Dilakukan terhadap wajib pajak, termasuk KSO dan konsorsium, atas
seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun sebelumnya.
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan dan dapat
diperpanjang paling lama 6 bulan.
2. Pemeriksaan sederhana lengkap
Pemeriksaan lapangangan yang dilakukan terhadap wajib pajak untuk
beberapa jenis pajak. Pelaksaannya dilakukan dalam waktu 1 bulan dan
dapat diperpanjang paling lama 2 bulan`
B. Pemeriksaan Kantor
1. Jangka waktu penyelesaian tidak dapat diubah meskipun terjadi pergantian
pemeriksan pajak
2. Perpanjangan waktu penyelesaian dapat diberikan pemeriksaan berdasarkan
permintaan Kepala kantor DJP
15. Dari hasil penelitian diketahui bahwa alamat usaha berada di daerah
pemukiman penduduk, tetapi memiliki nilai peredaran usaha relatif
tinggi. Contoh : indikasi adanya faktor fiktif
Konfirmasi tiga Jnjang Kebelakang
Pabrikan ABC
(KKP PMA II)
Perdag.II(KPP
Perdag.I(KPP
JKT.Pancoran
JKT.Tanah
Abang
Eksportir(KPP
JKT.Kebayoran
4
PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
DASAR HUKUM
Dasar hukum pemeriksaan bukti permulaan terdapat pada Pasal 43A UU KUP,
sebagai berikut:
1. DJP berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang
melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan.
2. Dalam hal terdapat tindak pidana yang menyangkut petugas DJP, MENKEU
dapat menuasai unit pemeriksa internal di lingkungan DEPKEU untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
3. Apabila ditemukan unsur pidana korupsi, pegawai DJP yang tersangkut di
proses menurut ketentuan tindak pidana korupsi.
4. Tata cara pemeriksaan bukti tindak pidana di bidang perpajakan ayat 1
dan ayat 2 di atur berdasarkan peraturan MENKEU.
Pasal 43 ayat 4 UU KUP memberikan wewenang kepada MENKEU untuk
mengatur tata cara pemeriksaan bukti permulaan bila ada dugaan terjadi
delik pajak. Sebagai pelaksanaan Pasl 43 ayar 4 UU KUP, di tetapkan
peraturan MENKEU Nomor 202/PMK.03/2007 Tentang tata cara pemeriksaan
bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
Undang-undang PDRD tidak mengatur ketentuan peeriksaan bukti permulaan
ada dugaan terjadi delik pajak yang tertuju pada pajak daerah. Hal ini bukan
merupaka kekosongan khusus yang terkandung dalm UU PRD tetapi belum
saatnya di atur pemeriksaan bukti permulaan bila ada dugaan terjadi delik
pajak berdasarkan undang-undang PRD.
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang dugaan terjadi delik pajak. Pemeriksaan bukti permulaan
pada hakekatnya sebagai instrumen hukum pajak yang bertujuan
mengungkapkan keberatan bukti permulaan ada terjadi delik pajak.
Bukti permulaan yang akan dilakukan pemeriksaan tertuju pada keadaan
berupa keterangan yang dapat memberikan petunjuk ada dugaan terjadi
delik pajak.
Penemuan bukti permulaan oleh pegawai pajak didasrkan pada saat
melakukan pemeriksaa pembukuan yang diselenggarakan oleh wajib pajak
sehinnga di temukan dugaan terjadi delik pajak.
Selain itu, dapat pula terjadi karna adanya pengakuan yang mengalami
kerugian karna kerahasian perpajakannya yang terlenggar. Bukti permulaan
yang disampaikan wajib pajak dalam bentuk informasi yang memiliki
substansi yang berbeda secara prinsipil. perbedaanya terletak pada
penerapan terhadap ada dugaan terjadi delik pajak.
Informasi adalah keterangan baik yang di sampaikan secara lisan maupun
tulisan untuk mengetahui ada tidaknnya bukti permulaan delik pajak. Data
adalah sekumpulan angka,huruf, kata yang bentuknya dapat berupa surat
k.
l.
Smentara itu, dalam melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan sebagimana diatur pada Pasal 10
ayat 2 Peraturan MENKEU Nomor 101/PMK.03/2007 berwenang untuk
a.
b.
c.
d.
5
DOKUMEN PEMBUKUAN/PENCATATAN PERPAJAKAN
Dasar hukum
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diuabah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang tata cara
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaiman telah berapa kali
diuabah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007.
Peraturan Menteri Keuanangan Republik Indonesia Nomor 196/PMK.03/2007 tanggal 28
Desember 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan menggunakan
Bahasa asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2007 tanggal 28
Desember 2007 tentang Bentuk dan Tata Cara Pecatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Peraturan DJP Nomor 11/PJ/2010 tanggal 09 Maret 2010 tentang Tata Cara Permohonan,
Pemberitahuan, Pemberian, dan Pembatalan Izin Menyelenggarakan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dolar Amerika Serikat.
Peraturan DJP Nomor 4/PJ/2009 Tanggal 20 Januari 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Keputusan MENKEU Nomor 543/KMK.04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 tentang
Penggunaan Bahasa Asing dalam Pembukuan atau Pencatatan Wajib Pajak.
Surat Edaran DJP Nomor 45/PJ.42/1999 Tanggal 12 Oktober 1999 tentang Penyelenggaraan
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah.
Pembukuan
Pengertian Pembukuan
Seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP,pembukuan adalah:
Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur.
Untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa.
Yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada
setiap tahun pajak berakhir.
Undang-undang perpajakan menggunakan istilah pembukuan bukan akuntansi (Pasal 28 UU KUP).
