Anda di halaman 1dari 14

TAHLIL DAN TAHLILAN

Oleh: Drs. H. Danusiri, M.Ag

I. Pengertian-Pengertian l)asar

Tahlil belum tentu tahlilan, tetapi dalam tahlilan pasti ada bacaan 'ahlil. Tatrlil adalah nama lafal
essensi tauhid laa ilaoha illo-llaah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tahlilan adalah seperangkat
forrnula yang terdiri atas sejumlah kalimah thayyibah, surat-surat pendelq ayat-ayat, atau bahkan
potongan-potongan ayat Alqur'an yang dibaca baik secara individual maupun komunal (sendiri-sendiri
atau berjamaah/koor), didasari keyakinan bahwa membacanya memperoleh pahala dari Allatr swt.
Pahalanya dikirimkan untuk orang yang sudah mati atau masih hidup tetapi diperlakukan seperti orang
yang sudah mati, umpama seorang yang sedang haji ditahlili sejak hari pemberangkatannya hingga
hari ke tujuh setelah itu tiap malam Jumat hingga yang haji kembali ke rumah dengan selamat

Yang dimaksud dengan kalimah thayyibah secara literal addah kalimat-kalimat yang bailq
berasal dari Alqur'an, seperti surat Ikhlas, al-muta'wwizatain, dan ayat kursi; al-Hadis seperti tahlil,
tahmi( takbq tasbih hauqalah, Shalawat, maupun nrnusan ulama, seperti hadlratr, tawasul, hadilyah,
dan doa (bisa dari Rasulullah maupun dari ulama).
Tahlilan ritus keagamaan khas Islam sanfii baik secara legal atau kultural yang
dilaksanakan pada hari pertama hingga hari ketujuh kematian seseorang, pada hari ke 40, hari ke 100,
ulang tahun kematian pertama (mendhak pisaz), ulang tahun kematian kedua (mendhak pindho),han
ke 1000 (nyewu), dan selanjutnya tiap tahun sekali(haul) sejauh dikehendaki oleh keluarga si mayyit.
Ulama atau kiyai besarbiasanya selalu dt-houl-i
Ritus tahlilan biasa dilaksanakan pada malam Jumat (kamis sore) sesudah shalat 'Ashar di
makam-makam, atau sesudah shalat maghrib atau sesudah shalat 'Isya' di masjid atau di mushalla"
atau di majlis-majlis taklim. Tahlilan bisa dilaksanakan di hari-hari lain atas dasar kesepakatan warga
(partisipan) dan tempafrrya di antara mereka. Ritus ini menjadi kelengkapan memeriahkan
'Idul fitri, yakni setelah shalat id kemudian ramai-ramai ke makam leluhur untuk tahlil di sanq atau
paruh terakhir bulan Sya'ban yang biasa disebut nmahon atau nyadronot Dalam nyadranan juga ada
ritus yang disebut kifim arwah jamaah, yaitu masing-masing jamaah bisa mendaftar nama-nama orang
yang sudah meninggal dari kerabafnya dan untuk masing-masing nam4 ia membayar sejumlah uang
(katakanlah RP.5.000) kepada ulama atau kiyai atau kepanitiayaan yang menyelenggarakan upacara
tahlilan. Uang ini bisa digunakan untuk membangun sarana ibadah, santunan kaum dlu'afa', santunan
anak yatim, atau tujuan-tujuan lain kepentingan umat. Akan tetapi tidak jarang penggunaannya untuk
yang memimpin upacara mtah ja noah tersebut. Sesudatr upacara tahlilan selesai, biasanya diikuti
dengan ramah tamah atau makan-makan, bisa saja hanya snack ala kadarny4 ttapi pada hari ke tujuh
kematian seseorang dan peringatan-peringatan selanjutnya bisa cukup istimew4 batrkan sepulang
tahlilan partisipan dibawai nasi dos, takir, atau berkat. Perkembangan selanjutnya berkat tidak berisi
nasi, melainkan kue-kue dengan praktis bisa dikonsumsi lain hari dan kondisi makanan
masih tetap baik dan tidak basi, atau berwujud bahan mentah yang belum dimasak seperti: me instan,
gula pasr, teh bungkus, telur ayam, dan uang Khususnya di dalam majlis taklim, tahlilan
bisa menyatu dengan yasinan, pembacaan nazhaman al-asma' al-husna, mujahadatran, atau istighasah-
an.
Sebenarny4 tujuan final tahlilan adalah mengirim pahala kepada si mayyit. Kiriman ini
dipohonkan kepada Allah. Manfaat pahala seterusnya bisa berbentuk ampunan, pembebasan dari siksa
kubur, siksa nerakq dan akhirnya masuk surga penuh dengan kenikmatan, dan kedamaian abadi tanpa
batas. Dengan besrtr, tatrlilan dihayati sebagai bentuk kesolehan yang meruncing pada birr al-
walidain (berbakti kepada orang tua atau meluas kepada leluhur dan sanak kerabat yang telah
meninggal). Pengertian ini termasuk dalam konsep hasanah lawa mihtl dhnyur mendhem jero. Akan
tetapi, forum tahlilan sering dimannfaatkan untuk tujuan lain, seperti penggalangan politik untuk
mendukung calon presideq gubernur, bupati/walikota, luratrlkepala desa, calon anggota DPR
(legislatif), aJau kemenangan pemilu bagi partainya, atau untuk memecahkan problem umat atau
bangsa.
Upacara tatrlilan untuk masyarakat luas telah menjadi budaya yang mapan (devinitif) atau
prevalensi (kelazimanlkemestian) sehingga berimplikasi klaim bahwa, jika ada orang mati dan tidak
ditahlili diibaratkan seperti kematian binatxrg."Wong moti yen ora ditahlili koyo matine kcbo *owo
htcingl', klaim seperti itu sering terdengar dari lisan pengamal dan penghayat tahlilan ketika
mengomentari ada peristiwa kematian dari warga shahibul mwibah yang tidak menyelenggarakan
prevalensi perjamuan tahlilan. Implikasi selanjutnya, keluarga si mayyit yang tidak menyelenggarakan
upacara tahlilan tidak disebut sebagai 'ahlu sunnah waljamaah' dan sering didislaiminasikan dalam
berbagai kerukunan sosial, jika keluarga si mayyit tersebut merupakan warga minoritas di
kampungnya.
Dilihat dari partisipan pelaksanaan tahlilan, ritus ini dapat dibagi menjadi duq tahlilan biasq
dan tahlil kubra. Ddam tahlilan kubra melibatkan massa yang baoyak (kolosal) dan dihadiri sejumlatt
kiyai besar dari berbagai kota, dilaksanakan di alun-alun, atau di suatu kampus pondok pesantren
besar di kota atau di desa. Tatrlilan semacam inilah yang biasanya sarat dengan muatan-muatan lain:
atas nama kepentingan bangsa keprihatinan nasib bangsa yang kurang menguntungkan, atau
penggalangan politik praktis
Dalam acara istighasatran, mujahadahan, pengajian akbar atau yang sejenisnya, unsur ahlilan
hampir tidak pernah tertinggal, dan biasanya malah didahulukan dari pada acara yang lain
Dalam ziarah walisongo atau trend kotemporer disebut wisata religius, tahlilan adalah unsur
yang hamper mesti ada, dan ini dikirimkan kepada wali yang sedang diziamhi, termasuk kerabat wali
di makam itu, meluas kepada tokoh-tokoh agama setempat dan umumnya kaum muslimin laki-laki
mauapun perempuan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati

tr. Andisis Tentang Tahlilan

Tahlil merupakan tuntunan dari dari Rasulullalu yaitu melafalkan: laa ilaola illallaoh, sementara
tahlilan merupakan kreasi ulam4 entatr siapa namanya, telah mer{adi upacara keagamaan dan telah
menjadi standar ukuran sholeh dan tidak sholeh keberagamaan seseorang. Sudah barang pasti ukuran
ini meleset. Ukuran sholeh dan tidak sholeh dalam hal ibadah yang bersifat ritual harus hanya yang
berasal dari Allah dan Rasulullah atas dasar sabda beliau dalam khutbah haji wada' sebagai berikut:

.tJ3,--1.-'r'r, elrl {.,-{lS,Le flsu.it! L l+l l-J.:i,-1,*>.t f$ cS;


Aku tinggalkan kepadamu semua dua perkara. Kamu tidak akan sesat selamanya selagi berpegang
teguh keduanya, yaitu kitabullah (al-Qur'an) dan Sunnah Utusan-Nya.

