Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

Disusun oleh:
1. ASNI TAFRIKHATIN 15721251001
2. SITI MARFUAH
15721251002
3. ILHAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

A. Latar Belakang
Jumlah penggangguran di Indonesia menurut data Badan
Pusat Statistik pada tahun 2015 mencapai 7,2 juta orang dan
sebagian

besar

berasal

dari

usia

produktif.

Permasalahan

pengangguran yang semakin meningkat disebabkan generasai


muda lulusan dari sekolah menengah umum tidak memiliki cukup
bekal untuk terjun ke kehidupan masyarakat untuk bekerja dan
berkarya. Apabila mereka melanjutkan pendidikan ke pendidikan
yang

lebih

tinggi,

mereka

tidak

memiliki

cukup

biaya.

Keberadaan generasi muda yang merupakan lulusan dari sekolah


menengah dan pendidikan tinggi yang dianggap tidak produktif,
jika dibiarkan akan dapat membawa bencana bagi bangsa. Hal
tersebut disebabkan karena pada usia muda tersebut, mereka
memiliki energi yang besar untuk melakukan hal-hal yang
negatif, jika tidak dibekali dengan ketakwaan, keterampilan,
kemampaun untuk mengelola emosi, berkomunikasi dan lain-lain.
Upaya

pemerintah

untuk

mengatasi

permasalahan

tersebut, salah satunya melalui bidang pendidikan. Upaya


tersebut antara lain dengan melakukan perubahan secara terus
menerus

dalam

hal

peraturan

yang

mengatur

tentang

pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan


tinggi baik jalur formal maupun non formal. Selain itu perubahan
juga dilakukan terhadap kurikulum yang diberlakukan di tingkat
satuan pendidikan.

Penyusunan kurikulum sejak diberlakukan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional diberikan kewenangannya kepada sekolah. Pasal 16
ayat 1 UU Sisdiknas tertulis bahwa penyusunan kurikulum dan
silabus dilakukan di satuan pendidikan dengan mengacu kepada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Kewenangan
tersebut

diberikan

dengan

maksud

agar

kurikulum

yang

diberlakukan di sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan,


kondisi dan potensi masing-masing daerah (BNSP, 2006:3).
Pengenalan keadaan lingkungan, sosial dan budaya kepada
peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih akrab dengan
lingkungan

masyarakat.

Pengenalan

dan

pengembangan

lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang


peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya
dapat

meningkatkan

kompetensi

peserta

didik.Sehingga

kemampuan yang dimiliki oleh lulusan dari satuan pendidikan


akan dapat menjawab kebutuhan yang ada di daerah masingmasing dan memiliki kemampuan untuk hidup di masyarakat
dengan kreatif dan mandiri. Sehingga keberadaan generasi muda
dapat membawa manfaat bagi masyarakat.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 13 menyatakan bahwa kurikulum
untuk

pendidikan

kecakapan

hidup.

pendidikan

tidak

kemampuan

menengah

perlu

Pendidikan

kecakapan

hanya

akademis

membekali
dan

teknis,

dimasukkan
hidup

pendidikan
diharapkan

peserta

didik

dengan

namun

juga

mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga


berani menghadapi setiap problematika hidup yang dihadapi
tanpa rasa tertekan. Peserta didik juga harus diajak kepada
kondisi

untuk

bersedia

dan

merasa

senang

untuk

mengembangkan diri menjadi manusia unggul. Pendidikan juga


harus mampu mendorong peserta didik untuk dapat memelihara
diri

sendiri,

menjalin

hubungan

dengan

masyarakat,

dan

memelihara hubungan dengan sang Pencipta sebagai hamba


yang beriman.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan


sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud dengan kecakapan hidup / life skill?


