Anda di halaman 1dari 85

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Survei tanah menurut Brady dan Weil (2002) merupakan pengamatan

yang

dilakukan

secara

sistematis,

disertai

dengan

pendeskripsian,

pengklasifikasian, dan pemetaan tanah suatu daerah tertentu. Jika kita amati, tanah
di setiap daerah akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang
terdapat di dataran tinggi bisa memiliki warna, struktur, tekstur, kelerengan, dan
komoditas yang berbeda dengan daerah di dataran rendah. Selain itu, faktor
lingkungan seperti temperatur dan curah hujan juga akan berbeda pada setiap
tempatnya. Hasil yang didapatkan dari kegiatan survei tanah adalah peta tanah
beserta dengan laporannya. Sedangkan pengertian evaluasi lahan adalah proses
penilaian atau pendugaan baik dari segi kemampuan lahan maupun kesesuaian
lahan.
Lokasi pelaksanaan fieldwork mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi
Lahan kali ini dilaksanakan di Dusun Sumbersari Desa Tawangargo Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang. Lokasi tersebut termasuk ke dalam lahan milik
Perhutani. Sebagian dari lahan tersebut ada yang digunakan untuk pemukiman
warga dan sebagian lagi untuk lahan agroforestri. Kondisi tutupan lahan disana
didominasi oleh komoditas pinus, kopi, dan semak. Ketinggian lokasi berada pada
kisaran 1000-1500 mdpl. Kemiringan lokasi bervariasi dari mulai agak miring
sampai pada kelas curam. Jika diamati secara fisiografi, kondisi kemiringan yang
curam di daerah ini bisa mengakibatkan terjadinya longsor. Selain itu, curah hujan
di lereng Gunung Arjuno ini juga tergolong sering sehingga mampu
mengakibatkan lapisan atas tanah terbawa oleh aliran air hujan (run off).
Kegiatan fieldwork bertujuan untuk mengetahui jenis tanah yang terdapat
di lereng Gunung Arjuno beserta dengan sebarannya. Selain itu, tujuan lainnya
adalah untuk mengetahui klasifikasi kemampuan lahan, klasifikasi kesesuaian
lahan aktual maupun potensial. Hal lain yang dapat didapatkan dari kegiatan
tersebut adalah adanya rekomendasi perbaikan lahan yang bisa digunakan untuk
memperbaiki kualitas lahan disana. Dari rekomendasi tersebut diharapkan adanya
cara pengelolaan lahan yang tepat dan sesuai agar lahan bisa dimanfaatkan secara
optimal.
1

1.2

Tujuan
Adapun tujuan dari fieldwork praktikum mata kuliah survei tanah dan

evaluasi lahan antara lain sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui kondisi umum wilayah survei meliputi penggunaan
wilayah dan kondisi sosial ekonomi.
2. Untuk mengetahui hasil identifikasi jenis tanah di lokasi survei tanah
meliputi morfologi tanah dan klasifikasi tanah.
3. Untuk mengetahui hasil kemampuan dan kesesuaian lahan melalui
penentuan kemampuan lahan, kesesuaian lahan aktual maupun potensial.

1.3

Manfaat
Adapun manfaat dari fieldwork praktikum matakuliah survei tanah dan

evaluasi lahan antara lain sebagai berikut.


1. Mampu mengetahui kondisi umum wilayah survei meliputi penggunaan
wilayah dan kondisi sosial ekonomi.
2. Mampu mengetahui hasil identifikasi jenis tanah di lokasi survei tanah
meliputi morfologi tanah dan klasifikasi tanah.
3. Mampu

mengetahui hasil kemampuan dan kesesuaian lahan melalui

penentuan kemampuan lahan, kesesuaian lahan aktual maupun potensial di


lokasi pengamatan

II. METODE PELAKSANAAN


2.1

Tempat dan Waktu


Pengamatan Fieldwork Survei Tanah dan Evaluasi Lahan dilaksanakan

hari Jumat sampai Minggu tanggal 24-26 April 2015 di Lereng Gunung Arjuno,
Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo,

Kecamatan Karangploso, Kabupaten

Malang, Jawa Timur.


2.2

Alat dan Bahan


Alat dan Fungsi :
a.

Alat Penggali

Nama Alat

Fungsi

Cangkul

Untuk mencangkul (menggali) tanah untuk membuat


profil tanah.

Sekop

Mempermudah dalam penggalian dan mengambil tanah


untuk membuat minipit.

Bor

Digunakan untuk mengebor tanah.

. b.

Deskripsi Lokasi

Nama Alat

Fungsi

Kompas

Digunakan untuk menetukan arah dalam mencari


titik pengamatan.

GPS
(Global Digunakan untuk menentukan titik pengamatan
Positioning
dan koordinat.
Syestem)
Klinometer

Digunakan untuk menentukan nilai kelerengan


pada setiap pengamtan.

c.

Deskripsi Tanah

Nama Alat

Fungsi

Pisau Tanah

Digunakan untuk membuat batas horison


tanah dan konsistensi tanah.

Buku Munsell Colour Chart

Digunakan untuk menentukan warna


tanah

Botol air

Sebagai tempat air.

Meteran

Digunakan untuk mengukur kedalaman


minipit dan ketebalan masing masing
horison.

Sabuk profil

Digunakan untuk menentukan batas


ketebalan horison.

Form Pengamatan

Digunakan untuk mencatat data dari


hasil survei tanah.

Papan dada

Digunakan sebagai alas untuk mencatat


data survei.

Alat tulis

Digunakan untuk mencatat dan membuat


laporan hasil survei.

Kamera

Digunakan untuk mendokumentasikan


kegiatan survei.

Kantong Plastik

Digunakan sebagai tempat sampel tanah


yang diambil.

Tali Rafia

Digunakan sebagai alat pengukur jarak


antar titik pengamatan sejauh 100 meter.

Fial Film

Sebagai tempat atau wadah untuk


menghomogenkan antara tanah dengan
aquades.

d.

Referensi Lapangan

Nama
Buku
Panduan
Lapang

Fungsi
Deskripsi Digunakan sebagai panduan untuk
mengumpulkan data hasil survei.

Buku Keys to Soil Taxonomy

Untuk menentukan jenis tanah atau


klasifikasi tanah.

Bahan dan Fungsi :


Nama Bahan

Fungsi

Air

Untuk menentukan tekstur, struktur, dan


konsistensi basah.

Tanah
pH Universal
Aquades

Objek pengamatan.
Sebagai Indikator dari nilai pH .
Sebagai
pelarut
yang
nantinya
memisahkan air dengan ogsigen.

2.3

Metode Penentuan Titik Pengamatan


Metode penentuan titik yang digunakan pada survei tanah di Desa

Tawangargo adalah metode sintetik grid kaku.


Penentuan titik awal dengan menggunakan GPS

Apabila titik yang diamati terletak di dekat pohon besar maka titik
pengamatan digeser

Penentuan titik selanjutnya digunakan peta dan kompas untuk mengetahui arah

Untuk mengetahui jarak digunakan tali rafia sepanjang 100 meter yang ditarik
lurus dari titik sebelumnya sesuai dengan sudut arah mata angin pada kompas

Penentuan titik pengamatan diawali dengan menggunakan GPS. setelah


ditemukan titik yang sesuai, pengamatan langsung dilakukan. Apabila titik yang
seharusnya dilakukan penggalian terletak didekat pohon besar maka titik digeser
agak menjauh dari pohon. Untuk penentuan titik selanjutnya, digunakanlah peta
dan kompas. Peta sebagai acuan untuk menentukan arah sudut mata angin titik
pengamatan selanjutnya. Sedangkan untuk menentukn jarak, digunakan tali rafia
spanjang 100 meter yang ditarik dari titik awal pengamatan.

2.4

Metode Pengamatan Tanah


Pembuatan minipit

Titik pembuatan minipit harus terlindung dari sinar matahari, jauh dari pohon besar,
sumber air

Minipit dibuat dengan kedalaman 50 cm

Saat minipit telah selesai digali, selanjutnya menentukan horisonnya dari


perbedaan warna dan konsistensi penampang tanahnya
Setelah minipit selesai digali, melakukan deskripsi tanah

Catat hasil dan dokumentasi penampang horison tanah

Pengeboran
Lakukan pemboran didasar minipit

Lakukan pemboran sebanyak lima kali

Amati tanah hasil pemboran tersebut

Catat hasil dan dokumentasi

Penentuan warna Tanah


Ambil sampel tanah dari setiap horison

Sampel tanah dicocokkan pada buku munsell soil colour chart

Catat hasil pengamatan

Penentuan Konsistensi
a. Konsistensi lembab
Ambil sampel tanah dari setiap horison

Tekan/remas sampel tanah dengan menggunakan jari/tangan

Catat hasil pengamatan

b. Konsistensi basah
Ambil sampel tanah dari setiap horison

Beri air secukupnya, lalu remas

Tekan sampel tanah tersebut dengan jari telunjuk dan jempol untuk kelekatan dan
bentuk menjadi gulungan untuk plastisitas

Catat Hasil Pengamatan

Penentuan Tekstur
Ambil sampel tanah dari setiap horison

Beri air sedikit demi sedikit sambil diremas atau atau digosok dengan tangan lainnya

Lalu rasakan apakah tanah tersebut halus, licin, kasar atau kombinasi dari
ketiganya

Catat Hasil Pengamatan

Penentuan Struktur
Ambil sampel tanah dari setiap horison

Pijit/belah sampel tanah tersebut dengan jari telunjuk dan jempol

Lalu amati bentuk dan ukuran sampel yang telah dipijit atau belah tesebut

Catat Hasil Pengamatan

2.5

Klasifikasi Tanah
Sebelum memulai klasifikasi tanah ada baiknya mengetahui tingkatan
klasifikasi tanah, yakni ada Ordo, Subordo, Grup, dan Subgrup

Siapkan data deskripsi minipit tanah. Seperti menentukan genetik tanah serta
penciri epipedon dan endopedon.

