Case
Case
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
An. D. B
Umur
4 tahun 10 bulan
Masuk RS
Jenis kelamin
laki-laki
Agama
Islam
Suku
Jawa
Alamat
Ruang
Nomor RM
330xxx
Nama ayah
Tn. L
Umur
34 tahun
Pendidikan terakhir :
STM
Pekerjaan
wiraswasta
Nama ibu
Ny. I
Umur
31 tahun
Pendidikan terakhir :
SMA
Pekerjaan
Keluhan tambahan:
berak cair
panas dan muntah
muncul
perdarahan
ringan
pada
gusi
maupun
Pengobatan dan
Tindakan
19/7/15
Diagnosis
23.04 WIB
Pasien masuk IGD RSUD Kota
U: 4 th
10 bln
BB:22kg
Semarang
S: diare lebih dari 5 kali
sehari sejak 3 hari yang lalu
Inf RL 15
tpm
2
R/S:0/3
HR:120x/
2x0,5A
Inj
O : KU/KESS
: TSS/CM
Kepala
: UUB sudah
RR:26x/
menutup
Mata
: cekung +/+
t: 38C
Hidung
: NCH (-)
N: i/t
Thorax
: simetris (+)
kuat
Inj ranitidin
ceftriaxon
3x400mg
pantau KU
cek DR dan
Widal
: supel, datar,
BU (+) meningkat
Kulit
: turgor
01.00WIB
(advice dr.Jaga
IGD)
Th:/
th10bl
BB:22kg
R/S:0/3
HR:118x/
m
RR:24x/
: TSS/ CM
2 lpm
Inf RL 15
tpm
Inj ranitidin
2x0,5A
Inj
ceftriaxon
Kepala
: UUB sudah
t: 38,7C
menutup
N: i/t
Mata
: cekung +/+
kuat
Mulut
: sianosis -
TD:
Hidung
: NCH (-)
110/70
Thorax
: simetris (+)
3x400mg
Inj PCT
250mg
Zinkid
1x20mg
Program:/
pantau KU
Abdomen
monitor tanda-
: datar, supel,
BU (+) meningkat
tanda dehidrasi
Kulit
dan kejang
: turgor
(pengawasan)
cek DR
ulang
A: GEDS
05.00 WIB
S: - diare berkurang
frekuensinya, ampas (-),
lendir (-), darah (-)
- muntah - panas hari ke 2
HR:118x/
m
RR:24x/
m
t: 37,8C
O: KU/KESS
: TSS/
somnolen
Kepala
(advice dr.Lilia,
SpA)
: UUB sudah
menutup
Mata
: cekung +/+
Mulut
: bibir kering
Th:/
2 lpm
Inf RL
N: i/t
(+)
kuat
Hidung
: NCH (-)
TD:
Thorax
: simetris (+)
100/70
: datar, supel,
BU (+) meningkat
Kulit
: turgor
15tpm
Inj Ceftri
2x500mg
Extra
obsansentrin
0,5A
Extra PCT
inj 125mg
Program:/
pantau KU
monitor tanda-
tanda dehidrasi
dan kejang
A: GEDS
Hipertermi
(pengawasan)
terapi
antibiotik 5 hari
berturut-turut
07.30 WIB
S: - muntah sering
- panas hari ke 2
O: KU/KESS
: TSB/
somnolen
Kepala
: UUB sudah
(advice dr.Lilia,
menutup
Mata
: cekung +/+
SpA)
Mulut
: kering (+)
Th:/
Hidung
: NCH (-)
Thorax
: simetris (+)
ICU
HES
retraksi (+)
cor:/ BJI-II req, m (-), g (-)
p:/ SNV+/+, rh-/-, wh-/-,
pindah
220cc/10mnt
Inf
RL220cc/1jam
Abdomen
: supel, BU (+)
meningkat
LP: 70cm
Kulit
: turgor
02 masker
6 l/mnt
Zink Stop!
Inj Ceftri
diganti
metronidazol
2x500mg
Lacto B 2x1
sachet
Program:/
Cek DR, GDS,
A: GEDB
elektrolit CITO!
08.30 WIB
di Ruang ICU
S: BAB cair 2X, panas hari ke
2
O: KU/KESS
Lemah/somnolen
: UUB sudah
advice dr.Lilia,
HR:155x/
Kepala
menutup
RR:43x/
Mata
: cekung +/+
Mulut
: kering (+)
t: 38,8C
Hidung
: NCH (-)
440cc/10mnt
Bila masih
N: i/t
Thorax
: simetris (+)
dehidrasi,
lemah
spO2:
kussmaul (+)
92%
Th:/
SpA)
: cembung,
Inf RL
diulangi lagi.