Apakah tujuan dari pendidikan kecakapan hidup / life skill?
Apakah konsep dari kecakapan hidup / life skill?
Apakah pola pengembangan dan integrasi pendidikan
kecakapan hidup / life skill dalam kurikulum?
5. Apakah prinsip-prinsip pengembangan model integrasi
pendidikan kecakapan hidup ?
6. Apakah prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan
hidup?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas
maka tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian kecakapan hidup / life skill
2. Mengetahui tujuan dari pendidikan kecakapan hidup / life skill
3. Mengetahui konsep dari kecakapan hidup / life skill
4. Mengetahui pola pengembangan dan integrasi pendidikan
kecakapan hidup / life skill dalam kurikulum
5. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan model integrasi
pendidikan kecakapan hidup
6. Mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan
hidup

D. Pembahasan
1. Pengertian
Kecakapan

hidup

menurut

WHO

(1997)

adalah

keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan


berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu:
(1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3)
kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan
kejuruan.

Sementara itu, Slamet PH (2002:154) mengutarakan


bahwa kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan
kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Berdasarkan pengertian
diatas dapat diketahui bahwa untuk dapat survive didalam
kehidupan, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan untuk
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan.
Oleh karena itu maka seseorang tidak cukup hanya memiliki
ketrampilan, namun juga harus memiliki kecakapan hidup.
Implementasi kecakapan hidup dalam pendidikan telah
diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan
salah satu bentuk pendidikan non formal yang bertujuan untuk
memberikan
vokasional

kecakapan
untuk

personal,

bekerja

atau

sosial,

usaha

intelektual,

mandiri.

dan

Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan pasal 13 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan
kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Menurut konsep di yang telah dikemukakan diatas, maka
kecakapan hidup dapat diartikan sebagai
keberanian

seseorang

untuk

menghadapi

kemampuan dan
problema

yang

dihadapi dalam proses kehidupan, kemudian secara proaktif dan


kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya,
sehingga akan terbentuk pribadi yang mandiri, dan pada
akhirnya setiap lulusan dari satuan pendidikan atau perguruan
tinggi, tidak akan lagi menggantungkan nasib kepada lapangan
pekerjaan untuk bekerja. Namun mereka dapat mengupayakan
untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri.

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup dilakukan


melalui integrasi kedalam kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan
jasmani,

olah

pengetahuan

raga,
dan

dan

kesehatan,

teknologi.

Selain

estetika,
itu

dan

ilmu

penyelenggaran

pendidikan kecakapan hidup juga dapat dilakukan di jalur


pendidikan non formal.
2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan
peserta didik yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil
menjaga kelangsungan hidup, dan perkembangannya di masa
datang. Kecakapan hidup mencakup kecakapan dasar dan
kecakapan instrumental.
Integrasi pendidikan kecakapan hidup dalam pembelajaran
di sekolah menengah yaitu membantu guru dalam pelaksanaan
pembelajaran yang kontekstual. Pada sisi lain, secara umum
pendidikan kecakapan hidup bertujuan untuk memfungsikan
kembali

pendidikan

sesuai

dengan

fitrahnya,

yaitu

mengembangkan potensi peserta didik dalam menjalankan


perannya di masyarakat dan untuk mengantisipasi perubahan
yang terus terjadi di masa mendatang. Secara khusus bertujuan
untuk

(a) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga

mampu mengatasi problema yang dihadapi di dalam kehidupan


bermasyakat, (b) memberikan wawasan yang luas mengenai
pengembangan karir peserta didik, (c) memberikan bekal latihan
dasar

tentang

memberikan

nilai-nilai

yang

kesempatan

berlaku
kepada

di

masyarakat,
sekolah

(d)

untuk

mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual,


(e) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan
sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya

yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen


berbasis sekolah.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa program
yang ditujukan untuk membangun life skills telah menghasilkan
pengaruh

yang

besar

terhadap

pengurangan

perilaku

kejahatan, perilaku self-distructive; meningkatkan perilaku sosial


yang baik; meningkatkan kemampuan untuk merencanakan ke
depan dan memilih solusi yang efektif terhadap suatu masalah;
memperbaiki

self-image,

kesadaran

diri,

kemampuan

menyesuaikan diri dalam lingkunganya dan mengontrol emosi;


peningkatan pemerolehan pengetahuan, perbaikan perilaku di
kelas; mampu mengendalikan diri dan mengatasi masalah
interpersonal dan mengatasi kegamangan; dan mampu mencari
pemecahan masalah
3. Konsep Kecakapan Hidup
Secara konsep, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua
jenis utama, yaitu kecakapan hidup generik (generic life skill) dan
kecakapan hidup spesifik (specific life skill). Kecakapan hidup
generik terdiri dari kecakapan personal (personal skill) dan
kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup
a) Kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill), yaitu
kecakapan

mengenal

diri

pada

dasarnya

merupakan

penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,


sebagai anggota

masyarakat dan warga

negara, serta

menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang


dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya
b) Kecakapan berpikir (thinking skill).
Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan
mengenali

dan

menemukan

informasi,

mengolah,

dan

mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara


kreatif.
Kecakapan

sosial

mencakup

kecakapan

berkomunikasi

(communication skill), dan kecakapan bekerjasama (collaboration


skill).