Menentukan ordo tanah dengan data dari penciri epipedon dan endopedon.
Dengan mencocokkan pada buku kunci taksonomi tanah

Menentukan subordo tanah dengan data hasil penentuan ordo, yang


dicocokkan dengan melihat buku kunci taksonomi tanah

Menentukan grup tanah dapat dilihat dari data sub ordo. Kemudian dilihat
pada buku kunci taksonomi tanah

Menentukan subgroup tanah dapat melihat 3 kelompok yang ada dalam


subgroup tanah yakni subgroup typic, subgroup intergrade, dan subgroup
extragrade

10

2.6

Evaluasi Lahan
2.6.1

Metode Analisis Kemampuan Lahan


Data pengamatan

Masukkan data ke kriteria klasifikasi kemampuan lahan

Menentukan kelas kemampuan lahan sesuai faktor pembatas

Menentukan Sub-kelas kemampuan lahan dan faktor pembatasnya


Dalam metode analilsis kemampuan lahan hal pertama yang dilakukan
adalah membaca data pengamatan yang telah di olah. Kemudian masukan data
tersebut kedalam kriteria klasifikasi kemampuan lahan berupa faktor penghambat/
pembatas seperti lereng, erosi, kedalaman tanah, tekstur, permeabilitas dan
drainase. Setelah itu masing-masing faktor pembatas tersebut digunakan untuk
menentukan kelas kemampuan lahan dengan melihat tabel kriteria klasifikasi
kemampuan lahan. Lalu menentukan sub-kelas kemampuan lahan dan faktor
pembatasnya.

11

Tabel 1. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan (Rayes, 2007)

FaktorPengh

KelasKemampuanLahan

ambat/

II

III

IV

VI

VII

Pembatas

II

1. Lereng

2. Kepekaan

KE1,

KE3 KE4,

erosi

K2

3. Tingkat

e0

KE5

(*)

(*)

(*)

(*)

e3

(**

e4

e5

(*)

KE5
e1

e2

erosi
4. Kedalaman

VI

)
K0

K1

K2

K2

(*)

K3

(*)

(*)

t1,t2,

t1,t2

t1,t2,t

t1,t2,t

(*)

t1,t2,t3,

t1,t2,t

t5

t3

,t3

3,t4

3,t4

t4

3,t4

sda

sda

Sda

sda

(*)

sda

Sda

t5

P2,P

P2,P P2,P3, P2,P3

PL

(*)

(*)

P5

tanah
5. Tekstur
lapisan atas
6. Tekstur
lapisan
bawah
7. Permeabilit
as

8. Drainase

P4
P4

P4

dl

d2

d3

d4

d5

(**)

(**)

d0

9. Kerikil/batu b0

b0

Bl

b2

b3

(*)

(*)

b4

O1

02

03

04

(**)

(**)

(*)

gl

g2

g3

(**

g3

(*)

(*)

an
10.

Bahaya O0

banjir
11.

Garam/ g0

salinitas

(***)

12

Menurut Sitanala (2006) Kemampuan Lahan adalah suatu sistem


klasifikasi lahan yang dikembangkan terutama untuk tujuan konservasi tanah.
Sistem

tersebut

mempertimbangkan

kelestarian lahan dalam

menopang

penggunaannya untuk pertanian secara luas, seperti untuk budidaya tanaman


pertanian umum, padang rumput, dan agroforestry. Kelas kemampuan lahan
merupakan tingkat kecocokan pola penggunaan lahan. Berdasarkan kelas
kemampuannya, lahan dikelompokkan dalam delapan kelas. Lahan kelas I sampai
IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V
sampai VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan
dengan metode faktor penghambat. Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau
sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang
paling kecil hambatan atau ancamanya sampai yang terbesar. Kemudian disusun
tabel kriteria untuk setiap kelas, penghambat yang terkecil untuk kelas yang
terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.
Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor
penghambat. Jadi kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan yang memiliki
tingkat pembatas atau penghambat (degree of limitation) yang sama jika
digunakan untuk pertanian yang umum. Tanah dikelompokan dalam delapan kelas
yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau
hambatan meningkat berturut-turut dari Kelas I sampai kelas VIII, seperti pada

13

Tabel 2. Kelas kemampuan lahan

INTENSITAS DAN PILIHAN PENGGUNAAN MENINGKAT

KELAS

KEMAMPUAN

Hutan

Penggembalaan

Pertanian

Lindung/

Produk

cagar

siter-

alam

batas

Terbatas

Sedang

Intensip

Terbatas

Sedang

Intensip

Sangat
intensip

I
II
III
IV
V
PENGGUNAAN BERKURANG

HAMBATAN/ANCAMAN MENINGKAT. KESESUAIAN DAN PILIHAN

LAHAN

VI
VII

VIII

Tanah pada kelas I sampai IV dengan pengelolaan yang baik mampu


menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman
tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan setahun), rumput untuk
pakan ternak, padang rumput atau hutan. Tanah pada Kelas V, VI, dan VII sesuai
untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan atau vegetasi alami. Dalam
beberapa hal tanah Kelas V dan VI dapat menghasilkan dan menguntungkan
untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, tanaman hias atau
bunga-bungaan dan bahkan jenis sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan
tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Tanah dalam lahan Kelas VIII
sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami. Untuk menerapkan dan menggunakan
sistem klasifikasi ini secara benar setidaknya terdapat 14 asumsi yang perlu
dimengerti (Sitanala, 2006).

14

2.6.2

Metode Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuaian Aktual
Pengumpulan data

Inventarisasi data

Mencari kelas kesesuaian lahan sesuai dengan jenis tanaman

Pengkelasan masing-masing komponen kesesuaian lahan (S1, S2, S3, N)

Menetapkan kelas kesesuaian lahan terburuk atau paling tidak sesuai

15

Kesesuaian Potensial
Kelas kesesuaian aktual masing-masing komponen

Rekomendasi masing-masing komponen kelas kesesuaian

Kelas potensial

Kelas terburuk atau paling tidak sesuai

Kelas potensial kelas terburuk

16

III. KONDISI UMUM WILAYAH


3.1

Lokasi Administrasi Wilayah


Lokasi pelaksanaan kegiatan fieldwork dilaksanakan di Desa Tawangargo,

Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa


Tawangargo merupakan salah satu desa perbatasan di wilayah Kabupaten Malang
dan Kota Batu dan merupakan bagian lereng dari Gunung Arjuno dengan luas
wilayah sebesar 654.632 ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam beberapa
peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum, pemukiman,
pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain.
Secara geografis Desa Tawangargo terletak pada posisi 75335 LS dan
1125341 BT. Secara topografi Desa Tawangargo berada di ketinggian 700 m
1000 m di atas permukaan laut dan batas wilayah Desa Tawangargo adalah
sebagai berikut.

Sebelah utara berbatasan dengan Perhutani

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Giripurno Kec. Bumiaji Kota


Batu

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pendem Kec. Junrejo Kota


Batu

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Donowarih Kec. Karangploso


Kab. Malang

3.2

Fisiografi Lahan
Pada survei tanah yang telah dilakukan di Desa Tawangargo, merupakan

daerah vulkanik karena berada dilereng Gunung Arjuno didapatkan data mengenai
fisiografi di daerah tersebut. Pengamatan dilakukan di delapan titik yang berbeda
dengan fisiografi lahan yang berbeda pula pada setiap titiknya. Titik yang diamati
memiliki ketinggian 1000-1500mdpl.
Relief makro di daerah gunung arjuno dari titik 1 hingga titik 8 masuk
dalam kategori berombak dengan lereng majemuk jika dilihat dari keseluruhan
titik yang diamati, dapat dikatakan datar apabila kelerengan dilihat dari suatu
luasan tertentu. Relief berombak dicirikan dengan bentuk lereng yang naik turun
dan terjal dengan kelerengan 20-60%, sedangkan relief datar pada titik 5 dan titik
17

