Proposal Penelitian Allem
Proposal Penelitian Allem
PROPOSAL PENELITIAN
KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) KASUS BARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWAN
PADA TAHUN 2015
Pembimbing:
Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes
Disusun Oleh:
Muhammad Ikhsan Chan
Muhammad Iqbal
Mutia Fri Fahrunnisa
Muhammad Riza Andhika
Muhammad Ihsan
(110100307)
(110100127)
(110100071)
(110100171)
(110100033)
LEMBAR PENGESAHAN
(110100307)
(110100127)
(110100071)
(110100171)
(110100033)
Disusun sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran USU
Disetujui oleh,
Pembimbing,
DAFTAR ISI
ii
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum....................................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus...................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................5
2.1 Definisi Tuberkulosis paru ..........................................................5
2.2. Etiologi dan Faktor Risiko TB paru.............................................5
2.3. Patogenesis TB paru....................................................................7
2.4. Klasifikasi TB paru......................................................................9
2.5. Gejala Klinis TB paru................................................................11
2.6. Diagnosis TB paru.....................................................................12
2.7. Pengobatan TB paru...................................................................14
2.8. Pencegahan TB paru..................................................................17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. .21
3.1. Kerangka Konsep.......................................................................21
3.2. Definisi Operasional..................................................................21
3.3. Variabel dan Alat Ukur...............................................................24
BAB 4 METODE PENELITIAN..........................................................26
4.1. Jenis Penelitian...........................................................................26
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................26
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................26
4.4. Teknik Pengumpulan Data.........................................................27
4.5. Pengolahan dan Analisis Data....................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................28
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Judul
Halaman
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal
manusia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya relief yang menggambarkan
orang dengan gibbus pada peninggalan mesir kuno (Depkes, 2008). Bukti lainnya
adalah penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas TB dari kerangka
yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan
yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun
2000-4000 SM. Pada tahun 1882, Robert Koch menemukan kuman penyebabnya
yaitu semacam bakteri berbentuk batang. Penyakit ini kemudian dinamakan
tuberkulosis dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya, tetapi
yang paling banyak adalah organ paru (Amin dan Bahar, 2009). Tuberkulosis
paling sering menginfeksi sistem respirasi, baik berdiri sendiri ataupun bersamaan
dengan TB pada organ lain, dimana TB paru memiliki persentase lebih dari 85%
dari keseluruhan kasus TB di Hongkong (Wong, 2008). Pada penyakit
tuberkulosis dapat diklasifikasikan, yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra
paru. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu
sekitar 80 % dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paruparu ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah menular.
Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TB yang menyerang organ
tubuh lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limpe, persendian tulang
belakang, saluran kencing,susunan syaraf pusat dan perut. Pada dasarnya penyakit
TB ini tidak pandang bulu karena kuman ini dapat menyerang semua organ-organ
dari tubuh (Hiswani, 2002). Tuberkulosis merupakan penyakit multiorgan dengan
berbagai gejala dan manifestasi klinis yang merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi diseluruh dunia (Herchline, 2013). Pada Maret 1993, World Health
Organization (WHO) mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB
dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3
penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Amin dan Bahar, 2009).
Pada tahun 1997, kasus baru secara total diperkirakan 7,96 juta (rentang 6,3-11,1
juta) dengan 3,52 juta (44%) merupakan kasus menular (rentang 2,8-4,9 juta)
dengan kuman positif (smear positive) dan sekitar 16,2 juta (12,1-22,5 juta) kasus
tercatat sebagai pasien TB. Diperkirakan kematian berkisar 1,87 juta (1,4- 2,8
juta) setiap tahun dan angka kematian global sekitar 23% dan lebih dari 50% di
Afrika karena angka kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Angka
prevalensi secara global adalah 32% (1,86 juta orang). Sekitar 80% dari seluruh
kasus TB terdapat di 22 negara dan lebih dari separuhnya berasal dari Asia
Tenggara. Diperkirakan 1 kematian setiap 15 detik (lebih dari 2 juta per tahun).
