Anda di halaman 1dari 8

Definisi

Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan


perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa
hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari
(National Institute of Mental Health, 2010).
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan
munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan
konsentrasi (World Health Organization, 2010).
Etiologi
1.

Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada
pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini,
monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan
histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan,
et al, 2010).
a. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang
paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
b. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan
penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan
sensitivitas dari reseptor 2 adrenergik dan penurunan respon terhadap
antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et
al, 2010).
c. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya
gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau
megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang

mengandung kadar serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari


uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et al, 2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan
depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa
adanya suatu teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar
serotonin (Rottenberg, 2010).
d. Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara
menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat
kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem
yang mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang
abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach
ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan
depresi (Kaplan, et al, 2010).
2.

Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam
gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi
hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan
mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan
ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting
dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks
adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh
berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al, 2010).

3.

Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT)
scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging
(MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan
gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus,
korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas
metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara

partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau
gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).
Patomekanisme
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi biokimia
yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan komunikasi antar
neuron di otak. Jika neurotransmitter ini berada pada tingkat yang normal, otak akan
bekerja secara harmonis.
Kekurangan neurotransmitter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat
menyebabkan depresi. Disatu sisi, jika neurotransmitter ini berlebihan dapat
menyebabkan gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat memicu mania.
Serotonin adalah neurotransmitter aminergic yang paling sering dihubungkan dengan
depresi. Penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan
serebrospinalnya. Pada penggunaan antidepresan jangka panjang terjadi penurunan
jumlah tempat ambilan kembali serotonin.
Norepinefrin. Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara
regulasi turun (down- regulation) reseptor adrenergic-beta dan reseptor antidepresan
klinik kemungkinan merupakan bagian data yang paling memaksakan yang
menyatakan adanya peranan langsung system noradrenergik dalam depresi. Jenis
bukti lain juga telah melibatkan reseptor adrenergic-alfa2 dalam depresi, karena
aktivasi reseptor tersebut menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang
dilepaskan. Reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergic dan
mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Adanya noradrenergik yang hampir
murni, obat antidepresan yang efektif secara klinis sebagai contohnya, desipramine
(norpramine) mendukung lebih lanjut peranan norepinefrin di dalam patofisiologi
sekurangnya gejala depresi.
Dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam menyebabkan depresi.
Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat
pada mania. Obat yang menurunkan kadar dopamin seperti reserpine dan pada

penyakit yang mengalami penurunan dopamin seperti Parkinson disertai juga dengan
gejala depresi. Obat obat yang meningkatkan kadar dopamin seperti tyrosin,
amphetamine, bupropion menurunkan gejala depresi. Disfungsi jalur dopamin
mesolimbic dan hipoaktivitas reseptor dopamin tipe 1 (D1) terjadi pada depresi.

Gambar : Mekanisme terjadinya depresi


(Nejm:2008)
Gambaran Klinis
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap
yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat
berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala depresi lebih
banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan
disabilitas.Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik
setelah depresi teratasi.

Tabel : Gambaran klinis pada depresi

(Irawan : 2013 )
Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang bervariasi,
kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi dapat
dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam
perasaan, dan perubahan perilaku. (Irawan : 2013 )

Tabel : Perubahan depresi pada lansia

(Irawan : 2013 )
Tabel : Perbedaan Gejala antara Delirium, Demensia dan depresi

( Luman : 2015 )
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan & Saddock. 2007, Kaplan&Saddock Synopsis of Psychiatry :
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, eds. Grebb J.A., Pataki C.S.,
Sussman N., Mitchell C.W., Millet K.Murphy J.A., et al, USA,Lippincott
William & Wilkins.
Rottenberg J., 2010. The Serotonin Theory of Depression Is Collapsing,
Pyschology Today: 11-12.
National Institute of Mental Health. 2010. Depression and College Students. NIMH:
1-8.
WHO. 2010. Depression. World Health Organization
Luman, Andi. 2015. Sindrom Delirium. CDK-233/ vol. 42 no. 10, th. 2015,

744-749

Irawan, Hendry. 2013. Gangguan Depresi pada Usia Lanjut. CDK-210/ vol. 40 no.
11, th. 2013, 815-819

Anda mungkin juga menyukai