7 dengan kelerengan 10-15%, termasuk relief datar jika pada suatu luasan lahan
tersebut telah ada pengolahan. Pada semua titik pengamatan yang telah dilakukan
tidak ada batuan pada profil atau minipitnya.
Aliran permukan di setiap titik berbeda, mulai dari cepat, sedang, dan
lambat. Dikatakan cepat apabila tidak ada vegetasi yang menutupi lahan tersebut
dan kelerengan yang terjal. Aliran permukaan cepat ditemukan pada titik 1, 2, 6,
dan 8. Sedangkan apabila vegetasi yang menutupi ada namun dalam jumlah tidak
banyak dan kelerengannya tidak terlalu terjal maka alirannya sedang ditemukan
pada titik 5 dan 7. Dan lambat apabila vegetasi yang menutupi berjumlah banyak
dengan kelerengan yang datar karena aliran air di permukaan ada yang
menghalangi yaitu tanaman tersebut sehingga aliran permukaannya lambat
ditemukan pada titik 3 dan 4.
Permeabilitas merupakan cepat lambatnya air merembes kedalam tanah.
Permeabilitas dari keseluruhan titik mayoritas sedang dikarenakan vegetasi yang
menutupi lahan banyak dan memiliki perakaran yang banyak pula dan jika dilihat
dari tanahnya dalam keadaan lembab berarti tanah tersebut masih dapat menyerap
air dengan baik namun apabila tanah tersebut sudah dalam keadaan kering berarti
tanah tersebut permeabilitasnya buruk. Jika dihubungkan dengan tekstur dan pori
tanah, daerah titik yang diamati secara keseluruhan memiliki tekstur lempung
berpasir dengan pori halus hingga sedang sehingga permeabilitas secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang.
Draisane alami di semua titik mulai dari lambat, sedang, dan baik. Namun
pada titik 8 drainase cepat karena pada lahan tersebut merupakan lahan tegalan
kubis tapi tanaman kubisnya telah dipanen sehingga tidak ada vegatasi yang
menutupi lahan tersebut sehingga drainase cepat. Drainase lambat atau sedang
apabila tanah ada kandungan pasir dan tutupan lahanya sedikit ditemukan pada
titik 1, 3, 4, 6, dan 7. Untuk bahaya banjir pada titik pengamatan didaerah
Tawangargo tidak ada bahaya banjir karena air dapat diserap tanah dengan baik
sehingga tidak ada kelebihan air, selain itu tidak ada sumber air yang berpotensi
untuk terjadinya banjir.
Untuk erosi hanya ditemukan pada titik 1, 2 dan 8. Pada titik 1 berupa
erosi permukaan dengan bahaya ringan karena tidak adanya tutupan lahan dan
18

erosi alur pada titik 2 dan titik 8 karena aliran air yang terlalu cepat dan tidak ada
vegetasi yang menghalangi sehingga tanah tidak mampu menahan aliran air selian
itu kelerengan juga mendukung terjadinya erosi alur. Kemiringan lahan dan tanah
yang gembur sehingga mudah terjadi erosi dengan tingkat yang ringan.
Daerah tersebut dalam penggunaan lahan umumnya masih digunakan
sebagai hutan dengan vegetasi pinus, namun ada sebagian yang telah diubah
menjadi lahan tegalanya itu ditanami kopi yang ditemukan pada titik 5 dengan
vegetasi lain yaitu talas dan singkong. Terdapat pula lahan tegalan dengan
tanaman kubis pada titik 8. Vegetasi alami yang masih mendominasi adalah
semak dan rumput gajah. Untuk sistem penanaman menggunakan sistem
tumpangsari dan untuk sumber air masih menggunakan tadah hujan namun pada
titik 6 dan titik 8 terdapat penampungan air untuk irigasi yang penyaluran
ketanaman masih manual, belum ada teknologi yang digunakan.

3.3

Karakteristik Tanah
Secara umum, kondisi tanah di lokasi survei. Dari 8 titik pengamatan, terdapat 4 titik

pengamatan yang memiliki tekstur tanah lempung berpasir, 3 titik pasir berlempung dan 1 titik
lempung liat berdebu. Jadi secara umum tanah di lokasi pengamatan memiliki fraksi tanah liat
dan pasir. Umumnya tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai warna tanah
yang hitam dan gelap. Dari 8 titik yang diamati, rata-rata warna tanah memiliki nilai 10 YR 2/1,
10 YR 3/3.
Untuk jenis struktur tanah yang ada pada titik pengamatan, dari 8 titik pengamatan,
paling banyak terdapat 6 titik memiliki tipe struktur granular, struktur di titik lainnya gumpal
membulat dan remah. Sehingga secara umum tanah di lokasi pengamatan memiliki struktur
granular. Untuk konsistensi lembab, dari 8 titik pengamatan secara umum memiliki konsistensi
lembab yaitu gembur. Sedangkan untuk konsistensi basah, dari 8 titik pengamatan secara umum,
4 titik mempunyai kelekatan tidak lekat dan keplastisan tidak plastis, 4 titik agak lekat dan agak
plastis. Untuk kondisi perakaran secara umum dari 8 titik pengamatan adalah perakarannya
banyak halus dan sedikit halus.

19

3.4

Penggunaan Lahan
Daerah survei yang terletak di Desa Tawangargo merupakan daerah yang

pegunungan, sehingga memiliki bahan induk abu vulkanik. Desa Tawangargo


merupakan daerah lereng yang memiliki macam tipe penggunaan lahan secara
tumpang sari dimana penggunaan tipe ganda merupakan jenis penggunaan lahan
yang diusahakan dengan komoditas lebih dari satu jenis pada suatu areal yang
sama. Jika dilihat dari komoditas yang diusahakan di Desa Tawangargo umumnya
didominasi oleh sektor hortikultura, tanaman pangan (singkong) dan tanaman
tahunan (kopi). Jika dilihat dari macam penggunaan lahan yang ada di Desa
Tawangargo diantaranya adalah tegalan, hutan dan perkebunan.
Pada titik pertama yang telah kami amati, penggunaan lahan yang
digunakan adalah tipe penggunaan lahan tumpang sari dengan tanaman pinus dan
rumput gajah. Pada titik kedua, penggunaan lahan dengan rumput gajah. Pada titik
ketiga, penggunaan lahan yang digunakan adalah penggunaan lahan tumpang sari
dengan tanaman pinus dan semak. Pada titik keempat, penggunaan lahan yang
dilakukan adalah tipe penggunaan lahan tumpang sari dengan tanaman-tanaman
pinus dan semak. Pada titik kelima, penggunaan lahannya secara tumpang sari
dengan tanaman kopi, singkong dan talas. Pada titik keenam, penggunaan lahan
yang dilakukan adalah penggunaan lahan secara tumpang sari dengan ditanami
oleh tanaman kopi, pisang, labu siam dan gude. Pada titik ketujuh, penggunaan
lahannya secara tumpang sari dengan tanaman kopi, semak, pisang dan kakao.
Sedangkan pada titik kedelapan tipe penggunaan lahannya ditanami oleh tanaman
kubis.

3.5

Sebaran SPT di Lokasi Survei


Sebaran Satuan Peta Tanah di Lokasi Survei di Desa Tawangargo,

Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Mendapatkan


Hasil Konsosiasi, Asosiaso, dan Kompleks.
Menurut Wambeke dan Forbes (1986), konsosiasi merupakan satuan peta
yang di dominasi oleh satu-sauan tanah dan tanah yang mirip (similiar soil).
Untuk Asosiasi tanah, yaitu sekemlompok tanah yang berhubungan secara
geografis, tersebardalam suatu satuan peta menurut pola tertentu yang dapat
20

diduga posisinya,tetapi karea kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat
di pisahkan. Sedangkan untuk kompleks tanah, merupakan sekelompok tanah dari
taksa yang bereda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam suatu deliniasi (satuan
peta) tanpa memperlihatkan polaa tertentu atau menunjukan pola yang tidak
beraturan.
Untuk hasil yang telah di dapatkan ada 46 poligon dengan satuan peta
tanah yang berbeda. Pada Konsosiasi Humic Destrudepts (HDYS) terdapat 22
poligon dari poligon 1, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 18, 19, 21, 24, 25, 29, 31, 32, 34, 35,
38, 39, 41, dan 46.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS) Typic Destrudepts (TDYS) , jadi
terdapat di 7 poligon yaitu 2 : HDYS 62% - TDYS 20 % , 16 : HDYS 50 % TDYS 37,5%, 17, 20 : HDYS 57 % - TDYS 28,5%, 27 : HDYS 72% - TDYS
19% , 36, 43: HDYS 55% - TDYS 20%.
Konsosiasi Typic Destrudepts (TDYS) terdapat 4 poligon yaitu 10, 14, 28,
dan poligon 42.
Konsosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD) terdapat 3 poligon yaitu,
9, 30, dan poligon 37.
Kompleks Humic Destrudepts (HDYS), Humic Psamentic Destrudepts
(HPD), Typic Destrudepts (TDYS), Typic Humudepts (THM) terdapat pada
poligon 8.
Kompleks Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Destrudepts
(TDYS) terdapat di poligon 13.
Asosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Destrudepts (TDYS)
terdapat pada poligon 15.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS), Humic Psamentic Destrudepts
(HPD), Andic Destrudepts (ADYS) terdapat pada poligon 23.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS), Typic Humudepts (THM) terdapat
pada poligon 26.
Asosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Hapuldant (TH),
Humic Destrudepts (HDYS) terdapat pada poligom 33.
Konsosiasi Typic Humudepts (THM) terdapat pada poligon 44.
Konsosiasi Andic Destrudepts (ADYS) Terdapat pada poligon 45.
21

Konsosiasi Typic Melanudand (TM) terdapat pada poligon 40.


Konsosiasi Humic Lytic Destrudepts (HLD) terdapat pada poligon 22.