Jika dalam hal urusan muamalatr atau keduniawian, standar sholeh dan tidak sholeh bisa saja
bersumber dari luar alQur'an dan as-Sunnah seperti dari moral, etika, adat-istiadat setempat
sepanjang secara prinsip tidak bertentangan dengan tauhid dan kemaslahatan umum.

Jika dicennati dalamdalam, tatrlilan yang beredar di tengahtengah masyarakat luas ini
terdapat unsur-unsur yang sangat krusial, yaitu:

1. Mengirim patrala
Makna mengirim adalah memberikan 'ssuatu' kepada orang lain dengan menggunakan perantarq
orang lain, teman, kurir, atau tukang pos. Jika 'sesuatu' itu berwujud pahdq Siapa yaag menjadi
perantara pengiriman? Tidak ada teks apapun dari Allah dan Rasululah yang me4ielaskan tentang
pengiriman pahala. Itulah sebabnya dalam naskah tahlilan yang beredar fiiAllah lah yang meniadi
kurir, dengan mmusan di awal-awal upacara itu menggunakan hadlrah: ilaa hadlarati . . dan di .
akhir upacara tersebut mengucapkan 'doa' Alhhhrotuu ,oqabbol wa aushil aawaoba nuo
qmahnoa. . .(Ya Allah terimalah dan sampaikan pahala apa yang aku baca . . .) Hakikatnya
perbuatan ini menghina Allah serendatr-rendahnya, meskipun yang bersangkutan tidak merasa
menghina-Nya, yaitu memposisikan Allah sebagai kurir, na'udzubillah min dzalik. Padahal Allah

2
itu Maha Pemberi rezeki (r-Razzaaq), Maha Kuasa (dl-Odifl, Maha lar,a;t (ol-Matiin), Maha
Pemberi (al-Wohhaab), Maha Kasih Sayang (ar-Rohiin). Dengan kualitas seperti itrl yang pantas
adalatr omernohon'kepada-Nya. Bahasa Arab kata memohon adalah berdoa. Rasulullah bersaMa
*Man lam yada' yagMlab. Rawahu ot-Turmudzi "
@arantg siapa yang tidak memohon Dia Murka
HR. at-Turmudzi). Di tengah-tengah terdapat istilah yang kabur atau barangkali
sengaja dikaburkan oleh oknum-oknum tertentu dengan istilah 'kirim doo'. E*nsi doa adalah
meminta atau memohon. Kegiatan ini dilatokan karena yang bersangkutan tidak memiliki sesuatrt
lalu kepingin memilikinyq sementara ia tidak mempunyai alat tukar atau membeli untuk
memilikinya. Sementara itu mengirim mempunyai pengertian seperti yang banr saja diielaskan
terdahulu. Jadi ungkapan 'kirim doa' sebenarnya tidak bermakna Qnystical lwrguoge). Anehnya
berkembang luas di masyarakat. Akhirnya" kita segera tahu bahwa masyarakat itu segera
disadarkan esensi kirim, esensi doa, dan esensi ahlilan.
Dasar hukum bahwa orang mati supaya didoakan adalah hadis berikut: Ketika Raja Najasyasi
msninggal dunia, informasi sampai kepada beliara selanjutnya Rasulullah bersabda

{e-}JA s{l .* d*-r dji+ll ol-r..r} . . . f-r" \, trJiii.{

Mohonkan ampunan untuk saudaramu (tIR. al-Buktrari dan Muslim/Iduttafaqun 'alaih dari Abi
Hurairah).

Syariat formal memohonkan ampunan terhadap orang mati adalah menyalatinya. Di dalam
menyalati itu ada doa khusus ampunan si mayig yaitu antara lain "Alahummaghfir lalru . . . dan
seterusnya" Selar{utya, doa semacam itu boleh diucapkan/dilakukan di luar shalat jenazah secara
formal.

Jika orang tidak bisa berdoa untuk orang mati dengan bahasa Arab yang secara redaksional
dituntunkan oleh Rasulullah, boleh berdoa dengan menggunakan bahasa ibu atau bahasa non Arab.
Secara fumgsional justru lebih utama berdoa dengan bahasanya sendiri daripada berdoa dengan
bahasa Arab tetapi tidak mengetahui makna redaksinya. Mengapa? Hakikat doa adalah meminta.
Kalau meminta kok tidak tahu isi permintaanny4 ini perbuatan konyol. Apa bedanya radio dan
televisi yang oleh telinga manusia tampak dan terdengar menyanyi sangat indah, sementara radio
dan televisi tersebut tidak menyadari bahwa ia menyanyi. Akan lebih runyam lagi ketika
mengucapkan hadlrah, hadiah pahdq dan berdoa yang ada unsur redaksi Allalamma tqabbal wa
attshil tsan'aaba maa qtra'na, . . . dan tidak tahu arti ucapan doanya itu. Perbuatan ini salah
bertumpuk-tumpuk. Doanya tidak menyambung kepada Allah secara fungsional karena tidak ada
kesadaran batrwa dirinya meminta kepada-Nya, daa tidak ada tuntunannya dari Rasulullah. Untuk
itu, mari sadarlah, , ,mari beragama itu yang fungsional. Fungsionalisasi agama adalah pelaksanaan
tuda dffiagama itu sendiri. Mari, para tokoh-tokoh agama, dewasakan umat! Berilah pengetahuan
agama yang benar yang bersumber dari Allatr dan Rasulullah. Kasihanilah mereka dengan memberi
sesuluh yang autentik dari junjungan Nabi Besar Muhammad saw. Jangan menjadi pendusa agama
dengan mencipta-cipta upacara-upacara keagamaan. Jangan berada di bawah praduga 'bahwa
mereka tidak tahu, kalau mercka tahu pasti mau melaksanakan tahlilan yang di dalamnya ada
hadlratr, hadiah, dan tawasul'. Anggapan itu keliru besar! Di seberang sana juga banyak orang yang
telah mengetahui bahwa perbuatan itu salah karena tidak ada contohnya dari Rasulullah, para
sahabat para tabi'in, dan para tabi'ut tabi'in. Artinya, mereka tahu bahwa pengiriman pahala itu
bukan syariat Islam. Tidak ada keterangan apa pun dari Allah dan Rasulullah batrwa Rasululah
mengirim pahala untuk Khotiliah istri tercinta beliau. Tidak ada keterangan apa pun dari Allah dan
Rasulullah bahwa 'Aisyah mengirim pahala untuk Rasulullah. Tidak ada keterangan apa pun dari
Allah dan Rasulullah bahwa para sahabaf mengirim pahala untuk Rasulullah. Tidak ada keterangan
apa pun dari Allah dan Rasulullah bahwa para tabi'in mengirim pahala untuk sahabat. Tidak ada
keterangan apa pun dari Allah dan Rasulullah bahwa tabi'uttabi'in menirimn pahala untuk tabi'in.
Lebih dari itn, Sebelas maztrab: Imam Abu Hanifah, Imam Malilq Imam Syaf i, Imam Hambali,
Suffan Sauri, Su$an'Uyainah, Lais bin Rahawaih,Ibnu Jarir,lmam Zhahiri(Zhahiriyyah), dan al-
Atya'imenolak tahlilan dalam arti mengirim pahala dan perjamuannya (al-'Alawi, [t.th.]: 69).

