BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses belajar
mengajar di perguruan tinggi. Tujuan kegiatan praktikum terutama untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada para mahasiswa terhadap teori yang telah
diberikan dalam proses perkuliahan dikelas. Bentuknya biasanya berupa kegiatan di
laboratorium dimana para mahasiswa melakukan percobaan untuk mempraktekkan
suatu teori atau karakteristik tertentu dari materi kuliah yang telah diberikan.
Tujuan kegiatan praktikum berbeda dengan tujuan kegiatan penelitian.
Walaupun keduanya sama-samadilaksanakan di laboratorium. Praktikum bertujuan
untuk menerapkan teori yang sudah ada dengan tujuan membantu proses belajar
mengajar. Sedangkan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teori baru dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam program pendidikan perguruan tinggi jenjang
akademik dalam rangka mendidik calon sarjana yang menguasai ilmu pengetahuan yang
sudah ada serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang ilmu teknik mesin, kegiatan praktikum dapat dilaksanakan di
laboratorium, karena objek ilmu teknik mesin adalah proses atau fenomena alam dan
usaha rekayasanya dalam bentuk mekanisme. Kegiatan ini untuk membentuk manusia
dalam melakukan berbagai kegiatan fisik dalam hidupnya. Kegiatan praktikum dapat
dilaksanakan dengan menggunakan instalasi percobaan seperti model fisik dari
objeknya atau dengan cara simulasi matematik dengan menggunakan software
komputer.
Praktikum mempunyai peranan penting, terutama untuk membantu memahami
teori, proses atau karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa dalam bentuk
rekayasa yang komplek sehingga sulit dipahami apabila hanya diterangkan melalui
proses perkuliahan di kelas.
Motor bakar atau internal combustion engine merupakan hasil rekayasa
mekanisme dari proses konversi energi yang sangat luas penggunaanya sampai saat ini,
terutama mesin-mesin alat transportasi, mesin-mesin pertanian dan lain lain. Motor
bakar yang digunakan sampai sekarang adalah jenis motor bakar torak
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik berupa kerja (rotasi). Pada dasarnya mesin kalor
(Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu:
a.
b.
a.
b.
c.
d.
Langkah Buang
Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA. Sehingga gas hasil
pembakaran terbuang ke atmosfer. Skema masing masing langkah gerakan
torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut ditunjukkan dalam
gambar 2.1.
2.2
karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk siklus udara standar
(air standar cycle). Dalam air standar cycle fluida kerja
2.3
hubungan
antara
indikator
kerja
sebagai
variabel
terikat
dengan
indikator
operasionalnya sebagai variabel bebas. Dengan adanya bentuk hubungan antara kedua
indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu motor bakar harus
dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan layak untuk
dioperasikan.
1.
Pi . Vd . D . n . L
0,45 . z
Vd
: volume langkah =
(m)
2.
3.
Dimana T
: Torsi (kg . m)
: putaran (rpm)
T. n
716,2
4.
: Daya Indikatif
Ne
: Daya efektif
Nf
: Daya mekanis
5.
0,45
( 2 )
i =
b.
Ni
632 . 100%
Qb
Ne
632 . 100%
Qb
Efisiensi Mekanis
m =
d.
Efisiensi Volumetrik
v =
6.
Ne
100%
Qi
Gs . z . 60
100%
. n . Vd . i
Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik (SFC),
kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas.
2)
untuk mesin-mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah
ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas
pada putaran konstan digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi
pada putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.
dari
mesin
yang
bersangkutan.
Data
yang
digunakan
untuk
Data seperti putaran mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi daya, torsi, dan
efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter pembentuknya.
Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis karakteristik
kinerja yang sering diperlukan adalah :
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.4
2.4.1 Grafik Hubungan Putaran dengan Daya Poros dan Fuel Consumption.
a. Grafik Torsi dengan Putaran
Pada grafik ditunjukkan bahwa semakin tinggi putaran (rpm) maka torsi
semakin meningkat sampai mencapai titik maksimum pada putaran tertentu. Hal ini
disebabkan karena dibutuhkannya momen putar tinggi pada awal putaran poros
kemudian terjadi sifat kelembaman sehingga menurun pada putaran tertentu.