Akuntansi berdimensi lebih luas, yaitu meliputi pembukuan itu sendiri; penyusunan sistem akuntansi;
interprestasi laporan keuangan dan penyajian informasi.
Pembukuan yang dimaksud dalam UU KUP pada dasarnya bertjuan agar dapat digunakan dan dapat
menjelaskan perhitungan pajak terutang. Sedang laporan keuangan sebagai lampiran yang melengkapi
SPT,yang minimal disyaratkan terdiri atas neraca dan laporan laba/rugi,dapat disebut sebagai laporan
keuangan fiskal,sepanjang sudah disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Dengan demikian,tujuan pembukuan untuk keperluan perpajakan adalah pembukuan yang dapat
dipakai untuk membuktikan kebenaran angka-angka yang dilaporkan dalam SPT, lebih-lebih pada
saat wajib pajak diperiksa atau dilakukan penyidikan terhadapnya. Oleh karena itu, apabila wajib
pajak ternyata menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum,
haruslah melakukan penyesuaian atau rekonsiliasi (fiskal) terlebih dahulu, yaitu melakukan koreksi
fiskal, baik positif maupun negatif, atas elemen dalam neraca dan daftar laba/rugi sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.
Dampak pengaruhnya yang lebih jauh adalah tempat mengurangi timbulnya sengketa pajak yang
lazim terjadi sebagai akibat setelah pemeriksaan pajak mendekati penyelesaiannya. Barangkali benar,
hal ini berawal dari mulai diselenggarakannya closing conference antara wajib pajak dan pemeriksa
pajak, seringkali terjadi secara berlanjut sampai ketingkat penyelesaian keberatan, bahkan sampai ke
penyelesaian sengketa pajak di tingkat banding pada pengadilan pajak yang telah dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002, yaitu badan peradilan pajak yang mulanya
bernama badan penyelesaian pajak (BPSP).
Pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang perpajakan,pengertiannya lebih sederhana
daripada pembukuan, karena peristiwa yang dicatat terbatas pada omset atau nilai peredaran/penjualan
bruto harian. Dengan demikian, pencatatan merupakan ikhtisar atau daftar ringkasan penerimaan
penghasilan dari penjualan atau sumber penghasilan lainnya yang diterima wajib pajak dari waktu ke
waktu.
Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan
a. Kewajiban Pembukuan
1. Setiap pengusaha kena pajak diwajibkan mencatat semua jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang kena pajak/atau jasa kena pajak dalam pembukuan perusahaan.
2. Dalam pembukuan ini harus dicatat terpisah dan jelas, jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang dan/atau jasa, terutang pajak yang mendapat fasilitas berupa pajak, tidak
terutang tidak dipungut, dikenakan tarif 0%, mendapat fasilitas berupa pembebasan dari
pengenaan pajak dan yang tidak dikenakan pajak.
3. Pengusaha memilih dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan penghasilan netto, wajib
membuat catatan nilai peredaran bruto secara teratur menjadi dasar pengenaan pajak
pertambahan nilai, sepanjang terutang pajak pertambahan nilai atas barang dan jasa.
b. Penggunaan Norma Perhitungan
Didasari bagi wajib pajak orang tertentu,penyelenggaraan pembukuan menuntut tenaga dan biaya
yang besar, sehingga dimaksudkan agar tidak membebani masyarakat diluar kemampuaannya
maka ketentuan Pasal 28 Ayat (2) UU KUP, mengatur kepada wajib pajak tertentu yang belum
mampu menyelenggarakan pembukuan melainkan hanya menyelenggarakan pencatatan.
Hal yang menjadi tolak ukur mengenai kemampuan wajib pajak didsarkan pada jumlah peredaran
usahanya, karena peredaran usaha dapat menggambarkan skala aktivitas usaha sehingga dianggap
sebagai ukuran yang paling dapat diterima untuk menentukan kemampuannya untuk
menyelenggarakan pembukuan.
Dalam Pasal 14 Ayat 2 Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa jumlah peredaran bruto
yang menjadi batas kewajiban tidak menyelenggarakan pembukuan adalah kurang dari
4.800.000.000,00 dalam satu tahun buku.
Syarat-syarat Pembukuan
a. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang rupiah dan disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa Asing atau
satuan mata uang selain rupiah, yang diizinkan oleh MENKEU.
b. Pembukuan harus meliputi seluruh kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan wajib
pajak.
c. Pembukuan harus dilakukan secara teratur dan diselenggarakan dengan prinsip taat asas.
d. Pembukuan harus didukung dengan bukti-bukti transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran dan keabsahannya.
e. Pembukuan harus dapat ditelusuri kembali apabila diperlukan.
f. Pembukuan harus ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba/rugi pada setiap akhir
tahun pajak.
g. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, utang atau kewajiban,
modal, penghasilan, biaya, penjualan, dan pembelian sehingga dapat dipakai sebagai dasar
untuk menghitung pajak-pajak yang terutang.
