Stroke Aldika
Stroke Aldika
STROKE
Disusun oleh:
Aldika Alviani, S.Ked
Pembimbing:
Dr. Yusril, Sp.S
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RSUP DR. MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG
UNIVERITAS SRIWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke masih merupakan penyebab
utama
kecacatan
sehingga
orang yang
mengalaminya
memiliki
ketergantungan pada orang lain pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka
kematian yang diakibatnya cukup tinggi.
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 15% dari seluruh stroke
dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark cerebral. Literature lain
menyatakan 8 18% dari stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun,
pengkajian retrospektif terbaru menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke
adalah stroke hemoragik. Namun pendapat menyatakan bahwa peningkatan
presentase mungkin dikarenakan peningkatan kualitas pemeriksaan seperti
ketersediaan CT scan, taupun peningkatan penggunaan terapeutik agen platelet
dan warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.
Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama.
D e n g a n k o m b i n a s i seluruh tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati
urutan ketiga penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama
disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih tinggi
terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20%
pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.
Dalam SKDI tahun 2014, kompetensi seorang dokter layanan primer
adalah dapat mendiagnosis jenis-jenis stroke dan memberi tatalaksana awal. Oleh
karena itu referat ini dibuat untuk lebih mengetahui dasar diagnosis dan
memberikan terapi awal yang adekuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah
stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan
otak
2.2
Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama
kecacatan.2 Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang
sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan
hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti
semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab
kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.5
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya
dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.
Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke
iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada
48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%
wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari
60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.2
2.3
Anatomi
Secara anatomis, pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu
sistem karotis dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan
melalui lintasan vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis
interna.
Anterior Serebri
Serebri Media
Cabang
Lentikulostriata
Sirkulasi Posterior (Sistem Vertebrobasiler)
Arteri serebelar
basiler posterior
inferior
Arteri serebelar
anterior inferior
Arteri serebelar
superior
Arteri serebelar
posterior
Cabang
Thalamus
thalamoperforata
2.4
Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 6
2.5
gangguan
Gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti
koagulan,
hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri
vertebral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
Faktor Resiko
Faktor Resiko
Umur
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65;
70% terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke
adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55
Hipertensi
tahun.
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi.
Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur,
dan untuk resiko perdarahan, atherothrombotik, dan stroke
lakunar, menariknya, risiko stroke pada tingkat hipertensi
sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia
Riwayat
keluarga
antara
atas di California.
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan,
mellitus
Penyakit
jantung
bahwa
risiko
merokok
jelas
menyebabkan
usia dan
penghentian.
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika
hematokrit
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
kadang-
Peningkatan
tingkat
fibrinogen
dan kelainan
system
thrombotic.
pembekuan
Penyalahgunaa Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk
n obat
timbulkan
sebuah
hipersensitivitas
vaskular
kokain.
Meskipun
tingkat
kolesterol
tinggi
telah
jelas
usia.
Kolesterol
berkaitan
dengan
oral
pengembangan
perubahan
inflamasi
dalam
infark.
Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara
faktor musim
10
darah
dan
pembentukan
mikroaneurisma.
Pada
pasien
11
amfetamin, alkohol dan tumor otak. Dari hasil anamnesa tidak dijumpai
adanya riwayat TIA.
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis,
pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering
meluas hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang rupture ke
dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui system ventrikuler ke dalam
rongga subarachnoid. Adanya Perluasan intraventrikuler sering berakibat
fatal. Perdarahan pada lobus hemisfer serebri atau serebelum biasanya
terbatas dalam parenkim otak. Apabila pasien dengan perdarahan
intraserebri dapat bertahan hidup, adanya darah dan jaringan nekrotik otak
akan dibersihkan oleh fagosit. Jaringan otak yang telah rusak sebagian
digantikan pleh jaringan ikat, lia dan pembuluh darah baru, yang
meninggalkan rongga kecil yang terisi cairan.
Gambaran klinis tergantung dari lokasi dan ukuran hematoma.
Karakteristiknya berupa sakit kepala, muntah-muntah dan kadang-kadang
kejang pada saat permulaan. Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal
dan menjadi jelas dalam waktu 24-48 jam pertama bila volume darah lebih
dari 50 cc. Karena jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit
neurologik yang cepat menjadi berat dalam beberapa jam. Dari hasil
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) didapatkan CSS seperti air cucian
daging (xanthocrome) pada pungsi lumbal dan adanya perdarahan
(hiperdens) pada CT Scan.