Kecakapan

hidup

spesifik

adalah

kecakapan

untuk

menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan hidup


spesifik terdiri dari :
a) Kecakapan

akademik

(academic

skill)

atau

kecakapan

intelektual yaitu kecakapan yang terkait dengan bidang


pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja
akademik intelektual
b) Kecakapan vokasional (vocational skill) yaitu kecakapan
terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan
keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan
kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Memaha
mi
Person
al
Berfikir
Spesifi
Komunika
si
Sosial

Kecakapan
Hidup

Akademik

Generi
8

Kerjasam
a

Vokasiona
l

Gambar 1. Diagram Konsep Kecakapan Hidup

Ruang lingkup kecakapan hidup meliputi 4 (empat) kecakapan


adalah sebagai berikut.
No.
1

Kecakapan
Kecakapan
Personal

Kecakapan Sosial

Kecakapan
Akademik

Komponen
Indikator
Kesadaran Diri 1) Kesadaran
diri
sebagai hamba Allah,
makhluk sosial, dan
makhluk lingkungan,
2) Terfokus
pada
kemampuan
untuk
melihat potret diri
3) Kesadaran
akan
potensi
diri
dan
dorongan
untuk
melakukan
pengembangan
Berpikir
1) Kecakapan
Rasional
mengenali informasi,
2) Kecakapan
menggali, mengolah
informasi,
dan
mengambil
keputusan
secara
cerdas,
3) Kecakapan
memecahkan
masalah secara arif
dan kreatif
1) Kecakapan
berkomunikasi
secara
lisan
dan
tulisan,
2) Kecakapan
mengelola
konflik
dan mengendalikan
emosi,
3) Kecakapan
bekerjasama
dan
berpartisipasi
1) Kecakapan
mengidentifikasi

10

4.

variabel
2) Kecakapan
menghubungkan
variabel
3) Kecakapan
merumuskan
hipotesa
4) Memecahkan
melaksanakan
penelitian
1) Kecakapan
menciptakan
atau
membuat produk
2) Berwirausaha.

Kecakapan
Vokasional

4. Pola

Pengembangan

dan

Integrasi

Pendidikan

Kecakapan Hidup dalam Kurikulum


Pengembangan pendidikan kecakapan hidup di satuan
pendidikan telah diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 13
dan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang diterbitkan oleh
BNSP. Panduan tersebut disebutkan bahwa pendidikan kecakapan
hidup dapat dimasukkan ke dalam kurikulum mulai dari tingkat
Sekolah

Dasar

(SD)/sederajat

hingga

SMA/SMK

sederajat.

Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral


pada mata pelajaran, dan/atau berupa paket modul yang disusun
secara khusus. Sehingga dari urian tersebut dapat dipahami
bahwa tidak ada ketegasan bahwa setiap satuan pendidikan
harus melaksanakan pendidikan kecakapan hidup.
Namun

demikian,

mengimplementasikan

apabila

pendidikan

sekolah

kecakapan

hidup

akan
dalam

proses pembelajaran, hal ini berimplikasi terhadap perlunya


sekolah

menyiapkan

kurikulum

11

yang

berorientasi

kepada

pendidikan

kecakapan

kurikulum.

Proses

hidup

atau

yang

pengembangan

disebut

integrasi

kurikulum

yang

mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya


sama dengan pengembangan kurikulum lainnya. Hanya saja
pada saat proses analisis konteks dan penyusunan silabus, perlu
dilakukan analisis terhadap kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional yang dapat
diintergrasikan

kedalam

mata

pelajaran.