Tujuan Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan dan Pencatatan
Diwajibkannya wajib pajak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan adalah agar dapat
digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, jumlah pajak yang sudah dibayar sendiri
atau melalui pemotongan dan/atau pemungutan pihak lain, penghasilan yang bukan objek pajak,
penghasilan yang merupakan objek pajak, tetapi telah dikenakan pajak bersifat final maupun tidak
final. Kalau pembukuan harus ditutup dengan neraca dan laporan laba rugi maka pencatatan walaupun
tidak mensyaratkan hal yang sama, namun tetap dapat digunakan untuk menghitung hal-hal disebut
diatas. Disamping itu, berkaitan dengan pemeriksaan pajak, pembukuan merupakan dasar bagi
pemeriksaan. Pemeriksaan pajak akan mengalami kesulitan jika tidak didukung oleh adanya
pembukuan atau pencatatan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu, pembukuan atau pencatatan
haruslah didasarkan pada iktikad baik atau pada adat kebiasaan perdagangan yang baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Unsur-unsur Pembukuan
a. Pembukuan kas/bank
Pembukuan mengenai kas dan bank untuk menggambarkan keadaan Kas/Bank pada periode
akuntasi tertentu, dengan mencatat semua penerimaan dan pengeluaran melalui Kas/Bank,
sehingga dari pembukuan ini dapat diketahui:
1. Saldo Kas/Bank pada suatu saat tertentu, dan
2. Seluruh mutasi Kas/ Bank selama periode akuntansi tertentu
b. Pembukuan Piutang
Pembukuan piutang digunakan untuk menyajikan informasi mengenai keadaan/posisi saldo
piutang pada saat tertentu dan mustasi piutang selama periode akuntansi tertentu, termasuk
adanya penambahan atau pengurangan piutang. Dari pembukuan piutang ini diketahui
menngenai;
1. Nama dan alamat debitur,
2. Jumlah piutang atau saldo masing-masing debitur,
3. Saat timbulnya dan berkurangnya piutang,
4. Jenis piutangnya,
5. Saat jatuh tempo piutang,
6. Hak dan penerimaan bunga,
7. Jumlah pitang yang tak tertagih yang dapat dihapuskan, dan
8. Keterangan dan hal-hal lain yang berkenaan dengan piutang.
c. Pembukuan Persediaan
Pembukuan persediaan barangdiselenggarakan untuk menyajikan informasi mengenai posisi
persediaan barang atau bahan pada sat tertentu, termasuk juga mutasi barang/bahan selama
periode akuntansi tertentu, baik mengenai kuantum maupun nilainya, sehingga dari
pembukuan persediaan dapat dikalkulasikan harga pokok penjualan barang/bahan yang dijual
atau dipakai untuk keperluan lainnya.
Pembukuan persediaan harus diselenggarakan secara rinci menurut jenis
barang/bahannya.Untuk barang-barang yang diperoleh secara konsinyasi tidak termasuk
dalam kelompok dalam persediaan ini, karna barang semacam ini bukan milik perusahan,
sehingga pembukuannya harus diselenggarakan secara terpisah atau khusus.
Apabila wajib pajak juga berstatus sebagai pengusaha kena pajak maka dari pembukuan yang
diselenggarakan, harus dapat diketahui pula jumlah persediaan barang kena pajak dan
persediaan bukan barang kena pajak.
d. Pembukuan Harta yang Disusutkan/Diamortisasi
Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud, dimiliki dan diigunakan kegiatan usaha,
dan pekerjaanya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahu kecuali tanah.
Selain tersebut diatas, harta yang dapat diamortisasi adalah harta tidak berwujud, digunakan
dalam kegiatan usaha dan pekerjaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan termasuk biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dari pembukuan harta dapat diketahui:
a) Jenis harta,
b) Golongan/kelompok harta,
c) Masa manfaat harta,
d) Saat perolehan,
e) Nilai perolehan,
f) Saat mulai digunakan,
g) Harga sisa buku,
h) Mutasi yang terjadi (penambahan dan pengurangan harta), karena sebab biasa dan
luar biasa,
i) Penyusutan/amortitasi dalam rahun berjalan, dan
j) Akumulasi penyusutan atau amortisasi.
e. Pembukuan Harta lainnya
Disini yang dimaksudkan dengan harta lainnya adalah semua harta yang tidak termasuk
kedalam golongan Kas/Bank, piutang dan persediaan, dan harta yang dapat disusutkan atau
diamortisasi.
f. Pembukuaan Hutang
Pembukuan utang dimaksudkan agar dapat menyajikan informasi menenai saldo utang pada
saat tertentu dan mutasi utang selam periode akuntansi tertentu, penambahan atau
pengurangan utang, sehingga dari pembukuan utang ini dapat diketahui;
1. Nama dan alamat kreditur,
2. Jumlah utang masing-masih kreditur,
3. Saat timbul dan berkurangnya utang,
4. Kelompok dan jenis utang jangka pendek atau jangka panjang, dan jenis utangnya,,
yaitu utang dagang, utang pegawai dan lain-lain. Utang jangka panjang yang meliputi
utang yang tidak akan jatuh tempo pada waktu satu tahun misalnya, utang obligasi,
hipotik dan sebagainya,
5. Kewajiban pembayaran bunga,
6. Saat jatu tempo, dan
7. Keterangan lainnya yang berkenan dengan hutang
g. Pembukuan Modal
Yang dimaksud dengan modal, meliputi modal yang disetor oleh pemilik/pemegang saham
dan laba ditahan yang tidak/belum diambil oleh pemilik. Pembukuan modl bertujuan untuk
menyajikan data atau keterangan secara rinci mengenai besarnya modal awal periode
akuntansi dan perubahannya, baik penambahan maupun pengurangan modal, dan besarnya
modal akhir pada akhir periode akuntansi tertentu.
Bagi perusahaan yang modalnya terbagi atas saham dari pembukuan yang dislenggarakan
dapat diketahui, yakni;
1. Modal dasar,
2. Saham yang ditempatkan,
3. Saham yang telah disetor,
4. Saham yang masih dalam fortable, dan
5. Agio atau disagio saham
h. Pembukuan Penghasilan
Pengertian penghasilan sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Undang-undang Pajak
Penghasilan, tidak terikat ada atau tidaknya sumber-sumber penghasilan tertentu, seperti yang
dianut oleh undang-undang perpajakn yang lama. Sesuai dengan rumusan maka penghasilan
ditinjau dari adanya aliran tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak.
Apabila dikelompokkan dapat dirinci sebagai berikut.
