Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

INFEKSI NEONATAL

II NON REGULER B
KELOMPOK 14 :

1. Nola Radhiah Kusumawati


2. Nur Rida Fitri
3. Windy Sari Dewi

( P3.73.24.114.066 )
( P3.73.24.114.069 )
( P3.73.24.114.077 )

D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
kelompok Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan tentang Infeksi Neonatal.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari partisipasi berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing pada pelajaran Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan baik isi maupun cara penulisan yang disebabkan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan
terimakasih.

Jakarta, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................3
1.2 Tujuan.......................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi Neonatal..........................................................................5
2.2 Prinsip Dasar.............................................................................................6
2.3 Etiologi.....................................................................................................6
2.4 Tanda dan Gejala.....................................................................................10
2.5 Manajemen Umum dan Lanjut...............................................................13
2.6 Penilaian dan Penanganan......................................................................15
BAB III
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%)
dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua
pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal
disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia,
dan diare. (Imral chair, 2007).
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah
20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta
per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama
halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia
meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami,
2008) Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 1350% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai
komplikasi

infeksi

neonatorum

adalah

meningitis,

kejang,

hipotermi,

hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).


Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya
morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat
terinfeksi inutero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam
bulan pertama kehidupan. (Rachma, 2005).
Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan
penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan
terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang
efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah
terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Infeksi Neonatal?
2. Bagaimana cara mendiagnosis Infeksi Neonatal?
3. Bagaimana Manajemen umum dan lanjut untuk Infeksi Neonatal?
1.3 Tujuan
1.

Mahasiswa mampu melakukan asuhan neonatus tentang Infeksi Neonatal


sehingga dapat melakukan asuhan terhadap Infeksi Neonatal.
2.
1. Untuk mengetahui tentang Infeksi Neonatal
2. Untuk mengetahui Batasan, Prinsip dasar dan Diagnosis Infeksi Neonatal
3. Untuk mengetahui Manajemen umum dan Lanjut pada Infeksi Neonatal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INFEKSI NEONATAL
Pengertian Infeksi Neonatrum
Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan

gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok
septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). Septisemia menunjukkan munculnya
infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara
cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat
besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan
oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Inkfesi:
1. Inkfesi Dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Inkfesi lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan

pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi.

BATASAN
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi
selama satu bulan pertama kehidupan. Sepsis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan protozoa.
2.2 PRINSIP DASAR
Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Bayi baru lahir
mendapat kekebalan (imunitas) transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.

Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan
terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas.

Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining

sepsis dan pengelolaan terhadap faktor resiko perlu dilakukan


Mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur sehingga
memudahkan invasi mikroorganisme, sehingga infeksi mudah menjadi
berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu beberapa jam atau

beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan yang tepat


Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada waktu
persalinan (intranatal) atau setelah lahir dan selama periode neonatal

(pascanatal)
Penyebaran transplasenta

merupakan

jalan

tersering

masuknya

mikroorganisme kedalam tubuh janin. Infeksi yang didapat saat


persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau
cairan vagina, tinja, atau urin ibu. Semua infeksi yang terjadi setelah

lahir disebabkan oleh pengaruh lingkungan.


Terapi awal pada neonatus yang mengalami infeksi harus segara
dilakukan tanpa menunggu hasil kultur

2.3 ETIOLOGI
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan
protozoa (jarang). Penyebab yang paling sering dari infeksi awal adalah Streptokokus
grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Infeksi lanjut dapat
disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif
(CONS), merupakan patogen yang paling umum pada infeksi awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
a) Bakteri gram positif
Streptokokus grup B penyebab paling sering.
Stafilokokus koagulase negatif merupakan penyebab utama
bakterimia nosokomial.
Streptokokus bukan grup B.
b) Bakteri gram negatif
Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
H. influenzae.

Listeria monositogenes.
Pseudomonas
Klebsiella.
Enterobakter.
Salmonella.
Bakteria anaerob.
Gardenerella vaginalis.

Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat


menyebabkan pneumonia dan infeksi dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau
asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang
perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler
coagulation (DIC) dan kematian.
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga.
kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status

sosial-ekonomi

ibu,

ras,

dan

latar

belakang.

Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui


sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan

2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester
ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta
dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan
penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

3. Faktor Lingkungan
1) Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
2) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
3) Kadang- kadang di

ruang

perawatan

terhadap

epidemi

penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering


akibat kontak tangan.
4) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

10

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.col li.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa.cara yaitu :
1) Infeksi antenatal
Infeksi ini terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melewati plasenta dan akhirnya
ke dalam sirkulasi darah umbilicus. Berikut adalah contoh kuman yang
menginvasi ke dalam janin. Kuman yang meginvasi ke dalam janin
diantaranya adalah virus; rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie
dan cytomegalic inclusion, spirochaeta; Terponema palidum, serta bakteri;
E. coli dan Listeria monocytoganes.
Faktor resiko :
Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
Ibu menderita eklampsia
Ibu dengan diabetes mellitus
2) Infeksi intranatal
Infeksi ini terkaji pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke dalam
rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah. Ketuban pecah yang
lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah,
yaitu pada partus lama yang sering dilakukan menipulasi vagina, termasuk
periksa dalam dan kromilage (melebarkan jalan lahir dengan jari tangan
penolong). Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman
yang berasal dari vagina, misalnya pada Blennorhoe.
Faktor resiko :
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesaria)
Ketuban pecah dini
Air ketuban hijau kental
3) Infeksi postnatal
Infeksi pada periode postnatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,
tindakan yang tidak antiseptic atau dapat juga terjadi melaui infeksi silang.

11

Faktor resiko :
Trauma lahir
Lahir kurang bulan
Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
Hipotermia pada bayi
2.4 TANDA DAN GEJALA
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi
perinatal adalah sebagai berikut :
1.

Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,


sklerema

2.

Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly.


(tanda muncul sesudah hari keempat)a

3.

Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,


merintih, sianosis

4.

Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,


hipotensi, takikardi, bradikardia.

5.

Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,


pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

6.

Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.


Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung.

Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah

dari pusar.
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan

pada ubun-ubun.
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena.

12

Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri

tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.


Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.

Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemia, asidosis metabolik
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
4. ikterus/kernikterus
Manifestasi Klinis
Hanya sebatas pada organ tunggal atau mungkin melibatkan banyak organ

(setempat atau sistemik).


Dapat ringan, sedang atau berat.
Akut, sub akut atau kronis.
Atau mungkin asimtomatik.
Ketidakmampuan mentoleransi makanan.
Iritabilitas.
Lesu

Diagnosa
Riwayat ibu mnegalami infeksi intrauterine, demam dengan kecurigaan infeksi
berat atau ketuban pecah dini
Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang

kurang higenis
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah
Riwayat air ketuban keruh, purulent atau bercampur meconium dan berbau
Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
Riwayat keadaan bayi letargi, mengantuk atau aktivitas berkurang atau
iritabel/rewel, demam tinggi atau hipotermi, gangguan nafas, kulit icterus,

sklerema atau skleredema dan kejang


Pengobatan spesisfik untuk toksoplasmosis, sifilis dan herpes simpleks
didasarkan pada suatu diagnosis yang akurat dan dapat menurunkan morbiditas
jangka panjang secara bermakna.
Pencegahan

13

Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai menderita


korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan,
persalinan yang cepat bagi bayi baru lahir,
kemoprofilaksis intrapartum
selektif nampak dapat menurunkan tingkat
morbiditas dan mortalitas pada infeksi bekteri neonatus.
Perawatan tali pusat,
sterilisasi peralatan dan
pencucian tangan adalah hal yang sangat penting.

2.5 MANAJEMEN UMUM DAN LANJUT


MANAJEMEN UMUM
Dugaan sepsis

Jika ditemukan riwayat infeksi intauterin, ditemukan satu kategori A dan satu
atau 2 kategori B maka kelola untuk tanda khususnya (mis. Kejang). Lakukan

pemantauan.
Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai kecurigaan
terhadap sepsis.

