INFEKSI NEONATAL
II NON REGULER B
KELOMPOK 14 :
( P3.73.24.114.066 )
( P3.73.24.114.069 )
( P3.73.24.114.077 )
D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan tentang Infeksi Neonatal.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari partisipasi berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing pada pelajaran Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan baik isi maupun cara penulisan yang disebabkan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................3
1.2 Tujuan.......................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi Neonatal..........................................................................5
2.2 Prinsip Dasar.............................................................................................6
2.3 Etiologi.....................................................................................................6
2.4 Tanda dan Gejala.....................................................................................10
2.5 Manajemen Umum dan Lanjut...............................................................13
2.6 Penilaian dan Penanganan......................................................................15
BAB III
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
infeksi
neonatorum
adalah
meningitis,
kejang,
hipotermi,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INFEKSI NEONATAL
Pengertian Infeksi Neonatrum
Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok
septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). Septisemia menunjukkan munculnya
infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara
cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat
besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan
oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi.
BATASAN
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Sepsis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan protozoa.
2.2 PRINSIP DASAR
Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Bayi baru lahir
mendapat kekebalan (imunitas) transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan
terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas.
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining
(pascanatal)
Penyebaran transplasenta
merupakan
jalan
tersering
masuknya
2.3 ETIOLOGI
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan
protozoa (jarang). Penyebab yang paling sering dari infeksi awal adalah Streptokokus
grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Infeksi lanjut dapat
disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif
(CONS), merupakan patogen yang paling umum pada infeksi awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
a) Bakteri gram positif
Streptokokus grup B penyebab paling sering.
Stafilokokus koagulase negatif merupakan penyebab utama
bakterimia nosokomial.
Streptokokus bukan grup B.
b) Bakteri gram negatif
Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
H. influenzae.
Listeria monositogenes.
Pseudomonas
Klebsiella.
Enterobakter.
Salmonella.
Bakteria anaerob.
Gardenerella vaginalis.
sosial-ekonomi
ibu,
ras,
dan
latar
belakang.
Mempengaruhi
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester
ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta
dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
3. Faktor Lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
3) Kadang- kadang di
ruang
perawatan
terhadap
epidemi
penyebaran
10
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.col li.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa.cara yaitu :
1) Infeksi antenatal
Infeksi ini terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya
ke dalam sirkulasi darah umbilicus. Berikut adalah contoh kuman yang
menginvasi ke dalam janin. Kuman yang meginvasi ke dalam janin
diantaranya adalah virus; rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie
dan cytomegalic inclusion, spirochaeta; Terponema palidum, serta bakteri;
E. coli dan Listeria monocytoganes.
Faktor resiko :
Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
Ibu menderita eklampsia
Ibu dengan diabetes mellitus
2) Infeksi intranatal
Infeksi ini terkaji pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam
rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban pecah yang
lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah,
yaitu pada partus lama yang sering dilakukan menipulasi vagina, termasuk
periksa dalam dan kromilage (melebarkan jalan lahir dengan jari tangan
penolong). Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman
yang berasal dari vagina, misalnya pada Blennorhoe.
Faktor resiko :
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesaria)
Ketuban pecah dini
Air ketuban hijau kental
3) Infeksi postnatal
Infeksi pada periode postnatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,
tindakan yang tidak antiseptic atau dapat juga terjadi melaui infeksi silang.
11
Faktor resiko :
Trauma lahir
Lahir kurang bulan
Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
Hipotermia pada bayi
2.4 TANDA DAN GEJALA
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi
perinatal adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar.
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun.
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena.
12
Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolik
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
4. ikterus/kernikterus
Manifestasi Klinis
Hanya sebatas pada organ tunggal atau mungkin melibatkan banyak organ
Diagnosa
Riwayat ibu mnegalami infeksi intrauterine, demam dengan kecurigaan infeksi
berat atau ketuban pecah dini
Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang
kurang higenis
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah
Riwayat air ketuban keruh, purulent atau bercampur meconium dan berbau
Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
Riwayat keadaan bayi letargi, mengantuk atau aktivitas berkurang atau
iritabel/rewel, demam tinggi atau hipotermi, gangguan nafas, kulit icterus,
13
Jika ditemukan riwayat infeksi intauterin, ditemukan satu kategori A dan satu
atau 2 kategori B maka kelola untuk tanda khususnya (mis. Kejang). Lakukan
pemantauan.
