Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
perkenaan-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai perancangan bioreaktor tipe
batch, sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Bioreaktor.
Makalah ini berisikan hasil diskusi dan pemikiran penulis mengenai aspek-aspek dan
perhitungan baik neraca massa, neraca energi, biokinetika serta analisis ekonomi yang perlu
dipertimbangkan dalam perancangan suatu bioreaktor tipe batch. Studi kasus yang diberikan
membuat mahasiswa lebih dapat melihat bagaimana merancang bioreaktor dengan kondisi yang
telah ditentukan. Dengan begitu, penulis mengharapkan makalah ini dapat memenuhi kriteria
penilaian dan berguna bagi penulis maupun pembaca dalam mempelajari perancangan bioreaktor
tipe batch secara mendalam.
Penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dan arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Yuswan Muharam, selaku dosen mata kuliah Rekayasa Bioreaktor yang telah
membimbing dan mengarahkan kami selama perkuliahan,
2. Ibu Dianursanti, yang juga selaku dosen mata kuliah Rekayasa Bioreaktor yang telah
membimbing dan mengarahkan kami selama perkuliahan,
dan kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Depok, 9 Maret 2016
Penulis
LATAR BELAKANG
Menipisnya cadangan minyak bumi telah meningkatkan minat pengembangan sumber
energi alternative terbarukan. Salah satu sumber energi alternative yang banyak diproduksi saat
ini adalah bioetanol. Oleh karena adanya ketergantungan pada luar negeri dalam teknologi proses
bioetanol skala besar (20 ribu ton/tahun), maka diperlukan pengembangan teknologi proses yang
kompetitif dan efektif untuk mengkonversi gula atau pati menjadi bioetanol. Penelitian ini sangat
relevan untuk pengembangan teknologi industri proses yang kompetitif dan efektif.
Dalam proses produksi bioetanol, bioreaktor yang digunakan dapat secara batch,
semikontiyu dan kontinyu. Dalam perancangan dan interpretasi unjuk kerja reactor biologi,
diperlukan informasi fisis dan biologis. Faktor fisis yang mempengaruhi lingkungan umum
hidrodinamis pada suatu bioreaktor meliputi beberapa paramter seperti pola aliran liquida dan waktu
sirkulasi, efisiensi distribusi udara dan holdup gas, laju perpindahan massa oksigen, intensitas
pencampuran dan pengaruh geseran (shear). Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh geometri bioreaktor
dan pengaduk (kecepatan pengaduk, efek baffle) dan oleh pengaruh sifat fisis seperti viskositas cairan dan
tegangan permukaan. Semuanya dapat berpengaruh pada ukuran gelembung dan hidrodinamika cairan
dan gas. Input biokinetika melibatkan beberapa faktor seperti laju pertumbuhan sel, produktifitas sel dan
laju konsumsi substrat. Seringkali informasi ini diperoleh dari data laboratorium, didapatkan pada kondisi
tertentu yang sering sekali jauh dari kondisi nyata pada reaktor skala besar.
Pemicu inilah yang menjadi acuan dasar kami ingin merancang bioreaktor tipe batch
untuk produksi bioetanol dan membahas faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
nantinya memenuhi kebutuhan produksi tersebut.
TEORI DASAR
Reaktor Batch
1. Pengertian Reaktor Batch
Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi senyawa
oleh mikrobia melalui fermentasi dengan suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stoikiometri.. Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk
produksi berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk,
reaksi kimia, Batch distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan
fermentasi.
Beberapa ketetapan menggunakan reaktor tipe Batch :
Kendala yang timbul adalah terjadinya kontaminasi selama proses fermentasi terutama
bila sistemnya berkesinambungan (kontinyu). Bioreaktor dirancang untuk proses fermentasi
secara anaerob dan aerob. Apakah sistem sekali unduh berkesinambungan atau nutrien terputus.
Fungsi bioreaktor adalah untuk rnenghasilkan produk oleh mikrobia baik kultur murni atau
campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer dalarn mengatur faktor lingkungan
dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Rancangan dan konstruksi bioreaktor perlu diperhatikan tentang bejana harus dapat
dioperasikan dalam jangka waktu lama, serasi dan agitasi memadai untuk kelangsungan proses
metabolik mikrobia, sistem kontrol suhu, pH dan penambahan nutrien, bejana harus dapat dicuci
dan disterilisasi fasilitas sampling harus ada konsumsi tenaga serendah mungkin, bahan
kontroksi rnurah dan evaporasi diusahakan tidak terlalu besar. Macam-macam bioreaktor ada
empat yaitu: Bioreaktor tangki adukan (stirred tank bioreaktor), kolum gelembung (Bubble
colum bioreaktor), dengan pancaran udara (Airlift bioreaktor) dan bioreaktor terkemas padat
(Packed bed bioreaktor).
Ukuran bervariasi:
5 - 10 liter untuk skala laboratorium 10 - 500 liter untuk skala percobaan 50 - 400.000
liter untuk skala industri besar. Ukuran bioreaktor tergantung pada:
Proses : sekali unduh, berkesinambungan, nutrien terputus.
Bagaimana proses yang dioperasikan : pancaran ke bawah (down flow) atau pancaran
ke atas (up flow)
dCc
=( r g r d ) V
dt
dCs
=Y s (r g ) V r sm V
dt
c
dCp
=Y p / c (r g V )
dt
()
Substrat:
Product:
()
()
b. Kinetika
Suatu kinetika dalam bioreaktor dilihat dari laju reaksi yang terjadi di dalamnya.
Bioreaktor menjadi wadah dari reaksi-reaksi kimia hayati yang mengikutsertakan peran
r g =max
r d =k d C c
()
r sm=mC c
()
Yang merupakan gabungan dari hukum laju Michaelis-Menten dan persamaan Monod.
3. Material
Bahan yang digunakan untuk membangun bioreaktor harus mampu menahan kondisi
fisikokimia yang dihadapi saat menjalankan bioreaktor dan selama pembersihan dan sterilisasi.
Terlepas dari stainless steel, bahan lain yang bisa digunakan untuk membuat bioreaktor termasuk
karbon baja, kaca borosilikat, plastik polytetrafluoroethylene (PTFE), dan keramik. Hanya
stainless steel 304 dan sebagian yang diperkuat baja karbon rendah saat ini sedang digunakan
untuk membuat industri bioreaktor etanol. Bahan-bahan lainnya biasanya ditambahkan ke
bioreaktor stainless steel pada titik-titik tertentu untuk tujuan tertentu (misalnya, kaca borosilikat
digunakan untuk sight glasses).
Bioetanol diproduksi oleh fermentasi. Bioetanol fermentasi berlangsung di bawah sedikit
kondisi asam (pH antara 4 dan 6), suhu mulai dari 25 hingga 38 C, umumnya tanpa oksigen,
dan dalam media cair. Harus dipastikan bahwa hanya mikroorganisme yang diinginkan yang
tumbuh dalam bioreaktor, agar gula dapat dikonversi ke produk yang diinginkan. Selain itu
bahan yang digunakan sebagai material bioreaktor untuk memproduksi bioetanol tidak boleh
mempengaruhi proses fermentasi dan dapat disterilkan bila diperlukan. Untuk semua percobaan
yang dilakukan dalam bioreaktor tekstil, dilakukan autoklaf untuk sterilisasi pada suhu 121 C
selama 20 menit dan 2 bar tekanan. Hal ini menciptakan kondisi kerja steril untuk bioreaktor
tekstil. Tidak ada insiden kontaminasi bakteri dalam semua percobaan yang dilakukan di
bioreaktor tekstil, karena tidak ada ruang untuk mikroorganisme yang tidak diinginkan, dan
merupakan salah satu alasan utama mengapa tekstil digunakan sebagai bahan saat ini untuk
membuat bioreaktor.
Bahan konstruksi dari tekstil bioreaktor telah terbukti untuk melawan kondisi lingkungan
yang beragam (pH 3-12). Selain itu materi ketika dibakar tidak menyala, melainkan membentuk
komposit semi-padat yang mundur ke dalam, membuat bioreaktor tahan api. Bahan ini dirancang
untuk memiliki kekuatan tarik tinggi dengan tinggi fleksibilitas untuk membuat perakitan dan
pembongkaran mudah. Tabel 2 menunjukkan beberapa keuntungan dan kerugian dari
menggunakan bahan tertentu untuk konstruksi bioreaktor etanol. mengingat ini fitur dan
perbandingan pada Tabel 2, sebagai bahan bioreaktor konstruksi, bioreaktor tekstil adalah pilihan
yang sangat baik untuk produksi bioetanol.
1 L sampai > 15.000 L tergantung kebutuhan. Reaktor batch biasanya terbuat dari baja, stainless
steel atau baja berlapis kaca.
Padatan dan cairan yang akan masuk reaktor biasanya melalui sambungan yang terdapat pada
tutup atas reaktor. Untuk uap dan gas yang keluar reaktor biasanya juga melalui bagian atas,
sedangkan untuk cairan keluar melalui bagian bawah. Reaktor batch di desain untuk beroperasi
dalam proses unsteady state, banyak reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang
dimiliki oleh pasangan reaksi kinetika dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur
berlebih, dengan kata lain reaksi berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih sehingga
harus dihilangkan dengan sistem pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendingan bertujuan
meminimalkan waktu tinggal agar tetap konstan.
5. Kelebihan dan Kekurangan Reaktor Batch
Kelebihan dari reaktor batch antara lain :
-
diinginkan
Penggunaan yang multifungsi
Reaktor ini dapat digunakan untuk reaksi yang menggunakan campuran kuat dan beracun
Mudah dibersihkan
Dapat menangani reaksi dalam fase gas, cair dan cair-padat.
pengaduk
Waktu yang dibutuhkan lama sehingga tidak produktif untuk pengisian, pemanasan zat
pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reaktor dan waktu reaksi
6. Analisis Biaya
Perkiraan biaya total dan harga jual produksi merupakan salah satu masalah yang selalu
dihadapi oleh perpabrikan. Perkiraan tersebut bertujuan agar pabrik dapat memperoleh
keuntungan yang layak. Biaya produk dapat diklasifikasikan secara langsung atau tidak
langsung. Biaya langsung secara mudah ditentukan ditetapkan untuk produk yang khusus,
sedangkan biaya tidak langsung tidaklah secara mudah dialokasikan untuk produk tertentu.
Harga jual produksi didasarkan pada biaya keseluruhan untuk membuat barang ditambah
keuntungan yang ada.
Dalam memperkirakan biaya total produksi dan harga jual produksi, terdapat banyak jenisjenis biaya yang harus dipertimbangkan. Biaya-biaya ini dapat diperkirakan secara langsung atau
dengan menggunakan faktor estimasi. Dalam proyek pabrik, elemen biaya-biaya menurut
penggolongan oleh Mulyadi, 1999:14-17 meliputi:
a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran
Penggolongan ini didasarkan atas nama obyek pengeluarannya, misalnya nama obyek
pengeluaran bahan bakar maka disebut dengan biaya bahan bakar.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu biaya dapat dikelompokkan menjadi :
1) Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produksi jadi yang siap untuk dijual, misalnya biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya gaji karyawan dan lain-lain. Menurut obyek pengeluaran secara garis besar, biaya
produksi dibagi menjadi tiga yaitu:
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan. Penggolongan
biaya overhead pabrik menurut sifatnya, dikelompokkan menjadi beberapa golongan,
yaitu: biaya bahan penolong, biaya reparasi, pemeliharaan, dll.
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, yang dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya overhead
pabrik tetap, variabel dan semi variabel. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut
hubungannya dengan departemen, yang digolongkan menjadi dua yaitu biaya overhead
langsung departemen dan biaya overhead tidak langsung departemen.
2) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk. Contohnya: biaya iklan, biaya pengangkutan, dan biaya gaji bagian pemasaran.
3) Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya: biaya gaji karyawan bagian
akuntansi, bagian keuangan, bagian personalia dan bagian hubungan masyarakat.
7. Perbandingan Biaya Reaktor
Tantangan utama yang dihadapi produksi biofuel adalah kelayakan ekonomi. produksi
bioetanol terdiri dari kumpulan bahan baku, pra-perlakuan bahan baku (jika bahan baku adalah
pati atau lignoselulosa berdasarkan), fermentasi, distilasi dan mungkin dehidrasi. Biaya
fermentasi fasilitas produksi etanol 100.000 m3 / y kontribusi 11% dari total biaya rancangan,
sedangkan biaya bioreaktor 32% dari biaya fermentasi. Pada bagian ini perbandingan dibuat
antara biaya investasi bioreaktor stainless steel dan bioreaktor tekstil tidak termasuk biaya
operasi (pemeliharaan dan biaya instalasi). Biasanya, biaya diinstal (biaya investasi dan operasi)
dari reaktor stainless steel adalah 1,7 kali biaya pembelian, sedangkan bioreaktor tekstil adalah
1,5 kali biaya pembelian.
Biaya pembelian untuk 1000 m3 bioreaktor tekstil adalah $ 100.000. Tabel 3
menunjukkan biaya pembelian ukuran reaktor yang berbeda, untuk kedua bioreaktor tekstil dan
reaktor stainless steel. Biaya pembelian reaktor stainless steel diperkirakan menggunakan
Persamaan (1) dan (2) (lihat Bagian 3.5). Dengan mempertimbangkan volume reaktor, biaya
pembelian bioreaktor tekstil kurang dari setengah biaya pembelian bioreaktor stainless steel.
menyediakan transfer yang baik dari substrat ke dalam dan produk dari ragi (Gambar 1), gula
sepenuhnya dikonsumsi sekitar waktu yang sama seperti puncak etanol konsentrasi tercapai.
Sehingga pencampuran dengan resirkulasi dalam bioreaktor tekstil efektif.
Kontrol suhu sangat penting untuk pembentukan produk yang optimal karena setiap
mikroorganisme memiliki Kisaran suhu yang berfungsi secara optimal. Untuk kondisi anaerob
yang untuk S. cerevisiae adalah sekitar 30 C. Untuk skala laboratorium produksi panas
biasanya ditambahkan ke sistem sedangkan untuk besar bioreaktor industri dengan permukaan
rendah untuk rasio volume, pendinginan diperlukan. Karena sifat dari bahan yang digunakan
untuk bioreaktor tekstil, pendinginan dapat dengan mudah dicapai dengan resirkulasi air dingin,
sedangkan pemanasan dapat dicapai dengan air panas. Rasio luas terhadap volume dari
bioreaktor tekstil 1000 m3 adalah 0.96, sedangkan bioreaktor 1000 m3 konvensional memiliki
rasio tinggi diameter 3 sebesar 0.62. Semakin tinggi rasio luas terhadap volume bioreaktor tekstil
membuat pendinginan (Atau pemanasan) mudah dicapai karena kehilangan panas (atau
diperoleh) dengan penguapan dan radiasi meningkat dengan meningkatkan luas terhadap
volume.
9. Sistem Pendingin Bioreaktor
Pengunaan sistem pendingin pada bioreaktor bergantung pada proses fermentasi apa yang
sedang dilakukan, apakah anaerobik ataukah aerobik. Pada proses aerobik tidak dibutuhkan
sistem pendingin karena menghasilkan panas yang sangat kecil, sementara proses aerobik
10. Aeration
Aerasi diperlukan untuk pengadaan oksigen yang cukup demi kelangsungan hidup
mikrobia yang ditumbuhkan dalam medium cair (kultur tenggelam - submerged culture) Agitasi
diperlukan untuk mencampur semua isi bioreaktor sehingga diperoleh kondisi homogen Tipe
sistem aerasi dan agitasi sangat tipikal tergantung pada karakteristik proses fermentatif yang
diinginkan. Aerasi dapat diadakan dengan mengalirkan udara steril melalui aerator, kemudian
gelembung udara dibuat sekecil mungkin, sehingga memungkinkan terjadi oksigen udara masuk
ke fase cair. Gelembung udara dapat diperkecil melalui alat yang porus disebut sparger. Agitasi
selain berfungsi sebagai pengaduk (agitator) juga dapat berfungsi untuk memecah gelembung
yang lewat di dalam medium. Agitator atau disebut impeller ini khususnya didesign khusus yang
diperlukan untuk fermentor yang digunakan untuk menumbuhkan fungi atau aktinomisetes.
Komponen utama struktur fermentor yang diperlukan aerasi dan agitasi:
a. Agitator (impeller)
b. Pengaduk
c. Sistem aerator
d. Saringan halus atau penyekat (baffle)
Macam-macam reaktor :
1. Bioreaktor tanki adukan (stirres tank bioreactor), udara disirkulasikan melalui medium yang
diaduk dengan impeller.
2. Biorekator kolum gelembung (Bubble column bioreactor): udara dialirkan melalui sparger di
dasar hejana.
3. Bioreaktor dengan pancaran udara (Airlift bioreactor): terdiri dari dua kolum yang
dimasukkan ke dalam kolum yang lain. Udara dipaksa masuk melewati pipa sehingga udara
dapat terpancar keatas dan medium ikut terbawa.
4. Bioreaktor terkemas padat: diisi dengan bahan padatan yang dapat menjaring mikrobia masuk
kedalamnya. Medium dapat dipompakan melalui mikrobia dengan arah ke atas atau ke bawah
(Gambar 2).
KESIMPULAN