1. Penghasilan dari pekerjaan, yaitu penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas
dan atau pekerjaan tidak bebas, yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi.
2. Penghasilan dar kehiatan usaha.
3. Penghasilan dari usaha.
4. Penghasilan dari usaha perdagangan barang.
5. Penghasilan dari modal baik dari harta yang bergerak maupun harta yang tidak
bergerak.
6. Penghasilan lain-lain antar lain mendapatt hadiah undian atau pembebasab utang
piutang.
i. Pembukuan biaya
Secara garis besar biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dikelompokan:
1. Biaya-biaya yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja;
2. Biaya usaha yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghailan
sehari-hari, serta biaya pajak tidak langsung;
3. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh harta mempunyai masa manfaat lebih
dari setahun dan pembebanannya haarus melalui penyusutan/amortisasi
4. Iuran dan pensiun yang dibayarkan oleh perusasahaan yang dibayarkan oleh
perusahaan untuk karyawannya.
j. Neraca dan perhitungan laba/rugi
Dalam Pasal 1 angka 26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
tahun 2009, dinyatakan bahwa pembukuan pada setiap tahun pajak berakhir, ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi.
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang terinci dalam kelompok
harta, utang dan modal pada akhir buku tertentu. Perhitungan laba rugi adalah perhitungan
yang menggabarkarn hasil kegiatan wajib pajak selama satu tahun buku.
Neraca yang diperhitungkan laba rugi tersebut harus disertai dengan penjelasan secara
lengkap mengenai:
1. Pos-pos yang tercantum dalam neraca dan daftar perhitungan laba rugi;
2. Penyesuaian penghasilan dan biaya berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan (dapat disebut rekonsiliasi fiskal);
3. Ikhtisar perubahan modal;
4. Sumber dan penggunaan dana, dan
5. Kebijakan akuntansi yang memengaruhi posisi keuangan dan hasil kegiatan.
Metode Pembukuan
Metode pembukuan yang dapat digunan untuk menentukan besarnya penghasilan dan biaya dalam
suatu periode akuntansi tertentu atau untuk menentukan dasar pengenaan PPN yang terutang. Metode
pembukuan yang digunakan untuk keperluan perpajakan juga sesuai dengan metode pembukuan yang
dianut dalam akuntansi, yaitu metode akrual atau metode kas.
Metode akrual ialah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya, yaaitu bahwa penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada saat terutang. Jadi, tidak bergantung kapan
penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Metode Kas adalah suatu metode perhitungan yang didasarkan atas penghasilan yang diterima dan
biaya yang dibayar secara tunai.
Apabila wajib pajak memilih untuk menggunakan metode kas dalam pembukuannya, untuk
kepentingan perpajakan pemakaian metode kas tersebut menjadi tidak murni, dan undang-undang
pajak disebut sebagai metode campuran, karna dua hal sebagai berikut:
a) Perhitungan jumlah pernjualan dalam suatu periode akuntansi tertentu harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun kredit. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan pula seluruh pembelian dan persediaannya.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang diamortiasasi, biaya dapat
dilakukan melaui penyusutan dan armotisasi.
Pemakain metode kas dalam UUPNN/PPnBM digunakan sebagai dasar pengenaan pajak atas
penyerahan dan perolehan BKP/JKP secara tuni. Penerimaan uang muka dan pembayaran secara
termin termasuk dalam pengertian transaksi secara tunai, meskipun barang kena pajak belum
sepenuhnya diserahkan, sedangkan untuk penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN juga berlaku
metode kas.
Tahun Pajak
Tahun pajak pada hakekatnya adalah tahun takwim (tahun kalender). Wajib pajak dapat menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim, sepanjang tahunbuku digunakan sebagai dasar
perhitungan penghasilan kena pajak.
Apabila wajib pajak ingin menggunakan tahun buku yang berbeda dengan tahun takwim, harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari direktur jendral pajak. Penggunaan tahun buku
tersebut harus dilakukan secara taat asas.
PPN/PPnBM menganut masa pajak yang lamanya satu bulan takwim. Perhitungan PPN/PPnBM yang
terutang dilakukan untuk semua transaksi penjualan, pembelian dan penerimaan uang muka, atau
termin pembayaran yang terjadi dalam setiap bulan takwim.
Penyebutan tahun pajak dapat dicontohkan sebagai berikut;
a) Tahun pajak yang sama dengan tahun takwim, penyebutan tahun pajak adalah tahun takwim
yang bersangkutan.
Contoh: periode pembukuan 1 Januari s/d 31 Desember 2011 maka tahun pajaknya adalag
2011.
b) Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim, penyebutan tahun pajak yang
bersangkutan mempergunakan tahun yang dalamnya termasuk dalam enam bulan pertama
atau yang jumlah bulannya lebuh banyak dari tahun pajak tersebut.
Dokumen Pembukuan
Berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (11) UUKUP, pembukuan dan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan kegiataan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, harus disimpan selama 10
tahun, sehingga apabila pada suatu sat nanti direktur jendral pajak akann mengeluarkan surat
ketentuan pajak, bahkan pembukuan yang diperlukan masih tetap tersedia. Hal ini dihubungkan
dengan masa kadaluwarsa penagihan ajak maupun daluwarsa tindak pidana di bidang perpajakan,
yaitu setelah lampau 10 tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selai rupiah, wajib pajak yang dapat
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain rupiah adalah:
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasrkan ketentuan undang-undang yang mengatur mengenai penanaman modal asing;
b. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroprasi berdasarkan
kontrak dengan pemerintah Repblik Indonesia sebagaimana dimksud dalam undangundang yang mengatur mengenai pertambangan;
c. Wajib pajak dalam rangka kontrak bagi hasil, yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan minyak dan gas
bumi;
d. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha yang sebagaiman dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
UUPPh, atau menurut perjanjian penghidaraan pajak berganda(P3B) yang terkait;
e. Wajib pajak yang berafilisiasi dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar
negeri dalam hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a
dan b UUPPh .
Bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang diperbolehkan untuk dipergunakan dalam pembukan
wajib pajak adalah bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat sesuai keputusan MENKEU
Nomor 533/KMK.04/2000.
a. Pada Awal Tahun Buku
Penyelenggaraan pembukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat untuk pertama kali
dilakukan dengan bertitik tolak dari neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam mata
uang rupiah) yang dikonverensikan ke mata uang dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs sebagai berikut:
1) Untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat perolehan harta tersebut.
2) Untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 menggunakan kurs yang sebenarnya yang berlaku pada saat perolehan harta
tersebut.
3) Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.
4) Apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas
nilai selisih lebih dikonverasi ke dalam mata uang dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.
5) Nilai untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang rupiah dari tahun-tahun
sebelemnya, dikonversi ke dalam mata uang DOLAR Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya beralaku pada akhir tahun buku sebelumnya,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukakan secara taat asas.
6) Untuk modal saham dan ekuitas lainnya, menggunakan kurs yang sebenarnya pada
saat terjadinya transaksi.
7) Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konnversi mata uang rupiah
ke mata uang dolar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud dalam bukti 1) sampai
bukti 5) maka selisih laba rugi tersebut dibebankan pada rekening laba tahan.
b. Dalam Tahun berjalan
1) Untuk transaksi yang dilakukan dalam mata uang dolar Amerika Serikat,
pembukuannya dicatat sesuai dokumen transaksi yang bersangkutan.
2) Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri yang menggunak mata uang
selain dolar Amerika Serikat, dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi, yaitu:
(a) Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, kurs yang dipakai
adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut, dan
(b) Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, kurs yang
dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.
Ketentuan Pokok Pembukuan
Dalam Pasal 28 UU KUP yang menjelaskan mengenai ketentuan pokok pembukuan di jelaskan
sebagai berikut;
- Yang wajib menyelenggarakan pembukuan
1. Wajib pajak orang pribadi yang, melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dan
2. Wajib pajak badan di Indonesia, termasuk BUT
- Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakuan
pencatatan adalah
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atu pekkerjaan bebas yang
menurut peraturan perundang-undangngan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghsilan neto dengan menggunakan norma perhitungan neto, dan
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
- Pembukuan atu pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh menteri keuangan.
- Pembukuan diselenggarakan denga prinsip taat asas dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
1. Prinsip taat asas adalaha yang sama digunakan dala metode pembukuan dengan tahuntahun sebelumnya untuk mencegah pergeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam
metoe pembukuan misalnya dalam penerapan:
a. Stelsel ppengakuan penghasilan;
b. Tahun buku (priode pembukuan);
c. Metode peniliaan persediaan; atau
d. Metode penyusutan dan armotisasi.
2. Stelsel akrual adalah suatu metode perhitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang.
Perhitungan perpajakan penghasilan dalam memakai stelsel kas harus memperhatikan
hal-hal antara lain sebagai berikut;
a) Perhitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliput penjualan, baik
yang tnai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat di
amortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan
melelui penyusutan dan amortisasi
c) Pemakaian stelsel kas harus dilakuakan secara taat asas(konsisten). Dengan demikian,
penggunaan stelsel kas untuk perpajakan dapat juga dinamakan stelsel campuran.
3. Apabila wajib pajak melakuka perubahan metode pembukuan harus mendapatkan
persetujuan Dirjen pajak.
a) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
penghsilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakn dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indoesia, misalnya Standar Akuntansi Keuanagn, kecuali eraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
b) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen laintermasuk hasil pengelolahan data dari pembukuan yang dilakukan secra
elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10 tahun di
indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi,
atau ditempat kedudukan wajib pajak badan.
Pembukuan dengan Mata Uang Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
Berdasarkan Pasal 28 ayat (8) UU KUP dinyatakan bahwa pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin
menteri keuangan. Wajib pajak yang daoat menyelenggaakan pembukuan dalam bahasa asing san
mata uang selain Rupiah, diatur khusus dalam PMK-196/PMK.03/2007 Jo PER-11/PJ/2010.
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asig yang beroperasi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan penanaman modal asing;
b. Wajib pajak dala rangka kontrak karya yang beroperasi dengan Pemerintahan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundan-undangan pertambangan
selain pertambangan minyak dan gas bumi;
c. Wajib pajak para kontraktor kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentungan
perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
d. Bentu tetap usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU PPh atau
sebagaimana diatur dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) terkait;
e. Wajib pajak yang mengdaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
f. Kontrak investasi kolektif(KIK) yang menerbitkan reksadana dalam deniminisasi satuan
mata uang dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif
peryataan pendaftaran dari Badan oengawas Pasal modal-Lembaga Keuanagn sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal; atau
g. Wajib pajak yang berfasiliasi langsung dengan perusahaan induk diluar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b UU PPh.
Syarat-syarat
- Bahasa asing dan mata uang selain rupiah yang boleh dipergunakan adalah
bahasa inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat.