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai kecurigaan
terhadap sepsis.
lebih kategori B
Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih
temuan kategori B
A. Antibiotik
Antibiotik awal diberikan ampisillin dan genttamisin, bila orgasme tidak
dapt ditemukan dan bayi tetep menunjukkan tanda infeksi sesudah 48
jam, ganti ampisilin dengan cefotaksim disamping tetap diberi
gentamisin
Jika ditemukan organisme penyebab infeksi, digunakan antibiotik sesuia
uji kepekaan kuman. Antibiotika diberikan sampai dengan 7 hari setelah
ada perbaikan
14
Antibiotik
Ampisilin
Ampisilin
Cara pemberian
Dosis dalam mg
Hari
1-7
IV,IM
Hari 8 +
50 mg/kg setiap 12 jam
50 mg/kg
IV
setiap 8 jam
100 mg/kg setiap 12 jam
100 mg/kg
untuk
setiap 8 jam
meningitis
Sefotaksim
Sefotaksim
IV,IM
50 mg/kg
IV
setiap 8 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
50 mg/kg
untuk
setiap 6 jam
meningitis
Gentamisin
IV,IM
< 2 Kg
4mg/kg sekali sehari
3,5 mg/kg
setiap 12 jam
> 2 kg
5 mg/kg sekali sehari
3,5 mg/kg
setiap 12 jam
B. respirasi
menjaga jalan nafas tetap bersihg dan terbuka dan pemberian oksigen
untuk mencegah hipoksia, pada kasus tertentu membutuhkan ventilator mekanik
C. Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis yang sesuai dan
pemantauan tanda vital serta perfusi jaringan untuk mencegah syok.
MANAJEMEN LANJUT
Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta serta komplikasi
yang terjadi misalnya kejang ,hipoglikemia,gangguan napas,ikhterus.
15
1. Rujukan
Persiapkan merujuk bayi yang menderita i nfeksi neontal dengan komplikasi, setelah
keadaan stabil. Pengelolaan bersama dengan sub bagian neurologi anak,pediatri
sosial,bagian mata,bedah syaraf dan rehabilitasi medik.
2. Pemantauan (monitoring)
Tumbuh kembang
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis dapat mengakibatkan
tumbuh kembang, misalnya : gejala sisa neurologis berupa retardasi mental, gangguan
penglihatan,kesukaran belajar,kelainan tingkah laku
2.6 PENILAIAN DAN PENANGANAN
PENILAIAN
Diagnosis infeksi pada bayi baru lahir tidak mudah. Tanda khas seperti terdapat
pada bayi yang lebih tua sering kali tidak ditemukan. Sering kali diagnosis didahului
oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan itu diagnosis ditentukan
dengan pemeriksaan selanjutnya. Infeksi pada bayi baru lahir cepat sekali menjalar
menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Diagnosis dini
sering dibuat apabila petugas pelayanan kesehatan cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku bayi baru lahir yang sering kali merupakan awal tanda infeksi umum.
Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebut di antaranya ialah
malas minum, gelisah, atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernapasan menigkat,
berat badan tiba-tiba turun, muntah dan diare. Selain itu dapat menjadi edema, sklerema,
purpura atau perdarahan, icterus, hepatosplenomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat
meninggi, normal, atau dapat pula kurang dari normal.
PENANGANAN
Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
ASI tetap diberikan atau diberi gula
Diberi injeksi antibiotika berspektrum luas
16
Dosis
50.000 IU/kg/kali i.m
Frekuensi Pemberian
Tiap 12 jam
atau
50 mg/kg/kali i.m/i.v
Tiap 8 jam
Injeksi Ampisilin
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida
Tiap 12 jam
(Gentamisin)
Eritromisin
50 mg/kg/hari
Dalam 3 dosis
TANDA-
TANDA
KATEGORI
PENILAIAN
Sepsis
Infeksi Lokal
Tanda-tanda tersebut di
atas disertai:
Kadang-kadang
kejang
Tali pusat merah
atau kotor atau
17
bau
Kulit ikterik
PENANGANAN
PUSKESMAS
Pertahankan
tubuh bayi tetap
hangat (tidak
hipotermia)
ASI tetap
diberikan atau
diberi air gula
Injeksi antibiotika
1 kali
Rujuk ke rumah
sakit
Diberi injeksi
antibiotika
Dilanjutkan
dengan
antibiotika oral
Nasehat
perawatan infeksi
Kontrol kembali
dalam 2 hari
18
RUMAH
SAKIT
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatrum merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi
baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru
lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang
berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi
laki-laki.
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Sepsis pada bayi baru
lahir dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa.
3.2 Saran
Infeksi neonatorum maka perlu ditempuh langkah Berdasarkan
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti,M.Kes.2010.Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak.Yogyakarta
:Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta:Trans
info Media
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1.Jakarta:
Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3.Jakarta:
Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Hj. Deslidel, dkk.. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
https://srirhy.wordpress.com/2013/08/06/infeksi-neonatus-2/
21
22