Banyak ulama Syafiiyyah mengatakan bahwa tehlilan adalah bid'ah (as-Sarbani,[t.th.]: 368; al-
Qulyubi, [t.th.],I: 353; an-Nawawi,l4l7 H,V:186; al-Haitami,[t.th.7,l:577; ad-Dimyati,[t.th.],Il:146;
al-Qirmani,no.l8,1933:285; as-Sarbani, l4l5 H,I:210. Para Ulama ini menulis kitab hning ymg
menjadi kurikulum di pondok pesantnen. Sepuluh madrab yang lainnya juga senada dengan
syafiiyyah, meskipun menggunakan term lain: Hanafiatr mengatakannya bid'ah (al-Amin,1386
H,tI:240), Malikiah mengatakannya bid'ah (ad-Dasuki,[t.th.],I:419), Hambalia]r mengatakannya
makruh dan seperti jahiliyah (al-Muqaddasi,l405 tl,ft215) sebagaiannya mengharamkan dan
sebagainnya mengatakannya bid'ah (tbnu Taimiyyah,[t.th.],I:316). Sebe,narnya, ulama lndonesia
yang menulis kitab dan umumnya ulama kotemporer juga menolaknya. An-Nawawi Bantani
mengatakan bahwa mengirim pahala kepada orang yang telah meninggal adalah haram. Arsyad al-
Banjari dan al-Mawa'iz mengatakan bahwa mengirim pahala unhrk orang yang telah mati adalah
bid'ah. Dasar penolakan mereka adalah firman Allah sebagai berikut:

Oartu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusatrakannya (QS an-Najm:38-39).
Berikut ini saya nukilkan langsung komentar para ulama berkaliber mujtahid antara lain:
a. Imam Syaf i sebagaimana diintodusir oleh Imam Nawawi:
Jd-"I.yJOlr:.ltclj.r..lUlld$r.,-u^llJl l<+l-i d.-r)ril6fUil +rr.0. Jr(&llU OtJill 6lJilll-lr
. . . . . prl Or.!drL li! .,+ill djJ ,r* t
Mengenai bacaan alQur'an itq yang popular dari maztrab Syaf i, bahwasanya pahala itu tidak
sampai kepada mayyit. Dalil Imam Syaf i adalah firman Allah*Wa qr laiso lil insooti illaa maa
sa'a (Tidaklah bagi manusia itu memperoleh sesuatu (pahala) kecuali yang ia usahakan) dan sabda
Nabi*Idzaa maot lbnu Adoma .. . (Apabila anak Adam mati . . .)
b. Ibnu flajar al-Haitami
,*l Ol_r.l$_r . . . rre-jill t++t-i O! .c+.I qrl d.-i y al-;il gl U. Or*$^ll 4ilLl L ,,.Io ui+ ql" el;fo ) c4pll
\Hl-i .",lJl,J.+ y OlJill tlJE 61'ralLilt\$r. rF JJe,i.llJ .,r,.n- Yl Ol-Ul
Mayyit itu tidak dibacakan al-Quran untuknya. Para ulama Mutaqaddimun memutlakkan bahwa
pahala mernbaca alQur'an itu tidak sampai ke mayyit. Pahala itu untuk yang membaca Dalilnya
adalah 'Wa ot laisa lil insaoni illaa moo sa'a. Pendapat yang popular dari maztrab Syafi'i
menyebutkan bahwa pahalapembacaan al-Qur'an itu tidak sampai kepada si mayyit.
c. Ibnu Katsir
:U<tliCYl .3a U"1 .a-iil Jl,,..K l- y! JFJI .tncl,-.*YdlllstoJj^)jt qltd..J) yll(,l
.,..1 Y l\L .F+"S yJ
ill& iF cJ+l .ti! ,riJnll Jl l{+li eilul i}^-e Y slJill Ol .'{+l g,.e .lti$ !r-f
. i-15.-tl dF Ll i;c dllli L[i; rll ,L+l Yr ulo,it tl. ! P$-rl Y-r t& rd- Yr &f &r.+1" & ,J-,il cJr-l tll
Jelasnya, seseorang itu tidak menanggung dosa dari orang lain, demikian juga pahala tidak akan
sampai (kepada orang lain) kecuali apa yang telah dilahkannya oleh dirinya sendiri. Berkenaan
dengan ayat yang mulya ihr, Imam Syafi'i dan para pengikutnya beristinbat bahwa hadiah pahala
dari bacaan itu tidak sampai kepada orang mati karena mereka (orang mati) itu bukanlah yang
melakukannya. Rasulullah tidak menganjurkan dan tidak mendorong umatnya untuk melakukannya
(hadiah pahala). Beliau tidak memberikan petunjuk dengan nash, tidak pula dapat dinukilkan satu
orang pun dari para sahabat.
Selain itu, Surat Yasin ayat 70 menyebutkan bahwa seluruh petunjuk al-Qur'an, termasuk surat
Yasin adalatr untuk orang yang masih hidup, bukan untuk orang mati.

