Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dhita Ariefta Prabaningtyas

NIM : P1337434114021
Reguler A Semester III

Dari segi tipologi, korupsi dapat dibagi dalam tujuh jenis yang berbeda, yaitu:
1. Korupsi transaktif, merujuk kepada adanya kesepakatan timbal-balik antara pihak
pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak, dan dengan aktif
diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya. Korupsi jenis ini biasanya
melibatkan dunia usaha dan pemerintah, atau antara masyarakat dan pemerintah.
Contoh : Kolusi, adanya kesepakan dengan pabrik/distributor obat dan alat kesehatan.
Suap, adanya kesepakatan dalam Perijinan rumah sakit, atau akreditasi rumah sakit
2. Korupsi yang memeras, adalah jenis korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk
menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya,
atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
Contoh: dokter meminta uang diam ke pasien atas kasus aborsi. Dokter
memeras/meminta uang bidan agar kasus malpraktik si bidan tidak sampai diusut.
3. Korupsi investif, adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung
dengan keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di
masa yang akan datang. Contoh: kita mendukung atau menyumbang seorang calon
kepala puskesmas dengan harapan nanti kalau ia jadi kepala puskesmas memberikan
posisi/jabatan kepada kita. Yang jumlahnya melebihi apa yang pernah kita bantu.
Mendekati dan bersikap baik ke rekan kerja mendukung supaya diterima kerja di rumah
sakit, dengan harapan dirinya bisa ikut masuk bekerja disitu.
4. Korupsi perkerabatan atau nepotisme, adalah penunjukan yang tidak sah terhadap
teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan
yang memberikan perlakuan yang mengutamakan mereka, dalam bentuk uang atau
bentuk-bentuk lain, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
Contoh: penerimaan calon analis kesehatan yang masih keluarga tanpa melalui prosedur
test yang benar. Mengangkat sahabat seprofesi untuk menggantikan/menempati jabatan
tinggi dengan mudah.
5. Korupsi defensif adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan. Korupsinya adalah
dalam rangka mempertahankan diri. Contoh : agar kasus tidak diusut, Wartawan diberi
uang sebesar Rp 12 juta oleh dokter yang melakukan aborsi. Wartawan diberi uang oleh
dokter yang melakukan malpraktik, agar kasus tidak diberitakan.
6. Korupsi otogenik adalah jenis korupsi yang dilakukan seorang diri, dan tidak
melibatkan orang lain. Misalnya, menteri kesehatan yang mendukung berlakunya sebuah
undang-undang tanpa menghiraukan akibat-akibatnya, dan kemudian menarik
keuntungan finansial dari pemberlakuan undang-undang itu, karena pengetahuannya
tentang undang-undang yang akan berlaku tersebut. Memanipulasi data/hasil
pemeriksaan sampel pasien.

7. Korupsi dukungan tidak secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung
dalam bentuk lain. Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah untuk melindungi dan
memperkuat korupsi yang sudah ada.
Contoh: Tindakan menghambat seorang yang jujur dan cakap untuk menduduki jabatan
pemimpin rumah sakit tertentu. Memecat orang yang dianggap mengganggu
kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai