TINJAUAN PUSTAKA
Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Kini, tanaman ini tersebar di berbagai
penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman Mangga dapat tumbuh dengan baik di
dataran rendah dan berhawa panas. Akan tetapi, ada juga yang dapat tumbuh di daerah
yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas permukaan laut. Batang pohon
Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal dan kasar dengan banyak celah-celah
kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit batang yang sudah tua biasanya
coklat keabuan sampai hitam. Pohon Mangga yang berasal dari biji pada umumnya
tegak, kuat dan tinggi sedangkan yang berasal dari sambungan atau tempel lebih
pendek dan cabang membentang. Daun yang masih muda biasanya berwarna
kemerahan, keunguan, atau kekuningan yang kemudian hari akan berubah pada bagian
permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah
berwara hijau muda. Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang
bertangkai panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya
bertaju 5. Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan
bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat
telur, hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit buah agak
tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging
buah jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau tidak, manis sampai
masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng
memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari,
ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional (Rukmana,1997).
: Plantae
Devisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotylendonae
Ordo
: Anarcardiales
Famili
: Anarcardiaceae
Genus
: Mangifera
Spesies
: Mangifera indica L
Bagian tumbuhan Mangga yang paling penting dan berguna dalam kehidupan manusia
sehari-hari, terutama bagi kesehatan adalah getah, kulit batang, buah muda, dan buah
masak. Getah Mangga dari bagian batang atau ranting dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional untuk penyakit luar, seperti eksim, kudis, dan gatal-gatal. Penyakit
rematik atau persendian nyeri dapat diobati dengan menggunakan kulit batang pohon
Mangga. Buah Mangga muda selain dapat digunakan sebagai manisan, juga berkhasiat
sebagai obat beberapa jenis penyakit. Di India Mangga yang masih hijau digunakan
sebagai obat gangguan darah, empedu, dan
Mangga muda secara teratur mempunyai daya penyembuh gangguan darah, karena
menambah kelenturan pembuluh darah, membantu pembentukan sel-sel baru,
mencegah pendarahan, dan menyembuhkan sariawan. Selain itu buah Mangga muda
dapat berkhasiat untuk mengatasi diare, disentri, wasir dan sembelit (Rukmana, 1997).
Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin,
yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Mangga juga kaya vitamin, antioksidan
seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat
membantu sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan dapat menjaga
kolesterol agar tetap normal. Mangga memiliki sifat kimia dan efek farmakologis
tertentu, yaitu bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar, penambah nafsu
makan dan antioksidan. Kandungan asam galat pada Mangga sangat baik untuk
saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik untuk kesehatan
mata, mulut, dan tenggorokan. Buah Mangga juga mengandung senyawa flavonoida.
Kandungan flavonoida dalam buah Mangga yang mempunyai gugus hidroksi bebas
dapat menghambat aktivitas sitokrom.
Flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
dan yang memiliki potensial sebagai antioksidan serta bioaktifitas sebagai obat.
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini
berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yang
terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah.
Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di
dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang
tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).
Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kirakira 1 x 109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan
dengannya. Sebahagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida
merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.
Sebagian besar flavonoida yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul
gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa
senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari
flavonoida yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang
berwarna merah, ungu dan biru. Piigmen ini juga terdapat di berbagai bagian
tumbuhan lain, misalnya buah tertentu batang, daun, dan bahkan akar. Sering
flavonoida terikat di sel epidermis. Flavonoida dalam tumbuhan mempunyai fungsi
sebagai pigmen warna, fungsi fisiologis dan patologi, aktivitas farmakologi dan
flavonoida dalam makanan.
Senyawa flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk
susunan C6 C3 C6.
Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut:
A
HO
HO
A
C3
OH
C6
C3
C6
H3CO
HO
A
HO
C3
H3CO
C6
OH
OCH3
O
A
C3
OCH3
C6
C3
R'
R''
R = R = H, R = OH
R = H, R = R = OH
R = R = R = OH
(juga, R = R = R = H)
(Sastrohamidjojo, 1996)
Pola biosintesa flavonoida pertama kali disarankan oleh Birch. Menurut Birch, pada
tahap-tahap pertama dari biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan
tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2 + C2 + C2).Kerangka C15 yang dihasilkan
dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi
yang diperlukan.