Inf RL
230cc/jam
Smecta 2x1
sachet
Natrium
5meq
Kalium
6
LP: 70cm
5meq
Kulit
: turgor
Program:/
Evauasi 4 jam
lambat
Ekstremitas : akral dingin
+/+, CRT >2/>2
A: GEDB
13.00 WIB
S: BAB cair 2X, panas hari ke
2
Os tidak bisa minum
O: Terpasang NGT cairan
HR:173x/
KU/KESS
RR:40x/
Lemah/somnolen
Kepala
t: 38,8C
menutup
N: i/t
advice dr.Lilia,
SpA)
Th:/
Inf RL total
154cc/jam
dalam 3 jam
Inf Kaen3b
: UUB sudah
+ NaCl 3% +
Mata
: cekung +/+
KCL 100cc/jam
Sucralfat
lemah
Mulut
: kering (+)
SpO2:
Hidung
: NCH (-)
98%
Thorax
: simetris (+)
: cembung,
3x1cth
Ranitidin
3x0,5A
Lacto B 3x1
sachet
Program:/
Evauasi 4 jam
Cek DR, GDS,
elektrolit
: turgor
lambat
Ekstremitas : akral dingin
+/+, Spastik, CRT
(advice dr.Lilia,
SpA)
>2/>2
Th:/
A: GEDB
80cc/jam
Nacl 5mq +
16.00 WIB
S: BAB cair 2X, ampas (+),
panas (+) hari ke 2,
HR:173x/
Inf RL
RR:40x/
KCL 5mEq
@7,5
mEq/kgBB/hari
Inf
Dopamin
KU/KESS
3mEq/kgBB/hr
Inj
: Lemah/ apatis
t: 38,8C
Kepala
: UUB sudah
N: i/t
menutup
lemah
Mata
: cekung +/+
SpO2:
Mulut
: kering (+)
98%
Hidung
: NCH (-)
Thorax
: simetris (+)
: turgor
2x800mg
Inj
Amikasin
2x120mg
Inj Dexa
3x1A
Inj
Metronidazol
Meropenem
2x500mg
Inj Ranitidin
3x20mg
Inj PCT
3x120mg
PO:
Novalgyn
3x1cth
Sukralfat
3x2cth
+/+, Spastik
2x3,5mg
Lacto B
CRT >2/>2
A: Syock Sepsis
DHF
Imbalance Elektrolit
Hematemesis susp. DIC
Curiga meningitis TB
Curiga meningitis Tifosa
Diazepam
3x1sachet
Zinc
1x20mg
Smecta
STOP!
Program:/
X-foto RLD
Konsul Bedah
untuk Vena
seksi
Cek DR,
elektrolit, IgM
Salmonella,
UR, FR, PTT,
APTT
Konsul Sp.S
21/7/15
11.00 WIB
S: Penurunan keesadaran,
U: 4th
sesak
(visit dr.Hartono
Sp.A)
10bl
Th:/
BB:22kg
warna coklat
R/S:1/4
Dilakukan Intubasi
10cc/kgBB/1jam
Lanjut Inf
A: obs. Penurunan
HR:194x/
kesadaran
RR:48x/
Imbalance Elektrolit
Hematemesis
t: 38,1C
DHF
N:i/t
GEDB
Inf RL
RL
80cc/kgBB/jam
Inj
Meropenem
2x800mg
Inj Metro
2x500mg
9
cukup
Gagal nafas
Inj
Amikasin
Sp
2x125mg
Inf PCT
94%
200mg
Program:/
Cek DR,
elektrolit, BGA
16.00 WIB
S: penurunan sadar, nafas
spontan (+)
HR:230x/
m
RR:38x/
m
t: 41C
N:i/t
cukup
(advice
dr.Hartono Sp.A)
Th:/
KU/KESS
Kepala
: TSB/Sopor
Inj Ca
Gluconase
: UUB sudah
2x5cc ac aqua
Loading RL
Mata
: cekung +/+
200cc dalam 1
Mulut
: kering (+)
jam
Hidung
: NCH (-)
Thorax
: simetris (+)
menutup
Sp
98%
kussmaul (+)
cor:/ BJI-II req, m (-), g (-)
p:/ SNV+/+, rh+/+, wh-/-,
Abdomen
: cembung,
: turgor
(advice dr.Lilia
Sp.A)
Loading
Gelofusin 160cc
dalam 10 mnt,
diulang 2x bila
HR tidak turun.
Selanjutnya
Gelo 160cc/jam
Extra inj
kalnex 125mg
+ methyl 0.5A
Dexa STOP!
10
CRT >2/>2
Ganti
methylpredniso
A: obs. Penurunan
kesadaran
ec. Syok Sepsis
Imbalance Elektrolit
Hematemesis
DHF
n 3x0.5A
SP
Dozmicum
2.5mg/jam
SP
Dopamin
diganti
GEDB
Gagal nafas
Dobutamin 5mg
Usaha PRC
250cc, FFP 3
unit bila panas
sudah turun
(<38c)
Bila HR
<160x/m
gelofusin
5cc/kgBB/jam
Program:/
Cek DR,
elektrolit,
22/7/15
08.00 WIB
(visit dr.Hartono,
spontan (+)
SpA)
Th:/
10bl
BB:22kg
5mg
Gelofusin
R/S:2/5
KU/KESS
Kepala
HR:230x/
menutup
Mata
: TSB/Sopor
Dobutamin
: UUB sudah
80cc/jam
Amikasin
: cekung +/+
2x125mg
Meporenem
11
RR:38x/
Mulut
: kering (+)
Hidung
: NCH (-)
t: 41C
Thorax
: simetris (+)
N:i/t
cukup
kussmaul (+)
Sp
98
: cembung,
: turgor
2x800mg
Metronidaz
ol 2x500mg
Inj ranitidin
3x0.5g
Inj Ca
gluconas 2x8cc
Inj Kalnex
1A
Usaha PRC,
FFP
Program:/
Cek DR,
Elektrolit
+/+, Spastik
CRT >2/>2
A: obs. Penurunan
kesadaran
ec. Syok Sepsis
Imbalance Elektrolit
Hematemesis
DHF
GEDB
Gagal nafas
(visit dr.dendy)
Th/
Lanjut
22.40 WIB
S: pasien sopor, nafas
HR:176x/
m
spontan (+)
O: Terpasang NGT dan VM
RR:28x/
12
m
t: 40C
: TSB/Sopor
N:i/t
Kepala
cukup
menutup
Sp
Mata
: cekung +/+
Mulut
: sianosis -
Hidung
: NCH (-)
Thorax
: simetris (+)
88%
pH:
7.29
pCO2:
45.6
pO2:
207.9
HCO3:
20.6
BE: -5
: UUB sudah
retraksi (+)
cor:/ BJI-II req, m (-), g (-)
p:/ SNV+/+, rh+/+, wh-/-,
Abdomen
: datar, supel,
BU (+) meningkat
Ekstremitas : akral dingin
+/+,
CRT >2/>2
A: Asidosis Respiratoris
Kompensata
Penurunan Kesadaran e.c
Syok septik
23/7/15
01.30 WIB
S: tidak ada respon
O: nadi tidak teraba
A: Cardaic Arrest
P: RJP
01.40 WIB
S: tidak ada respon
O: EKG Asystole
13
ke
Sp.OG.
Dari
hasil
USG
oleh
Sp.OG,
14
KPSP
bulan
untuk
mengetahui
apakah
Ya
clucluk.
Dapatkah
Tida
k
bayi
Gerak
halus
Ya
Tida
k
15
dinilai.
Tarik perhatian bayi dengan
Gerak
halus
Ya
Tida
k
belakang kursi?
Apakah bayi dapat memungut dua benda
Gerak
halus
Ya
Tida
k
ini.
Jika anda mengangkat bayi melalui
Gerak
kasar
Ya
Tida
k
dengan Gerak
tangannya
seperti halus
kismis,
biskuit,
benda-benda
kecil
kacang?kacangan,
dengan
gerakan
Ya
Tida
k
potongan
miring
atau
dapatkah
bayi
duduk
Ya
sendiri kasar
Tida
k
selama 60 detik?
16
Ya
dan
Tida
k
Kemandiri
9
an
Sosialisasi
dan
Kemandiri
an
Ya
Tida
k
Sosialisasi
dan
Kemandiri
an
Ya
Tida
k
badannya?
Ya = 8; Tidak = 2
Interpretasi : perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S)
Riwayat Makan dan Minum:
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 bulan. Kemudian bayi
diberi makanan pendamping ASI berupa susu formula dan
bubur milna sampai dengan usia 8 bulan. Setelah itu ASI stop
namun makanan pendamping masih tetap dan ditambah
sayuran berkuah. Anak sejak lahir sampai saat ini tidak
pernah makan nasi, lauk pauk, maupun roti. Anak hanya
makan kuah sayuran, daging ayam yang dilembekkan, dan
bubur milna.
17
Riwayat Imunisasi:
BCG
DPT/HepB1,2,3
Polio
Campak
Leher
pembesaran KGB (-)
Tenggorokan
mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, kripta melebar
(-), detritus (-)
Thorax
a. Paru
o Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
pada
keadaan
inspirasi
dan
ekspirasi,
retraksi
hipertimpani
di
keempat
kuadran
Superior
+/+
-/>2 detik
Inferior
+/+
-/>2 detik
19
20/7
00.0
09.0
13.7
12.4
11.1
10.5
38.0
27.2
36.4
31.2
2.6
Jl. trombosit (
5.6
98
180
7.18
9.8
175
121
4,21
Pemeriksaan Penunjang
20/7
S
21/7
16.0
12.00
Hematologi
/ul) [N=150-
400]
Jl. eritrosit (/ul) [N=4,2-5,4]
Kimia klinik
GDS
110
133
128
126
113
2.5
2.0
1.26
1.04
0.99
neg
IgM+1
neg
147]
Kalium (mmol/L) [N=3,5-5,2]
Kalsium (mmol/L) [N=1,121,32]
Widal
S typhi O
S typhi H
Serologi Dengue
IgM
neg
IgG
Ket:
(-)
neg
: tidak dikerjakan
neg : negatif
Faeces Rutin
Makroskopis
18/6
15/5
12.30
11.00
Coklat
20
Warna
Konsistensi
Bau
Lendir
Darah
Mikroskopis
hijau
cair
lembek
khas
negatif
negatif
khas
positif
negatif
Protein faeces
negatif
positif
Karbohidrat
positif
negatif
Lemak
positif (+1)
positif (+1)
Eritrosit
1-3
1-2
Amoeba
negatif
negatif
Telur Cacing
negatif
negatif
Leukosit
1-3
4-5
Bakteri
negatif
positif (+1)
Jamur
negatif
positif (+1)
Lain-lain
negatif
negatif
7.292
45.6
207.9
7.356
37.6 mmHg
223.9
mmHg
7.350-7.450
32.0-45.0
75.0-100.0
Calculated Data
HCO3 act.