22

IV. INDENTIFIKASI JENIS TANAH DI LOKASI SURVEI


4.1

Morfologi tanah

Titik Horizon
keke-

Simbol
Horizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab)
10 YR
2-Feb

Ap

024/0-32

24-46 / 32-53

2A

4652/5365

1 (bor)
2 (bor)
1
3 (bor)
4 (bor)

Tekstur

Struktur

Konsistensi

Perakaran

basah
AL AP
AL SP
AL AP

Kasar
(Banyak)
Sedang
(Banyak)
Halus
(Banyak)

Sedikit
(Halus)
Sedikit
(Halus)
Sedikit
(Halus)

lembab
Remah
(h-m)

Pasir
berlempung
Liat
10YR 3/3
GM (k-c)
berdebu
Liat
10YR 3/6
GM (k-c)
berdebu
Liat
10YR 4/6
berdebu
Liat
10YR 4/4
berdebu
Liat
10YR 4/3
berdebu
Liat
10 YR 2/1
Berdebu

Batas
Horizon

Pori

SG
T
SG

N-O

pH Ket.
8

N-O
-

5 (bor)

10 YR 3/1

Liat

6 (bor)

10 YR 3/1

Liat

7 (bor)

10 YR 4/6

Liat

8 (bor)

10 YR 3/6

Liat

23

Titik
ke-

Horizon
ke-

Simbol
Horizon

Konsistensi

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab)

Tekstur

Struktur

Pori
lembab

basah
Halus(B
a),Sseda
ng(Sd)
Halus(B
a),Sedan
g(Sd)

Perakaran

Batas
Horizon

Sedikit
(kecil)

J-O

Sedikit
(Kecil)

J-O

pH Ket.

0-24/0-31

7,5 YR 3/0

lempung
berpasir

GB (hh)

TL-TP

3150

10 YR 2/1

Lempug
liat berdebu

Granul
(h-h)

SG

TL-TP

Lempug
liat berdebu
Liat
berdebu
Lempung
liat berdebu

1 (bor)

10 YR 3/3

2 (bor)

7,5 YR 3/4

3 (bor)

10 YR 4/6

4 ( bor)

10 YR 4/6

Lempung

5 (bor)

10 YR 3/6

Liat

6 (bor)

7,5 YR 3/6

Liat

7 (bor)

10 YR 5/3

Liat

8 (bor)

10 YR 4/3

Liat

24

Titik Horizon
keke-

Simbol
Horizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab)

0-15

10 YR 2/1

2A

15-29

10YR 2/1

29-69/ 3669

10 YR 3/6

Bw

69-78

7,5 YR 3/4

3
1 (bor)

7,5 YR 3/4

2 (bor)

7,5 YR 4/6

3 (bor)

10 YR 4/2

4 ( bor)

7,5 YR 3/4

5 (bor)

7,5 YR 4/6

Konsistensi
Tekstur

Struktur

Pori

Perakaran

Batas
Horizon

Mh

Ket.

lembab basah
lempung
liat
berpasir
Lempug
liat
berpasir
liat
berpasir
liat
berdebu
Lempung
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berdebu

Granul
(h-h)

AL AP

Kasar
(Ba)

Banyak
(Halus)

N-R

GM (sm)

AL TP

Kasar
(Ba)

Banyak
(Halus)

N-O

SG

AL-AP

L-AP

Kasar
(Ba)
Kasar
(Ba)

Banyak
(Halus)
Sedikit
(Halus)

GM (hc)
GM (shc)

N-O

25

Titik Horizon
keke-

Simbol
Horizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab)

Tekstur

0-4/0-9

10YR 2/1

Pasir

4-12 / 4-16

14-18

14-25/14-27

2A

24-30/24-48

Struktur

Granular
(kasar)

Lempung liat
GM
7,5YR 4/6
berpasir
(sedang)
Granular
10YR 3/0 Liat berpasir
(sedang)
Lempung Granular
10 YR 2/1
berpasir
(kasar)
Pasir
GM(sedan
10 YR 3/4
berlempung
g)

Konsistensi
lembab

basah

SG

TL -AP

Pori

Perakaran

Batas
Horizon

H (sd)

Sedang
(kecil)

J-O

SG

AL -TP

H (sd)

AL -TP

H (sd)

L-AP

H (sd)

SG

TL -AP

H (sd)

Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)

pH

7
J-O
J-O

J-O

J-O

1 (bor)

7,5 YR 3/4 Liat berpasir

2 (bor)

10YR 4/3

Liat berpasir

3 (bor)

7,5 YR 3/4 Liat berdebu

4 (bor)

10 YR 3/6 Liat Berdebu

5 (bor)

10 YR 4/4

Liat berpasir

6 (bor)

10 YR 3/3

Liat berpasir

7 (bor)

7,5 YR 4/4

8 (bor)

Lempung liat
berpasir
Lempung
10 YR 3/6
berliat

Ket.

26

Titik Horion
keke

Simbol
Horizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab

Tekstr

Pasir

0-22

10 YR 3/1

22-30

10 YR 2/1

2C

30-44

10YR 2/1

44-50

10 YR 2/2

Struktur

Konsistensi

Por

Perakaran

Batas
Horizon

Banyak
(halus)

N-R

lembab

basah

SG

AL-AP

K (Ba)

SG

AL-AP

K (Ba)

AL-AP

K (Ba)

TL-AP

K (Ba)

Remah
(h-m)

Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berliat

Remah
(sh-c)
Remah (hc)
Remah
(sh-c)

Sedang
(halus)
Sedang
(halus)
Sedang
(halus)

N-O

N-R

pH

Ket

1 (bor)

10 YR 2/2

2 (bor)

10 YR 3/2

3 (bor)

10 YR 4/6

Liat berpasir

4 (bor)

10 YR 4/6

Liat Berdebu

5 (bor)

10 YR 4/4

Liat berdebu

6 (bor)

10 YR 4/4

Liat berdebu

7 (bor)

7,5 YR 4/6

Liat berdebu

8 (bor)

7,5 YR 4/6

Liat berdebu

27

Titik
ke6

Horizon
ke-

Simbol
Horizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Warna
Tanah
(lembab)

Tekstur

Struktur

Konsistensi
lembab

basah

Pori

Perakaran

Batas
Horizon

Ap

0 -22

10YR 3/3

Pasir berlem- Remah


(cukup)
pung

SG

TL-TP

H (Bi)

Banyak
(kecil)

B-O

22-43

10YR 3/4

Pasir
berlempung

Granular
(sedang)

TL-TP

H (Bi)

Banyak
(kecil)

N-R

Bw1

43-72

10YR 4/6

Pasir
berlempung

GM
(sedang)

AL-AP

H (Bi)

Sedikit
(kecil)

Ap

0-19/0-24

10 YR 2/1

Lempung
berpasir

Remah (hc)

SG

L-AP

K (Ba)

Banyak
(halus)

B-O

19-27/24-47 10 YR 2/2

AL-AP

K (Ba)

Banyak
(halus)

J-O

27-45/47-49 10 YR 3/1

Bw2

45-67

Bw3

67-110

Lempung liat Granular


berpasir
(s-c)
Lempung
berliat

Remah (h)

L-AP

K (Ba)

Sedang
(halus)

J-O

10 YR 3/3

Lempung
berpasir

Remah
(sh-m)

AL-AP

K (Ba)

Sedikit
(halus)

B-R

10 YR 3/4

Lempung
berpasir

GM (h-c)

L-AP

K (Ba)

Sedikit
(halus)

pH Ket.

28

Titik
ke-

Horizon Simbol
keHorizon

Kedalaman
Horizon
(cm)

Ap

0-16

16-26/16-49

Warna
Tanah
(lembab)

Konsistensi
Tekstur

Struktur
lembab

basah

Pori

Perakaran

Batas
Horizon

Liat Berpasir

Granular
(h-c)

SG

TL-TP

Banyak
(Halus)

B-O

7,5 YR 2/0 Liat Berpasir

Granular
(h-c)

TL-TP

Banyak
(Halus)

B-O

10 YR 3/4

pH Ket.

26-54/49-64

10 YR 2/2

Liat Berpasir

Granular
(s-k)

TL-TP

Banyak
(Halus)

B-O

Bw

54-88/64-88

10 YR 2/1

Liat Berpasir GM (s-c)

TL-AP

Banyak
(Halus)

29

4.2

Klasifikasi Tanah
4.2.1

Epipedon dan Endopedon


Titik Epipedon

Endopedon

Umbrik

Kambik

Umbrik

Kambik

Umbrik

Kambik

Okrik

Kambik

Umbrik

Kambik

Molik

Kambik

Molik

Kambik

Okrik

Kambik

Tabel 3. Data epipedon dan endopedon


Bahan induk dari setiap titik yaitu di dapat adalah abu vulkanik. Menurut
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah ( 2014 )
Abu vulkanik memiliki kadar keasaman 4 - 4.3
Berdasarkan hasil pengamatan, pada kedelapan titik tersebut telah
diidentifikasi bahwa pada titik ke 6 dan 7 adalah epipedon Molik karena Menurut
Soil Survey Staff ( 1998 ) epipedon molik tersusun dari bahan mineral, value
warna pada kondisi lembab adalah 3 atau kurang dengan chroma pada kondisi
lembab adalah 3 atau kurang dan kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih serta
kedalam lebih atau sama dengan 18 cm. . Vegetasi dari titik tersebut adalah kopi.
Menurut Anita dkk ( 2014 ), kandungan C-organik pada seresah kopi adalah 3,9
% ( rendah ). Hubungan antara C-organik dengan pH berbanding lurus. Jika Corganik rendah maka Ph rendah berati kejenuhan basa sebesar 50%.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada kedelapan titik tersebut telah
diidentifikasi bahwa pada titik ke 1, 2, 3 dan 5 adalah epipedon Umbrik. Karena
30

Pada vegetasi Pinus Menurut Sri Komarayati dkk (2004) C- organik 63,12% dan
pH 6,70 termasuk sedang.

Ciri utama umbrik Sama dengan molik kecuali

mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%.