Adapun cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shkimat). Dengan
demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua
jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur shkimat dan jalur asetat
malonat.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponenkomponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding, dan alkohol yang
dihasilkan ini disebut agliko. Lazimnya, residu gula dari glikosida flavonoida alam
ialah glukosa, ramnosa, galaktosa, dan gentibiosa sehingga glikosida tersebut masingmasing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau
kecuali alga. Flavonoida yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi
(angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O- glikosida, isoflavon Cdan O-glikosida dan dihidrokhalkon, proantosinidin dan antosianin. Golongan flavon,
flavonol, khalkon, flavanon, dan isoflavon juga sering ditemukan dalam bentuk
aglikonnya.
Dari berbagai jenis flavonoid tersebut, flavon, flavonol, dan antosianin adalah
jenis yang banyak ditemukan di alam, sehingga seringkali dinyatakan sebagai
flavonoida utama. Sedangkan jenis-jenis flavonoida yang tersebar di alam dalam
jumlah yang terbatas ialah khalkon, flavanon dan leukoantosianidin.
Flavonoida O-Glikosida
Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoida O-glikosida, pada senyawa tersebut
satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula engan ikatan
hemiasetal yang tidak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoida
menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air (cairan). Sifat terakhir ini
memungkinkan penyimpanan flavonoida di dalam vakuol sel. Walaupun gugus
hidroksil pada setiap posisi dalam inti flavonoida dapat diglikosilasi.
Flavonoida C-glikosida
Gula juga terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat
langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tidak tahan asam.
Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C
hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoida. Jenis gula yang
terlibat ternyata jauh lebih sedikit daripada jenis gula pada O-glikosida, biasanya dari
jenis glukosa yang paling umum (misalnya viteksin, orientin), dan juga galaktosa
(misalnya apigenin 8-C galaktosida), ramnosa (misalnya violantin), xilosa (misalnya
visenin -1) dan arabinosa. Jenis aglikon flavonoida yang terlibat juga sangat terbatas.
Walaupun isoflavon, flavanon, dan flavonol kadang-kadang terdapat dalam bentuk
C-glikosida, sebegitu jauh hanya flavon C- glikosida yang paling lazim ditemukan.
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan
merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana
basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada
pengerjaannya masih dapat dilakukan.
O
OH
O
Struktur flavonol
2. Flavon
3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya yang mudah
didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam
pelarut inert. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin.
Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling
umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui
ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida.
2'
9 O
4'
2
1'
4
10
3'
6'
5'
Struktur flavon
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.
O
Struktur Isoflavon
4. Flavanon
Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
OH
O
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat
sebagai antioksidan.
OH
OH
HO
OH
OH
Struktur Katekin
7. Leukoantosianidin
O
OH
OH
HO
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan
buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin
ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosilasi. Antosianin ini umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan
tumbuhan tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di
lumut tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae
mengandung jenis lain dari flavonoida.
O
OH
Struktur Antosianin
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena
hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas
dalam pengembang air. (Harborne, 1996)
Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi
kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah
menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
O
HC
O
Struktur Auron
Penyebaran
pigmen
bunga
Ciri khas
merah larut dalam air, maks 515-545 nm,
tumbuhan berkayu.
antosianidin
(warna
Flavonol
Terutama
ko-pigmen Setelah
hidrolisis,
berupa
bercak
sianik dan asianik; tersebar Forestal bila disinari dengan sinar UV;
luas dalam daun.
Flavon
Seperti flavonol
Glikoflavon
Seperti flavonol
C-C;
bergerak
dengan
tanwarna;
Pigmen
bunga
kadang-kadang
berwarna merah
terutama
dalam
Citrus )
Isoflavon
pada
kertas
dengan
akar; hanya terdapat dalam pengembang air; tak ada uji warna
satu suku,Leguminosae
yang khas.
Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram.
Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam.
Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan
pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan
dipisahkan dalam suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam)
masing-masing 50 ml dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik
lebur 151-152 oC.
Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak nheksana dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal
dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10.
(Joshi, 1969).
Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan
diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan
menggunakan alumina sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga
dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi dengan campuran etil asetat : n-heksana dan
dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai
3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC (Dreyer, 1968).
Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak
MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan,
diasamkan dengan H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan
Kloroform diambil, lalu diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan
(Terpenoida atau senyawa Fenol) (Harborne, 1996).