hr+di .-i; J,tAi $d j t:;ilJ o-; ;#


Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan
supaya pastilah (ketetapan azab)terhadap orang-orang kafir (QS Yasin:70).
Sedikit harap dipahami bahwa l<ila'hayyot' dalam ayat tersebut Mentuk n*irah, artinya
bersifat umurn, bisa bermakna yang mati itu hatinya sebagaimana terjemahan departemen Agamq
bisa juga berarti mati jiwaraganya, dalam arti orang yang sudah tidak hidup di dunia ini.
Para ulama di atas mengatakan bahwa pahala itu untuk orang yang membacanya(al-ajra li qaari).
Jadi pengiriman pahala itu tak akan sampai kepada orang mati yang dihrjunya karena tidak ada
makhluk apa pun yang diutus oleh Allatr untuk menyampaikan pahala. Sementara itq Allah telah
menyatakan dengan tegas sebagaimana termaktub dalam surat an-Najm ayat 38-39 di atas, selain
itu juga dalam surat al-Baqarah: 286,. . . Lahoa maa kasabat wa'alaiha mahasabat. . .(. . .Ia
memperoleh pahala dari kebajikan yang diusahakannya, dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang
dilakukannya. . .)
Jika dengan peringatan dan dalildalil yang tegas dan jelas ini masih dilanggar, secara logis pahala
yang dikirimkan ifii muspro. Mengapa? orang berbuat tergantung dengan niatnya. Jika niatnya
dikirimkan, berarti sudah tidak ada patrala padanya Akan tetapi, pahala itu tidak sampai kepada
mayat yang drtuju. Jadi, yang namanya pahala itu entah ke mana . . .? Perbuatan tahlilan yang
pahalanya dikirimkan itu ternyata sia-sia. Pahala sudah tidak dimiliki, tetapi juga tidak sampai
kepada yang drtuju. Selain itu, kesia-siaan juga terjadi karena ada unsur baru dalam berdoa, yaitu
wasilah.
2.Wasilah (Perantara)
Di dalam pelaksanaan tahlian itu biasanya juga mengangkat ruh-ruh tertentu yang disebut wali.
Wali itu lah yang diyakini menyampaikan doa yang dipanjatkan kepada Allah. Diantara walli-wali
perantara itu adalah: Rasulullah, syuhada' prang Badar, Syeilfi Abdul Qadir al-Jaelani, Syeikh
Junaid al-Baghdadi, Syeikh Naqshabandi, walisongo dll. Praktik ibadah semacam ini samasekali
tidak diajarkan oleh Rasulullah. Selain itu, arti kata'wosilah' yang termuat dalam doa yang
dilafalkan setelatr adzan itu berrnakna kedudukan tinggi di surga. Demikian Sabda Rasul yang
menunjul*an pernyataan ini:
L &lJjEeirill&...lti1:dr+ d-:a+b rillul-.trlr.l,p-l 6.- tl,..b.il.,.:-l gptlt at1-t&.lrl+oirt
+J V! ,r+l Y ,thll il} kili ilr-il J.il lrL F IJJ' +le &l & 6).- .,.le & dF 4Xj ,rJ' lJ.- 13 ,d;1i1
"rr
0l* dl) f,oti^ill d .'.1- ilt-Jl J.itt & ,ri .y Ul ,''JSl ,-,lJ+-,lr,.Xl .l+o .r.
Hadis dari Abdullah bin Amr bin 'Ash ra., batrwa ia mendengar Rasulullah bersaMa: jika kamu
mendengar panggilan alz.an, maka berkatalah seperti apa yang telatr ia mengatakan - maksudnya
mengikuti lafal adzan itu - kemudian bershalawatlah untuk ku, karena sesungguhnya barang siapa
bershalawat untuk ku sekali, maka Allah akan bershalawat (mengaruniai kasih sayang) l0 kali.
Selanjutnya mohonlah kepada Allah untuk kt al-wasilah. Sesungguhnya, wasilah itu adalah suatu
tempat di surga, yang tidak pantas kecuali untuk hamba Allah di antara para hamba-Nya. Aku
berharap bahwa aku adalah dia, hambayang dimaksud. Barang siapa memohon kepada Allah untuk
ku al-wasilahkebolehan baginya sayafaat (HR. Muslim).
AlQur'an surat al-Maidah ayat35 yang menyebutkan l<atawasilah itu diterjemahkan: jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya. Kitab afsir apa purL insya Allah menyebutkan bahwa jalan itu
adalah amal sholeh, bukan ruh mediator. Sebaliknya Allah mengajarkan agar dalarn berdoa itu:
a. Khoufan wa thama'a (harapharap cemas kalau-kalau doanya tidak diterima, maka harus
thoma'- dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'tamak'). Allah berfirman:

,>rLri{ ru; ri;r #ir; ti?ci;t * *'i!; rri+'i;

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nye dengan rest trkut (tidak akan diterima) dan harapen (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik
(QS.al-A'rafl7:56).
b. Penuh konsentasi, tak perlu bersuara lantang. Allah berfirman:

l*' r{ g E-ri'ir.* \ tfriLf ;-P,--*-r;L;s aL lU


Dan apabila hamba-hamba-Ku beranya kepadamu tentang Aku, maka (awablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklatr mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS al-Baqarah/2:186).
Berdoa itu langsung kepada Allah. Berdasarkan naskah resmi dalam Islaru yaitu al-Qur'an dan
crs-Sutmah ash-shahihoh al-muqbolah. Allah tidak pernah mengangkat ajudan apa atau siapa pun
yang menghantar doa kepada-Nya. Berdoa hanya kepada-Nyq tidak pada yang lain. Demikian
petunjuk-Nya:

i*#iidtill ljEJtjl
Vn'
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
(QS.al-Fatihal/l:4).
Dengan demikian, berdoa kepada Rasulullah pun tidak ada syariatnya. Apalagi selain beliau.
Tugas Rasulullah kepada umat manusia hanya menyampail<n, basyiiran wa nadziran (QS. A-
BaqarahlZ:Ll9, al-Maidah/5:19, al-A'ruf17:lEE, Hud/ll:2, as-Saba'134:28, Fathirl35:24" dan
Fushshilat/41:4) dengan al-Qur'an dan sunnah beliau sendiri, tidak lebih dari itu. Ketika Beliau
wafa! selesailah tugasnya. Umat manusia tinggal hanya mengikuti dan melaksanakan tinggalan
beliau, yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah itu. Dengan selesainya fugas karena wafat, beliau tidak
lagi berurusan dengan kehidupan dunia. Beliau pernatr cerita batrwa besok di hari kiyamat beliau
menggiring umatnya agar merek4 semuanya, meminum di telaga al-haudl. Setelah sebagian
meminumny4 tiba-tiba ada seruan, kepada beliau:
lAl
(,r-pstt .r,*r .grl d;e ql" diL) d&+ Jp drl lir.,r lir.,, :dJfi dJ,'+ L 19-,1* ) d[!
Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak tahu apa yang mereka perbuat sesudahmu. Maka aku
berkata: Celaka! Celaka! Bagi orang yang mengubah-ubah sesudahku (HR Muttafaqun 'alaih dari
Abu Sa'id al-L:hudri).
Hadis ini menunjukkan bahwa
(l) Nabi Muhammad tidak tahu lagr apa yang diperbuat kita sekarang ini. Untuk itu, kepercayaan
bahwa jika membaca naskah kitab al-Barjaqii lalu Rasulullah dafang dan memberi be*ah itu
hanyalah kebohongan nyata. Orang yang mengatakan bahwa Nabi pernah berl<ata "Mot
a'dhoma maulidi kwtn syafi'on lolru ymnnal qiyamalf'adalah kebohongan besar! Mengapa?
Peringatan maulid Nabi pertama diadakan untuk pertama kali terjadi setelah 300 tahun lebih
pasca wafat beliau. Tidak ada ceritanya sahaba*, tabi'itr, tabi'ut tabi'in melakukan pengingatan
maulid Nabi. Jika hadis itu benar, pasti sahabat sudah terlebih dulu melakukannya Harap
disadari bahwa saya tidak mengatakan bahwa peringatan maulid Nabi itu bid'atl, melainkan
boleh-boleh saj4 tergantung bagaimana pelaksanaannya. Kalau pelaksanaannya ada unsur
berjotjenyang di dalamnya ada kepercayaan Beliau datang dan memberi berkah, tentu terjatuh
kepada kepercayaan khurafat dan perbuatannya termasuk bid'ah. Kalau dalam berjanjen itu
sekedar dibaca, direfleksikan dalam seni suara yang indah, kemudian isinya untuk i'tibar, tentu
sangat bagus. Tetapi harap diwaspadai terhadap bait-bait tertentq umpama lembar pertama dari
naskah kitab al-Barjaaji terdapat Nabi Muhammad sebagai 'mahiya dz4zmrub'(penghapus
dosa), yaitu bait "Assalaomu 'alaih 'olaika yao n"ahiya dz4zmwbi". Kepercayaan ini
seperti orang Nasrani mempersepsi Yesus sang penebus dosa. Sebaiknya, menurut hemat
penulis, bait itu diubah menjadi "as-Salaomu 'alaih 'alaika yaa maohiyal hrfra'fteselamatan
untuk Tuan, untuk tuan si penghapus kekufuran). Aqidah ini pasti benar atas dasar pengakuan
beliau sendiri bahwa nama beliau adalah sebagaimana terungkap dalam saMa beliau sebagai
berikut:
Tambahan, Dalam al-Qur'an disebutkan hingga 224 kc;li bahwa hanya Allah lah yang
menghapus atau mengampuni dosa. Lha, kalau Allah sudah menginformasikan hingga
sebanyak itu kok kita tetap mbrengkele berkeyakinan bahwa Rasulullah itu penebus dosq kata
apa lagi yang pantas diucapkan untuk mereka yang meyakini bahwa Rasulullah adalah
maahiya adz4ztmrub?
Qd dlaqa hildii odrihii
Ada lagi jenis kesalahan, yaitu berdoa kepada Rasulullah, umpama:
yaa Rasulullah (Keadaanku benar-benar telah mentog maka dapatkanlah untukku ya
Rasulullatr). Pada umumnya, yang berdoa seperti itu tidak dalam kesempitan, melainkan
penyelenggaraan ritual yang mengandung doa tersebut umumnya diselenggarakan secara
kolosal, sarana prasarananya amat lengkap, termasuk uboranpe-ny4 para partisipannya sehat-
sehat, dan pasti bermurah rezeki. Bagaimana bisa berkata "Qad dlaqat hilatii, yang intinya
sangat berkesulitan dalam menghadapi persoalan?
(2) Nabi Muhammad orang-orang yang mengubah-ubah atau mengada-adakan sesuatu
(peribadatan). Justnr mereka itu, atas dasar pemahaman logis hadis tersebut, nantinya tidak
akan memperoeh bagian minum telaga al-Haudl. Menurut pemahaman penulis, mengirim
pahala itu juga termasuk mengubah-ubah ajaran baku dalam Islam. Semula pahala hanya untuk
yang berbuat lalu diubah pahala bisa dikirimkan, kemudian mengirim pahala itu memperoleh
pahala tersendiri atas dasar keyakinan birrul walidoin atau amal sholeh. I'tibar yang diperoleh
bahwa kalau sudatr terlanjur berbuat salah maka akan menelorkan anak-cucu perbuatan-
perbuatan lain yang juga pasti salah. Lebih runyam lagi kalau kesalatran itu tidak disadari dan
malah dibungkus keyakinan 'sebagai {tihad'. Kesalahan pola semacam ini tentu akan menjadi
laten dan pennanen, tetapi tidak menyadari kesalahannya. Untuk itu" penulis mengajak
pembaca untuk merenungkan dan selanjutnya menjadikannya pedoman pasti dalam beragama
dari ayat berikut:

il u+ ol *li;a, # tu-ri,Pili,: *, rt # ob
@ a#ir{itp"rti'#"
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allatr. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka,
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah- Qs al-An'arn/6 :116).
Banyak sekali pola ibadah ciptaan manusia yang dasarnya hanyalah mengikuti leluhur,
mengikuti para tokoh-tokoh agama, iman buta, dalam kata lain dhan (srrlrgkaan belaka), atau
sengaja mencampur aduk unsur-unsur non Islam ke dalam Islam. Tahlilan di dalamnya
dicampur dengan upacara memperingati mayat pada hari ke 7, 40, l00., mendluk Pism,
mendhok pindho, 1000, haul adalah campuran antara Islam dan Hindu. Mengirim pahala dalam
tahlilan adalah campuran antara Islam, Hindu, dan impian orang-orang tertentu seperti al-
Malibari. Tahlilan di dalamnya ada unsur hadiah pahala kepada si mayyit adalah campuran
antara Islam dan ciptaan muslim tertentu, entah siapa yang memulainya. Pengiriman pahala
dalam tahlilan dengan menggunakan perantara ruh-ruh tertentu adalah campuran antara
semangat Hindu, ciptaan umat Islam, dan ajaran Islam. Tahlilan boleh dan sangat utama, tetapi
harus berpola yang 100% berdasar syariat.
3. Makan-makan bersama setelah tahlilan dalam rangka memperingati orang mati
Dalam dialog antara Umar bin Khatab dan Jarir disebutkan sebagai berikut:
?p(ir"J" gt*dr: -r
y:*_r+
?,.L.lll O:L-r.-r.'u.tt dlt .rb OJ*,.3+J
{ t*
fr: -P.}+
CCt an : _t&
Umar: Apakatr kamu meratapi orangmu yang sudah mati?
Jarir : Tidak
Umar: Apakah mereka berkumpul di rumah keluarga si mayyit dan menyajikan makanan
Jarir : Ya
Umar: Itulah namanya meratapi orang mati.
Berkenaan dengan dialog antara Umar bin Khatab dan Jarir itq Ibnu Katsir berkomentar ;.Laa
kaqno khairm lasabaquno ilaih" (Seandainya prefalensi itu bailq niscaya mereka (para
sahabat Nabi) telah mendahuluinya (melakukan prefalemsi).
Imam Syafi'i dalam kitabnya" al-Umm menulis bahwa:
.O+tl:+lellllgli ,l,S; # ,-r*rJ O!-r i-t +lld-, riUtjlr
Aku memakruhkannya al-ma'tam(prefalensi), yaitu berkumpul, meskipun mereka itu tidak
menangis karpna yang demikian itu sebenarnya memperbaharui sungkawa (atas kematian
seseorang (al - Umm,lz3 I 8)
III. Dasardasar Bacaan Tahlilan Dan Pedelasannyt
1. Membaca Surat al-Fatihah
Salah satu inti redaksi surat al-Fatihah adalah penyataan hamba kepada Allah bahwa
hanya kepada Allah lah ia menyembatr dan memohon pertolongan, yaitu pda ayat 'IWo-
Ka na'budu wa iyya-Ka nasta'iin. Karena pola kalimat ini adalatr kalimat susun balik
(konversi), yakni mendahulukan objek dan mengemudiankan subyek, maka menunjukkan
makna doa langsung tanpa perantara dan hanya satu-satunya permohonan itu terarahkan
kepadaAllatt.
Surat al-Fatihah disebut sob'tm minal matsan, artinya tujuh ayat yang selalu diulang-
ulang dibaca yaitu dalam shalat. Hal ini mengandung hikmah penanaman kesadaran
kepada manusia supaya patram benar bahwa menyembatr dan memohon pertolongan itu
hanya kepada Allah dan langsung.
Disebut pernyataan dan doa mengandung pemahaman pula bahwa ketika si pembaca
sampai pada ayat rar (fua-Ka nasto'iin) kesadarannya hanrs hadir, yaitu memohon apa? ?
? kesadaran itu diisi memohonkan ampunan kepada si anu, Mbah anu, Pakdhe anu dst, ,,
itulah sebabnya ketika akan membaca secara koor (berjamaatr) bisa didahului oleh lmam
umpamanya dengan pernyataan liajli maghfirati (Untuk permohoman ampunan si . . . ).
Al-Fatihah! Yang membaca memang masih hidup, tetapi dengan pola kata kerja yang
menggunakan dlamir mustatir nalmu, artinya kitd" maka dimaksudkan saudara kita seiman
yang sudah meninggal pun tercakup dalam pengertian kita sebagai saudara seiman.
Dasar batrwa surat al-fatihatr bisa digunakan sebagai pernyataan doa adalah hadis
sebagai berikut:

& ,4rlt cr'4l. . r.ic rlrl {r.5J 6.,19..1A s+l


3)-ll ,-.-."i d.. -r -r' ,Ilcli :dyl &r+ ^il
dI lili,dL L 6.r-L,,:'*i; u.r+c ixr c+lr