Untuk titik 4 dan 8, telah diidentifikasi bahwa lahan tersebut memiliki
epipedon okrik karena Menurut Soil Survey Staff ( 1998 ) epipedon okrik
memiliki kedalaman kurang dari 18cm. Epipedon ini terlampau tipis. Berdasarkan
hasil pengamatan, pada kedelapan titik tersebut telah diidentifikasi bahwa pada
titik ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 adalah endopedon kambik karena Menurut Soil
Survey Staff ( 1998 ) endopedon kambik mempunyai tekstur pasir sangat halus,
pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, memiliki struktur tanah,
atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah, warna
tidak berubah saat di udara terbuka, value warna 3 atau kurang dan kroma nol atau
value warna empat atau lebih dan kroma satu atau kurang serta tidak memiliki
kombinasi akuik di dalam 50cm dari permukaan tanah.

4.2.2

Ordo Sub Ordo

Titik

Ordo

Subordo

Grup

Subgrup

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Typic Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Humik Dystrudepts

Inceptisol

Udepts

Dystrudepts

Typic Dystrudepts

Tabel 4. Data ordo sub ordo


Ordo tanah pada titik 1 sampai 8 termasuk dalam inceptisol karena
memiliki karakteristik tanah dengan horizon bawah penciri kambik (Rayes, 2007),
31

dengan epipedon umrik pada titik 1,2,3 dan 5, molik pada titik 6 dan 7 sedangkan
titik 4 dan 8 memiliki eipedon okrik. Subordo pada titik 1 hingga 8 merupakan
udepts karena pada daerah tersebut termasuk dalam rezim kelembapan tanah udik.
Rezim kelembapan tanah menyatakan ada atau tidaknya air tanah atau air
yang ditahan (Soil Survey Staff, 1999). Hal ini didasarkan atas karakteristik
bahwa kelembapan tanah tidak kering pada semua bagiannya. Selain itu rezim
kelembapan udik sangat sesuai untuk daerah tropis seperti Indonesia (daerah iklim
humid) yang mempunyai curah hujan dengan penyebaran merata atau curah hujan
tersedia sepanjang tahun. Termasuk dalam rezim kelembaban udik juga karena
pada daerah tersebut suhu tanah tahunan termasuk thermik yaitu 15-22 0C (Soil
Survey Staff, 1999).
Grup pada titik 1 sampai 8 termasuk dystrudepts karena merujuk pada sifat
udepts yang lain, dan mempunyai subgrup humik dystrudepst pada beberapa titik
selain titik 4 dan 8 yang merupakan typik dystrudep. Termasuk dalam subgrup
humik dystrudepst karena memiliki epipedon mollik umrik dan termasuk typik
dystrudep karena memiliki epipedon okrik.\

4.3

Kemampuan Lahan

Tabel 5. Titik 1 pengamatan kemampuan lahan


No. Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)
2
Drainase
3
Kedalaman Efektif
4
Tingkat Erosi
5
Batu/ Krikil
6
Bahaya Banjir
7
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Pasir berlempung
Liat berdebu
23,9
Baik
>100 cm
Ringan
Tidak ada
Tidak ada

VIII
I
IV
I
I
II
I
I

t5
t1
D
d1
K0
e1
b0
o0
VIII
Tekstur
VIIIs

32

Dari fieldwork yang dilakukan pada titik pengamatan 1, terdapat faktor


pembatas tekstur tanah lapisan atas yaitu pasir berlempung dengan subkelas
tekstur tanah (s) yang masuk dalam kelas kemampuan lahan VIII.
Tabel 6. Titik 2 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas
1

Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah

2
Lereng (%)
3
Drainase
4
Kedalaman Efektif
5
Tingkat Erosi
6
Batu/ Krikil
7
Bahaya Banjir
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode
Lempung berpasir
Lempung
liat
berdebu
23
Baik
>100 cm
Cukup
Tidak ada
Tidak ada

Kelas

t4
t2

III
I

D
d1
K0
e2
b0
o0
IV
Lereng
IVe

IV
I
I
III
I
I

Pada titik pengamatan 2, terdapat faktor pembatas yaitu lereng yang


memiliki kemiringan 23%, dengan subkelas lereng yang masuk dalam kelas
kemampuan lahan IV.
Tabel 7. Titik 3 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas
1

Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Lempung
liat t2
berdebu
b. Lapisan Bawah Liat berdebu
t1
Lereng
(%)
39,2
E
2
Drainase
Sedang
d2
3
Kedalaman Efektif
>100 cm
K0
4
Tingkat Erosi
Tidak ada
e0
5
Batu/ Krikil
Tidak ada
b0
6
Bahaya Banjir
Tidak ada
o0
7
Kelas Kemampuan Lahan
VI
Faktor Pembatas
Lereng
Sub Kelas Kemampuan Lahan
VIe

Kelas
I
I
VI
II
I
I
I
I

33

Pada titik pengamatan 3, terdapat faktor pembatas lereng yang memiliki


kemiringan 39,2%, dengan subkelas lereng yang masuk dalam kelas kemampuan
lahan VI.
Tabel 8. Titik 4 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)
2
Drainase
3
Kedalaman Efektif
4
Tingkat Erosi
5
Batu/ Krikil
6
Bahaya Banjir
7
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Pasir
Pasir berlempung
41
Sesang
>100 cm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

VIII
VIII
VI
II
I
I
I
I

t5
t5
E
D2
K0
e0
b0
o0
VIII
Tekstur
VIIIs

Pada titik pengamatan 4, terdapat faktor pembatas tekstur tanah lapisan


atas yaitu pasir, dan tekstur lapisan bawah yaitu pasir berlempung dengan
subkelas tekstur tanah (s) yang masuk dalam kelas kemampuan lahan VIII.
Tabel 9. Titik 5 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
2
Lereng (%)
3
Drainase
4
Kedalaman Efektif
5
Tingkat Erosi
6
Batu/ Krikil
7
Bahaya Banjir
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Lempung berpasir
Lempung berpasir
10
Sedang
>100
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

t4
III
t4
III
C
III
d2
II
K0
I
e0
I
b0
I
o0
I
III
Tekstur dan Lereng
IIIe,s

34

Pada titik pengamatan 5, terdapat faktor pembatas seperti lereng yang


memiliki kemiringan 10% dengan subkelas erosi (e) yang masuk dalam kelas
kemampuan lahan III. Kemudian juga terdapat faktor pembatas tekstur tanah
lapisan atas yaitu lempung berpasir, dan tekstur lapisan bawah yaitu lempung
berpasir dengan subkelas tekstur tanah (s) yang masuk dalam kelas kemampuan
lahan III.
Tabel 10. Titik 6 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)

Pasir berlempung
Pasir berlempung
37

t5
t5
E

VIII
VIII
VI

Drainase

Sedang

d2

II

Kedalaman Efektif

>100 cm

K0

Tingkat Erosi

Tidak ada

e0

Batu/ Krikil

Tidak ada

b0

Bahaya Banjir

Tidak ada

o0

Kelas Kemampuan Lahan


Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

VIII
Tekstur
VIIIs

Pada titik pengamatan 6, terdapat faktor pembatas tekstur tanah lapisan


atas yaitu pasir berlempung, dan tekstur lapisan bawah yaitu pasir berlempung
dengan subkelas tekstur tanah (s) yang masuk dalam kelas kemampuan lahan
VIII.

35

Tabel 11. Titik 7 pengamatan kemampuan lahan


No. Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
2
Lereng (%)
3
Drainase
4
Kedalaman Efektif
5
Tingkat Erosi
6
Batu/ Krikil
7
Bahaya Banjir
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Lempung berpasir
Lempung berpasir
12
Sedang
>100cm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

t4
III
t4
III
C
III
d2
II
k0
I
e0
I
b0
I
o0
I
III
Lereng dan Tekstur
IIIe,s

Pada titik pengamatan 7, terdapat faktor pembatas lereng yang memiliki


kemiringan 12% dengan subkelas erosi (e) yang masuk dalam kelas kemampuan
lahan III. Kemudian juga terdapat faktor pembatas tekstur tanah lapisan atas yaitu
lempung berpasir, dan tekstur lapisan bawah yaitu lempung berpasir dengan
subkelas tekstur tanah (s) yang masuk dalam kelas kemampuan lahan III.
Tabel 12. Titik 8 pengamatan kemampuan lahan
No. Faktor Pembatas

Kelas Kemampuan Lahan


Data
Kode

Kelas

Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)

Liat berpasir
Liat berpasir
54

t1
t1
F

I
I
VII

Drainase

Baik

d0

Kedalaman Efektif

>100 cm

K0

Tingkat Erosi

Hebat

e3

IV

Batu/ Krikil

Tidak ada

b0

Bahaya Banjir

Tidak ada

o0

Kelas Kemampuan Lahan


Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan

VII
Lereng
VIIe

36

Pada titik pengamatan 8, terdapat faktor pembatas lereng yang termasuk


dalam kelas kemampuan lahan VII.
4.4

Kesesuaian Lahan
4.4.1 Kesesuaian Lahan Aktual

Tabel 13. Titik 1 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman pinus


SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
19-21
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 2500-3000
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
baik
Media perakaran (rc)
Tekstur
Liat berdebu
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
23,9
Bahaya erosi
ringan
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997

Kelas
S1

S1

S1
S3
S1
S3
S2
S1
S1
S3
eh, rc
S3ehrc

Berdasarkan dari data hasil kesesuaian lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus, termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh)
dan tekstur tanah (rc).