HCO2 std.
20.6 mmol/L
20.8 mmol/L
21
BE (ecf)
BE (B)
ctCO2
Ca++ (7.4)
02 SAT
O2 CT
ctHb (est)
pO2/FIO2
pO2 (A-a) (T)
Po2 (a/A)(T)
-5.0 mmol/L
-4.5 mmol/L
21.7 mmol/L
3.04
163.9 mmHg
0.56
Entered Data
Temp.
ctHb
FIO2
41.4c
10.5 g/dL
60.0%
99.2 %
15.1 ml/dL
HASIL:
Tampak kesuraman tipis pada laterobasal hemithorax kanan, PEI:
1.81%
KESAN:
Efusi pleura minimal kanan dengan PEI: 1.81%
IV. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
22
2.4
4.6
1.7
23
Kesadaran: Sopor
Tanda vital :
HR (Nadi)
lemah
RR (Laju Nafas)
Suhu
: 64x/menit, ireguler
: 40oC (axilla)
o Auskultasi
teraba
hasil
didapatkan
Superior
+/+
>2 detik
pemeriksaan
penunjang
trombositopeni,
leukopeni,
Inferior
+/+
>2 detik
hasil
lebaoratorium
hiponatremi,
dan
24
virus
bakteri
jamur
parasit
2. Syok
Riwayat trauma
DSS
Purpura
Syok Kardiogenik
Syok Septik
25
KLB kolera
8.1 Non-medikamentosa
Pemasangan kateter urin monitor urine output
Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung dan
monitor perdarahan lambung
8.2 Medikamentosa
26
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
XI. USUL
XII. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang perjalanan
penyakit pasien
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai komplikasi
yang bisa terjadi pada pasien
3. Menerangkan mengenai pola makan dan tipe makanan
yang baik pada anak
27
TINJAUAN PUSTAKA
1. GASTROENTERITIS
1.1 Definisi
Peradangan pada saluran cerna yang dapat disebabkan
oleh virus mauun bakteri.1 dengan gejala nyeri perut, dan
diare. Diare adalah buang air besar yang lebih >3x sehari
dan dengan konsistensi yang lebih encer dari biasanya.2
1.2 Klasifikasi1-2
1.2.1 Berdasarkan lamanya diare
28
yaitu
infeksi
saluran
bahwa
penyebab
utama
Vibrio,
lamblia,
dan lainnya.
Infestasi parasit
Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides.
Infeksi jamur
Candida albicans.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh
lain di luar alat pencernaan, seperti otitis
media
akut,
tonsilofaringitis,
laktosa,
maltosa,
beracun,
alergi
terhadap makanan.
1.2.2.4 Faktor psikologis
merupakan rasa takut dan cemas. Walaupun
jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
1.2.3 Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
1.2.3.1 Diare tanpa dehidrasi
1.2.3.2 Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
1.2.3.3 Diare dengan dehidrasi berat
1.2.4 Berdasarkan tonisitas plasma
1.2.4.1 Diare dengan dehidrasi hipotonik
yaitu
bila
kadar
natrium
dalam
plasma
<130mEq/l
1.2.4.2 Diare dengan dehidrasi isotonik
yaitu bila kadar natrium dalam plasma 130150mEq/l
1.2.4.3 Diare dengan dehidrasi hipertonik
yaitu
bila
kadar
natrium
dalam
plasma
>150mEq/l
1.3 Patogenesis
1.3.1 Diare sekretorik
30
bahan-bahan
kimia,
makanan
(misalnya
gangguan
gangguan
saraf,
psikis
(ketakutan,
hawa
dingin,
gugup),
alergi
dan
sebagainya.
c.
Difesiensi
imun
terutama
SIgA
(Secretory
Immunoglobulin A)
1.3.2 Diare osmotik
Kenaikan tekanan osmotik dalam lumen usus akibat
fermentasi makanan yang tidak diserap akan menarik
air sel kedalam lumen usus sehingga terjadi diare.