- Mendapat izin dari menteri keuangan kecuali bagi wajib pajak dalam rangka
kontrak karya atau wajib pajak dalam dalam rangka kontraktor kontrak kerja
sama atau kerja sama operasi (KOP)
- Mengajukan permohonan izin sesuain dengan format PER-11/PJ/2010 paling
lambat tiga bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat tersebut dimulai
atau sejak tanggal pendirian bagi WP baru kepada kantor wlayah dengan
dilampiri;
a) Fotokopi akta pendirian perusahaan dan perubahannya atau dokumen lain
yang serupa bagi wajib pajak bentuk usaha tetap;
b) Fotokopi surat persetujuan penanaman modal asing daro Badan Koordinasi
Penanaman modal bagi wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing;
c) Fotokopi surat keterangan/penujukkan kantor wilayah perwakilan
Indonesia dari kantor pusat bagi wajb pajak bentuk usaha tetap;
d) Surat keterangan dari bursa efek luar negeri yang menyatakan bahwa emisi
saham wajib pajak pemohon didaftarkan pada bursa efek tersebut bagi
wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya sebagian maupun
seluruhnya dibursa efek luar negeri;
e) Fotokopi surat pemberitahuan efektifnya pernyataan pendaftaran ddari
badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan atas penerbitan
f)
g)
h)
i)
j)
Jangka waktu
Wajib pajak yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan ddengan
menggunakan bahasa Inggrid dengan satuan mata uang dolar Amerika Serikat, harus
menyelenggarakan pembukan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar Amerika Serikat tersebut dalam jangka waktu paling sedikit 5 tahun pajak
diterbitkan izin atau penyampaian pemberitahuan. Apabila wajib pajak tetap
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa indonesia dan satuan mata
uang rupiah, terhadap wajib pajak tesebut dicabut izinnya secara jabatan oleh kepala
kantor wilayah dan tidak dapat diberikan izin untuk menyelenggarakan perbukuan
dengan menggunakan Bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat.
Pembatalan Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang selain Rupiah
WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan Mata Uang dolar AS namun merncanakan
untuk tidak memanfaatkan izin yang dimilikinya, wajib menyampaikan pemberitahuan
tertulis atau mengajukan permohonan pembatalan secara tertulis untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dengan satuan
mata uang dolar AS ke;
- Kantor pelayanan pajak dalam hal tujuan pajak sebagaimana
tercantum dalam surat izin belum dimulai surat pemberiyahuan
tersebut harus sudah diterima oleh kantor pelayanan pajak sebelum
tahun pajak tersebut dimulai.
- Kantor Pelayanan paling lama 3 bulan setelah tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satua
mata uang dolar Amerika Serikat tersebut dimulai.
Kepala kantor wilayah atas nama menteri keuangan memberikan keputusan atas
permohonan pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang dolar dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak
permohonan dari wajib pajak diterima secara lengkap. Dalam hal permohonan
pembatalan tersebut dikabulkan, wajib pajak tersebut tidak diperbolehkan
menyelenggarakann pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dalam jangka waktu 5 tahun sejak izin tersebut dicabut.
WP Kotrak Karya atau Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerjasama atau WP
KSO Memilih Pembukuan dalam Bahasa Indonesia dan Mata Uang Rupiah
WP kontrak karya atau wajibpajak kontraktor kontrak kerja sama atau WP KSO yang
telah memberitahukan ke KPP tempat wajib pajak terdaftar untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikst
namun WP tersebut akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan satuan mata uang rupiah, wajib mengajukan permohonan (format sesuai
dengan PER-11/PJ/2010) untuk menyelenggarakan perbukuan dengan menggunakan
bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah kepada kantor wilayah paling lama 3
Pencabutan Izin Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
Wajib pajak dapat engaujukan permohonan atas pencabutan izin unutk
menyelenggarakan pembukuan denga menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dengan syarat;
Disampaikan secara tertulis kepada direktur jendral pajak paling lama tiga nulan sebelum
tahun buku berakhir
- Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya; dan
- Permohonan harus memenuhi ketentuan sesuai dengan format
PER-11/PJ/2010.
Konsekuensi Pencabutan Izin
Wajib pajak yang telah dicabut izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, wajib menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah pada
awal tahun buku berikutnya, dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS dalam jangka waktu 5 tahun sejak izin tersebut dicabut.
kurs Konverensi untuk Berapa Hal Terkait
No
1
Uraian
Sisa kerugian fiskal dalam rupiah
Kurs konversi ke USS; kurs tengah Bank Indonesia
yang berlaku pada akhir tahun buku pasa saat
kerugian fiskal tersebut terjadi
Angsuran PPh yang masih dihitung berdasarkan SPT atau ketettapan pajak pada
tahun sebelumnya yang masih dalam rupiah dikonverensikan ke US dolar sesuai kurs KMK
yang berada pada awal masa pajak ditetapkannya jumlah angsuran PPh Pasal 25 tersebut.
Perubahan Metode Pembukuan dan Tahun Buku
perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari diretur jendral pajak. Perubahan metode pembukuan persetujuan
dar diretu jendral pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin
timbul dari perubahan tersebut.
perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubhan dalam prinsip taat
asa yang meliputi perubahan metode dari kas keakrual atau sebaliknya atau
perubahaan metode pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri.
perubahan periode dalam tahun buku juga berakibat brubahnya jumlah penghasilan
atau kerugian wajib pajak.
dalam hal wajib pajak melakukan perubhan tahun buku dan telah mendapat
persetujuan diretur jenderal, penghasilan yang ditemia atau diperoleh dalam bagian
tahun buku yang tidak termasuk dalam tahun buku yang harus dilaporkan dengan
surat pemberitahaun tersendir dengan melampirkan neraca dan laporan laba rugi
(PP138 Tahun 2000).
persyaratan permohonan perubahan metode pembukuan dan atau perubuhan tahun
buku adalah menyampaikan surat permohonan perubahan metode pembukuan
dan/atau tahun buku kepada kepala dantor pelayanan pajak tempat wajib terdaftar,
dengan menyebutkan (SE-40/PJ.42/1998) ;
a. identitas wajib pajak;
b. perubahan metode pembukuan dan/atau tahun buku yang ke berapa;
c. alasan permohonan dan maksud/tujuan usul perubahan.