.+l .l-., jp ,il cti ,r^. jl rr--ll Cl'i lSlJ .d;r.e o.ir..' d+r -r" /itl dli ,Cu.ll,tl cr-, i r.-Jl :ri.Jl
,Jt c}-ir .rr-rlc !rir+. :cJ-. -l -p rttl dI,dHJl r+ dlt- cjti tilr ..JJi. ,rle
"f; :6-r.
l.:r :cli ,ip3..6 d[;lr r*., ..itr.r! :c.tri l.tli .a+"

ti,lll:c.[i Ulj ..JLL a.+'L a+ei,u+_rs+i

-uc 1.eclt &-ildHJl J"lJ'.- dFJlJ"l-t-ll


({Jr.rii.).tr-U,-6.-1. ra.sJ l.r :clt,6glUlt YJ fcrL HJ'5-ll
Dari Abu Hurairah semoga Allah ridla kepadanya . . . aku mendengar Nabi saw bersabd4
Allah'Aruil waJalla berfirman: Aku bagi shalat (al-Fatihah) itu antara Aku dan hamba-
Kn, untuk hamba-Ku apa yang ia minta. Ketika hamba berkata al-Hamdu lillaohi Rabbil
'alamiin, Allah'Azzlwalalla berfirrran: Hamba-Ku memuji-Ku. Ketika hamba membaca
ar-Rohmaminahiim, Allah'Arua waJalla berfrman: hamba-Ku menyar{ung-Ku. Ketika
hamba membaca Maoliki yawniddiin, Allah 'Azz,a waJalla berfirman: hambaku
memuliakan Aku, di lain waktu beliau (Rasulullatr) mengatakan'Hamba-ku menyerahkan
kepada-Ku. Ketika hamba membaca lyya-Ka na'budu wa iyya-Ko nasta'iin, Allah'Az;:a
waJalla berfirman: Ini antara-Ku dan hambaku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Ketika hamba-Ku membaca lMinss ash-shiraalwl mwtaqiim shiraatlnlladziina an'amta
'alaihim ghoiril nagMlwbi 'alaihim walas adldlalliin, Allah'azza waJalla berfirman:
Ini untuk hamba-Ku. Bagi ham-Ku apa yang ia minta ftIR Muttafaqun 'alaih).
Di dalam hadis ini tertera wali'abdi maa saala (bagi hamba-Ku apa yang ia minta).
Nah, di tempat inilah kesadaran dihadirkan kepada Allatr minta apa? Tentu meminta
ampunan orang yang telah minggal atau masih hidup dalam tahlilan itu. Pengertian
'wali'abdii mcw sa ala"tenfri tidak termasuk memohon kepada Allah untuk
menyampaikan pahala kepada mayyit. Mengapa? Ada pasal tersendiri sebagaimana
disebut dalam surat an-Najm 38-39. Menurut pemahaman model ta'wrud antara hadis
tersebut dengan ayat 38-39 an-Najm ini dan ayat-ayat lain yang semaknq pemecahannya
adalah ayat tersebut merupakan pengususan dari keumuman lafal maa sa ala.
2. Membaca surat al-Ihlash
Salah satu inti makna redaksi surat al-Ihlash adalah pernyataan bahwa hanya kepada
Allah kita bergantung. LagiJagi lafal ini merupakan kalimat susun baliMllalru ash-
Shqmad, mengandung pengertian hanya kepada-Nya, tidak kepada yang lain dalam
bergantung atau menggantungkan sesuatu - antara lain ampunan (dalam peristiwa
tahlilan) atau yang lain.
3. Membaca surat al-Falaq
Salah satu inti redaksi surat al-Falaq adalah memohon perlindungan kepada Allatr swt
dari seluruh kekuatan jahad. Dengan demikian, dalam hajad berdoa untuk ampunan
kerabat leluhur, nenek moyang yang telah meninggal tidak tergoda oleh kekuatan
jahad apapun, termasuk setan dan teman-temannya.
4. Membaca surat an-Naas
Salah satu inti redaksi surat an-Naas adalatr memohon kepada Allah agar dalam kita
- -
berdoa antara lain ampunan kepada yang sudah mati itu mantap, tidak was-was
bahwa Allah pasti mengabulkan permohonan kita asal pendoa itu merupakan hamba
Allah yang beriman, beramal shaleh, dan tidak maksiat. Allah adalah Shadiqul wa'dil
amiin.
5. MembacaayatKursi.
Ayat kursi merupakan ayat kfiusus yang diberikan kepada Rasulullah, terrrasuk dan
pasti untuk seluruh pengikutrya yang setia hingga akhir zaman. Terlalu banyak
manfaat ayat kursi, antara lain: Malaikat rahmat turun untuk menebarkan rahmat dari
Allah, dan menjauhkan setan dalam majlis ketika ayat ini dibaca. Disebutkan juga
bahwa ayat Kursi adalah sayyidnya alQur'an (HR at-Turmudzi dari Abi Hurairah).
Hadis lain menyebutkan batrwa Siapa membaca surat [Ia' Mim hingga ayat iloihi al-
mashiir dan ayat Kursi di waktu pagi ia dijaga hingga petang hari dan sebaliknya HR
at-Turmudzi daxi Abi Hurairah). Disebutkan bahwa sebelum mencipta langit-langit dan
bumi, Allah menetapkan dan menulis segala sesuatu selama 10fr) tahun kemudian
ditutup dengan dua ayat terakhir surat al-Baqarah. Barang siapa membaca kedua ayat
tersebut tiga malam berturufturut, maka setan tidak akan mendekat (HR at-Turmu&i
dari Nu'man bin Basyir). Rasulullah juga mengatakan bahwa siapa yang membaca dua
ayat teralihir dari surat al-Baqarah di suatu malam, maka keduanya mencukupi, HR at-
Turmudzi. Maksudnya antara dalam penjagaan dari setan
6. Membaca Shalawat
Dalam surat al-Ahzab ayat 56 menyatakan batrwa Allah bershalawat kepada
Rasulullah, dalam arti menganugerahkan shalawat kepada beliau. Malaikat bershalawat
kepada Rasulullah, dalam arti mereka memohon kepada Allah agar mengenugerahkan
shalawat kepada beliau. Selanjutnya kita diperintah supaya juga bershalawaf, dalam
arti berdoa kepada Allah agar Allah menganugerahkan shalawat kepada beliau. Arti
praktis shalawat adalah kesejahteraan, kesentausaan, dan ketenteraman. Membaca
shalwat juga memiliki keutamaan lain sebagaimana saMa beliau:

l$ c.tl5 rL+ ,d-l {ile .ttl & ^Ll r.Jr-t Ol ,.rie ^iil u,;-l q;l 6e, iJL ,r+l ,,t* .il .r1c a)c
,t 'u Ll ,r.... ll :cli,,,il^ll.riElr:! :ctrS, dc+-r; .9-1,!11.9-;il UlUtr 16+l ,t ,r-r-+lt-r
.si c!b-I-tY cl
(ql".rirr.) lJ^i'tl' ,'' 1., Yl r.l,rlL J+ y, lJ.i' t& ,"u1.- y!

Dari Abdullah bin Abi Thalhah, dari ayahnya ra, batrwasanya Rasulullah datang pada
suatu hari, sedang ada kegembiraan yang tampak di wajah beliau. Kami pun berkata:
Kami melihat kegembiraan di wajahmu ga Rasulullatr). Beliau bersaMa:
Sesungguhnya seorang Malaikat datang kepadaku, kemudian berkata: tlai Muhamma{
tidakkah kamu ridla bahwasanya tidak ada seorang pun yang mengucapkan shalawat
kepadamu kecuali aku akan mengucapkan shalawat kepadanya l0 kali. Tidak ada
seorang pun yang mengucapkan salam kepadamu kecuali aku akan mengucapkan
salam kepadanya l0 kali (HR Muttafaqun 'alaih).
Makna praktis hadis ini menunjukkan, bahwa jika kita bershalawat kepada Rasulullah,
yakni membaca shalawat Malaikat akan bershalawat kepada kita l0 kali lipat.
7. Membaca tahlil, Iao ilaaha illallah
Rasulullah bersabda: Afdlalu adz-dzibi laa ilaalw ilhAah HR a-Turmudzi an Jabir
wa qala hadiiswt hosomm (Dzikir yang paling utama adalah membaca l^aa ilaoha
iilaUah HR ot-Turmudzi, ia berkata hadis hasan). Rasulullah juga bersaMa: Mqr qaala
laa ilaalu illallaah dakhala ol-jannah. . . @arang siapa membaca laa ilaaho illallah
masuk surgq HR at-Turmudzi dari az-Zuhri).Samurah bin Jundub juga meriwayatkan
bahwa: Alrobbul kaloani ila-llaoh rba'tnt lao yadlwruka biayyihimo bdo'ta:
Subhanallaah walhamdulillaah" walao ilaaha ila-Aaoh wallaalru Akbo Row,ahu
Muslim (Ucapan yang paling disukai Allah ada empat yaitu Subhonallaah
Walhamdulillah, walaa ilaaha iUa-Aah, Hnva-llaalru Akbar, HR Muslim). Tentu,
sipembaca juga harus melaksanakan kewajiban-kewajiban agama seprti shalat, puas4
zakat dmhaji kalau memang memiliki istitho'ah (kemampuan)
8. MembacaTasbih
Hadis berikut berkenaan dengan keutamaan tasbih:
;olJrJlj0El$,OtJll slc 0l{Sr ,o.':Jil J! 0E#FOli4K:d-r qlo .ltl ,J.- atil,l-ru cE
(6.XJa s+l Ue gL+ilt alJJ) .dl*ll .ttl 0[+.i,obiJ.il 0[-+-
Rasulullatr saw bersabda: Dua kalimah yang keduanya disenangi oleh Allah Yang
Maha Rahman, ringan diucapkan dalam lisan, berat dalam timbangan: Subluanallaahi
wabihomdihi subhmalloahil'Adziim, (HR Syaiktani dari Abu Hurarairah).
Selain itu Rasulullah juga bersabda:
&qjS!_ro$ti+:c.".L-i-pi:t o.rsr.j eil0ls+r:dlli# :J-'J qlc rlrl & irl ,Jr-t
"E
t&;iii.)-5jl
r._1
d,9
(i-,)rJA s+l
Rasulullah saw bersaMa: Barang siapa membaca Subhoonalloohi wabihomdih seratus
kali, maka leburlah kesalahannya meskipun sebanyak buih laut (tIR Muttafaqun 'alaih
dari Abi Hurairah).
9. Berdoa
Kedudukan berdoa arnat sentral dalam ajaran Islam. Doa adalah ibadah itu sendiri.
Rasulullatr saw bersaMa:
(-x!.fU[-.ill Ue lrfl.-illio--J i+;Yl ol3-1 6-r!r.11 3l cLo.rll 6l
Sesungguhnya doa adalah ibadah itu sendiri (HR al-arba'ah dari Nu'man bin Basyir).

10
Doa, bahkan otak dari ibadatr:
(d[.+ (.Jlrl ip i+-)Yl .lr;1 e.di.Jle.ebJl
Doa adalah otak ibadah (HR al-arba'ah dari Anas bin Malik).
Berdoa merupakan derajat yang paling mulia di sisi Allah:
(i1p 41 tJ9 6,SLIl3 OtF OJ .ss-3i*,.-;)l'bJ)ctBJldF.hl,+pslirS.J+l
Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah dari pada doa (HR.al-arba'ah dan
disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari Abi Hurairah).
10. Majlis dzikir
Ketika jarnaah membaca tahlil, tahmi{ tasbrlL shalawat baik dalam membaca itu
sendiri-sendiri maupun berjamaah (koor), mereka dapat disebut 'sedang dalam keadaan
majlis dzikir'. Dalam posisi demikian Rasulullah bersaMa demikian:
.,iOJ.IJ+ i5i}. elrO,!:/-3 !l'.tl,J-&ldr--lclf ,tli r:'rlrl O,e-l iaJr,r;luc
Ul6 tr+l l.!i JSil &l iu-".i1+,iJ'Lll

,r:f#.Jil$.Jt:ult,l+Jt etJl d 6;.,+t1 trri+:cll,,.S*t- Jll.l.ll;leiLii alrt &rJ+


di.r. -tr .rltrJ,6ir.dil-l.t :..uli :lrlf ?cs.il{" dJfo l- :fti. &l
Orljp:dtl i.trl-.r & dJce ;6$.,rlir'? rU
:c.tri ?.,.rll-ul' 16-l cli+ dl5l-; L elrl3,Y:

J l++.3 c[ ]ilj J
ill.ia dll J.il lJilS -dllt
qrfu Li :cLls Cni,b*$6 JKlr lir.J
fb,rl-r &: :clfi :,Ji,iiJl dliJtr^{,dili
:cli ,tr3l; L ..rt l+ ^lb,y :trrlr.l :cli

eelrl:O-J.tnl :c.E tbll-r #lrl ' .u<'


&tr t+tL l*J "ilt !,- * kclc $l tri[s
:,Jrl-lc$ :uII Ofi4 e"i :cli .tP-l \ni
oJ-lir :dr,url.r &r :r.1-r+ :c.trt'-rt'ill r.r"

J.iSi :,-l.l+ :c[i taJlJ L ur-;lr &13 Y

1..j. IJS tnrLrl :,.lrli:dib-rl-r


".il
asdi: dj$ cXi,:iti. ld r.ilr tJlJi
{Si)-ll gn dL cl-* :c}i,6J c.;l; S;l
;L[i,L. lJ ,t+ L.jl ,dj. ,#l 0}i fl*
(ql" ,iiL) ra.d+ f*i sf.iJ I ct l+llp
Dari Abi Hurairah, ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah
mempunyai para Malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan dan mencari ahli
dzikir. Apabila mereka menemukan sekelompok kaum yang berdzikir kepada Allah,
mereka saling memanggil, kemarilatr mendaangi hajat kalian (yang kalian cari),
kemudian mereka mengelilingi kaum tersebut dengan sayapsayapnya sampai ke langit
dunia. Rabb mereka bertanya kepada merek4 padahal sebenamya Dia lebih
mengetatrui daripada mereka, Apa yang diucapkan oleh hamba-hamba-Ku? Beliau
berkata: mereka menjawab: Mereka mengucapkan 'Maha Suci Engkau. Dia bertanya:
Apakah mereka melihat-Ku? Belaiau bersaMa: Mereka menjawab: Andaikan mereka
melihat-Mu, niscaya mereka lebih bersemangat beribadatr, mengagungkan dan
memuji-Mu, dan lebih banyak bertasbih. Dia bertanya: Apa yang mereka minta
kepada-Ku? Beliau UersafAa (Mereka menjawab): Mereka meminta kepada-Mu

11
(karunia) surga. Beliau brsaMa, Dia bertanya: Apakah mereka melihat surga? Beliau
bersabda, Mereka menjawab: Andaikan mereka melihatnya, niscaya mereka
mengiginkannya sekali, sangat mendambakannyq dan besar sekali harapannya. Dia
bertanya: Dari apa mereka berlindung? Beliau bersaMa" mereka menjawab: Dari siksa
neraka. Dia bertanya: Apakah mereka melihatnya? Beliau bersaMa, mereka menjawab:
Tidak wahai Rabb kami. Demi Allah, mereka tidak melihatnya. Dia bertanya:
Bagaimana jika
mereka melihatnya? Beliau bersaMa, mereka menjawab: Andaikan
mereka melihatnya, niscaya mereka semakin menghindar dan semakin takut
kepadanya Kemudaian Dia (Allah) berfirman: Saksikan oleh kalian bahwa Aku telah
mengampuni dosadosa mereka! Salah satu Malaikat berkaa: Diantara mereka ada
fulan yang datang yang bukan dari kelompok mereka. Dia datang hanya untuk sebuah
keperluan. Dia (Allah) berfirman: Mereka adalah orang-orang yang duduk dalam satu
majlis. Tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka (Muttafaqun 'Alaih).
Hadis tentang keutamaan majlis dzikir ini cukupbanyak tersebar dalam berbagai kitab
hadis, khususnya kumpulan kitab hadis qudsi.