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa
fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,
bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang
akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula,flavonoida
merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar
seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol (BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida
(DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada
flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih
mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas
dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon
yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform
(Markham, 1988).
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponenkomponen lainnya.
Ada 2 jenis teknik pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya
perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang
akan dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang
termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).
2.3.1. Kromatografi
Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang
bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas (Underwood, 1981).
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat sifat dari fasa diam,
yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut
kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa
gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi
yaitu:
1. Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):
a.kromatografi lapis tipis
b.kromatografi penukar ion
2. Fasa gerak gasfasa diam padat, yakni kromatografi gas padat
3. Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi
kertas.
4. Fasa gerak gasfasa diam zat cair, yakni :
a. kromatografi gascair
b. kromatografi kolom kapiler
Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memantau kemajuan reaksi dan untuk
mengenali komponen tertentu.
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar,
biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu
pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase
yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang.
Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap
atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam
pelarut atau campuran pelarut. Umumnya, fase diam bersifat polar, dan senyawa polar
akan melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi
tarik-menarik dipol. Senyawa polar cenderung berdekatan dengan tempat semula
dibandingkan senyawa tak polar. Senyawa tak polar kurang melekat erat pada fase
diam polar sehingga bergerak maju lebih jauh ke atas lempeng. Jadi, jarak tempuh ke
atas lempengan merupakan cerminan polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut
akan menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam sehingga memungkinkan
senyawa dalam fase gerak bergerak lebih jauh pada lempeng.
2.3.2. Kristalisasi
Pengkristalan kembali (rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat padat dengan
jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya dengan
pemanasan, dan kemudian mendinginkan larutan. Dengan memanaskan larutan,
pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan
mendingin, kelarutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap.
2.3.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran.
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimiafisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer dan data yang keluar dari instrumen ini disebut spektrum atau
spektra. Spektra dapat diartikan berupa rentangan (range) panjang gelombang atau
frekuensi. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus
disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan
detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).
Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung
pada struktur ultra elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan terlihat dari
senyawa-senyawa organik yang berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara
tingkatan-tingkatan tenaga elektronok. Disebabkan karena hal ini, maka serapan
radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisitransisi tersebut biasanya antara orbital ikatan dan orbital ikatan atau orbital pasangan
bebas dengan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang
serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari
orbital-orbital yang bersangkutan (Sastrohamidjojo,1991)
maksimum
utama (nm)
maksimum
(nm)
(dengan
nisbi)
475-560
275 (55%)
Antosianin
390-430
240-270 (32%)
Auron
365-390
240-260 (30%)
Kalkol
350-390
300 (40%)
Flavonol
250-270
300 (40%)
Flavonol
330-350
tidak ada
300-350
tidak ada
275-295
310-330 (30%)
225
310-330 (30%)
310-330
310-330 (25%)
Isoflavon
Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk
mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Dalam bidang fisika bahan,
seperti bahan bahan polimer, inframerah juga dipakai untuk mengkarakterisasi
sampel. Suatu kendala yang menyulitkan dalam mengidentifikasi senyawa dengan
inframerah adalah tidak adanya aturan yang baku untuk melakukan interpretasi
spektrum. Karena kompleksnya interaksi dalam vibrasi molekul dalam suatu senyawa
dan efek-efek eksternal yang sulit dikontrol seringkali diprediksi teoretik tidak lagi
sesuai. Pengetahuan dalam hal ini sebahagian besar diperoleh secara empiris dan
pengalaman.
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi
getaran yang berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm -1
(panjang gelombang lebih daripada 100 m) diserap oleh sebuah molekul organik dan
diubah menjadi putaran energi molekul.
Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk
menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut
dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis
jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,
karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan
karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (interaksi) beberapa
pusat vibrasi.
Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan vibrasi
lentur.
Vibrasi regang
Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu
molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak
simetri.
2.Vibrasi lentur
Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi
lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau
vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa
twisting (Noerdin, 1985)
Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton merupakan alat yang berguna pada
penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai
berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi
mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap
lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen
(Cresswell, 1982).
Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah
tetrametilsilan (TMS). Senyawa ini mempunyai beberapa kelebihan; lamban seacara
kimia, isotop magnet, serta larut dalam kebanyakan pelarut organik; TMS
memberikan puncak serapan tajam tunggal serta menyerap pada medan lebih tinggi
daripada hampir semua proton organik (Silverstein, 1986).