tata cara permohonan perubahan tahun buku(SE-14/PJ.313/1991);
a.
mengajukan permohonan ke KPP
b.
pemohonan harus memenuhi syarat sebgai berikut ;
1. SPT tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan
2. tidak mempnyai utang pajak yang berjatuh tempo
3. mengemukakan alasan perubahan tahun buku yang dituangkan dalam
bentuk surat pernyataan
perubahaan tahun buku/tahun pajak dikehendaki oleh pemegang saham, pemberi
kredit, partner usaha, pemerintah atau pihak-pihak lainnya, dimana apabila
buku/tahun pajak diuabh akan mengakibatkan kesulitan dan atau kerugian bago
perusahaan.
permohonan perubahan tahun buku/tahun pajak tersebut baru pertama kali
diajukan dan tidak ada niat untuk melakukan perubahan lagi pada tahun-tahun
yang akan datang.
tidak ada maksud bahwa perusahaan dengan sengaja berusaha untuk melakukan
pergeseran laba/rugi guna meringankan beban pajak.
permohonan perubahan metode pembukuan dan atau tahun buku dapat diajukan
lebih dari sekali.
Pencatatan
- dikecualikan dari kewajiban menyeleggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan melali
pencatatan adalah;
1. wajib pajak orang pribadi yang melalui kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitugan penghasilan neto;pencatatan
yang dilakukan:
a. peredaran dan/atau penerimaan bruto yang diterima dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan yang bebas penghasilannya merupakan ibjek pajak yang tidak dikenai
pajak bersifat final;
b. penghasilan bruto yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
yang penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak, termasuk
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan
tersebut; dan/atau
c. penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau pekerjaan bebas maupun dari luar
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
d. pencatatan atas harta dan kewajiban baik yang digunakan untuk melaksanaan
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas maupu yang tidak digunakan untuk
melaksanakan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
2. wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
pencatatan yang dilakukan;
a. penghasilan bruto yang diterima merupakan objek yang tidak dikenai pajak bersifat
final termasuku biaya yang dikeluarkan untuk mendpatkan, menagih dan memelihara
penghasilan tersebut;
b. penghailan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final;
c. pencatatan atas harta dan kewajiban yang dimiliki.
pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dengan memperlihatkan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia serta didukung dengan dokumen yang menjadi dasar
pencatatan.
catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus tempat tinggal
wajib pajak dan/atau tempat kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
dilakukan selama 10 tahun terhitung sejak berakhirnya tahun pajak.
pencatatan dalam satu tahun pajak harus diselenggarakan secara kronologis
dan sistematis berdasarkan urutab tanggal diterimanya peredaran dan/atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto meliputi jangka waktu 12
bulan, mulai tanggal 1Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
pencatatan peredaran dan/atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
oleh wajib pajak orang pribadi meliputi seluruh predaran dan/atau
penerimaan dan/atau penghasilan bruto yang telah diteroima secara tunai.
bagi wajib pajak yang memilik lebih dari satu jenis usaha dn/atau tempat
usaha, pencatatanharus dapat menggambarkan jumlah peredaran atau
penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan.
bagi wajib pajak orang pribadi yang semata-mata menerima penghasilan dari
pemberi kerja, menyimpan dokumen berupa formulir 1721/A1/1721/A2
tersebut sudah dapt dianggap melakukan pencatatan.
bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang diterima dari kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas yang merupakan objek pajak yang tidak
dikenai pajak ersifat final.
(1)
01 Januari ...
URAIAN
JUMLAH BRUTO
KETERANGAN
(2)
(3)
(4)
31 Desember ...
Jumlah
Bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas yang merupakan onjek pajak yang tidak dikenai pajak bersifat
final(penghasilan lainnya).
Penghasilan Lainnya
Bulan... Tahun...
TANGGAL
URAIAN
JUMLAH
BRUTO
BIAYA
JUMLAH
BRUTO
KETERANGAN
1 Januari
31 Desember
jumlah
-
bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan bruto yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi yang tidak mungkin melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.
Penghasilan Bruto
Tahun:....
TANGGAL
URAIAN
JUMLAH
BRUTO
BIAYA
JUMLAH
BRUTO
KETERANGAN
1 Januari
31 Desember
jumlah
Bentuk dan tata cara pencatatan penghasilan yang bukan objek pajak.
Peredaran atau Penerimaan Bruto dan/atau Penghasilan Bruto Tahun...
TANGGAL
(1)
01 Januari ...
URAIAN
JUMLAH BRUTO
KETERANGAN
(2)
(3)
(4)
31 Desember ...
Jumlah
-
Bentuk dan Tata cara pencatatan dan penghasilan yang pengenaan pajakya final.
Penghasilan bruto
Tahun .......
TANGGAL
URAIAN
DASAR
PENGENAAN
PAJAK/
PENGHASILAN
BRUTO
(1)
01 Januari ...
(2)
(3)
PPh TERUTANG
KETERANGA
N
(4)
(5)
31 Desember...
Jumlah
Norma Perhitungan Penghasilan Neto
- Norma Perhitungan adalah pedoman untuk menentuakn besarnya penghasilan neto yang
diterbitakan oleh direktur jendral pajak dan disempurnakan terus-menerus.
- Penggunaan norma perhitungan tersebut pada dasranya dilakkan dalam hal-hal:
a) tidak terdapat dasar perhitungan lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap; atau
b) pembukuan atau catatan peredara bruto wajib pajak ternya diselenggarakan secara tidak
benar.