NASKAH TAHLILAN SYAR'I

U:.olL dr*-l .n*'_rtt Cr--ll .ilr..,r,fr+Jl Crtllillui. &l+ iJel

.istill,{rlrlitl et :-rrL

6Jr.1.r,Lilill 6-.1-rr,{rl-,p 3 Oa).s)l 6JJ-'

-.r-jll l+l,iatill 6JJ.r,UJ.itl

: euldri
43Sil.J rlrl 6l ;A-Jl i,.-_ll ril p*; ,d+:Il ;[f+.ill g..rila 5.5e1
,iE$iI di:.al 93 p^rll tl6 j,Jl,i.trl di
L*t.." t.-t-r..,lo t.J- lJi.t d8ll l#l!,crr.u oJ.-t
*l-y 7 .. .r..r,. lt!,",rlo &r & 6ltt :i.L+
:d'1dj

r*-Jl ;r.Jl 3r li! DbJiiislr,l-r ,


i -f ,tl J! l-1r.Ji lJ'i.l A$[aclt*

sl-r/ . . . . #Lrll Jil -nii-l :ioL+

:rLldj
lr.: 'r (.lJJ"itJl \Hl LU ,.+lt .tr) &t r+r si+ dllr.J irl Y,! dlY c.Xf ,-1. :el-l qL .lrl & a,t dr-t cjh

.&l &lYJ dly 4IY d* FSL{ +L-r t*l' rttl sl- rhl jsx'; -r..,., 6l} 33 .Il )! djY :i-L+

: &lilY

t2
0l4if g[r.JK :fl-J qlc .ttl ,rl- .U dr.t r.]i _e ,]4.-13 6=1Q cl.n+.rr lJ$ lJ6" jtl lrJSrl lJi.l iUJl \Hl l,

,Otlll ,i g)-J il.--rl l eEgF Ot Il"&


ojJ& t r .il ![s+.r .Ol_t 7 . . .dlLjl irl Ot +- o.r,.r.r-p eil dls+.r :lEL.+
d.)J el,PJl

ll .r.r. cJl .,L.l.r.-. .,b d-.rlr.r,r$l>J c)l"Jrr r$t-x! .,Jl:


."rl lJ rer.. il ,rlcj .Lr,. &,.6Ut
"Jr
U dly dbl .{.ii d$l iX r.Jl,dH.[Jl ,-r.
_; & r..Jl5. !t. l;.r. dli! Cu.lLJl u"l ,$lr! dl
".b,r
pgll>J ,] c6_j+

,ILlllJ dJJ..o.ll3 ,$-t"JIJbl dXl .rrll5l(+lr*d_r


,cij.JnllJ "lsJr$flarlt -r-lls)lcril
..J...J.....1' J --P! 6Xt.cJ-r.Lrll .r-ti t;;r,drlfJl,r!r ,:.r-icf.-dlrldrl-5rYl.9ilj.eLr. Yl

Pl3i. ir+Jl_l P>l dblr fi-fl.r.l rri. J P_1,6 6..tg JrJ ilJ.l;o J'l".rJ f#.Jii .ltl Jridi . . . . t. .

fcXl.-xllrC$llyL\fd.4lJedio,Cl-l-r#:y ljt-l,f+ic, r-lJdt:r p4ar-11, Xl-yet-,,t'1r -1Ut1

.rh rrJt ,1.3iti.r ;p _,1-5$f &t-r. lrXS OL il,lLdr i;e. i-. r


0ui..tr,.lJts 0!

ti. .{ic-l dF fiXl t+rle3 tt*.r, UjilJ UJSJJ llj<. J UJJisJliulrJ-l,!etp6Xt1g.Jjlf-Jll+


tL j
r cl+)l "J. .rpU
.$li.
rt

t'-$ d'+t dt..S d Jr;qfl-Yl-b .tip


urr l$l tir._l .-FS # ,S .,Je di! ,f4i lr,,.s t, ,Ol-).,11 r.1,r _lti. &lJi. pJ$ &+J Yr Ot +ll t#Lr-J u. i..a3_,
&,,-6JAY| jr il"-l+Jt
,r*ul enrll clil dLJ l4t lr-l dgrtl )il+r$ j &+J )r &-)t+ Oj+. dDJllslF)r td .ial t!.-r.ttill qil.DLE3

irr- jl r-rl-;ill dril .Jll.l tilc, .-:. ,

&.ltll ,,U & -r..Jl_; ,,'u'.+l da.-lJ dl r--. ltU.",rJc.Il&J,


"&r
Penutup
Untuk mengakhiri uraian risalatr ini disampaikan beberapa hal, yaitu:
l. Seluruh materi bacaan ada dalilnya, dan semuanya dapat dipercaya sebagai dalil dalam
beragama.
2. Yang memungkinkan muncul kritik dari materi tahlilan ini adalah dibaca secara berjamaah
(kooQ. Membaca ayat-ayat al-Qur'an dan kalimatr-kalimah thayyibah secara koor memang
tidak ada contohnya dari Rasulullah. Akan tetupi, dengan bertolak hadis tentang majlis
dzikir. Dalam suatu majlis itu tidak mungkin hanya teNdiri atas I orang. Dalam hadis tentang
ini, toh ada orang yang tidak ikut berdzikir, tetapi juga memperoleh keberkahan dengannya.
Dengan demikian berdzikir s@ara jamaah tentunya diperbolehkan. Menghukumi makruh
saja, tentunya amat gegabah. Mengapa? Hadis tentang majlis dzikir itu merupakan pesan
yang amat utama jika dilaksanakan. Teknis berdzikir dalam majlis dzikir itu tidak
disebutkan apakah secara sendiri-sendiri atau s@:ra koor. Dengan demikian pokoknya
melakukan dzikir dalam majlis dzikir itu. Jadi teknis plaksanaannya boleh secara sendirian
(infirad) maupun koor (amaah)

13
3. Agar tetap murni bersyariat dalam bertahlilan, sebaiknya jangan dicampur afau dilaksanakan
dengan peringatan hari-hari kematian seseorang sebagaimana yang terjadi dalam
Hinduisme. Kalau tetap dilaksanakan, itulah yang disebut mencampuradukkan antara ajaran
Islam dan non ajaran Islam dalam pelaksanaan ibadah. Tahlilan tidak bisa disebut hanya
sekedar budaya karena ada unsur-unsur keyakinan eskatologis di dalamnya, yaitu
pengiriman pahala, yang dikirimi pahala menjadi banyak tabungan pahalanya, dan nantinya
dihisab pahala amal shaleh mampu mengalahkan jumlah dan bobot amal buruk sehingga
menjadi selamat dari siksa kubur maupun akhirat.
4. Semoga ada manfaatnya. Hanya Allah pemilik kebenaran mutlak. Jika ada kesalahan dalam
tulisan ini, penulis mendambakan ampunan dari-Nya.

t4

Anda mungkin juga menyukai