Gambar 2.7 Grafik hubungan putaran poros, daya poros, pemakaian bahan bakar
spesifik, dan momen putar poros pada karakteristik kinerja motor diesel
Sumber : Arismunandar (1975 : 61)
b. Grafik Hubungan antara Spesific Fuel Consumption terhadap Putaran
Pemakaian bahan bakar yang dimaksud adalah jumlah putaran / jumlah
sirkulasi bahan bakar yang diperlukan untuk daya yang dihasilkan dan grafik antara
fuel consumption dengan putaran cenderung mengalami penurunan. Namun setelah
mencapai titik optimum kembali mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan konsumsi
bahan bakar yang cenderung tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk
penggerak awal mesin. Pada putaran setelah titik optimum, grafik mengalami
kenaikan. Hal ini dikarenakan pembakaran kurang sempurna sehingga daya
mengalami penurunan, inilah yang menyebabkan SCF meningkat. Selain itu dengan
naiknya putaran maka daya yang dibutuhkan semakin besar
c. Grafik Daya Poros terhadap Putaran
Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros
mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran
poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum),
kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya indikasi
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat putaran yang
terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada
2.4.2 Grafik hubungan antara momen putar (torsi), daya poros, dan MEP
Gambar 2.8 Grafik hubungan antara power, speed, dan torque pada karakteristik
kinerja motor diesel
Sumber : Maleev (1985 : 299)
a. Grafik Antara Daya Efektif dan Putaran
Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi putaran, maka daya efektifnya akan
mencapai nilai maksimum dengan kata lain daya efektifnya berbanding lurus dengan
putaran. Tetapi setelah mencapai titik maksimumnya, nilainya akan menurun. Nilai
daya efektif merupakan pengurangan nilai daya indikasi dengan daya mekanis.
b. Grafik Antara Daya Mekanis dan Putaran
Pada grafik terlihat semain tinggi putaran maka daya mekanis cenderung
meningkat. Tingkat kenaikan daya mekanis dibawah daya indikasi dan daya efektif.
2.4.3
perbandingan selisih daya indikasi lebih besar dibandingkan kenaikkan panas akibat
kompresi.
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2.5
Orsat Apparatus
Orsat apparatus merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur dan
menganalisa komposisi gas buang. Untuk itu digunakan larutan yang dapat mengikat
gas tersebut dengan kata lain gas yang diukur akan larut dalam larutan pengikat.
Masing - masing larutan tersebut adalah :
a. Larutan Kalium Hidroksida (KOH), untuk mengikat gas CO 2
b. Larutan Asam Kalium Pirogalik, untuk mengikat gas O2
c. Larutan Cupro Clorid (CuCl2), untuk mengikat gas CO
(II).
(III).
2.6
Diagram Sankey
Kerugian pembuangan
Gas buang yang bertemperatur 300o 600o C, merupakan kerugian karena
panas/kalor tersebut tidak dimanfaatkan. Selain itu, karena perbedaan temperatur
didalam sistem lebih tinggi dibandingkan diluar sistem, menyebabkan temperatur
tersebut berpindah / keluar ke lingkungan
Kerugian Pendinginan
Silinder, katup-katup, dan torak akan menjadi panas karena berkontak
langsung terhadap gas panas yang bertemperatur tinggi, sehingga dibutuhkan
fluida pendinginan berupa air dan udara untuk menjaga komponen tersebut agar
tidak rusak, pendinginan ini merupakan kerugian juga karena banyaknya kalor /
panas yang hilang akibat diserap oleh fluida pendinginannya
Kerugian Mekanis
Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang
merupakan beban pendingin.
2.7.1 Definisi
ISS adalah singkatan dari Idling Stop System yang berarti sistem berhenti
berjalan. Teknologi Idling Stop System (ISS) adalah teknologi yang dirancang untuk
mengurangi emisi dan konsumsi bahan bakar saat kondisi diam. ISS akan mematikan
secara otomatis dan menyalakan mesin kembali hanya dengan memutar sedikit tuas gas.
Dengan penggunaan teknologi ini maka ketika sepeda motor dalam kondisi aktif
berhenti selama 3 detik maka mesin akan mati secara otomatis. Pada saat tuas gas
diputar maka mesin akan otomatis menyala. Hal ini akan menmbuat konsumsi bahan
bakar lebih efisien.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
: 15.00 WIB
3.2
Pelaksanaan Praktikum
kelembaban,
Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang.
Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder,
dengan spesifikasi sebagai berikut :
o
Siklus
: 4 langkah
Jumlah silinder
: 4
: 2164 cm3
Diameter silinder
: 83 mm
: 100 mm
Perbandingan kompresi
: 22 : 1
Bahan bakar
: Solar
Pendingin
: Air
Daya Poros
Merk
Model
: DWE 47 50 HS AV
Negara pembuat
: Jepang
Orsat Apparatus
Digunakan untuk mengukur dan menganalisa gas buang
b.
Barometer
Digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer (bar)
Aerometer
Digunakan untuk mengukur massa jenis bahan bakar (kg/ml)
untuk
mengetahui
parameter-parameter
yang
Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu konsumsi bahan bakar (s)
menunjukkan
Hygrometer
Digunakan untuk mengukur kelembaban relatif udara (oC)
Dynamometer
Digunakan untuk mengetahui gaya pembebanan pada poros (kg)
Tachometer
Digunakan untuk menghitung putaran mesin (rpm)
Manometer
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan dalam system (mmH2O)
Viscometer
Digunakan untuk mengukur viskositas fluida (Ns/m2)
Bomb Calorimeter
Digunakan untuk mengetahui kalor bahan bakar (kkal)
pengambilan data yang diperlukan untuk memenuhi tujuan praktikum di atas. Dalam
melaksanakan proses pengujian tersebut, mahasiswa harus mengikuti semua aturan dan
tata tertib yang berlaku di laboratorium dan mengikuti semua petunjuk asisten
laboratorium yang bertugas.
Metode percobaan dengan variasi putaran, parameter yang diukur adalah :
1.
Gaya pengereman
2.
3.
4.
Suhu udara
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tekanan udara
Nyalakan pompa pengisi untuk mengisi air dalam tangki sampai level air
mencapai tinggi aman.
Buka kran air pada pipa-pipa yang mengalirkan air ke mesin dan ke
dinamometer.
c.
Atur debit air yang mengalir pada flowmeter pada debit tertentu dengan
mengatur bukaan kran pada flowmeter.
d.
e.
f.
Nyalakan dinamo power control dan atur kondisi poros mesin dalam
keadaan tanpa beban.
2.
Setelah semua persiapan di atas dipenuhi, nyalakan kunci kontak pada posisi
memanaskan mesin terlebih dahulu sampai indikator glow signal menyala.
b.
Putar posisi kunci ke posisi START sambil throttle valve dibuka sedikit
sampai mesin menyala (seperti menyalakan mesin mobil).
c.
3.
Atur bukaan throttle pada bukaan yang diinginkan dengan membaca throttle
valve indikator (%)
b.
c.
Set ketiga tabung I, II, III pada ketinggian tertentu dengan membuka keran A, B,
C dan mengatur tinggi larutan pada tabung I, II, III dengan menaik turunkan
gelas B, kemudian tutup keran A, B, C setelah didapatkan tinggi yang diinginkan.
Posisi ini ditetapkan sebagai titik acuan.
2.
Naikkan air yang ada pada tabung ukur C sampai ketinggian air mencapai 50 ml
dengan cara membuka keran H dengan menaikkan gelas B. Setelah didapatkan
tinggi yang diinginkan, tutuplah kembali keran H.
3.
Ambil gas buang dari saluran gas buang untuk diukur, salurkan melalui selang
yang dimasukkan ke dalam pipa H.
4.
Buka keran H sehingga gas buang akan masuk dan mengakibatkan tinggi air yang
ada di tabung ukur C akan berkurang.
5.
Setelah tinggi air pada tabung ukur turun sebanyak 50 ml (sampai perubahan air
mencapai angka 0) tutuplah keran H dan kita sudah memasukkan volume gas
buang sebanyak 50 ml.
6.
Untuk mengukur kandungan CO2 buka keran C supaya gas buang bereaksi dengan
larutan yang ada pada tabung III dengan mengangkat dan menurunkan gelas B
sebanyak 5 7 kali.
7.
Setelah 5 7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal
dan tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan.
8.
Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan
air merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur.
10.
Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi
permukaan air sebelumnya.
T F l (kg.m),
Dimana : F = besar gaya putar (kg)
l = panjang lengan dinamometer (m)
2. Daya Efektif
Ne
T n
(PS),
716,2
749
273
;
Pa Pw
293
Pw .Ps
4. Tekanan Efektif rata-rata ( Pe )
Pe =
Neo 0,45 z
Vd i n
[ kg/cm2 ]
.2.
4
(m)
FC
V
3600
[ kg/jam ]
t
1000
Qb FC.LHVBahanBakar (
Kcal
)
Jam
a o .