37

Tabel 14. Titik 2 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman pinus


SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
19-21
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 2500-3000
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
baik
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung liat berdebu
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
23
Bahaya erosi
Cukup
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997

Kelas

S1
S1

S1
S3
S1
S3
S3
S1
S1
S3
eh, rc
S3ehrc

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3 dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh) dan
tekstur tanah (rc).

38

Tabel 15. Titik 3 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman pinus


SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
19-21
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 2500-3000
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung liat berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
39,2
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997

Kelas

S1
S1

S2
S3
S1
N
S1

S1
N
Eh
Neh

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh).

39

Tabel 16. Titik 4 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman pinus


SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
19-21
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 2500-3000
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
41
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997

Kelas

S1
S1

S2
S2
S1
N
S1
S1
S1
N
eh
Neh

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah bahaya erosi (eh).

40

Tabel 17. Titik 5 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
16-22
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
10
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997

Kelas

S1
S1

S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
oa, eh
S2oaeh

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian, pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S2,
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah drainase (oa) dan
lereng (eh).

41

Tabel 18. Titik 6 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data

Kelas

16-22
S1
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
S1
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
S2
Media perakaran (rc)
Tekstur
Pasir berlempung
N
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
57
N
Bahaya erosi
Tidak ada
S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
S1
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
N
FAKTOR PEMBATAS
eh, rc
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Nehrc
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman kopi arabika termasuk dalam kelas kesesuaian lahan
N dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi
(eh) dan tekstur tanah (rc).

42

Tabel 19. Titik 7 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
16-22
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
12
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010

Kelas

S1
S1

S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
eh,oa
S2ehoa

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada komoditas kopi arabika termasuk dalam kelas kesesuaian
lahan S2 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya
erosi (eh) dan drainase (oa)

43

Tabel 20. Titik 8 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman Kubis


Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan

SPL 1
Data

Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
13-24
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 350-800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik
Media perakaran (rc)
Tekstur
Liat bepasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
88
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
54
Bahaya erosi
Hebat
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010

Kelas

S1
S1

S1
S1
S1
N
S3
S1
S1
N
eh
Neh

Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman kubis termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi
(eh).

44

4.4.2

Kesesuaian Lahan Potensial

Tabel 21. Titik 1 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman Pinus


Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi

SPL 1
Data

Kesesuaian
Lahan
Aktual

19-21

S1

S1

25003000

S1

S1

Baik

S1

S1

Liat
berdebu
>100

S3

S3

S1

S1

23,9

S3

Ringan

S2

Bahaya banjir (fh)


Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Usaha Perbaikan

Pembuatan
terasering
Penanaman
tanaman penutup
tanah

Kesesuaia
n Lahan
Potensial

S2
S1

S1

S1

S1

S1

S3
Rc
S3rc

S3rc
rc
S3rc

Sumber : Dept. Tan. 1997


Pada titik pengamatan 1 yaitu tanaman pinus, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada
tekstur tanah (rc).

45

Tabel 22. Titik 2 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman Pinus


Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur

Bahan kasar (%)


Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi

SPL 1
Usaha Perbaikan Kesesuaia
n Lahan
Potensial

Data

Kesesuaian
Lahan
Aktual

19-21

S1

S1

25003000

S1

S1

Baik

S1

S1

Lempun
g liat
berdebu

S3

S3

>100

S1

S1

23

S3

Cukup

S3

Bahaya banjir (fh)


Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
teraserring
Penanaman
tanaman penutup
tanah

S2
S2

S1

S1

S1

S1

S3
Rc
S3rc

S3
Rc
S3rc

Sumber : Dept. Tan. 1997


Pada titik pengamatan 2 pertanaman pinus, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada
media perakaran (rc).

46

Tabel 23. Titik 3 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman pinus


Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur

Bahan kasar (%)


Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)

Data

SPL 1
Kesesuaia
Usaha
n Lahan Perbaikan
Aktual

Kesesuaian
Lahan
Potensial

19-21

S1

S1

25003000

S1

S1

Sedang

S2

S2

Lempung
liat
berpasir
>100

S3

S3

S1

S1

39,2

Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
teraserring

S3

S1

S1

S1

S1

S1

S1

N
eh, rc
Nehrc

S3
eh, rc
S3ehrc

Sumber : Dept. Tan. 1997


Pada titik pengamatan 3 pertanaman pinus, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah
lereng (eh) dan tekstur tanah (rc).

47

Tabel 24. Titik 4 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman pinus


Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur

SPL 1
Usaha
Perbaikan

Data

Kesesuaia
n Lahan
Aktual

19-21

S1

S1

25003000

S1

S1

Sedang

S2

S2

Lempung
berpasir

S2

S2

>100

S1

S1

41

Bahan kasar (%)


Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)

Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
teraserring

Kesesuaian
Lahan
Potensial

S3

S1

S1

S1

S1

S1

S1

N
eh
Neh

S3
eh
S3eh

Sumber : Dept. Tan. 1997


Pada titik pengamatan 4 pertanaman pinus, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada
bahaya erosi (eh).Tabel 23.

48

Tabel 25. Titik 5 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur

SPL 1
Usaha
Perbaikan

Data

Kesesuaia
n Lahan
Aktual

16-22

S1

S1

12001800

S1

S1

Sedang

S2

S2

Lempung
berpasir

S3

S3

S1

S1

S2
S1

S2
S1

S1

S1

S1

S1

S3
rc
S3rc

S3
rc
S3rc

Bahan kasar (%)


Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
10
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Kesesuaian
Lahan
Potensial

Sumber : Dept. Tan. 1997


Pada titik pengamatan 5 yaitu pertanaman kopi arabika, kelas kesesuaian
lahan potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh
pada tekstur tanah (rc).

49

Tabel 24. Titik 6 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur

Bahan kasar (%)


Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)

SPL 1
Usaha
Perbaikan

Data

Kesesuaia
n Lahan
Aktual

Kesesuaian
Lahan
Potensial

16-22

S1

S1

12001800

S1

S1

Sedang

S2

S2

Pasir
berlempu
ng

>100

S1

S1

57

Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
teraserring

S3

S1

S1

S1

S1

S1

S1

N
eh, rc
Nehrc

N
Rc
Nrc

Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010


Pada titik pengamatan 6 tanaman kopi arabika, kesesuaian lahan
potensialnya adalah N dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada
tekstur tanah (rc).

50

Tabel 27. Titik 7 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase

Media perakaran (rc)


Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)

SPL 1
Usaha
Perbaikan

Data

Kesesuaia
n Lahan
Aktual

Kesesuaian
Lahan
Potensial

16-22

S1

S1

12001800

S1

S1

Sedang

S2

Lempung
berpasir

S1

S1

>100

S1

S1

12

S2

Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
saluran
drainase

Pembuatan
teraserring

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S2
eh, oa
S2ehoa

S1

Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010


Pada titik pengaatan 7 pertanaman kopi arabika, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S1.

51

Tabel 28. Titik 8 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kubis


SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi

Data

Kesesuaia
n Lahan
Aktual

Usaha
Perbaikan

Kesesuaian
Lahan
Potensial

13-24

S1

S1

350-800

S1

S1

Baik

S1

S1

Liat
berpasir

S1

S1

>100

S1

S1

54

hebat

S3

Bahaya banjir (fh)


Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN

Pembuatan
teraserring
Penanaman
tanaman
penutup tanah

S3
S2

S1

S1

S1

S1

N
eh
Neh

S3
eh
S3eh

Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010


Pada titik pengamatan 8 yaitu tanaman kubis, kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada
lereng dan bahaya erosi (eh).

52

4.4.3

Rekomendasi

Pada titik pengamatan 1 yaitu dipertanaman pohon pinus, kelas kesesuaian


aktual S3rc dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah, adapun faktor
penghambat yang lain seperti lereng dan bahaya erosi. Tekstur tanah merupakan
faktor penghambat yang tidak bisa dilakukan usaha perbaikan dalam waktu
singkat. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada lahan titik pengamatan 1
adalah lereng dan bahaya erosi. Lereng dapat dinaikan kelas kesesuaian lahannya
dari S3 menjadi S1 dengan cara pembuatan terasering dilahan tersebut.
Selanjutnya usaha perbaikan untuk mengurangi bahaya erosi dengan menanam
tanaman penutup tanah, seperti rumput gajah.
Di titik pengamatan 2, juga dengan tanaman pinus, kelas kesesuaian
lahannya sama seperti pada titik pengamatan 1, dengan faktor pembatas yang
sama pula seperti tekstur tanah, lereng, dan bahaya erosi. Usaha perbaikan yang
dilakukan untuk menaikan kelas kesesuaian lahan sama halnya seperti yang
diterapkan pada titik pengamatan 1, yaitu meliputi pembuatan terasering, dan
penanaman tanaman penutup tanah.
Selanjutnya di titik pengamatan ke 3 dengan tanaman yang sama yaitu
pinus, kesesuaian lahannya adalah S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah dan
lereng. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat terasering.
Tekstur tanah tidak dapat dilakukan perbaikan karena bersifat permanen atau tidak
dapat dirubah dalam waktu singkat.
Titik pengamatan 4, masih berada diarea pertanaman pinus. Kelas
kesesuaian lahan pada titik ini untuk tanaman pinus adalah S3 dengan faktor
pembatasnya lereng. Usaha perbaikan untuk meningkatkan kelas kesesuaian
lahannya adalah dengan membuat terarsering.
Kemudian pada titik pengamatan ke 5, tanaman utamanya adalah kopi
arabika. Kelas kesesuaian lahannya adalah S3 dengan faktor pembatas utama
adalah tekstur tanah. Usaha perbaikan tidak dapat dilakukan mengingat tekstur
tanah adalah faktor pembatas yang bersifat permanen.
Titik ke 6 masih berada dipertanaman kopi arabika, kelas kesesuaian
lahannya adalah N dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah, ada pula
lereng. Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan
53

