Nervus Fasialis
Nervus Fasialis
Disusun Oleh:
JESSIECA LIUSEN
0708112138
Pembimbing:
dr. Amsar AT, SpS
NERVUS FASIALIS
Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga bagian
depan lidah.
Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba dari
sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh n.trigeminus. Daerah overlapping
(disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum, meatus
akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga.
Komponen
Brankial eferen
Asal
Nukleus fasialis
Fungsi
Otot-otot ekspresi
wajah: M.platisma,
m.stilohioideus,
Saraf intermediat
Viseral eferen
Viseral
Nukleus
m.digastrikus
Nasal,
lakrimal,
salivatorius
kelenjar
liur
superior
(sublingual
dan
submandibular)
aferen Ganglion genikuli Pengecapan
2/3
spesial
Somatik aferen
anterior lidah
Ganglion genikuli Telinga luar, bagian
kanalis
auditorius,
permukaan
membran
luar
timpani
(sensibilitas)
Nervus fasialis
Nukleus motorik terletak pada bagian ventrolateral tegmentum pontin bawah dekat medula
oblongata. Sewaktu di tegmentum pons, akson pertama motorik berjalan dari arah sudut
pontoserebelar dan muncul di depan nervus vestibularis. Saraf intermediate muncul di antara
saraf fasialis motorik dengan vestibulokoklearis. 1
Gambar 3. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal1
Nervus Intermediate
Serat aferen gustatorius. Serat aferen pada gustatorik berasal dari ganglion geniculatum yang
berupa sel pseudounipolar dari ganglion spinalis, sebagian lagi berasal dari papil lidah dua
pertiga anterior. Serat aferen tersebut berjalan bersama dengan nervus lingualis ( cabang nervus
mandibulari V3) menuju ke korda timpani kemudian ke ganglion geniculatum menjadi nervus
intermedius dan menuju ke nukleus solitarius. Nukleus tersebut menerima impuls dari nervus
glosofaringeal (sepertiga posterior lidah) dan nervus vagus (dari epiglotis). Karena yang berperan
dalam sistem pengecapan terdiri dari 3 saraf yang berbeda maka kehilangan pengecapan total
(ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut impuls dikirim ke talamus kontralateral (nukleus
ventroposteromedial) menuju ke regio presentralis korteks area 43 dan insula area 52.1
Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis yang berasal dari
nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus menuju ganglion geniculatum
lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju glandula lakrimal serta mukosa nasal.
Sebagian lagi menuju ganglion submandibula, lewat nervus lingualis. Ganglion
submandibula bertanggung jawab untuk sekresi glandula submandibularis dan sublingualis
berupa saliva. Aferen dari sistem ini berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal
menerima input dari hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak
akan terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi lakrimasi. 1
1. Fungsi Motorik
- Pada saat diam perhatikan : 9
Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan, plika nasolabialis mendatar
dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada kelumpuhan jenis sentral (supranuklir) muka dapat
simetris waktu istirahat, kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan
misalnya ; menyeringai.
- Atas perintah : 9
Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan dan kiri). Pada
kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk mendeteksi kelemahan saraf
fasialis pada stadium dini
- Gejala Chvostek
Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok N. VII. Ketokan dilakukan
dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi otot yang disarafinya.
Pada tetani didapatkan gelaja Chvostek positif, tetapi ia dapat juga positif pada orang normal.
Dasar gejala Chvostek ialah bertambah pekanya nervus fasialis terhadap rangsang mekanik. 6
Tanda Chvostek adalah gerakan reflektorik. Cara membangkitkannya ialah sebagai
berikut. Dengan ujung jari telunjuk, tengah, dan manis cabang-cabang nervus fasialis di depan
lubang telinga diketuk-ketuk. Tanda chvostek adalh positif kalau timbul kontraksi otot-otot
fasialis sebagai jawaban atas pengetukan pangkal cabang-cabang nervus fasialis. Tanda chvostek
yang positif adalah khas bagi tetani.