Pengembangan

kurikulum dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau


berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah, melalui kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendikan.
Berdasarkan pendekatan broad based education, strategi
pengembangan muatan skills pada pembelajaran diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Strategi Renung-Latih-Telaah (RLT)
Strategi RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau
pembiasaan dan penelaahan dikemukakan oleh Marwah Daud
Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life skills perlu
dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna
hidup/diri, pelatihan/pembiasaan tentang bagaimana mengelola
(manajemen) hidup, dan penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh
sukses. Life skills merupakan kombinasi antara (1) perenungan
tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia,
makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan, (2) pelatihan
dan

pembiasaan

praktis

untuk

mengelola

hidup

dan

merencanakann masa depan agar hidup lebih bermakna dan


bermanfaat, (3) cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional
dan tokoh dunia untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi.

12

b. Strategi Learner centred


Strategi ini dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan
dengan

mengadopsi

statregi

pendidikan

masyarakat,

yang

bercirikan bahwa pendidikan life skills diselenggarakan dengan


prinsip sebagai berikut : (1)

pengembangan kecakapan

berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/ atau kelompok


sasaran,

(2)

pengembangan

kecakapan

terkait

dengan

karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya alam dan


potensi sosial budaya), (3) pengembangan kecakapan dilakukan
secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri
rumah tangga, dan (4) pengembangan kecakapan berdasar pada
peningkatan

kompetensi

keterampilan

peserta

didik

untuk

berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih


bersifat aplikatif opersional.
c. Strategi kurikulum berbasis kompetensi
Setiap manusia hidup memliki kompetensi-kompetensi
tertentu

sesuai

perkembangan

usia,

status

sosial

dan

pekerjaannya. Berdaarkan kompetensi-kompetensi inilah suatu


kurikulum

pembelajaran

(pendidikan)

di

rancang,

sehingga

ditemukan formulasi materi/ pelajaran apa yang perlu dimiliki/


dikuasai

peserta

didik

dalam

pencakapan

dirinya

untuk

melaksanakan kompetensinya. Kurikulum disempurnakan untuk


meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan
yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang
cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga
negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara
responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan
berdemokrasi, globalisasi, dan otonomi daerah. Dalam konteks
desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil

13

pendidikan bermutu diperlukan kurikulum nasional yang memuat


kompetensi umum lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam konteks lokal, nasional , dan global.
d. Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler
Pendidikan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar
yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di
sekolah atau luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau
kemampuan, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Tujuan dari pendidikan ekstrakurikuler adalah (a) meningkatkan
dan memantapkan pengetahuan siswa, (b) mengembangkan
bakat,

minat,

kemampuan

dan

ketrampilan

dalam

upaya

pembinaan pribadi dan (c) mengenali hubungan antar pelajaran


dalam kehidupan di masyarakat.
Adapun pola pelaksanaan life skill dapat dilakukan melalui
beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan Budaya Sekolah
Pendidikan berlangsung bukan hanya di dalam kelas.
Pendidikan juga terjadi di luar kelas, lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkunganlingkungan lain yang memungkinkan terlaksananya pendidikan.
Pengembangan budaya sekolah tidak dapat dibebankan kepada
guru semata, tetapi ditunjang oleh lingkungan yang kondusif.
Lingkungan itu di antaranya ialah lingkungan sekolah.
Budaya sekolah berpengaruh sangat besar terhadap proses
pendidikan di sekolah, bahkan beberapa ahli menyebutkan
budaya sekolah itulah yang membentuk hasil pendidikan. Oleh
karena itu budaya sekolah perlu mendapat perhatian dalam
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup. Ada tiga aspek
pendidikan yang dapat dikembangkan melalui budaya sekolah

14

yang

kondusif.