Pa .Ps
760
273
. w
273
P1 P2
P1
Dimana: P1 = tekanan 1
P2 = tekanan 2
9. Aliran udara melalui nozzle
Gs
. . .d 2
4
2.g. a P1 P2 [kg/s]
Gg Gs
FC
[kg/s]
3600
Qeg
x100%
Qb
Qw
x100%
Qb
Ne
x632x100%
Qb
f 100% g w e
Qf
LHVBB .FC
(PS)
632
Nf
f xQf
100%
Ni Ne Nf
20. Spesific Fuel Consumtion Efektif
SFCe
FC
Ne
SFCi
FC
Ni
Qe 632.Ne
Dimana: Ne = daya efektif (PS)
23. Panas yang hilang karena sebab lain
Qpp Qb Qeg Qw Qe
Dimana: Qe = panas hasil pembakaran yang diubah menjadi daya efektif
(kcal/jam)
Qb = panas hasil pembakaran (kcal/jam)
24. Efisiensi Termal Indikasi
Ni
x632x100%
Qb
Ne
x100%
Ni
Gs.z.60
x100%
a .n.Vd.i
.2.
4
(m)
Gs
x3600
FC.
Ro 34,48 h
3
R
Ro
P
A st
P
0, 5
T
Pst t 273
T = P t 273
st
st
0,5
= temperatur ruangan
Nest A.Ne
Dimana: Ne = daya efektif (PS)
A = faktor koreksi standar
T st A.T
Dimana: A = faktor koreksi standar
33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar
SFCest SFCe
A
Vco
x 100%
Veg
% O2 =
Vo2
x 100%
Veg
% CO2 =
Vco2
x 100%
Veg
% N2 =
VN2
x 100%
Veg
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian
Putaran
= 800 rpm
P1
= 714 mmHg
P1 P 2
= 5 mmH2O
= 22 kg
= 32.5 C
= 396.3 C
= 33 C
= 56 C
= 360 l/jam
Waktu (t)
= 40 detik
Kadar CO
= 88 cm3
Kadar O2
= 89 cm3
Kadar CO2
= 90 cm3
Massa jenis
= 0.836 gr/ml
= 29 C
= 26 C
Kelembaban relative
= 75 %
= 0.358cm
Ne
T.n
716,2
Ne
7,786.800
716,2
749
273
Pa Pw
293
749
273 28
715 26,41890
293
k = 1,095
Pw = .Ps
= 0,83.31,83
Ps pada = 28C
Ps = 28,35 mmHg
= 26.41890mmHg
Neo = k.Ne
= 1,095. 8,798
= 9,628
4.
Pe
0,45.NeO.z
Vd.n.i
Pe
0,45.9,628.2
0,00054.800.4
Pe = 5,006 kg/cm2
5. Konsumsi bahan bakar (FC)
v 3600
FC
t 1000
FC
30
3600
.0,835.
40
1000
FC = 2,260 kg/jam
6. Panas hasil pembakaran (Qb)
Qb = FC. LHV bb
= 2,260.10500
= 23728,95 kcal/jam
Pa .Ps 273
a n
.w
.
760 273
714 (0,75.31,83) 273
a 1,293
0,75.0,03039
.