Diare jenis ini terjadi karena kita menelan makanan
yang sulit diserap, baik karena memang makanan
31
(penderita
defisiensi
laktose
yang
menelan
dibandingkan
dihasilkan,
menyebabkan
sehingga
jumlah
yang
peningkatan
bayi/anak
menjadi
cengeng,
gelisah,
suhu
32
daripada
pemasukan
air
(input),
merupakan
1.5 Tatalaksana
33
34
35
36
1.6 Pencegahan
Memberikan ASI
Memperbaiki makanan pendamping ASI
Menggunakan air bersih yang cukup
Mencuci tangan
Menggunakan jamban
Membuang tinja bayi yang benar
2. SYOK SEPTIK
2.1 Definisi
Syok
adalah
suatu
sindrom
klinis
dimana
terdapat
secara
garis
besar
dapat
dibedakan
menjadi
Penyebab
1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)
3. Dehidrasi, misal karena puasa
muntah, obstruksi usus dan lain-lain
lama,
diare,
Kardiogen 1. Aritmia
ik
Bradikardi / takikardi
37
Regurgitasi mitral/aorta
Rupture septum interventrikular
Aneurisma ventrikel massif
Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
Obstruktif
Tension Pneumothorax
Tamponade jantung
Emboli Paru
Septik
Klebsiella
pneumonia,
38
mendadak
akibat gangguan emosional
Anafilaksi
s
Antibiotic
Contoh : Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol,
polimixin, ampoterisin B
Biologis
Contoh : Serum, antitoksin, peptide, toksoid
tetanus, dan gamma globulin
Makanan
Contoh : Telur, susu, dan udang/kepiting
Lain-lain
Contoh : Gigitan binatang, anestesi local
dimulai
dengan
rangsangan
endotoksin
atau
sekresi
dan
berbagai
netrofil,
sitokin
sehingga
dan
mediator,
terjadi
aktivasi
disfungsi
dan
septik didefinisikan
akut
ditandai
dengan
arteri
persisten
Perbedaan Sindroma
Sindroma sepsis
Takipneu, respirasi
>20x/m
Takikardi >90x/m
Hipertermi >38C
Hipotermi <35,6C
Hipoksemia
40
Peningkatan laktat
plasma
Oliguria, Urine 0,5
cc/kgBB dalam 1 jam
waktu 1 jam
Tidak membaik dengan
pemberian cairan, serta
penyakit syok hipovolemik,
infark miokard dan emboli
pulmonal sudah
disingkirkan
41
2.2 Epidemiologi
Dalam kurun waktu 23 tahun yang lalu bakterimia karena
infeksi bakteri gram negatif di AS yaitu antara 100.000-300.000
kasus pertahun, tetapi sekarang insiden ini meningkat menjadi
sekitar 300.000-500.000 kasus pertahun. Syok akibat sepsis
terjadi karena adanya respon sistemik pada infeksi yang seirus.
Walaupun insiden syok septik ini tak diketahui pasti namun
dalam
beberapa
tahun
terakhir
ini
cukup
tinggi
Hal
ini
limfoma,
keganasan,
obat
sitotoksis
dan
dan
gastrointestinal.
Di
AS
syok
sepsik
adalah
42
syok
septik
bila
dibandingkan
dengan
perempuan9
2.3 Etiologi
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi
atau
riketsia.
Respon
sistemik
dapat
disebabkan
oleh
antara
lain
karena
berlebihan,
meningkatnya
pemberian
penggunaan
antibiotik
obat
yang
sitotoksik
dan
rentan
infeksi
yang
dapat
hidup
lama,
serta
organ
memiliki
patogen
yang
berbeda,
seperti
di
antaranya :10
43
o
o
o
o
o
o
S aureus
Staphylococcus epidermidis
Streptococci
Clostridia
Gram-negative bacteria
Anaerobes
E coli
Proteus species
Klebsiella species
Pseudomonas species
Enterobacter species
Serratia species
Escherichia coli
Legionella species
Haemophilus species
Anaerobes
Gram-negative bacteria
Fungi
E coli
Streptococcus faecalis
Bacteroides fragilis
Acinetobacter species
Pseudomonas species
Enterobacter species
Salmonella species
44
o
o
o
o
Neisseria gonorrhoeae
Gram-negative bacteria
Streptococci
Anaerobes
Kompleks
intraseluler
CD14-LPS
melalui
nuklear
menyebabkan
factor
kappaB
transduksi
sinyal
(NFkB),
tyrosin
dan
V-chains
dari
reseptor
sel
T,
kemudian
akan
seperti
sitokin
antiinflamasi,
reseptor
sitokin
46
TNF-
permeabilitas
regulasi
dan
endotel
IL-1
pada
meningkat,
trombomodulin
endotel
ekspresi
sehingga
menyebabkan
TF,
penurunan
meningkatkan
efek
mediator
primer
akan
merangsang
pelepasan
di
sel
menimbulkan
respons
inflamasi
berupa:
47
meningkat,
menyebabkan
gangguan
hemodinamik
karena
dapat
meningkatkan
produksi
sitokin
keadaan
infeksi
terjadi
aktivasi,
migrasi
dan
walaupun
Walaupun
pada
netrofil
sepsis
berat
penting
jumlahnya
dalam
dapat
mengeradikasi
48
peningkatan
permeabilitas
kapiler.
Peningkatan
kapasitas
tidak
disebabkan
oleh
penurunan
perfusi
jaringan
faktor
humoral
substance),
dalam
malnutrisi
sirkulasi
kalori-protein,
(myocardial
translokasi
49
50
2.5 Diagnosa
Keadaan syok sepsis ditandai dengan gambaran
klinis sepsis disertai tanda-tanda syok (nadi cepat dan lemah,
ekstremitas pucat dan dingin, penurunan produksi urin, dan
penurunan tekanan darah). Gejala syok sepsis yang mengalami
hipovolemia
(takikardia,
sukar
dibedakan
vasokonstriksi
dengan
perifer,
syok
produksi
hipovolemia
urin
<
0,5
51
melemah,
mengakibatkan
fungsi
jantung
intrinsik
curah
jantung
meningkat
(terlebih
karena
meningkatnya
aliran
darah),
pada
stadium
lanjut
meningkatkan
akibatnya
VO2
ekstraksi
(pengambilan
oksigen
oksigen
perifer
dari
terganggu,
mikrosirkulasi)
hiperlaktataemia,
mungkin
hal
ini
karena
dys-oxia
52
Fase I : kompensasi
Pada
mencukupi
mengkompensasi
secara
curah
jantung
temporer
dengan
maka
jantung
meningkatkan
Fase II : Dekompensasi.