Aspek

tersebut

pengembangan

disiplin

diri

dan

pengembangan

motivasi

belajar,

diantaranya
rasa

dan

adalah

tanggung

jawab,

pengembangan

rasa

kebersamaan. Aspek tersebut seharusnya menjadi budaya warga


sekolah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Manajemen Pendidikan
Departemen

Pendidikan

Nasional

telah

rintisan manajemen berbasis sekolah.

meluncurkan

Manajemen berbasis

sekolah (MBS) adalah salah satu model manajemen yang


memberikan

kewenangan kepada

sekolah untuk

mengurus

dirinya dalam rangka peningkatan mutu. Ada lima prinsip dasar


manajemen

berbasis

sekolah

antara

lain:

kemandirian,

transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan sustainbilitas. Kelima


prinsip dasar itu sangat terkait dengan prinsip-prinisp kecakapan
hidup yang akan dikembangkan di dalam pendidikan berorientasi
kecakapan hidup. Oleh karena itu jika lima prinsip tersebut dapat
dikembangkan

menjadi

budaya

kerja

sekolah,

maka

akan

menompang tumbuhnya kecakapan hidup para siswa.


Mengingat

pendidikan

kecakapan

hidup

merupakan

reorientasi pendidikan yang bersifat mendasar, maka pada aspek


manajemen

sekolah

juga

perlu

diperhatikan

penyamaan

pemahaman antar seluruh warga sekolah, sehingga perwujudan


pendidikan kecakapan hidup menjadi salah satu bagian visi
sekolah. Upaya peningkatan kemampuan guru atau lainnya agar
mampu

mewujudkan

pendidikan

kecakapan

hidup

dalam

kehidupan keseharian sekolah.


c. Hubungan Sinergis dengan Masyarakat
Penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak
adalah orang tua. Sekolah hanya membantu orang tua dalam
pelaksanaan

pendidikan.

Anak-anak,

15

ternyata

jauh

lebih

berhadapan

dengan

orang

tua

dan

mayarakat

dalam

kesehariannya dibandingkan dengan sekolah. Oleh karena itu,


dalam pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua dan masyarakat
tidak dapat dihindari.
Hubungan sinergis artinya saling bekerjasama dan saling
mendukung. Orang tua atau masyarakat dan sekolah perlu
bersama-sama menentukan arah pendidikan bagi anak-anak.
Kemudian

memikirkan

usaha-usaha

untuk

mencapai

arah

tersebut.
Keterlibatan orang tua dalam manajemen berbasis sekolah
adalah sebagai orang yang berkepentingan memiliki kesempatan
ikut menentukan kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya,
orang tua ikut menentukan rencana pengembangan sekolah,
aplikasi kurikulum, pembiayaan dan sebagainya.
5. Prinsip-prinsip

Pengembangan

Model

Integrasi

Pendidikan Kecakapan Hidup


Pendidikan

kecakapan

hidup

dikembangkan

dengan

memperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:


a. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik
keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia
b. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan
bakat,

kecerdasan

intelektual,

emosional,

spiritual,

dan

kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat


perkembangannya
c. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan.
Pendidikan kecakapan hidup hendaknya memungkinkan untuk
membekali peserta didik dalam memasuki dunia kerja/usaha
serta relevan dengan kebutuhan kehidupan sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik
d. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup:
kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional
e. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

16

f. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:


1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Kelompok mata pelajaran estetika
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Prinsip pengembangan kecakapan hidup adalah bagaimana
seseorang dapat mengaktifkan dan menggerakkan semua nilainilai positif dan kompetensi yang dimiliki secara maksimal untuk
diimplementasikan dalam mempertahankan hidup sehari-hari.
Sasaran kecakapan hidup dapat digambarkan dalam diagram di
bawah ini.

Gambar 2. Targeting Life Skill


Dari diagram ini, pada prinsipnya ada 4 komponen pokok yang
menjadi target pengembangan kecakapan hidup, yaitu daya pikir
yang mencakup aspek kecakapan mengelola dan berpikir;
perasaan yang terkait dengan kecakapan membangun hubungan
dan mengembangkan perhatian

kepada orang lain; kecakapan

yang menggerakkan kemampuan dalam bekerja dan belajar atau


menolong orang lain; dan kesehatan mencakup kecakapan untuk
bertahan hidup dan pengakuan terhadap eksistensi diri dalam
lingkungannya.
6. Prinsip-prinsip