Tanpa pengobatan 60% kasus TB akan meninggal (Kusuma, 2007). Pada tahun
2005, 8,8 juta orang terinfeksi TB aktif dan 1,6 juta orang meninggal. Kasus
tersebut banyak terjadi di Asia Tenggara dan Afrika (Jeoung dan Lee, 2008). Pada
tahun 2011, kasus TB baru paling banyak terjadi di Asia sekitar 60% dari kasus
baru yang terjadi di seluruh dunia. Akan tetapi, Afrika Sub Sahara memiliki
jumlah terbanyak kasus baru per populasi dengan lebih dari 260 kasus per
100.000 populasi pada tahun 2011 (WHO, 2013). Jumlah kasus TB terbanyak
adalah Asia Tenggara (35%), Afrika (30%), dan Pasifik Barat (20%). Berdasarkan
data WHO pada tahun 2011, lima negara dengan insiden kasus TB terbanyak
yaitu, India (2,0-2,5 juta), China (0,9-1,0 juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta),
Indonesia (0,4-0,5 juta), dan Pakistan (0,3-0,5 juta). India dan Cina masingmasing
menyumbangkan 26% dan 12% dari seluruh jumlah kasus di dunia (WHO, 2012).
Di Indonesia, diperkirakan prevalensi TB untuk semua tipe TB adalah 565.614
kasus pertahun, 244 per 10.000 penduduk dan 1.550 per hari. Insidensi penyakit
TB 528.063 kasus per tahun, 228 kasus per 10.000 penduduk dan 1.447 perhari.
Insidensi kasus baru 236.029 per tahun, 102 kasus per 10.000 penduduk, dan 647
per hari. Insidensi kasus TB yang mengakibatkan kematian 91.369 kasus per
tahun, 30 kasus per 10.000 penduduk dan 250 kasus per hari (Depkes, 2010).
Di Sumatera Utara, terdapat penemuan kasus baru BTA (+) yaitu 14.158
kasus per tahun (Depkes, 2009). Di tahun 2011, case detection rate TB paru
adalah 69,4 % dengan success rate 81,4% (Kemenkes RI, 2012). Mengingat
tingginya kasus TB di Indonesia, terutama Sumatera Utara, peneliti tertarik untuk
Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita TB paru kasus baru di puskesmas
Tujuan Penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus
(Depkes, 2007).
2.2.
memiliki
beberapa
spesies
diantaranya
Mycobacterium
organ
tubuh
lain.
Mycobacterium
tuberculosis
merupakan
obligat
dan
terkena TB.
e. Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih banyak
terjadi pada orang tua daripada dewasa muda dan anak- anak (Horsburgh,
2009).
2.
Faktor lingkungan
Patogenesis TB paru
Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi
droplet saluran nafas yang mengandung kuman kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga
basil. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atas
paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri tersebut, namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah
hari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi. Bakteri terus difagositatau berkembang biak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh
limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari (Price dan
Standridge, 2006).
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis
pneumoni kecil dan disebut sarang primer atau fokus Ghon. Dari sarang primer
akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti
pembesaran kelenjar getah bening hilus. Semua proses ini memakan waktu 3-8
minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a.
b.
c.
Klasifikasi TB Paru
Berdasarkan hasil pemerikasaan sputum, TB paru dikategorikan
menjadi:
1. TB Paru BTA positif
10
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif.
2. TB Paru BTA Negatif
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis
aktif.
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan menunjukkan tuberkulosis positif (PDPI, 2011).
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi
menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
3. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
11
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut
diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang
datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung (Depkes, 2007).
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
ialah gejala respiratori.
1.
Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala sampai
gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala respiratorik terdiri
dari :
a. Batuk produktif 2 minggu.
b. Batuk darah.
c. Sesak nafas.
d. Nyeri dada.
12
2.
Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul dapat berupa :
a.
Demam.
b.
Keringat malam.
c.
Anoreksia.
d.
2.6.
Diagnosis TB paru
Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif artinya penjaringan
13
Bahar, 2009).
Pada pemeriksaan radiologi, gambaran yang dicurigai sebagai
lesi TB aktif adalah :
1. Bayangan berawan atau nodular disegmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang) (PDPI,
2011).
Ada beberapa cara pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TB
yaitu dengan cara konvensional dan tidak konvensional. Cara konvensional
terdiri dari pemeriksaan mikroskopik, biakan kuman, uji kepekaan terhadap
obat, dan identifikasi keberadaan kuman isolat serta pemeriksaan
histopatologis (Kusuma, 2007).
Pemeriksaan sputum merupakan hal yang penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA, diagnosis TB sudah bisa ditegakkan. Dikatakan
BTA (+) jika ditemukan dua atau lebih dahak BTA (+) atau 1 BTA (+)
disertai dengan hasil radiologi yang menunjukkan TB aktif (PDPI, 2011).
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru pada orang dewasa
ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB
nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan
aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk
suspek TB paru (Depkes, 2007).
14
Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB bertujuan untuk ;
a. Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan
produktivitas.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Mengurangi penularan.
e. Mencegah terjadinya resistensi obat (PDPI, 2011).
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan.
Jangan
gunakan
OAT
tunggal
(monoterapi).
15
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan
(Depkes, 2007).
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persistent sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
(Depkes, 2007).
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia yaitu :
a. Kategori I
-
TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi
luas.
b. Kategori II
-
hasil uji resistensi. Bila hasil uji resistensi telah ada, berikan obat sesuai
16
a.
Berobat 4 bulan
BTA saat ini negatif. Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada
Berobat 4 bulan
Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama (2 RHZES / 1
RHZE / 5 R3H3E3). Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif,
pengobatan diteruskan.
c. Kategori III
-
TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat lesi
minimal.
d. Kategori IV
-
TB paru kasus kronik. Paduan obat yang dianjurkan bila belum ada
17
hasil uji resistensi, berikan RHZES. Bila telah ada hasil uji resistensi,
berikan sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif
ditambah obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan).
e. Kategori V
-
b.
c.
d.
Gagal merupakan pasien dengan hasil sputum atau kultur positif pada
bulan kelima atau lebih dalam pengobatan.
e.
f.
2.8.
Pencegahan TB
Cara terbaik untuk mencegah TB adalah dengan pengobatan
18
pencegahan TB :
1.
19
Tes Tuberkulin
Neonatus dan bayi hingga berusia 3 bulan tanpa adanya riwayat
kontak dengan TB, dapat diberikan vaksinasi BCG tanpa tes tuberkulin
sebelumnya.
8.
Vaksinasi Rutin
Pada negara dengan prevalensi TB yang tinggi, WHO
Terapi Pencegahan
Tujuan terapi pencegahan adalah untuk mencegah infeksi TB
20
kontak dengan tes tuberkulin positif tetapi tidak ada gejala atau bukti
radiologis TB. Obat yang digunakan biasanya adalah isoniazid (5 mg/kg)
selama 6 bulan. Jika memungkinkan, dilakukan dengan pengamatan
langsung.
Kelompok yang mendapat profilaksis, yaitu :
-
21
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Tipe pasien
TB Paru
4. Hasil pemeriksaan
dahak
5. Kategori pengobatan
Gambar 3.1. Kerangka konsep karakteristik penderita TB paru
3.2.
Definisi Operasional
3.2.1. Umur
Merupakan lamanya hidup penderita TB paru yang dihitung
berdasarkan tahun sejak pasien lahir, sesuai yang tercatat dalam rekam
medis di puskesmas Belawan. Dikategorikan menjadi :
a.
b.
c.
e.
22
h.
Kasus baruadalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2.
3.
Pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
4.
Pengobatan setelah default adalah pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
5.
pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
2.3.4. Hasil Pemeriksaan Dahak
Merupakan hasil pemeriksaan tiga spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu
pasien suspek TB secara mikroskopis sesuai yang tercatat dalam rekam
medis
di
Pembacaan
hasil
23
skala
2.
3.
4.
pengobatan
dikategorikan menjadi :
1.
a.
2.
Kategori I
TB paru (kasus baru)
Kategori II
a.
b.
c.
3.
-
Kategori III
TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat
lesi minimal.
4.
Kategori IV
5.
Kategori V
MDR TB
24
ALAT
CARA
UKUR
Data rekam
UKUR
Melihat
medis
rekam medis
HASIL UKUR
1.
SKALA
UKUR
Ordinal
tahun)
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis kelamin
Tipe pasien
7.
1.
Laki-laki
Data rekam
Melihat
medis
Data rekam
Melihat
medis
1.
Kasus baru
3.
Pindahan
4.
Setelah default
5.
Setelah gagal
Hasil
Data rekam
Melihat
pemeriksaa
medis
rekam medis 2. 2+
n dahak
1. 1+
3. 3+
Nominal
Nominal
Nominal
25
Kategori
Data rekam
Melihat
pengobata
medis
a. Kategori
c. Kategori
III
d. Kategori
IV
e. Kategori
Nominal
26
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif
Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru yang
sampel adalah
27
Kriteria Inklusi
2.
4.3.4.
Kriteria Eksklusi
yang
telah
dikumpulkan
akan
diolah
dengan