Kecurigaan besar sepsis

Pada bayi umur sampai dengan 3 hari


Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim,demam dengan kecurigaan infeksi
berat atau ketuban pecah dini atau bayi mempunyai 2 atau lebih kategori A atau

lebih kategori B
Pada bayi umur lebih dari tiga hari
Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih
temuan kategori B

A. Antibiotik
Antibiotik awal diberikan ampisillin dan genttamisin, bila orgasme tidak
dapt ditemukan dan bayi tetep menunjukkan tanda infeksi sesudah 48
jam, ganti ampisilin dengan cefotaksim disamping tetap diberi

gentamisin
Jika ditemukan organisme penyebab infeksi, digunakan antibiotik sesuia
uji kepekaan kuman. Antibiotika diberikan sampai dengan 7 hari setelah
ada perbaikan

14

Pada sepsis dengan meningitis, pemberian antibiotik sesuai pengobatan


meningitis

Antibiotik

Ampisilin
Ampisilin

Cara pemberian

Dosis dalam mg
Hari

1-7

IV,IM

Hari 8 +
50 mg/kg setiap 12 jam

50 mg/kg

IV

setiap 8 jam
100 mg/kg setiap 12 jam

100 mg/kg

untuk

setiap 8 jam

meningitis
Sefotaksim
Sefotaksim

IV,IM

50 mg/kg setiap 12 jam

50 mg/kg

IV

setiap 8 jam
50 mg/kg setiap 6 jam

50 mg/kg

untuk

setiap 6 jam

meningitis
Gentamisin

IV,IM

< 2 Kg
4mg/kg sekali sehari

3,5 mg/kg

setiap 12 jam
> 2 kg
5 mg/kg sekali sehari

3,5 mg/kg

setiap 12 jam

B. respirasi
menjaga jalan nafas tetap bersihg dan terbuka dan pemberian oksigen
untuk mencegah hipoksia, pada kasus tertentu membutuhkan ventilator mekanik
C. Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis yang sesuai dan
pemantauan tanda vital serta perfusi jaringan untuk mencegah syok.
MANAJEMEN LANJUT
Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta serta komplikasi
yang terjadi misalnya kejang ,hipoglikemia,gangguan napas,ikhterus.

15

1. Rujukan
Persiapkan merujuk bayi yang menderita i nfeksi neontal dengan komplikasi, setelah
keadaan stabil. Pengelolaan bersama dengan sub bagian neurologi anak,pediatri
sosial,bagian mata,bedah syaraf dan rehabilitasi medik.
2. Pemantauan (monitoring)
Tumbuh kembang
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis dapat mengakibatkan
tumbuh kembang, misalnya : gejala sisa neurologis berupa retardasi mental, gangguan
penglihatan,kesukaran belajar,kelainan tingkah laku
2.6 PENILAIAN DAN PENANGANAN
PENILAIAN
Diagnosis infeksi pada bayi baru lahir tidak mudah. Tanda khas seperti terdapat
pada bayi yang lebih tua sering kali tidak ditemukan. Sering kali diagnosis didahului
oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan itu diagnosis ditentukan
dengan pemeriksaan selanjutnya. Infeksi pada bayi baru lahir cepat sekali menjalar
menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Diagnosis dini
sering dibuat apabila petugas pelayanan kesehatan cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku bayi baru lahir yang sering kali merupakan awal tanda infeksi umum.
Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebut di antaranya ialah
malas minum, gelisah, atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernapasan menigkat,
berat badan tiba-tiba turun, muntah dan diare. Selain itu dapat menjadi edema, sklerema,
purpura atau perdarahan, icterus, hepatosplenomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat
meninggi, normal, atau dapat pula kurang dari normal.
PENANGANAN
Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
ASI tetap diberikan atau diberi gula
Diberi injeksi antibiotika berspektrum luas

16

Penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan


tumbuhnya jenis mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan
mengakibatkan tumbuhnya jamur yang berlebihan misalnya jenis candida
albicans.
Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal tali pusat (omfalitis)
diberi salep yang mengandung neomisin dan basitrasin.
Jenis Antibiotika
Injeksi Benzil Penisilin

Dosis
50.000 IU/kg/kali i.m

Frekuensi Pemberian
Tiap 12 jam

atau

50 mg/kg/kali i.m/i.v

Tiap 8 jam

Injeksi Ampisilin
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida

2,5 mg/kg/ kali i.m/i.v

Tiap 12 jam

(Gentamisin)
Eritromisin

50 mg/kg/hari

Dalam 3 dosis

BAGAN PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS

TANDA-

Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih,

TANDA

menangis lemah atau tidak ada tangis, susah minum,


fontanel cembung, tali pusat memerah.

KATEGORI
PENILAIAN

Sepsis

Infeksi Lokal

Tanda-tanda tersebut di
atas disertai:
Kadang-kadang
kejang
Tali pusat merah
atau kotor atau

17

Biasanya hanya ditemukan:


Panas
Tali pusat merah atau
kotor atau bau
Nanah di telinga
Bisul atau pustule di
kulit

bau
Kulit ikterik
PENANGANAN
PUSKESMAS

Pertahankan
tubuh bayi tetap
hangat (tidak
hipotermia)
ASI tetap
diberikan atau
diberi air gula
Injeksi antibiotika
1 kali
Rujuk ke rumah
sakit
Diberi injeksi
antibiotika
Dilanjutkan
dengan
antibiotika oral
Nasehat
perawatan infeksi
Kontrol kembali
dalam 2 hari

18

RUMAH

Sama seperti di atas

SAKIT

Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.


Bila perlu diberikan oksigen
Infus untuk mencegah dehidrasi
ASI tetap diberikan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatrum merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi
baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru
lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang
berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi
laki-laki.
Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Sepsis pada bayi baru
lahir dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa.

3.2 Saran
Infeksi neonatorum maka perlu ditempuh langkah Berdasarkan

19

hasil kesimpulan diatas tentang prevalensi langkah untuk menurunkan


angka kematian akibat sepsis neonatorum dengan diagnosis dan penanganan
yang tepat agar tidak menimbulkan kecacatan pada bayi dan gangguan pada
tumbuh kembangnya di kemudian hari.
Kemudian bisa dilakukan sosialisasi pada Puskesmas, bidan, perawat,
bidan terlatih untuk bisa mengurangi morbiditas dan mortalitas. Selain itu,
para petugas medis misalnya dokter, dokter puskesmas, bidan, perawat, dan
dukun terlatih harus lebih aktif lagi supaya pencegahan dini terjadinya
infeksi neonatorum dapat dicegah.Ibu hamil juga disarankan agar lebih
sering mengadakan pemeriksaan rutin ke rumah sakit atau ke puskesmas
karena salah satu penyebab adanya infeksi neonatorum juga disebabkan
karena adanya infeksi pada ibu. Dan korioamnionitis terdapat 27,02%
penyebab terjadinya infeksi neonatorum.infeksi neonatorum juga seringkali
disebabkan karena adanya infeksi nosokomial.
Sehingga untuk mencegah terjadinya infeksi neonatorum akibat adanya
infeksi nosokomial adalah :
1.Kebersihan tangan
Mencuci tangan adalah cara yang paling sederhana dan merupakan
tindakan utama dalam pengendalaian infeksi nosokomial.
2.Penggunaan air susu ibu (asi)
Bayi yang mendapat ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk
memperoleh infeksi dari pada bayi yang mendapat susu formula. Efektivitas
ASI tergantung dari jumlah yang diberikan, semakin banyak ASI yang
diberikan semakin sedikit resiko untuk terkena infeksi.

20

DAFTAR PUSTAKA
Sudarti,M.Kes.2010.Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak.Yogyakarta
:Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta:Trans
info Media
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1.Jakarta:
Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3.Jakarta:
Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1.Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Hj. Deslidel, dkk.. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
https://srirhy.wordpress.com/2013/08/06/infeksi-neonatus-2/

21

22

Anda mungkin juga menyukai