Stroke Perdarahan Subaraknoid
Ditandai dengan perdarahan yang masuk ke dalam rongga
subarachnoid. Onsetnya sangat mendadak dan disertai nyeri kepala hebat,
penurunan kesadaran dan muntah. Distribusi umur penderita ini umumnya
terjadi pada usia muda dan lebih banyak pada wanita. Pada 10-15% kasus
penyebabnya tidak diketahui, Umumnya akibat rupture aneurisma, kadangkadang juga karena pecahnya malformasi arterivenosa, dan terapi
antikoagulan. Aneurisma biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan
12
13
Perdarahan Intraserebri
Perdarahan
Subaraknoid
Onset
Usia muda
Jenis Kelamin
>>
>>
Etiologi
Hipertensi
Ruptur aneurisma
Lokasi
Gambaran klinik
Pemeriksaan
Penunjang
2.7
meningen
Perdarahan
subhialoid
(Funduskopi)
CSS
gross
hemorrhagic
(Pungsi lumbal)
Perdarahan
dalam rongga
subarachnoid
(CT Scan)
Diagnosis
Diagnosis pada stroke ditegakkan melalui gambaran klinis yang didapat
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa sistem skoring yang ada
dapat digunakan untuk mendukung diagnosis yakni skoring Siriraj dan
algoritme Gajahmada
14
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan
diastolik)-(3 x atheroma) 12
Nilai SSS
>1
< -1
-1 < SSS < 1
Diagnosa
Perdarahan otak
Infark otak
Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT
Scan)
15
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif). Secara umum juga lebih sensitif dibandingkan CT scan,
terutama untuk mendeteksi pendarahan posterior
Pemeriksaan Angiografi
16
Tatalaksana
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
a. Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalam
ruangan dengan lingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu
diberikan O2 2-3 L/menit.
b. Lakukan stabilisasi ABC sesuai dengan protokol pasien di ruang
gawat darurat.
c. Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin
jalang nafas yang adekuat atau bila ada tanda-tanda herniasi .
17
secara
hati-hati
intravena
dengan
kontinu
atau
menggunakan
intermitten
obat
dengan
18
suatu
konsentrat
dari
vitamin
dependent
keduanya.
Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan
maka pemberian obat dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah
terjadinya perdarahan.
tetap kontroversial.
Tidak dioperasi bila:
Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3) atau defisit
neurologis minimal.
Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan
perdarahan intraserebral disertai kompresi batang otak masih
mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila:
Pasien
dengan
perburukan
perdarahan
klinis
atau
serebelar
kompresi
>3cm
batang
dengan
otak
dan
19
panduan
penatalaksanaan
PSA
karena
dapat
20
2.
3.
4.
Terapi Tambahan:
a. Laksatif (pencahar) diperlukan untuk melembekkan feses secara
regular.
21
b. Analgesik:
Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis maksimal 4
g/hari.
Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6 jam.
Tylanol dengan kodein.
Hindari asetosal.
Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan:
Antagonis H2
Antasida
Inhibitor pompa proton selama beberapa hari.
Sucralfate 3 kali sehari
2.9
Prognosis
Prognosa Jangka Pendek
Sekitar 30-60% penderita stroke meninggal dalam 3-4 minggu pertama
setelah onset. Angka kematian penderita stroke berbeda-beda pada beberapa
22
jenis stroke. Angka kematian tertinggi dijumpai pada PIS sekitar 60-90%
dan meski dilakukan operasi kemungkinan hidup tidak lebih dari 50%
Sedangkan emboli otak 60% dan trombosis otak 30% . Kemungkinan hidup
dalam 1 minggu penderita PIS sebanyak 28%, penderita PSA 46% dan
penderita infark otak (trombosis otak) 80%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosa jangka pendek :
1. Tipe stroke
Kematian penderita PIS lebih tinggi daripada penderita infark otak,
dan prognosa fungsional PIS kurang baik dibandingkan infark otak.
Sedangkan penyembuhan PSA umumnya baik.
2. Luas dan daerah lesi
Lesi di batang otak akan menimbulkan gangguan motorik yang lebih
berat daripada lesi supratentorial, sebaiknya lesi supratentorial
menimbulkan gangguan fungsi luhur.
3. Defisit Neurologik
B. Defisit Motorik :
Bila dalam 1 bulan tanpa perbaikan menunjukkan prognosa yang
buruk, dan kemampuan dapat berjalan sendiri hanya 15% pada
penderita yang anggota gerak atasnya belum ada perbaikan
sampai akhir minggu ke-4 atau tidak ada gerakan dalam 3
minggu biasanya prognosanya buruk.
C. Defisit Sensorik :
Hubungan defisit sensorik dengan penyembuhan masih belum
jelas.
D. Gangguan Visual :
Akan mempersulit penyembuhan
E. Kesadaran :
Pada penderita koma dalam beberapa jam setalah onset hampir
seluruhnya
meninggal.
Sedangkan
pada
penderita
sopor
23
Hipertensi
Prognosa akan bertambah buruk bila tekanan sistolik tinggi, tapi bila
tekanan darah terkontrol dengan baik, prognosa akan lebih baik.
Kematian jangka panjang penderita stroke yang disertai tekanan
diastolik > 110 mmHg secara bermakna lebih tinggi daripada tekanan
diastolik yang lebih rendah.
3.
Penyakit jantung
Adanya kelainan EKG dalam bentuk apapun akan menurunkan
kemungkinan hidup penderita dalam 3 tahun setelah onset stroke.
Kebanyakan penderita penyakit jantung berat akan meninggal dalam
waktu 1 tahun setalah onset.