Pelaksanaan

Hidup
17

Pendidikan

Kecakapan

Prinsip pelaksanaannya terintegrasi kedalam muatan mata


pelajaran yang diajarkan dan mengandung empat dimensi
kecakapan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya prinsip-

prinsip berikut harus diperhatikan :


a. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku dan tidak
mengubah kurikulum yang berlaku
b. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar
untuk

tahu, belajar

menjadi

diri sendiri,

belajar untuk

melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama


c. Konstekstual (mengkaitkan dengan kehidupan nyata) dengan
menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana
pendidikan
d. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas,
dan tidak menambah jam pelajaran
e. Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas,
memperluas wawasan dan pengetahuan, dan memiliki akses
untuk memenuhi standar hidup secara layak.
Implikasi pembelajaran kecapakan hidup lebih menekankan
kepada pembelajaran kontekstual, yaitu adanya keterkaitan
antara kehidupan nyata dengan lingkungan dan pengalaman
peserta

didik.

Peserta

didik

langsung

terlibat

dengan

lingkungannya sehingga proses dan hasil pembelajaran melalui


berbuat.

Pengelolaan

kelas

lebih

fleksibel

sesuai

dengan

kebutuhan dengan memanfaatkan sarana dan media yang


mendukung. Lebih lanjut hubungan antara mata pelajaran,
kecakapan hidup, dan kehidupan nyata dapat digambarkan
sebagai berikut.

18

Gambar 3. Pola Hubungan antara Mata Pelajaran, Kecakapan


Hidup, dan Kehidupan Nyata
Perangkat pembelajaran untuk semua jenis baik mata
pelajaran maupun jenjang pendidikan yang mengintegrasikan
kecakapan

hidup,

dirancang/disusun

secara

kontekstual,

sebagaimana digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.

Gambar 4. Pola hubungan pengembangan perangkat


pembelajaran
Sehubungan
kontekstual

dengan
harus

itu

maka

menekankan

pendekatan

pada

hal-hal

pengajaran
sebagaimana

berikut. (Syarifatul, 2012 : 93-94)


a. Belajar berbasis masalah (problem-based learning) yaitu suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari
materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis,
dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.

19

b. Pengajaran autentik (authentic instruction) yaitu pendekatan


pengajaran yang memperkenalkan siswa untuk mempelajari
konteks bermakna, ia mengembangkan keterampilan berfikir
dan pemecahan masalah yang penting dalam kehidupan
nyata.
c. Belajar

berbasis

menumbuhkan
metodologi

inquiri
strategi

sains

dan

(inquri-based

learning)

pengajaran
menyediakan

yang

yang

mengikuti

kesempatan

untuk

pembelajaran bermakna.
d. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang
membutuhkan suatu pendekatan pengajaran kompherensip
dimana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa
dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah authentik
termasuk pendalaman meteri dari suatu topik mata pelajaran,
dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dan
mengkonstruk

(membentuk)

pembelajarannya,

dan

mengkulminasikan dalam prodek nyata.


e. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan
suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi
pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut
dipergunakan kembali ditempat kerja.
f. Belajar berbasis jasa layanan (service
memerlukan

penggunaan

metodologi

learning)

yang

pengajaran

yang

mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu


struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan
tersebut.
g. Belajar kooperatif (cooperative lerning) yang memerlukan
pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar dalam mencapai tujuan belajar.

20

21

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN). Jakarta
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Depdiknas. (2005). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Jakarta
Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Integrasi
Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta
Fahrudin.(2008). Peranan Nilai-Nilai Agama dalam Pembelajaran
Muatan Life Skill di Sekolah. Diakses pada tanggal 28
Februari
2016
pukul
16.10
di
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195910081
988031-FAHRUDIN/MUATAN_LIFE_SKILL_BARU.pdf.
Senowarsito, Wiyaka, dan Siti Lestari. (2012). Pengembangan
Model Pembelajaran Berprespektif Life Skills. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2016 pukul 16.00 di
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=88330&val=540.
Slamet, PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama: Konsep dan Pelaksanaan.
Jakarta
:
Depdiknas
(http://library.um.ac.id/majalah/printmajalah4.php/580.
html)
Syarifatul

Marwiyah. (2012).
Konsep Pendidikan Berbasis
Kecakapan Hidup. Jurnal Falasifa. Vol.3 , No. 1 Maret
2012.

22

Anda mungkin juga menyukai