untuk tanaman kopi arabika adalah memperbaiki lereng dengan membuat


terasering.
Beralih pada titik pengamatan ke 7, dilahan ini tanaman utamanya juga
adalah kopi arabika. Kelas kesesuaian lahan untuk titik ini adalah kelas S1 atau
lahan yang sesuai untuk tanaman kopi arabika. Faktor pembatas yang ada dapat
dilakukan perbaikan sehingga dapat menaikan kelas kesesuaian lahannya, faktor
tersebut diantaranya adalah drainase dan lereng. Drainase dapat diperbaiki dengan
pembuatan saluran pembuangan air (parit), sedangkan lereng dapat diminimalisir
dengan pembuatan terasering.
Pada titik pengamatan terakhir yaitu titik ke 8, tanaman yang terdapat
dilahan tersebut adalah tanaman kubis. Kesesuaian lahannya termasuk kedalam
kelas S3 dengan faktor pembatasnya adalah lereng dan bahaya erosi. Usaha
perbaikan untuk memperbaiki lereng dengan membuat terasering. Sedangkan
untuk meminimalisir bahaya erosi sebaiknya ditanamani tanaman pohon disekitar
lahan. Fungsi dari tanaman pohon dapat mengikat atau memegang tanah dengan
sistem perakarannya.

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil klasifikasi tanah, jenis epipedon pada titik pengamatan 1,
2, 3, 5, 6, 7 termasuk kedalam epipedon molik, sedangkan pada titik pengamatan
4, 8 termasuk epipedon okrik. Kemudian untuk jenis endopedon pada semua titik
pengamatan termasuk kedalam endopedon kambik.
Jenis ordo pada semua titik pengamatan termasuk kedalam kelompok ordo
inceptisol, sedangkan subordo termasuk kedalam udepts untuk semua titik
pengamatan. Kemudian pada great grup pada semua titik pengamatan termasuk ke
dystrudept, terakhir klasifikasi sub group pada titik 1, 2, 3, 5, 6, 7 termasuk ke sub
grup humik dystrudepts, kecuali pada titik pengamatan 4, dan 8 tergolong sub
grup typic dystrudepts.
Kelas kemampuan lahan pada titik pengamatan 1, 4, 6, dan 7 termasuk
kedalam kelas kemampuan lahan VIII dengan faktor pembatas tekstur.
Selanjutnya kelas kemampuan lahan pada titik 2 termasuk kedalam kelas
kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas lereng. Kemudian kelas
kemampuan lahan pada titik ke 3 termasuk kedalam kelas kesesuaian lahanVI
dengan faktor pembatas lereng. Kelas kemampuan lahan pada titik 5 termasuk
kedalam kelas kemampuan lahan III dengan faktor pembatas tekstur dan lereng.
Kelas kemampuan lahan pada titik 8 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan
VII dengan faktor pembatas lereng.
Pada titik pengamatan 1, 2, dan 3 yaitu daerah pertanaman pinus, kelas
kesesuaian lahan aktualnya dan potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas
yang paling berpengaruh pada tekstur tanah (rc). Selanjutnya pada titik
pengamatan 4 dengan tanaman yang sama yaitu pinus, kelas kesesuaian lahan
aktualnya Neh dan potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang paling
berpengaruh pada bahaya erosi (eh). Pada titik pengamatan 5 yaitu pertanaman
kopi arabika, kelas kesesuaian lahan aktual dan potensialnya adalah S3 dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh pada tekstur tanah (rc). Pada titik
pengamatan 6 tanaman kopi arabika, kesesuaian lahan potensialnya adalah N
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh pada tekstur tanah (rc). Pada
titik pengaatan 7 pertanaman kopi arabika, kelas kesesuaian lahan aktualnya S2
55

dan kelas kesesuaian potensialnya adalah S1 dengan usaha perbaiakan pembuatan


saluran drainase dan terasering. Pada titik pengamatan 8 yaitu tanaman kubis,
kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 dengan faktor pembatas yang
paling berpengaruh pada lereng dan bahayae rosi (eh).
5.2 Saran (lahan)
Untuk faktor penghambat seperti drainase dan lereng, upaya perbaikan
yang dapat dilakukan adalah pembuatan saluran drainase pada area lahan
pertanaman, dan pembuatan terasering untuk meminimalisir lereng yang curam.
5.3 Saran (praktikum)
Agar kedepannya dapat menyediakan alat-alat survei yang lengkap, melihat
pada field work kali ini alat-alat survei sangat kurang.

56

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anita Kismi M Qifli dkk, 2014. STUDI NITRIFIKASI TANAH DENGAN
PENAMBAHAN SERESAH ASAL HUTAN ALAMI DAN
AGROFORESTRI KOPI. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1
No 2: 17-27, 2014. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
Brady, N. C. And R. R. Weil. 2004. Elements of the Nature and Properties of
Soils dalam M. Luthfil Rayes. Metode Inventarisasi Sumber Daya
Lahan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah, 2014.
DAMPAK LETUSAN GUNUNG BERAPI BAGI LINGKUNGAN
HIDUP. (Online).
http://dinpertantph.jatengprov.go.id/berita030414a.html. Diakses pada
14 Mei 2015.
Rayes, M. Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta :
ANDI
Sitanala, Arsyad (2006).Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Soil Survei Staff. (1999). Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa
Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Sri Komarayati dkk, 2014. BEBERAPA SIFAT DAN PEMANFAATAN
ARANG DARI SERASAH DAN KULIT KAYU PINUS The
Properties and Utilization of Charcoal from Pine Litter and Bark.
(Online) . http://forda-mof.org/files/3.%20Sri%20K..pdf. Diakses pada
14 Mei 2015.

57

VII. LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Deskripsi Tanah

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Titik 1
Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

: 0673738, 9134698

Ketinggian tempat

: 1216 meter

Topografi

: 23,9%

Drainase

: Drainase baik, aliran permukaan cepat


dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi permukaan dengan kelas ringan.

Vegetasi

: Pinus, rumput gajah dan semak belukar

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Penampang

Horison

Deskripsi

Ap

Coklat sangat gelap(10 YR


2/2); Nyata-berombak; Pasir
berlempung; Remah; Sangat
gembur (lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran
halus-sedikit;
Pori
kasar
banyak.

0-24/032 cm

Horison

: Epipedon umbrik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

kelembaban : udik

Coklat gelap(10 YR 3/3);


Nyataberombak;
Liat
24-46/ berdebu; Gumpal membulat;
32-53cm Teguh (lembab); Agak lekat
sangat
plastis
(basah);
Perakaran halus-sedikit; Pori
sedang banyak.
2A

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Lempung berdebu;
46-52/ Gumpal membulat; Sangat
53-65cm gembur (lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran

58

halus-sedikit;
banyak.

Pori

halus

1(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Liat berdebu.

2(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/4); Liat berdebu.

3(bor)

Coklat (10 YR 4/3); Liat


berdebu.

4(bor)

Hitam (10 YR 2/1); Liat


berdebu.

5(bor)

Abu-abu sangat gelap(10 YR


3/1); Liat.

6(bor)

Abu-abu sangat gelap(10 YR


3/1); Liat.

7(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Liat.

8(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Liat.

59

Titik 2

Penampang

Horison

Deskripsi

Abu-abu sangat gelap(7,5 YR


3/0);
Jelas-berombak;
Lempung berpasir; Gumpal
bersudut;
Gembur(lembab);
Tidak
lekat
tidak
plastis(basah);
Perakaran
halus-sedang;
Pori
halus
banyak.

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 23%

Drainase

: Drainase baik, aliran permukaan cepat dan


permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi parit dengan kelas cukup.

Vegetasi
kopi

: Pinus, rumput gajah, semak belukar dan

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

1(bor)

Coklat gelap(10 YR
Lempung liat berdebu.

Horison

: Epipedon umbrik dan endopedon kambik.

2(bor)

Rezim

: suhu : termik

Coklat gelap(7,5 YR 3/4); Liat


berdebu.

3(bor)
Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Lempung liat

0-24/031cm

Hitam(10 YR 2/1); Jelasberombak;


Lempung
liat
31-50cm berdebu; Gumpal bersudut;
Sangat gembur(lembab); Tidak
lekat tidak plastis(basah);
Perakaran halus-banyak; Pori
halus banyak.

kelembaban : udik

3/3);

60

berdebu.
4(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Lempung.

5(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Liat.

6(bor)

Coklat kuat(7,5 YR 3/6); Liat.

7(bor)

Coklat(10 YR 5/3); Liat.

8(bor)

Coklat(10 YR 4/3); Liat.

61

Titik 3

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 39,2%

Drainase

: Drainase sedang, aliran permukaan lambat


dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi tidak ada.

Vegetasi

: Pinus, semak belukar dan kopi

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

: Epipedon umbrik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Horison

Deskripsi

Hitam(10 YR 2/1); Nyata-rata;


Lempung
liat
berpasir;
Granular; Gembur (lembab);
Agak lekat agak plastis(basah);
Perakaran halus-sedikit; Pori
kasar banyak.