2.10 Komplikasi
1. Neurologik
A. Edema otak (herniasi otak)
Merupakan komplikasi yang dapat terajadi akibat infark maupun
karena perdarahan. Pada kasus infark, edema terjadi secara vasogenik
dan sitoksik, pada intra dan extraseluler. Edema mencapai maksimum
setelah 4-5 hari paska infark, diikuti dengan mengaburnya alur gyrus
kortikal dan seiring pembesaran infak, terjadi pergeseran garis tengah
otak
(midline
transtentorial
shift).
pun
Setelah
terjadi
dan
terjadi
mengakibatkan
24
midline
shift,
herniasi
iskemia
serta
kira-kira
20%
dari
kasus,
dianjurkan
untuk
25
C. Edema paru
Edema paru dapat terjadi pada penderita perdarahan intraserebral
dan perdarahan subarakhnoid. Edema paru akut dapat didahului oleh
disfungsi kardiovaskuler secara primer, misalnya infark miokard atau
sekunder akibta kelainan susunan saraf pusat; atau edema paru akibat
langsung dari pusat edemagenic seebral. Proses terjadinya edema
paru akibat kelaianan susunan saraf pusat yaitu secara langsung
melalui sistem saraf otonom terutama mekanisme vagal. Mekanisme
lain disebutkan, bahwa edema paru merupakan akibat pelepasan
26
klinik
berupa
27
pada penderita strok sering terjadi pada tungkai yang lumpuh dan
sering bersifat subklinis. Tetapi edem pada tungkai yang lumpuh dan
disertai nyeri belum tentu suatu trombosis vena dalam. Insidensi
kelainan ini terjadi pada penderita strok fase akut. Trombosis vena
dalam terjadi selama 14 hari sesudah onset strok dengan puncaknya
pada hari ke-5 atau sekitar hari ke-10 setelah onset. Pada penderita
yang dirawat di rumah sakit, hampir 50% terjadi pada betis, 35%
pada paha dan 15% mulai betis yang menjalar ke paha. Trombosis
vena dalam dapat menyebabkan bekuan dalam darah dan bila
menjalar ke kranial dapat menyebabkan emboli paru.
I. Emboli paru
Insiden emboli paru yang berasal dari vena femoralis dan vena bagian
ilio-ingiuinal lebih tinggi dibandingkan vena di betis. Emboli paru
biasanya terjadi secara mendadak dan merupakan kasus darurat
medik. Emboli paru ditemukan pada 50% penderita strok yang
meninggal dan kadang-kadang sebagai penyebab kematian.
J. Depresi
Gangguan emosi terutama kecemasan, frustasi, dan depresi
merupakan masalah tersering pada penderita strok. Depresi sering
disalahtaksirkan dengan motivasi yang kurang, terutama pada
penderita dengan gangguan komunikasi bermakna. Umumnya depresi
yang terjadi karena adanya masalah-masalah yang kompleks
misalnya biaya, pekerjaan, kemungkinan cacat seumur hidup
(menetap) dan hubungan dalam perkawinan. Depresi dapat dijumpai
walaupun pada penderita strok dengan cacat yang ringan, karean
apada dasarnya setiap cacat akan mengganggu kehidupan normal
yang ada sebelumnya.
K. Nyeri dan kaku pada bahu
Nyeri dan kaku pada bahu sisi tubuh yang hemiplegi sangat sering
dijumpai dan biasanya akibat kesalahan berbaring serta kesalahan
letak/posisi anggota gerak yang lumpuh pada fase akut. Nyeri dan
kaku pada bahu dapat terjadi akibat:
28
dystrophy.
Pada
kasus
berat
terjadi
L. Spastisitas umum
Biasanya bersifat ringan, ditemukan pada penderita strok fase
kronik/lanjut.
M. Radang kandung kemih
Infeksi traktus urinarius terutama pada penderita yang menggunakan
kateter.
N. Kelumpuhan saraf tepi
Pada penderita strok dapat terjadi lesi kompresi radiks dan saraf tepi
yang bervariasi, terutama akibat anggota gerak yang lumpuh, tidak
diletakkan dalam posisi yang baik. Saraf tepi yang sering terkena
adalah N. Radialis, N. Ulnaris, N. Peroneus komunis dan N.
Iskhiadikus.
O. Kontraktur dan deformitas
Kontraktur dapat terjadi mengikuti spastisitas berat yang berlangsung
lama. Terjadinya kontraktru akibat adanya perubahan jaringan lunak
disekitar sendi yang bersifat ireversibel. Kadang-kadang dijumpai
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.Guideline Stroke 2011. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2011.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2015.
Available
at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview.
8.
BAB
4.
Major
Categories
of
Neurological
Disease:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDara
hOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html
[Tanggal: 20 November 2015]
9. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM,
2007. Diunduh dari: http://docslide.us/documents/sah-traumatik-neuronaby-taufik-m.html [Tanggal : 20 November 2015]
10. Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan intraserebral supratentorial dari infark. Diunduh dari: [Tanggal:
20 November 2015]
31