760
273 30
= 1.091 kg/m3
8. Koefisien udara ()
P1 P2
P1
P1 P2
5
0,00840
P1
715
0,1 1
0,969 1
= 0,96919
Gs
...d2
2g.a P1 P2
4
Gs
0,822.0,996919.3,14.(0.048)2
2.9,81.1,091.5
4
Gs = 0,014908 kg/s
10. Debit aliran gas buang (Gg)
Gg Gs
FC
3600
Gg 0,014908
2,260
3600
Gg = 0,01553 kg/s
11. Panas yang terbawa gas buang (Qeg)
Qeg = Gg.Cpg.(Teg Tud) 3600
Qeg = 0,01553.0,285.(510 30).3600
Qeg = 5698,414 kcal/jam
12. Efisiensi kerugian (g)
Qeg
100%
Qb
5698,414
100%
23728,95
g = 24,014 %
13. Kerugian panas pendinginan (Qw)
Qw = Ww.Cpw.(Two Twi)
Qw = 406.1.(55.6 33)
Qw = 8160.00 kcal/jam
14. Efisiensi kerugian panas (w)
Qw
100%
Qb
8160.00
100%
23728,95
w = 34,388 %
15. Efisiensi efektif (e)
Ne
100%
Qb
8,798
100%
23728,95
e = 23,341 %
16. Efisiensi friction (f)
f = 100% - (g+ w +e)
f = 100% - (24,014 + 34,338 + 23,341)
f = 18,166 %
17. Ekivalen daya terhadap konsumsi bahan bakar (Qf)
Qf
LHVbb .FC
632
Qf
10500.2,260
632
Qf = 37,546 Ps
18. Daya friction (Nf)
Nf
Nf
e.Qf
100%
23,341.37,546
100%
SFCe
FC
Ne
SFCe
2,260
8,798
SFCi
FC
Ni
SFCi
2,260
15,618
Ni
.632.100%
Qb
15,618
.632.100%
23728,95
i = 41,597 %
25. Efisiensi mekanis (m)
Ne
.100%
Ni
8,798
.100%
15,618
m = 56,330 %
26. Efisiensi volumetrik (v)
Gs.z.60
100%
a .n.Vd .i
0,014908.2.60
100%
1.091.800.0,00054.4
v = 94,694 %
27. Rasio udara bahan bakar (R)
Gs
3600
FC
0,014908
3600
2,260
c
R0 34,48 h
3
0,83
R 0 34,48
0,14
3
Ro = 14,71147kgudara/kgbahan bakar
29. Faktor kelebihan udara ()
R
R0
23,748
14,71147
= 1.614
30. Faktor koreksi (A)
P
A st
P
A
0,5
T
Tst
760 30 273
714 25 273
0,5
A = 1,069
SFCest SFCe
A
SFCest 0.257
1,069
CO2
VCO2
100%
Veg
(100 90)
100%
50
CO2 = 20%
O2
VO2
100%
Veg
O2
(90 89)
100%
50
O2 = 2%
CO
CO
VCO
100%
Veg
(89 88)
100%
50
CO = 2%
N2 = 100% - (%CO2 - %O2 - %CO)
N2 = 100% - (20% - 2.0% - 2.0%)
N2 = 76%
[kg.m]
putaran 800 RPM sampai dengan putaran 1200 RPM. Lalu mengalami penurunan.
Hal itu dikarenakan nilai Ne dipengaruhi oleh konsumsi bahan bakar pada mesin .
Semakin tinggi daya efektif yang dibutuhkan , maka konsumsi bahan bakar juga akan
cenderung meningkat . Semakin tinggi nilai bahan bakar yang dikonsumsi, maka
daya indikasi yang dihasilkan di ruang bahan bakar juga akan meningkat sehingga
daya yang dapat ditransmisikan oleh torak yaitu daya efektif akan semakin tinggi
nilainya. Tetapi secara umum pada saat grafik mengalami kenaikan disebabkan
karena harga torsi yang juga naik, sesuai dengan rumus :
T.n
.
716,2
Ne =
[PS]
grafik mengalami kenaikan daya seiring dengan naiknya putaran mesin hingga 1300
RPM Lalu mengalami penurunan hingga titik minimumnya. Daya mekanis sendiri
biasa disebut kelebihan daya. Kerugian ini dikarenakan gesekan piston dengan ruang
bakar . Hal yang mempengaruhi daya mekanis sendiri adalah daya indikasi, semakin
besar daya indikasinya maka daya mekanisnya juga akan semakin besar. Daya
mekanis dalam konteks ini sudah termasuk gaya aksesoris, seperti daya pompa,
camshaft, kipas, motor, dinamo dsb. Dari grafik dapat diambil kesimpulan bahwa
semakin tinggi putaran maka daya mekanis akan semakin besar, dimana sesuai
dengan rumus :
Nf
Qf
100%
LHVBB .FC
632
FC
f .Qf
[PS]
[PS]
V
3600
[ kg/jam ]
t
1000
seiring dengan bertambahnya putaran mesin hingga 1300 RPM, Lalu mengalami
penurunan. Hal itu dipengaruhi oleh panas hasil pembakaran . Semakin besar
konsumsi bahan bakar , maka akan menghasilkan Ni yang besar.