Pada
fase
ini
mekanisme
kompensasi
mulai
gagal
terganggunya
mekanisme
energi
dependent
dan
keadaan
syok
pembentukan
dengan
trombos
timbulnya
agregasi
disertai
tendensi
perdarahan.
Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara
lain histamin, serotonin, sitokin (terutama TNF=tumor necrosis
54
factor
dan
interleukin
1),
xanthin,
oxydase
yang
dapat
arteriol
dan
peningkatan
permeabilitas
kapiler
55
56
- Perdarahan
Respirotary Distress.Syndrome
Hipoksemia
Hepatobilier disfunction
Bil.>34 umol/L (2,0 mg/dL)
Harga alk. Fosfatase, SGOT, SGPt
dua kali harga normal
Central Nervous System Disf..
GCS < 15
Tabel 5. Tanda Multiple Organ Failure
2.6 Penatalaksanaan
Pasien
menggunakan
sepsis
wajib
metode
dinilai
dan
dievaluasi
dengan
Airway,
ABCDE
57
organ
dikonfirmasi,
dysfunction
beberapa
syndrome.
langkah
Saat
berikut
sepsis
sudah
sebaiknya
sudah
58
intravena.
Kultur
darah
diambil
secara
59
Venous
Catheter
yang
sekaligus
dapat
memonitor
Procalcitonin
sebagai
alternatif
penanda
ini
terganggu
sehingga
ketika
tekanan
darah
kegagalan,
namun
seringkali
akibat
60
Perbaikan hemodinamik.
Banyak pasien syok septik yang mengalami penurunan
volume intravaskuler, sebagai respon pertama harus diberikan
cairan jika terjadi penurunan tekanan darah. Cairan koloid dan
kristaloid tak diberikan. Jika disertai anemia berat perlu transfusi
darah dan CVP dipelihara antara 10-12 mmHg.
Untuk mencapai cairan yang adekuat pemberian pertama 1 L1,5 L dalam waktu 1-2 jam. Tujuan resusitasi pasien dengan
61
saturasi
oksigen
tidak
mencapai
70%
dengan
14
adalah
2-5
mg/Kg
BB/menit.
Bila
dosis
ini
gagal
levarterenol
(norepinefrin).
Bila
kombinasi
kedua
Pemakaian Antibiotik
Setelah
diagnose
sepsis
ditegakkan,
antibiotik
harus
62
Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas
melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke
tempat yang diduga sumber sepsis.14 Oleh karena pada sepsis
umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik
yang dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem
memiliki keuntungan, terutama pada keadaan dimana terjadi
proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin,
misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ. 1 Pemberian
antibiotik kombinasi juga dapat dilakukan dengan indikasi :
Sebagai
diketahui
Pasien yang
dengan netropeni
Dibutuhkan efek sinergi obat untuk kuman yang
sangat
terapi
pertama
dapat
pathogen
sebelum
imunosupresan,
(pseudomonas
hasil
kultur
khususnya
aureginosa,
enterokokus)
data
mikrobiologi
dan
klinis.
Sekali
patogen
63
Terapi Suportif
Oksigenasi
Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila
disertai dengan penurunan kesadaran atau kerja
ventilasi
yang
berat,
ventilasi
mekanik
segera
dilakukan.
Terapi cairan
64
Hipovolemia
harus
segera
diatasi
dengan
maupun koloid.1,14
Pada keadaan albumin
rendah
(<2
g/dL)
plasma,
diberikan.
Transfusi PRC
koreksi
albumin
diperlukan
pada
perlu
keadaan
Dapat
dipakai
>8g/kg.menit,norepinefrin
dopamin
0.03-1.5g/kg.menit,
2-28
g/kg/menit,
epinefrin
fosfodiesterase
Inotropik
dapat
g/kg/menit,
0.1-0.5
inhibitor
digunakan:
dopamine
3-8
g/kg/menit
atau
(amrinone
dan
milrinone).1,5,15
Bikarbonat
Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.2
atau serum bikarbonat <9 mEq/L dengan disertai
65
Akibat
gangguan
perfusi
hipovolemik/hipotensi,
organ.
segera
Bila
pasien
diperbaiki
dengan
diperlukan.
Dopamin
dosis
renal
(1-3
based
gagal
belum
ginjal
terbukti.
akut
Sebagai
dapat
terapi
dilakukan
laktat
dan
kecenderungan
lipolisis,
hipertrigliseridemia
dan
proses
dalam
praktek
ICU,
masih
perlu
66
berupa
heparin,
antitrombin
dan
tetapi
tidak
terbukti
menurunkan
mortalitas.
Kortikosteroid
Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi adrenal.
Hidrokortison dengan dosis 50 mg bolus IV 4x/hari
selama 7 hari pada pasien dengan renjatan septik
menunjukkan penurunan mortalitas dibandingkan
kontrol.
Keadaan
tanpa
syok,
kortikosteroid
endotoksin
analog
(imunoglobulin
lipopolisakarida);
poliklonal
antimediator
dan
monoklonal,
spesifik
(anti-TNF,
selenium),
inhibitor
sintesis
NO
(L-NMMA);
(kortikosteroid,
pentoksifilin,
dan
hemofiltrasi).
2.7 Prognosis
Keseluruhan angka kematian pada pasien dengan syok septik
menurun dan sekarang rata-rata 40% (kisaran 10 to 90%,
tergantung pada karakteristik pasien). Hasil yang buruk sering
mengikuti kegagalan dalam terapi agresif awal (misalnya, dalam
waktu 6 jam dari diagnosa dicurigai). Setelah laktat asidosis
berat
dengan
mapan,
asidosis
terutama
metabolik
dalam
decompensated
hubungannya
dengan
menjadi
kegagalan
3. SEPSIS
3.1 Definisi dan Epidemiologi
Sepsis adalah sindrom
respons
inflamasi
sistemik
dengan
Secara
negara
maju
Nasional
(1-5
pasien
kejadian/insidensi
1000
sepsis
68
neuromuskuler
atau
pada
pasien
yang
Takikardi
(x/menit)
si napas
(x/menit
Hitung jenis
lekosit
(x
Tekanan
darah sistolik
(mmHg)
Bayi
baru
lahir
Neonatus
Bayi
>180
>50
>180
>40
>180
>34
>34
>19,5 atau
<5
>17,5 atau
<5
<65
<75
<100
Pemeriksaan penunjang:
69
bayi
dengan
sepsis
menunjukkan
peningkatan CRP
5) Laju Endap Darah (LED)
LED dan CRP dapat bermanfaat jika disertai
dengan pemeriksaan hitung jenis lekosit. Nilai
normal:pada dua minggu pertama kehidupan,
70
mengambil tinggi
sampel darah
Biakan darah
gula darah (terapi jika
gula darah rendah)
Analisa Gas Darah
(+hitung
darah
2. Pemasangan akses IV
untuk mengembalikan
volume sirkulasi
titrasi cairan isotonik
10ml/kgBB selama 5-10
menit (ulangi 2 kali jika
diperlukan)
waspada kelebihan
cairan
pertimbangkan
pemberian adrenalin
(0,3mg/kg dalam 50 ml
D5%) atau dopamin jika
parameter fisiologi tidak
kembali normal setelah
pemberian 40ml/kgBB
71
cairan isotonis
3. Pemberian antibiotik
3. Memberi pelaporan
keadaan pasien ke DPJP
pola
kuman
penyebab
yang
sering
klinis/terjadi
cefoperazone-sulbactam
perburukan
walaupun telah
diberikan antibiotik
empiris lini
pertama
b) wabah infeksi yang
terjadi secara tiba72
tiba
Catatan: berikan semua obat melalui IV
Dengue
Haemoragic
Fever
(DHF)
atau
Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit
akibat
infeksi
dengan
virus
dengue
pada
manusia.
Sedangkan
manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa Dengue Fever
(DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF). DHF merupakan penyakit
demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan
bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan kematian.
Etiologi
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4
ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan
vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak memberi perlindungan terhadap serotipe lain.
Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup dalam sel hidup
sehingga
harus
bersaing
dengan
sel
manusia
terutama
dalam
73
74
Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mengakibatkan menifestasi klinik yang
bervariasi mulai dari asimptomatik, penyakit paling ringan (mild
undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue haemoragic
fever, sampai dengue shock syndrom. Walaupun secara epidemiologis
75
infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak
mungkin membedakan infeksi ringan atau berat.
Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus
memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4
hari, dimana virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh
manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki
sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang terinfeksi
akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam
tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh
terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan
perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. Pada
prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus
dengue adalah sebagai berikut :
Bentuk reaksi pertama
76
sebagai
akibat dari
kebocoran
pada
pembuluh
darah
yang
mengakibatkan
Dengue Fever
Manifestasi klinis infeksi dengue fever ditandai gejala-gejala
klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan.
Demam
yang
terjadi
pada
infeksi
virus
dengue
ini
timbulnya
77
mau bermain. Demam ini hanya berlangsung sekitar lima hari. Pada
saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak
(lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak tampak
agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu
demam yang berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di
tengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat
penderita sembuh (gambaran kurva panas sebagai punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera
disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada
umumnya yang dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri
punggung, dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila
digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini, di kalangan masyarakat
awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita gejalagejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul
pada saat awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan
pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari
ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada
penyakit campak. Kadang-kadang ruam tersebut hanya timbul pada
daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti
kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah panas
turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DHF selalu
disertai dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini
tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada
sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah
dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang
dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan
kecil-kecil
di
kulit (petechiae),
perdarahan
agak
besar
di
kulit
78
Berkaitan
dengan
tanda
perdarahan
ini,
pada
anak-anak
panas
selalu
disertai
dengan
perdarahan
hidung
membedakan
DHF
dengan
dengue
fever
adalah
adanya
ditanggulangi
dapat
mempengaruhi
manifestasi
gejala
79
Kondisi
tersebut
mengakibatkan
orangtua
tidak
segera
Pemeriksaan Penunjang
1. Lab darah rutin
Lekosit: dapat normal tapi biasanya lekopeni dengan dominasi
sel neutrofil, pada akhir fase demam, terjadi lekopeni dan
neutropeni serta limfositosis relatif (peningkatan sel limfosit
atipikal atau limfosit plasma biru>15% dapat dijumpai pada hari
ketiga, sebelum suhu tubuh turun atau sebelum syok terjadi)
Trombosit
80
Trombositopeni
<100.000/mm3
atau
kurang
dari
1-2
penurunan
-antiplasmin
(-antiplasmin
inhibitor)
jarang
ditemukan
- Serum komplemen menurun, hipoproteinemia, kadang-kadang
hipokloremia
- Hiponatremia
81
dari
82
IgM
pada
serum
pasien,
dapat
ditentukan
diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5 dan <6 minggu) bila
masih negatif, harus diulang, apabila pada hari sakit ke-6
masih tetap (-), msks dilaporkan sebagai (-). IgM hanya dapat
bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah infeksi sehingga tidak
boleh dijadikan satu-satunya uji diagnostik pengelolaan kasus.