0-15cm

2A

kelembaban : udik

Hitam(10 YR 2/1); Nyataberombak;


Lempung
liat
15-29cm berpasir; Gumpal membulat;
Sangat gembur(lembab); Agak
lekat tidak plastis(basah);
Perakaran halus-sedang; Pori
kasar banyak.
B

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Nyata-berombak;
29-69/ Liat
berpasir;
Gumpal
36-69cm membulat;
Sangat
gembur(lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak;
Pori
kasar
banyak.
Bw

Coklat gelap(7,5 YR 3/4); Liat


berdebu; Gumpal membulat;
69-78cm Teguh(lembab); Lekat agak

62

plastis(basah);
halus- sedikit;
banyak.

Perakaran
Pori kasar

1(bor)

Coklat gelap(7,5 YR 3/4);


Lempung liat berpasir.

2(bor)

Coklat kuat(7,5 YR 4/6); Liat


berpasir.

3(bor)

Coklat gelap keabu-abuan(10


YR 4/2); Liat berpasir.

4(bor)

Coklat gelap(7,5 YR 3/4); Liat


berpasir.

5(bor)

Coklat kuat(7,5 YR 4/6); Liat


berdebu.

63

Titik 4

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 41%

Drainase

: Drainase lambat, aliran permukaan sangat


lambat dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi tidak ada.

Vegetasi

: Pinus, semak belukar dan kopi.

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

: Epipedon okrik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Horison

Deskripsi

Hitam(10 YR 2/1); Jelasberombak; Pasir; Granular;


Sangat gembur(lembab); Tidak
lekat agak plastis(basah);
Perakaran halus-sedang; Pori
halus sedikit.

0-4/09cm

kelembaban : udik

4-12/416cm

Coklat kuat(7,5 YR 4/6); Jelasberombak;


Lempung
liat
berpasir; Gumpal membulat;
Sangat gembur(lembab); Agak
lekat tidak plastis(basah);
Perakaran halus-sedikit; Pori
halus sedikit.

Abu-abu sangat gelap(10 YR


3/1); Jelas-berombak; Liat
14-18cm berpasir;
Granular;
Gembur(lembab); Tidak plastis
agak lekat(basah); Perakaran
halus-sedikit;
Pori
halus
sedikit.
C

Hitam(10 YR 2/1); Jelasberombak; Lempung berpasir;


14-25/ Granular; Sangat gembur
14-27cm (lembab); Agak lekat agak

64

plastis(basah);
halus-sedikit;
sedikit.

Perakaran
Pori
halus

2A

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/4); Pasir berlempung;
24-30/ Gumpal membulat; Sangat
24-48cm gembur (lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran
halus-sedikit;
Pori
halus
sedikit.
1(bor)

Coklat gelap(7,5 YR 3/4); Liat


berpasir.

2(bor)

Coklat(10
berpasir.

3(bor)

Coklat gelap(7,5 YR 3/4); Liat


berdebu.

4(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Liat berdebu.

5(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/4); Liat berpasir.

6(bor)

Coklat gelap(10 YR 3/3); Liat


berpasir.

YR

4/3);

7(bor)

Coklat(7,5 YR 4/4); Lempung


liat berpasir.

8(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/6); Lempung berliat.

Liat

65

Titik 5

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 10%

Drainase

: Drainase lambat, aliran permukaan


sedang dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi tidak ada.

Vegetasi

: Pinus, semak belukar, kopi, tebu, talas,


singkong, dan singkong.

Horison

Deskripsi

Abu-abu sangat gelap(10 YR


3/1); Nyata-rata; Lempung
berpasir;
Remah;
Sangat
gembur (lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak;
Pori
kasar
banyak.

0-22cm

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

: Epipedon umbrik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

kelembaban : udik

Hitam(10 YR 2/1); Nyata-rata;


Lempung berpasir; Remah;
22-30cm Sangat gembur (lembab);
Agak
lekat
agak
plastis(basah);
Perakaran
halus-sedang;
Pori
kasar
banyak.
2C

Hitam(10 YR 2/1); Nyataberombak; Lempung berpasir;


30-44cm Remah;
Gembur(lembab);
Agak
lekat
agak
plastis(basah);
Perakaran
halus-sedang;
Pori
kasar
banyak.

66

Coklat sangat gelap(10 YR


2/2);
Lempung
berpasir;
44-50cm Remah;
Gembur(lembab);
Tidak
lekat
agak
plastis(basah);
Perakaran
halus-sedang;
Pori
kasar
banyak.
1(bor)

Coklat sangat gelap(10 YR


2/2); Lempung berpasir.

2(bor)

Coklat sangat gelap keabuabuan(10 YR 3/2); Lempung


berliat.

3(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Liat berpasir.

4(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Liat berdebu.

5(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/4); Liat berdebu

6(bor)

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/4); Liat berdebu

7(bor)

Coklat kuat(7,5 YR 4/6); Liat


berdebu.

8(bor)

Coklat kuat(7,5 YR 4/6); Liat


berdebu.

67

Titik 6

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 37%

Drainase

: Drainase sedang, aliran permukaan cepat


dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi tidak ada.

Vegetasi

: Kopi, semak belukar, pisang, kacang


gude, dan labu siam

Horison

Deskripsi

Ap

Coklat gelap(10 YR 3/3);


Baurberombak;
Pasir
berlempung; Remah; Sangat
gembur(lembab); Tidak lekat
tidak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak;
Pori
halus
sedang.

0-22cm

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

: Epipedon molik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/4); Nyata-rata; Pasir
22-43cm berlempung;
Granular;
Gembur (lembab); Tidak lekat
tidak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak;
Pori
halus
sedang.
Bw1

Coklat gelap kekuningan(10


YR 4/6); Pasir berlempung;
43-72cm Gumpal
membulat;
Gembur(lembab); Agak lekat
agak plastis(basah); Perakaran
halus-sedikit; Pori sedang.

kelembaban : udik

68

Titik 7

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax. 1999

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

: 0673328, 9135132

Ketinggian tempat

: 1221 meter

Topografi

: 12%

Drainase

: Drainase sedang, aliran permukaan


sedang dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi tidak ada.

Vegetasi

: Kopi, semak belukar, pisang, dan kakao

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

Deskripsi

Ap

Hitam(10 YR 2/1); Baurberombak; Lempung berpasir;


Remah;
Sangat
gembur(lembab); Lekat agak
plastis(basah);
Perakaran
halus-banyak;
Pori
kasar
banyak.

0-19/024cm

Horison

: Epipedon molik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Coklat sangat gelap(10 YR


2/2);
Jelas-berombak;
19-27/ Lempung
liat
berpasir;
24-47cm Granular; Teguh (lembab);
Agak lekat agak plastis(basah);
Perakaran halus-banyak; Pori
kasar banyak.
B
27-45/
47-49

kelembaban : udik

Abu-abu sangat gelap(10 YR


3/1);
Jelas-berombak;
Lempung berliat; Remah;
Gembur(lembab); Lekat agak
plastis(basah);
Perakaran
halus-sedang;
Pori
kasar
banyak.

Bw2

Coklat gelap(10 YR 3/3);


Baur-rata; Lempung berpasir;
45-67cm Remah;
Gembur(lembab);

69

Agak lekat agak plastis(basah);


Perakaran halus-sedikit; Pori
kasar banyak.
Bw3
67110cm

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/4); Lempung berpasir;
Gumpal
membulat;
Gembur(lembab); Lekat agak
plastis(basah); Perakaran halus
sedikit; Pori kasar banyak.

70

Titik 8

Penampang

Klasifikasi

: Soil Tax.

Lokasi

: Lereng Gunung Arjuno Desa Tawangargo

Koordinasi

:-

Ketinggian tempat

:-

Topografi

: 54%

Drainase

: Drainase cepat, aliran permukaan cepat


dan permeabilitas sedang.

Erosi

: Erosi alur dengan kelas hebat.

Vegetasi

: Kubis, semak belukar, pisang, cabai, dan


kembang kol

Bahan induk

: Batuan beku dari kegiatan volkanik


gunung Arjuno

Horison

: Epipedon okrik dan endopedon kambik.

Rezim

: suhu : termik

Deskripsi oleh

: Kelompok E1, tanggal 25 April 2015

Horison

Deskripsi

Ap

Coklat gelap kekuningan(10


YR 3/4); Baur-berombak; Liat
berpasir; Granular; Sangat
gembur(lembab); Tidak lekat
tidak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak.

0-16cm

kelembaban : udik

1626/16 49cm

Hitam(10 YR 2/1); Baurberombak;


Liat
berpasir;
Granular;
Gembur(lembab);
Tidak
lekat
tidak
plastis(basah);
Perakaran
halus-banyak.

Coklat sangat gelap(10 YR


2/2); Baur-berombak; Liat
26-54/ berpasir;
Granular;
49-64cm Gembur(lembab); Tidak lekat
tidak plastis(basah); Perakaran
halus-banyak.
Bw

Hitam(10 YR 2/1); Liat


berpasir; Gumpal membulat;
54-88/ Gembur (lembab); Tidak lekat
64-88cm agak plastis(basah).

71

72

73

74

75

76

77

78

79

Lampiran 2. 2. Foto kondisi umum lahan

80

81

3. Peta SPT, peta kemampuan lahan, peta kesesuaian lahan aktual dan potensial.
a. Peta SPT

82

b. Peta kemampuan lahan

83

c. Peta kesesuaian aktual

84

d. Peta kesesuaian potensial

85

Anda mungkin juga menyukai