- wajib pajak yang boleh menggunakan norma perhitungan adalh wajib pajak orang pribadi
yang memenuhi persyaratan-persyaratan berikut;
a) melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
b) peredaran bruto dalam 1 tahun kurang dari Rp.4.800.000.000,00
c) memberitahukan kepada dirjen pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun
buku
d) menyelenggarakan pencatatan.
- dalam hal wajib pajak tesebut tidak menyampaikan pemberitahuan kepada dirjen pajak seperti
tersebut di atas, dianggap lebih memilih menyelenggarkan pembukuan
- perhitungan penghasilan neto wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau
pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha dengan memperhatikan
pengelompokan wilayah (KEP-536/PJ./2000).
- Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dan/atau wajib
menyelenggarakan pembukan, tetapi:
a) tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban pencatata atau pembukuan;
b) tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti
pendukungnya pada waktu dilakukan pmeriksaan;
Contoh Pemakain Norma
A. Wajib pajak Tn.X kawin dan mempunyai 3 orang tanggungan. Ia seorang notaris
bertempat tinggal di Bandung yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.
penghasilan tahun 2011
- peredaran usaha dari industri
rotan (setahun) di Cirebon
Rp.90.000,00
- penerimaan bruto sebagai notaris
(setahun) di Bandung
Rp.62.000,00
Rp.11.250.000
Rp.34.100.000
Rp.45.350.000
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikuangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
Rp.45.340.000,00-Rp.21.120.000,00 = Rp.24.230.000
Pajak penghasilan yang terutang :
5% x Rp.24.320.000,00
Rp.1.211.500
Jumlah
Rp.1.211.500
Catatan:
a. Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33 100
b. Angka 45% sebagai notaris, lihat kode 82910
c. Istri tidak punya penghasilan
Peminjaman Dokumen dalam Pemeriksa Pajak
Keterangan
saat peminjaman dokumen
Jenis pemeriksaan
Lapangan
Kantor
Pada saat pelaksanaan pemeriksaan di
Pada saat dikirimkan surat panggilan
tempat wajib pajak
menjadi lampiran.
1. dalam hal buku,
1. dalam hal masih terdapat
cattatan, dan/atau
buku, catatan dan dokumen
dokumen yang
termasuk data yang dikelola
diperlukan belum
secara elektronik serta
diperoleh/ditemukan
keterangan lain yang
pada saat pelaksanaan
diperlukan tetapi belum
pemeriksaan
terdapat dalam lampiran
2. dilampiri dengan daftar
surat panggilan
buku, catatan, doumen,
2. dilampiri dengan daftar buku,
yang wajib dipinjamkan
catatan, dan dokumen yang
dalam rangka
wajib dipinjamkan dalam
pemeriksaan
rangka pemeriksaan.
Jenis pemeriksaan
Lapangan
Kantor
Pada prinsipnya sama dengan
surat peringatan I setelah 2
pemeriksaan lapangan hanya
minggu sejak penyampaian
penghitungan jangka waktu
pemintaan peminjaman
pemenuhan dokumen sejak tanggal
surat peringatan II setelah 3
penyampaian surat panggilan dalam
minggu sejak tanggal
rangka pemeriksaan atau surat
penyampaian permintaan
permintaan peminjaman.
peminjaman .
apabila 1 bulan sejak tanggal
penyampaian surat
permintaan peminjaman,
wajib pajak tetap tidak atau
tidak sepenuhnya
Sama
-----
6
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Dasar Hukum
Sama
4) penghasilan
Formulir 1770S bagi wajib pajak yang memounyai
penghasilan:
1) dari satu atau lebih pemberi kerja;
2) dalam negeri alinnya; dan/atau
3) yang dikenakan PPh Final/atau bersifat Final
Formulir1770SS bagi wajib pajak yang mengenai penghasilan
hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan
bruto dari pekerjaan lebih dari Rp.60.000.000 setahun dan
tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan
bunga Bank dan/atau bunga koperasi.
saat dimulainya penyampaian e-SPT diatur dengan
ketentuan sebagai berikut;
a) bagi wajib pajak yang telah ditetapkan terdaftar di KPP
berdasarkan Keputusan DJP yang berlaku serikali
berlakunya peraturan DJP ini ditetapkan sejak Tanggal 1
Juli 2009.
b) Bagi wajib pajak yang ditetapkan terdaftar di KPP
berdasarkan Keoutusan DJP yang berlaku setelah
berlakunya DJP ini, terhitung setelah bulan wajib pajak
ditetapkan.
wajib pajak dianggap tidak menyampaikan SPT, apabila ;
a) tidak menggunakan e-SPT sesuai dengan ketentuan
diatas
b) menggunakan e-SPT tetapi tidak melampirkan keterangan
dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan sesuai
dengan ketentuan berlaku.
Kelengkapan SPT
penyampaian surat pemberitahuan harus lengkap yaitu SPT induk dan
lampirannya karena SPT induk dan lampirannya merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan, kecuali SPT untuk WP tertentu.
a) SPT tahunan PPh badan
1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari
wajib pajak itu sendiri beserta rekonsiliasi labi rugi fiskal.
2. Daftar perhitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.
3. Perhitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian
tahun-tahun sebelumnya yang dapat dikompensasikan.
4. Surat Setoran Pajak penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal
terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali da izin untuk
mengangsur atau mennda pembayarn Pasal 29.
5. surat kuasa khusus, dalam hal surat pemberitahuan tahunan
ditandatangani oleh bukan wajib pajak.
6. lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan
perhitugan besarnya ppenghasilan kena pajak atau besarnya pajak
penghasilan Pasal 25.
b) SPT tahunan PPh OP yang menyelenggarakan pembukuan
1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari
wajib pajak itu sendiri beserta rekonsiliasi fiskalnya.
2. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.