Sensitivitasnya sedikit di bawah uji HI, spesifitas sama dengan
uji HI dan hanya memerlukan 1 serum akut saja. Saat ini sudah
beredar uji Elisa yang sebanding dengan uji HI hanya lebih
spesifik (IgM/IgG dengue blot, dengue rapid, dll). Pada infeksi
sekunder, IgG lebih banyak didapatkan.
4. Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan
nyamuk A albopictus
c.
Inokulasi
pada
nyamuk
dewasa
secara
83
Diagnosis
Dasar diagnosis DHF (WHO, 1997):
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7
hari.
2. Manifesatasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung
positif dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi), hematemesis atau melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai oleh nadi yang lemah, cepat disertai tekana
nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau menurun), tekanan
darah yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien jadi
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Laboratorium
Trombositopenia (< 100.000/ul) dan hemokonsentrasi (nilai hematokrit
lebih 20% dari normal).
Suhu turun
Nadi cepat tanpa demam
Tekanan nadi turun/ hipotensi
Leukopenia < 5.000/ul
84
Derajat (WHO,1997) :
I.
II.
lain.
III.
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
Diagnosis Banding
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri,
virus atau protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis,
demam
cikungunya
leptospirosis,
dan
malaria.
Adanya
penyakit
lain.
Diagnosis
banding
lain
adalah
sepsis,
suhu
lebih
tingi,
hampir
selalu
diikuti
dengan
ruam
85
Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
sebagai akibat perdarahan. Pasien DF dapat berobat jalan sedangkan
pasien DHF dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DHF
dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif. Fase kritis umumnya
terjadi pada hari sakit ketiga.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi, anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50
ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup,
susu, sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi,
beri
cairan
rumatan
80-100ml/kgBB
dalam
24
jam
berikutnya.
makanan
peroral
atau
didapatkan
nilai
hematokrit
yang
86
87
88
bersifat
suportif,
mengatasi
peningkatan
89
(biasanya
plasma).
pada
Pada
hari
DD
sakit
saat
3-5
ini
di
mana
terjadi
merupakan
tanda
90
91
masker
dengan
saturasi
95-100%
dan
kadar
92
albumin 5%
Dekstran 40
gelatin
hetastarch
Plasma
faktor
darah
Hb,
menaikkan
pembekuan
perlu
daya
atau
dihangatkan
angkut
mengoreksi
sebelum
oksigen,
koagulopati.
diberikan.
Risiko
(2)
nilai
hematokrit
cenderung
meningkat
pada
cairan
tergantung
derajat
dehidrasi
dan
kehilangan
93
<7
220
7-11
165
12-18
132
>18
88
10
100 per kg BB
10-20
>20
94
7. Rawat di PICU
Untuk memantau dan mengantisipasi perubahan sirkulasi
metabolic dengan intensif
8. Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit
Dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit. Apabila
asidosis tidak
9. Epinefrin
Bolus epinefrin diberikan pada henti jantung, bradikardi, hipotensi
yang non responsif terhadap resusitasi jantung paru dan cairan.
Dosis bolus epinefrin IV dan IO inisial adalah 0,01 mg/kgBB (0,1
ml/kgBB epinefrin 1:10000). Bila perlu dosis IV dan IO dinaikkan
95
karena
refleks
vagal
pada
intubasi
endotrakeal.
96
Untuk
pengobatan
hipokalsemia,
hiperkalemia
dan
10
ml/jam
atau
10g/kgbb/
menit
yang
selanjutnya
pada
vascular
bed
dopamin
merangsang
reseptor
97
pada
pengobatan
hipoperfusi
yang
berhubungan
98
pemberian
cairan
selanjutnya.
Tetap
dilakukan
99
- Hematokrit stabil
- Tiga hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit >50000/ul
- Tidak dijumpai distress pernafasan akibat asites atau efusi
pleura
Pencegahan
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor
dianggap
cara
yang
paling
memadai
saat
ini.
Ada
cara
pemberantasan vektor :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam
berdarah adalah malathion
untuk
membunuh
nyamuk
dewasa
jentik
(larvasida).
2. Tanpa insektisida
Menguras
bak
mandi,
tempayan,
dan
tempat
Prognosis
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya
pada DHF/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang
dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa
100
101
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Universitas
4.
Diponegoro; 2011.
IDI. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
5.
6.
7.
8.
9.
Committee.
Sepsis
102
18. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia
(2004).
Demam
103