2. Fungsi pengecapan
Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat menyebabkan ageusi
(hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk memeriksanya penderita disuruh
menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam
(hal ini dilakukan secra bergiliran dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak
boleh menarik lidahnya kedalam mulut, sebab bila lidah ditarik kedalam mulut, bubuk akan
tersebar melalui ludah ke bagian lainya, yaitu kesisi lidah lainnya atau kebagian belakang lidah
yang persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan yang
dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa asin dan
4 untuk rasa asam. 6
3. Produksi Kelenjar ludah
Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau palpasi
dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan terasa lebih kering/ sedikit
dari pada yang sehat). 9
4. Lainnya
Stapedial refleks
Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada telinga kanan dan
kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop diketuk dengan ujung jari. Bila ada
kelumpuhan otot stapedius, maka penderita akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung
stetoskop pada telinga yang terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali). 9
Tanda glabella
Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks menutup mata
(berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2 kali saja), kedipan mata tidak
akan timbul lagi pada orang-orang yang sehat. Positif pada penderita Parkinson. Sebaliknya,
pada orang dengan demensia, mata berkedip terus seiring dengan ketukan berturut-turut pada
glabela itu. 9
wajah sisi lainnya. Tetapi gerakan otot wajah atas perintah dan voluntar dapat
dilaksanakan secara simetrik.
2) Lesi unilateral di korteks somatomotorik menimbulkan kelemahan gerakan otot
wajah bagian bawah sisi kontralateeral. Otot wajah bagian atas, berikut muskulus
orbikularis okuli, tidak paretik, sehingga tanda bell dan lagoftalmus tidak
dijumpai.
3) Lesi unilateral nuklearis menimbulkan paresis nervus fasialis jenis LMN pada sisi
ipsilateral tanpa gejala pengiring lainnya.
4) Lesi unilateral di radiks nervus fasialis, tepat pada kolikulus fasialisnya
menimbulkan paralisis nervus fasialis LMN ipsilateeral yang bergandengan
dengan paralisis nervus abdusens dan tidak jarang disertai juga oleh sindroma
fasikulus longitudinalis medialis.
5) Lesi unilateral pada nervus fasialis disekitar meatus akustikus internus sampai
genu kanalis fasialis menimbulkan paralisis nervus fasialis LMN ipsilateeral yang
bergandengan
dengan
adanya
gangguan
pendengaran,
keseimbangan,
Gambar 12. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10
Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor. Serabut di
serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik, meningioma, kelainan
A.basilaris.6
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan gerakan ekspresi
emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan ganglia basalis. Jika bagian dari
sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi penurunan ekspresi wajah (hipomimia
atau amimia) seperti pada penyakit Parkinson, atau reaksi hiperkinetik yang menyebabkan
spasme mimetik fasial atau blefarospasme. Hubungan dengan talamus dan ganglia basalis
tersebut tidak diketahui secara terperinci.1
Bells palsi merupakan lesi idiopatik pada nervus fasialis yang terjadi pada 25 dari
100.000 orang per tahunnya. Karakteristiknya berupa paresis flasid dari semua otot wajah
(termasuk otot dahi), tergantung lokasi lesinya. 1
Gambar 13. Bells palsi tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit10
Pemberian prednisolon 1mg/kg/ hari selama 5 hari menunjukkan perbaikan klinis pada
Bells palsi. Beberapa kasus penyembuhan sempurna tanpa defisit neurologis. Beberapa di
antaranya mengalami kontraktur pada wajah atau gerakan abnormal asesorius (sinkinesia).
Sinkinesia adalah otot otot tidak dapat digerakkan satu persatu, selalu timbul gerakan bersama,
misalnya jika disuruh menutup mata maka sudut mulut pun terangkat, jika disuruh
menggembungkan pipi mata ikut merapat. Fenomena crocodile tears merupakan fenomena unik
yang terjadi di mana terjadinya lakrimasi involunter ketika pasien makan. Hal ini dapat terjadi
karena serat saraf yang tadinya menuju ke glandula salivatorius mengalami degenerasi dan
mengakibatkan berubahnya haluannya menuju ke glandula lakrimal, sehingga impuls yang
menginduksi saliva mengakibatkan terjadinya lakrimasi. Kontraktur pada wajah dapat dilihat
dengan plika nasolabial yang lebih jelas pada sisi yang sakit akibat tertariknya otot.1,6
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, Priguna. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat.
2010; 303-318.
Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat 2009;
396-402.
Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008; 159-163.
Soepardi, iskandar. Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 5. Jakarta: FK UI.
2001;85-87.
Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.1997; 139-152.
Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI. 2007; 55-60.
Juwono. Pemeriksaan Klinik neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI. 1996; 34-36.
Frotscher, Baehr. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
EDISI 4. Jakarta: EGC. 2012; 148-155.