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
setiap daya efektif (Ne). Dari grafik hubungan putaran dan specific fuel consumption
effective telihat bahwa polinomial grafik melengkung terbuka keatas Hal ini
dikarenakan pada putaran awal dari daya efektif dari mesin masih terbilang kecil dan
cenderung mengalami penurunan sampai pada titik minimum pada rentang putaran
1100 RPM dan kemudian naik kembali pada rentang putaran 1200 RPM dikarenakan
juga pada putaran putaran awal diperlukan konsumsi bahan bakar yang cukup
tinggi. Pada 1400 RPM mempunyai nilai SFCe yang tinggi karena FC berbanding
lurus dengan n. Hal ini sesuai dengan rumus :
SFCe =
FC
Ne
[kg/PS.jam]
Indicated) terlihat bahwa grafik semakin tinggi dimana semakin besar nilai putaran
mesin, maka semakin tinggi pula nilai dari SFCi. Hal ini dikarenakan daya indikasi
(Ni) yang mengalami peningkatan akibat proses pembakaran yang semakin sempurna,
berbeda dengan putaran putaran awal dimana dibutuhkan konsumsi bahan bakar
yang lebih besar untuk menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna,
dimana sesuai dengan rumus berikut :
SFCi =
FC
Ni
[kg/PS.jam]
[PS]
0,45.Neo.z
Vd.n.i
[kg/cm]
dimana Neo = k. Ne
Dengan naiknya nilai daya efektif (Ne) seiring bertambahnya putaran
makamenyebabkan nilai Neo juga naik, yang juga diikuti dengan naiknya nilai
tekananefektif rata-rata (MEP) walaupun nilai pembaginya juga naik, (n putaran),
sedangkan pada putaran akhir 1400 RPM. Grafik cenderung menurun disebabkan
karena nilai daya efektif yang yang mengalami penurunan, diikuti dengan nilai Neo
yang juga menurun karena nilai Neo menurun sedangkan putaran naik, Selain itu
faktor timming buka tutup katup yang kurang pas dengan putaran mesin yang
menyebabkan nilai Pe atau MEP menjadi turun cukup signifikan.
Ni
x 632 x 100 %
Qb
kurva grafik mengalami kecenderungan menurun. Hal ini sesuai dengan grafik
teoritisyang menunjukan putaran semakin tinggi
semakin menurun . karena dengan naiknya putaran maka naik pula nilai daya
indikasi sesuai rumus berikut :
m =
Ne
x 100 %
Ni
bahwa polinomial grafik cenderung menurun. Hal ini disebabkan kenaikan nilai Qb
lebih cepat dibandingkan kenaikan nilai Ne, yang menyebabkan nilai efisiensi
thermal efektif (e) menurun, Hal ini sesuai dangan rumus sbb :
i =
Ne
x 632 x 100 %
Qb
Gs.z.60
x100%
a .n.Vd.i
[kcal/jam]
[kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas yang menjadi Daya Efektif (Qe)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang menjadi daya efektif
(Qe) terlihat bahwa kurva grafik cenderung mengalami kenaikan kemudian sedikit
mengalami penurunan. Grafik mengalami kenaikan disebabkan karena nilai daya
efektif (Ne) yang semakin besar, meningkatnya nilai daya efektif (Ne) disebabkan
karena pembakaran yang terjadi lebih sempurna dan daya yang hilang akibat gesekan
juga masih cenderung kecil, sedangkan pada grafik terjadi penurunan disebabkan
oleh semakin tinggi putaran mesin, maka daya juga semakin besar akan tetapi losses
atau kerugian energi juga akan semakin besar yang menyebabkan daya efektif
mengalami penurunan dimana rumusnya adalah sebagai berikut :
Qe = Ne . 632
[kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas yang terbawa Gas Buang (Qeg)
Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang terbawa oleh gas buang
(Qeg) dapat dilihat bahwa grafik cenderung mengalami kenaikan dan penurunan. Hal
ini disebabkan karena nilai Qeg yang dipengaruhi oleh nilai Qeg yang semakin
meningkat akibat konsumsi bahan bakar yang meningkat pula, namun pada
pengujian atau aktualnya, setelah melewati titik tertentu (putaran 1300 RPM). Qeg
yang seharusnya turun karena Qb yang juga turun tetapi ini tidak ini disebabkan
perbedaan suhu yang terbawa oleh gas buang (Teg) dengan suhu udara (Tud) yang
semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus :
Qeg = Gg . Cpg . (Teg Tud) . 3600
[kcal/jam]
. . .d 2
4
FC
3600
[kg/s]
2.g.a.(P1 P2 )
[ kg/s]
dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan dan pada RPM tertentu
mengalami sedikit penurunan. Pada saat putaran mesin semakin tinggi, maka panas
yang dihasilkan juga akan semakin besar sehingga selisih temperatur air pendinginan
saat keluar (Two) dengan temperatur air masuk (Twi) semakin besar sedangkan debit
air semakin bertambah seiring kenaikan putaran mesin.
Hal ini sesuai dengan rumus berikut :
Qw = Ww . Cp w . (Two Twi) [kcal/jam]
Grafik Hubungan Antara Putaran (n) dan Panas Yang Hilang (Qpp)
Dari grafik hubungan antara putaran (n) dan panas yang hilang (Qpp)
terlihat bahwa grafik mengalami penurunan lalu sempat mengalami sedikit kenaikan
dan turun kembali. Hal ini dikarenakan nilai panas yang hilang (Qpp) dipengaruhi
oleh kerugian panas pendinginan (Qw), panas yang terbawa oleh gas buang (Qeg),
panas yang menjadi daya efektif (Qe) dan panas hasil pembakaran (Qb). Pada grafik
Qpp mengalami penurunan disebabkan karena nilai Qw, Qeg, dan Qe
cenderung naik. Hal ini sesuai dengan rumus berikut :
Qpp = Qb Qw Qeg Qe
[kcal/jam]
yang
Putaran dengan N2
Grafik N2 cenderung konstan karena N2 tidak bereaksi pada proses pembakaran
sehingga volumenya relatif konstan.
Putaran dengan O2
Grafik O2 cenderung mengalami kenaikan disebabkan karena semakin tidak
sempurnya proses pembakaran dalam silinder, dalam grafik dapat dilihat bahwa O 2
terbuang paling banyak pada putaran 1200 - 1400 RPM. Karena adanya udara
berlebih pada ruang bakar, sehingga O2 yang tidak dilibatkan dalam proses
pembakaran dan akhirnya dikeluarkan melalui saluran exhaust.
Putaran dengan CO
Grafik CO cenderung naik karena semakin besar putaran mesin, maka
pembakaran akan semakin tidak sempurna, sehingga volume CO akan bertambah.
Hal ini terlihat pada putaran 1400 RPM dengan kandungan CO tertinggi yaitu
sebesar 10 %. Hal ini sesuai dengan teorinya dimana semakin tinggi putaran mesin
maka semakin tidak sempurna pembakaran yang terjadi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum motor bakar yang telah dilakukan dan berdasarkan
analisa grafik, dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan putaran berpengaruh pada:
1. Konsumsi bahan bakar (FC) meningkat seiring pertambahan besar putaran.
2. Torsi yang bertambah seiring dengan pertambahan besar putaran namun
menurun ketika mencapai putaran tertentu sebab semakin cepat putaran gesekan
antra piston dengan dinding silinder semakin besar sehingga torsi menurun dan
gaya kelembaman yang semakin kecil.
3. Daya indikatif, daya efektif, dan daya mekanis yang semakin meningkat seiring
dengan pertambahan putaran.
4. Penurunan pada SFCi (specific fuel consumption indikatif) dan kenaikan pada
SFCe (specific fuel consumption efektif).
5. Kecenderungan menurun pada efisiensi indikatif dan efisiensi efektif seiring
bertambahnya putaran. Juga efisiensi mekanis yang cendurung menurun namun
diselangi beberapa titi yang terdapat kenaikan dan efisiensi volumetric
cenderung menurun seiring bertambahnya putaran.
6. Kenaikan kandungan gas buang (terutama CO2) seiring bertambahnya putaran.
7. Naiknya energi panas dan kerugian energi panas dengan semakin bertambahnya
variasi putaran. Energi panas awalnya berasal dari pembakaran bahan bakar
(Qb) dapat digunakan untuk hal-hal dalam siklus motor bakar dan menjadi
kerugian panas seperti panas yang terbawa gas buang (Qeg), akibat pendinginan
(Qw), panas yang manjadi daya efektif (Qe), dan panas yang hilang akibat sebab
lain (Qpp).
5.2 Saran
1. Mesin yang digunakan tidak hanya mesin diesel, tetapi juga menggunakan mesin
besin.
2. Kebersihan alat dan kondisi ruangan untuk lebih ditingkatkan demi kenyamanan
pengguna laboratorium.
3. Diharapkan bagi asisten untuk lebih detail lagi dalam menjelaskan dan
memberikan contoh.
LABORATORIUM MOTOR BAKAR
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA