1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Survei tanah menurut Brady dan Weil (2002) merupakan pengamatan
yang
dilakukan
secara
sistematis,
disertai
dengan
pendeskripsian,
pengklasifikasian, dan pemetaan tanah suatu daerah tertentu. Jika kita amati, tanah
di setiap daerah akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang
terdapat di dataran tinggi bisa memiliki warna, struktur, tekstur, kelerengan, dan
komoditas yang berbeda dengan daerah di dataran rendah. Selain itu, faktor
lingkungan seperti temperatur dan curah hujan juga akan berbeda pada setiap
tempatnya. Hasil yang didapatkan dari kegiatan survei tanah adalah peta tanah
beserta dengan laporannya. Sedangkan pengertian evaluasi lahan adalah proses
penilaian atau pendugaan baik dari segi kemampuan lahan maupun kesesuaian
lahan.
Lokasi pelaksanaan fieldwork mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi
Lahan kali ini dilaksanakan di Dusun Sumbersari Desa Tawangargo Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang. Lokasi tersebut termasuk ke dalam lahan milik
Perhutani. Sebagian dari lahan tersebut ada yang digunakan untuk pemukiman
warga dan sebagian lagi untuk lahan agroforestri. Kondisi tutupan lahan disana
didominasi oleh komoditas pinus, kopi, dan semak. Ketinggian lokasi berada pada
kisaran 1000-1500 mdpl. Kemiringan lokasi bervariasi dari mulai agak miring
sampai pada kelas curam. Jika diamati secara fisiografi, kondisi kemiringan yang
curam di daerah ini bisa mengakibatkan terjadinya longsor. Selain itu, curah hujan
di lereng Gunung Arjuno ini juga tergolong sering sehingga mampu
mengakibatkan lapisan atas tanah terbawa oleh aliran air hujan (run off).
Kegiatan fieldwork bertujuan untuk mengetahui jenis tanah yang terdapat
di lereng Gunung Arjuno beserta dengan sebarannya. Selain itu, tujuan lainnya
adalah untuk mengetahui klasifikasi kemampuan lahan, klasifikasi kesesuaian
lahan aktual maupun potensial. Hal lain yang dapat didapatkan dari kegiatan
tersebut adalah adanya rekomendasi perbaikan lahan yang bisa digunakan untuk
memperbaiki kualitas lahan disana. Dari rekomendasi tersebut diharapkan adanya
cara pengelolaan lahan yang tepat dan sesuai agar lahan bisa dimanfaatkan secara
optimal.
1
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari fieldwork praktikum mata kuliah survei tanah dan
1.3
Manfaat
Adapun manfaat dari fieldwork praktikum matakuliah survei tanah dan
hari Jumat sampai Minggu tanggal 24-26 April 2015 di Lereng Gunung Arjuno,
Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo,
Alat Penggali
Nama Alat
Fungsi
Cangkul
Sekop
Bor
. b.
Deskripsi Lokasi
Nama Alat
Fungsi
Kompas
GPS
(Global Digunakan untuk menentukan titik pengamatan
Positioning
dan koordinat.
Syestem)
Klinometer
c.
Deskripsi Tanah
Nama Alat
Fungsi
Pisau Tanah
Botol air
Meteran
Sabuk profil
Form Pengamatan
Papan dada
Alat tulis
Kamera
Kantong Plastik
Tali Rafia
Fial Film
d.
Referensi Lapangan
Nama
Buku
Panduan
Lapang
Fungsi
Deskripsi Digunakan sebagai panduan untuk
mengumpulkan data hasil survei.
Fungsi
Air
Tanah
pH Universal
Aquades
Objek pengamatan.
Sebagai Indikator dari nilai pH .
Sebagai
pelarut
yang
nantinya
memisahkan air dengan ogsigen.
2.3
Apabila titik yang diamati terletak di dekat pohon besar maka titik
pengamatan digeser
Penentuan titik selanjutnya digunakan peta dan kompas untuk mengetahui arah
Untuk mengetahui jarak digunakan tali rafia sepanjang 100 meter yang ditarik
lurus dari titik sebelumnya sesuai dengan sudut arah mata angin pada kompas
2.4
Titik pembuatan minipit harus terlindung dari sinar matahari, jauh dari pohon besar,
sumber air
Pengeboran
Lakukan pemboran didasar minipit
Penentuan Konsistensi
a. Konsistensi lembab
Ambil sampel tanah dari setiap horison
b. Konsistensi basah
Ambil sampel tanah dari setiap horison
Tekan sampel tanah tersebut dengan jari telunjuk dan jempol untuk kelekatan dan
bentuk menjadi gulungan untuk plastisitas
Penentuan Tekstur
Ambil sampel tanah dari setiap horison
Beri air sedikit demi sedikit sambil diremas atau atau digosok dengan tangan lainnya
Lalu rasakan apakah tanah tersebut halus, licin, kasar atau kombinasi dari
ketiganya
Penentuan Struktur
Ambil sampel tanah dari setiap horison
Lalu amati bentuk dan ukuran sampel yang telah dipijit atau belah tesebut
2.5
Klasifikasi Tanah
Sebelum memulai klasifikasi tanah ada baiknya mengetahui tingkatan
klasifikasi tanah, yakni ada Ordo, Subordo, Grup, dan Subgrup
Siapkan data deskripsi minipit tanah. Seperti menentukan genetik tanah serta
penciri epipedon dan endopedon.
Menentukan ordo tanah dengan data dari penciri epipedon dan endopedon.
Dengan mencocokkan pada buku kunci taksonomi tanah
Menentukan grup tanah dapat dilihat dari data sub ordo. Kemudian dilihat
pada buku kunci taksonomi tanah
10
2.6
Evaluasi Lahan
2.6.1
11
FaktorPengh
KelasKemampuanLahan
ambat/
II
III
IV
VI
VII
Pembatas
II
1. Lereng
2. Kepekaan
KE1,
KE3 KE4,
erosi
K2
3. Tingkat
e0
KE5
(*)
(*)
(*)
(*)
e3
(**
e4
e5
(*)
KE5
e1
e2
erosi
4. Kedalaman
VI
)
K0
K1
K2
K2
(*)
K3
(*)
(*)
t1,t2,
t1,t2
t1,t2,t
t1,t2,t
(*)
t1,t2,t3,
t1,t2,t
t5
t3
,t3
3,t4
3,t4
t4
3,t4
sda
sda
Sda
sda
(*)
sda
Sda
t5
P2,P
PL
(*)
(*)
P5
tanah
5. Tekstur
lapisan atas
6. Tekstur
lapisan
bawah
7. Permeabilit
as
8. Drainase
P4
P4
P4
dl
d2
d3
d4
d5
(**)
(**)
d0
9. Kerikil/batu b0
b0
Bl
b2
b3
(*)
(*)
b4
O1
02
03
04
(**)
(**)
(*)
gl
g2
g3
(**
g3
(*)
(*)
an
10.
Bahaya O0
banjir
11.
Garam/ g0
salinitas
(***)
12
tersebut
mempertimbangkan
menopang
13
KELAS
KEMAMPUAN
Hutan
Penggembalaan
Pertanian
Lindung/
Produk
cagar
siter-
alam
batas
Terbatas
Sedang
Intensip
Terbatas
Sedang
Intensip
Sangat
intensip
I
II
III
IV
V
PENGGUNAAN BERKURANG
LAHAN
VI
VII
VIII
14
2.6.2
Kesesuaian Aktual
Pengumpulan data
Inventarisasi data
15
Kesesuaian Potensial
Kelas kesesuaian aktual masing-masing komponen
Kelas potensial
16
3.2
Fisiografi Lahan
Pada survei tanah yang telah dilakukan di Desa Tawangargo, merupakan
daerah vulkanik karena berada dilereng Gunung Arjuno didapatkan data mengenai
fisiografi di daerah tersebut. Pengamatan dilakukan di delapan titik yang berbeda
dengan fisiografi lahan yang berbeda pula pada setiap titiknya. Titik yang diamati
memiliki ketinggian 1000-1500mdpl.
Relief makro di daerah gunung arjuno dari titik 1 hingga titik 8 masuk
dalam kategori berombak dengan lereng majemuk jika dilihat dari keseluruhan
titik yang diamati, dapat dikatakan datar apabila kelerengan dilihat dari suatu
luasan tertentu. Relief berombak dicirikan dengan bentuk lereng yang naik turun
dan terjal dengan kelerengan 20-60%, sedangkan relief datar pada titik 5 dan titik
17
7 dengan kelerengan 10-15%, termasuk relief datar jika pada suatu luasan lahan
tersebut telah ada pengolahan. Pada semua titik pengamatan yang telah dilakukan
tidak ada batuan pada profil atau minipitnya.
Aliran permukan di setiap titik berbeda, mulai dari cepat, sedang, dan
lambat. Dikatakan cepat apabila tidak ada vegetasi yang menutupi lahan tersebut
dan kelerengan yang terjal. Aliran permukaan cepat ditemukan pada titik 1, 2, 6,
dan 8. Sedangkan apabila vegetasi yang menutupi ada namun dalam jumlah tidak
banyak dan kelerengannya tidak terlalu terjal maka alirannya sedang ditemukan
pada titik 5 dan 7. Dan lambat apabila vegetasi yang menutupi berjumlah banyak
dengan kelerengan yang datar karena aliran air di permukaan ada yang
menghalangi yaitu tanaman tersebut sehingga aliran permukaannya lambat
ditemukan pada titik 3 dan 4.
Permeabilitas merupakan cepat lambatnya air merembes kedalam tanah.
Permeabilitas dari keseluruhan titik mayoritas sedang dikarenakan vegetasi yang
menutupi lahan banyak dan memiliki perakaran yang banyak pula dan jika dilihat
dari tanahnya dalam keadaan lembab berarti tanah tersebut masih dapat menyerap
air dengan baik namun apabila tanah tersebut sudah dalam keadaan kering berarti
tanah tersebut permeabilitasnya buruk. Jika dihubungkan dengan tekstur dan pori
tanah, daerah titik yang diamati secara keseluruhan memiliki tekstur lempung
berpasir dengan pori halus hingga sedang sehingga permeabilitas secara
keseluruhan masuk dalam kategori sedang.
Draisane alami di semua titik mulai dari lambat, sedang, dan baik. Namun
pada titik 8 drainase cepat karena pada lahan tersebut merupakan lahan tegalan
kubis tapi tanaman kubisnya telah dipanen sehingga tidak ada vegatasi yang
menutupi lahan tersebut sehingga drainase cepat. Drainase lambat atau sedang
apabila tanah ada kandungan pasir dan tutupan lahanya sedikit ditemukan pada
titik 1, 3, 4, 6, dan 7. Untuk bahaya banjir pada titik pengamatan didaerah
Tawangargo tidak ada bahaya banjir karena air dapat diserap tanah dengan baik
sehingga tidak ada kelebihan air, selain itu tidak ada sumber air yang berpotensi
untuk terjadinya banjir.
Untuk erosi hanya ditemukan pada titik 1, 2 dan 8. Pada titik 1 berupa
erosi permukaan dengan bahaya ringan karena tidak adanya tutupan lahan dan
18
erosi alur pada titik 2 dan titik 8 karena aliran air yang terlalu cepat dan tidak ada
vegetasi yang menghalangi sehingga tanah tidak mampu menahan aliran air selian
itu kelerengan juga mendukung terjadinya erosi alur. Kemiringan lahan dan tanah
yang gembur sehingga mudah terjadi erosi dengan tingkat yang ringan.
Daerah tersebut dalam penggunaan lahan umumnya masih digunakan
sebagai hutan dengan vegetasi pinus, namun ada sebagian yang telah diubah
menjadi lahan tegalanya itu ditanami kopi yang ditemukan pada titik 5 dengan
vegetasi lain yaitu talas dan singkong. Terdapat pula lahan tegalan dengan
tanaman kubis pada titik 8. Vegetasi alami yang masih mendominasi adalah
semak dan rumput gajah. Untuk sistem penanaman menggunakan sistem
tumpangsari dan untuk sumber air masih menggunakan tadah hujan namun pada
titik 6 dan titik 8 terdapat penampungan air untuk irigasi yang penyaluran
ketanaman masih manual, belum ada teknologi yang digunakan.
3.3
Karakteristik Tanah
Secara umum, kondisi tanah di lokasi survei. Dari 8 titik pengamatan, terdapat 4 titik
pengamatan yang memiliki tekstur tanah lempung berpasir, 3 titik pasir berlempung dan 1 titik
lempung liat berdebu. Jadi secara umum tanah di lokasi pengamatan memiliki fraksi tanah liat
dan pasir. Umumnya tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai warna tanah
yang hitam dan gelap. Dari 8 titik yang diamati, rata-rata warna tanah memiliki nilai 10 YR 2/1,
10 YR 3/3.
Untuk jenis struktur tanah yang ada pada titik pengamatan, dari 8 titik pengamatan,
paling banyak terdapat 6 titik memiliki tipe struktur granular, struktur di titik lainnya gumpal
membulat dan remah. Sehingga secara umum tanah di lokasi pengamatan memiliki struktur
granular. Untuk konsistensi lembab, dari 8 titik pengamatan secara umum memiliki konsistensi
lembab yaitu gembur. Sedangkan untuk konsistensi basah, dari 8 titik pengamatan secara umum,
4 titik mempunyai kelekatan tidak lekat dan keplastisan tidak plastis, 4 titik agak lekat dan agak
plastis. Untuk kondisi perakaran secara umum dari 8 titik pengamatan adalah perakarannya
banyak halus dan sedikit halus.
19
3.4
Penggunaan Lahan
Daerah survei yang terletak di Desa Tawangargo merupakan daerah yang
3.5
diduga posisinya,tetapi karea kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat
di pisahkan. Sedangkan untuk kompleks tanah, merupakan sekelompok tanah dari
taksa yang bereda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam suatu deliniasi (satuan
peta) tanpa memperlihatkan polaa tertentu atau menunjukan pola yang tidak
beraturan.
Untuk hasil yang telah di dapatkan ada 46 poligon dengan satuan peta
tanah yang berbeda. Pada Konsosiasi Humic Destrudepts (HDYS) terdapat 22
poligon dari poligon 1, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 18, 19, 21, 24, 25, 29, 31, 32, 34, 35,
38, 39, 41, dan 46.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS) Typic Destrudepts (TDYS) , jadi
terdapat di 7 poligon yaitu 2 : HDYS 62% - TDYS 20 % , 16 : HDYS 50 % TDYS 37,5%, 17, 20 : HDYS 57 % - TDYS 28,5%, 27 : HDYS 72% - TDYS
19% , 36, 43: HDYS 55% - TDYS 20%.
Konsosiasi Typic Destrudepts (TDYS) terdapat 4 poligon yaitu 10, 14, 28,
dan poligon 42.
Konsosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD) terdapat 3 poligon yaitu,
9, 30, dan poligon 37.
Kompleks Humic Destrudepts (HDYS), Humic Psamentic Destrudepts
(HPD), Typic Destrudepts (TDYS), Typic Humudepts (THM) terdapat pada
poligon 8.
Kompleks Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Destrudepts
(TDYS) terdapat di poligon 13.
Asosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Destrudepts (TDYS)
terdapat pada poligon 15.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS), Humic Psamentic Destrudepts
(HPD), Andic Destrudepts (ADYS) terdapat pada poligon 23.
Asosiasi Humic Destrudepts (HDYS), Typic Humudepts (THM) terdapat
pada poligon 26.
Asosiasi Humic Psamentic Destrudepts (HPD), Typic Hapuldant (TH),
Humic Destrudepts (HDYS) terdapat pada poligom 33.
Konsosiasi Typic Humudepts (THM) terdapat pada poligon 44.
Konsosiasi Andic Destrudepts (ADYS) Terdapat pada poligon 45.
21
22
Morfologi tanah
Titik Horizon
keke-
Simbol
Horizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab)
10 YR
2-Feb
Ap
024/0-32
24-46 / 32-53
2A
4652/5365
1 (bor)
2 (bor)
1
3 (bor)
4 (bor)
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Perakaran
basah
AL AP
AL SP
AL AP
Kasar
(Banyak)
Sedang
(Banyak)
Halus
(Banyak)
Sedikit
(Halus)
Sedikit
(Halus)
Sedikit
(Halus)
lembab
Remah
(h-m)
Pasir
berlempung
Liat
10YR 3/3
GM (k-c)
berdebu
Liat
10YR 3/6
GM (k-c)
berdebu
Liat
10YR 4/6
berdebu
Liat
10YR 4/4
berdebu
Liat
10YR 4/3
berdebu
Liat
10 YR 2/1
Berdebu
Batas
Horizon
Pori
SG
T
SG
N-O
pH Ket.
8
N-O
-
5 (bor)
10 YR 3/1
Liat
6 (bor)
10 YR 3/1
Liat
7 (bor)
10 YR 4/6
Liat
8 (bor)
10 YR 3/6
Liat
23
Titik
ke-
Horizon
ke-
Simbol
Horizon
Konsistensi
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab)
Tekstur
Struktur
Pori
lembab
basah
Halus(B
a),Sseda
ng(Sd)
Halus(B
a),Sedan
g(Sd)
Perakaran
Batas
Horizon
Sedikit
(kecil)
J-O
Sedikit
(Kecil)
J-O
pH Ket.
0-24/0-31
7,5 YR 3/0
lempung
berpasir
GB (hh)
TL-TP
3150
10 YR 2/1
Lempug
liat berdebu
Granul
(h-h)
SG
TL-TP
Lempug
liat berdebu
Liat
berdebu
Lempung
liat berdebu
1 (bor)
10 YR 3/3
2 (bor)
7,5 YR 3/4
3 (bor)
10 YR 4/6
4 ( bor)
10 YR 4/6
Lempung
5 (bor)
10 YR 3/6
Liat
6 (bor)
7,5 YR 3/6
Liat
7 (bor)
10 YR 5/3
Liat
8 (bor)
10 YR 4/3
Liat
24
Titik Horizon
keke-
Simbol
Horizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab)
0-15
10 YR 2/1
2A
15-29
10YR 2/1
29-69/ 3669
10 YR 3/6
Bw
69-78
7,5 YR 3/4
3
1 (bor)
7,5 YR 3/4
2 (bor)
7,5 YR 4/6
3 (bor)
10 YR 4/2
4 ( bor)
7,5 YR 3/4
5 (bor)
7,5 YR 4/6
Konsistensi
Tekstur
Struktur
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
Mh
Ket.
lembab basah
lempung
liat
berpasir
Lempug
liat
berpasir
liat
berpasir
liat
berdebu
Lempung
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berpasir
Liat
Berdebu
Granul
(h-h)
AL AP
Kasar
(Ba)
Banyak
(Halus)
N-R
GM (sm)
AL TP
Kasar
(Ba)
Banyak
(Halus)
N-O
SG
AL-AP
L-AP
Kasar
(Ba)
Kasar
(Ba)
Banyak
(Halus)
Sedikit
(Halus)
GM (hc)
GM (shc)
N-O
25
Titik Horizon
keke-
Simbol
Horizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab)
Tekstur
0-4/0-9
10YR 2/1
Pasir
4-12 / 4-16
14-18
14-25/14-27
2A
24-30/24-48
Struktur
Granular
(kasar)
Lempung liat
GM
7,5YR 4/6
berpasir
(sedang)
Granular
10YR 3/0 Liat berpasir
(sedang)
Lempung Granular
10 YR 2/1
berpasir
(kasar)
Pasir
GM(sedan
10 YR 3/4
berlempung
g)
Konsistensi
lembab
basah
SG
TL -AP
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
H (sd)
Sedang
(kecil)
J-O
SG
AL -TP
H (sd)
AL -TP
H (sd)
L-AP
H (sd)
SG
TL -AP
H (sd)
Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)
Sedikit
(Kecil)
pH
7
J-O
J-O
J-O
J-O
1 (bor)
2 (bor)
10YR 4/3
Liat berpasir
3 (bor)
4 (bor)
5 (bor)
10 YR 4/4
Liat berpasir
6 (bor)
10 YR 3/3
Liat berpasir
7 (bor)
7,5 YR 4/4
8 (bor)
Lempung liat
berpasir
Lempung
10 YR 3/6
berliat
Ket.
26
Titik Horion
keke
Simbol
Horizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab
Tekstr
Pasir
0-22
10 YR 3/1
22-30
10 YR 2/1
2C
30-44
10YR 2/1
44-50
10 YR 2/2
Struktur
Konsistensi
Por
Perakaran
Batas
Horizon
Banyak
(halus)
N-R
lembab
basah
SG
AL-AP
K (Ba)
SG
AL-AP
K (Ba)
AL-AP
K (Ba)
TL-AP
K (Ba)
Remah
(h-m)
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
Lempung
berliat
Remah
(sh-c)
Remah (hc)
Remah
(sh-c)
Sedang
(halus)
Sedang
(halus)
Sedang
(halus)
N-O
N-R
pH
Ket
1 (bor)
10 YR 2/2
2 (bor)
10 YR 3/2
3 (bor)
10 YR 4/6
Liat berpasir
4 (bor)
10 YR 4/6
Liat Berdebu
5 (bor)
10 YR 4/4
Liat berdebu
6 (bor)
10 YR 4/4
Liat berdebu
7 (bor)
7,5 YR 4/6
Liat berdebu
8 (bor)
7,5 YR 4/6
Liat berdebu
27
Titik
ke6
Horizon
ke-
Simbol
Horizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Warna
Tanah
(lembab)
Tekstur
Struktur
Konsistensi
lembab
basah
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
Ap
0 -22
10YR 3/3
SG
TL-TP
H (Bi)
Banyak
(kecil)
B-O
22-43
10YR 3/4
Pasir
berlempung
Granular
(sedang)
TL-TP
H (Bi)
Banyak
(kecil)
N-R
Bw1
43-72
10YR 4/6
Pasir
berlempung
GM
(sedang)
AL-AP
H (Bi)
Sedikit
(kecil)
Ap
0-19/0-24
10 YR 2/1
Lempung
berpasir
Remah (hc)
SG
L-AP
K (Ba)
Banyak
(halus)
B-O
19-27/24-47 10 YR 2/2
AL-AP
K (Ba)
Banyak
(halus)
J-O
27-45/47-49 10 YR 3/1
Bw2
45-67
Bw3
67-110
Remah (h)
L-AP
K (Ba)
Sedang
(halus)
J-O
10 YR 3/3
Lempung
berpasir
Remah
(sh-m)
AL-AP
K (Ba)
Sedikit
(halus)
B-R
10 YR 3/4
Lempung
berpasir
GM (h-c)
L-AP
K (Ba)
Sedikit
(halus)
pH Ket.
28
Titik
ke-
Horizon Simbol
keHorizon
Kedalaman
Horizon
(cm)
Ap
0-16
16-26/16-49
Warna
Tanah
(lembab)
Konsistensi
Tekstur
Struktur
lembab
basah
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
Liat Berpasir
Granular
(h-c)
SG
TL-TP
Banyak
(Halus)
B-O
Granular
(h-c)
TL-TP
Banyak
(Halus)
B-O
10 YR 3/4
pH Ket.
26-54/49-64
10 YR 2/2
Liat Berpasir
Granular
(s-k)
TL-TP
Banyak
(Halus)
B-O
Bw
54-88/64-88
10 YR 2/1
TL-AP
Banyak
(Halus)
29
4.2
Klasifikasi Tanah
4.2.1
Endopedon
Umbrik
Kambik
Umbrik
Kambik
Umbrik
Kambik
Okrik
Kambik
Umbrik
Kambik
Molik
Kambik
Molik
Kambik
Okrik
Kambik
Pada vegetasi Pinus Menurut Sri Komarayati dkk (2004) C- organik 63,12% dan
pH 6,70 termasuk sedang.
4.2.2
Titik
Ordo
Subordo
Grup
Subgrup
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Humik Dystrudepts
Inceptisol
Udepts
Dystrudepts
Typic Dystrudepts
dengan epipedon umrik pada titik 1,2,3 dan 5, molik pada titik 6 dan 7 sedangkan
titik 4 dan 8 memiliki eipedon okrik. Subordo pada titik 1 hingga 8 merupakan
udepts karena pada daerah tersebut termasuk dalam rezim kelembapan tanah udik.
Rezim kelembapan tanah menyatakan ada atau tidaknya air tanah atau air
yang ditahan (Soil Survey Staff, 1999). Hal ini didasarkan atas karakteristik
bahwa kelembapan tanah tidak kering pada semua bagiannya. Selain itu rezim
kelembapan udik sangat sesuai untuk daerah tropis seperti Indonesia (daerah iklim
humid) yang mempunyai curah hujan dengan penyebaran merata atau curah hujan
tersedia sepanjang tahun. Termasuk dalam rezim kelembaban udik juga karena
pada daerah tersebut suhu tanah tahunan termasuk thermik yaitu 15-22 0C (Soil
Survey Staff, 1999).
Grup pada titik 1 sampai 8 termasuk dystrudepts karena merujuk pada sifat
udepts yang lain, dan mempunyai subgrup humik dystrudepst pada beberapa titik
selain titik 4 dan 8 yang merupakan typik dystrudep. Termasuk dalam subgrup
humik dystrudepst karena memiliki epipedon mollik umrik dan termasuk typik
dystrudep karena memiliki epipedon okrik.\
4.3
Kemampuan Lahan
Kelas
Pasir berlempung
Liat berdebu
23,9
Baik
>100 cm
Ringan
Tidak ada
Tidak ada
VIII
I
IV
I
I
II
I
I
t5
t1
D
d1
K0
e1
b0
o0
VIII
Tekstur
VIIIs
32
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
2
Lereng (%)
3
Drainase
4
Kedalaman Efektif
5
Tingkat Erosi
6
Batu/ Krikil
7
Bahaya Banjir
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas
Sub Kelas Kemampuan Lahan
Kelas
t4
t2
III
I
D
d1
K0
e2
b0
o0
IV
Lereng
IVe
IV
I
I
III
I
I
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
Lempung
liat t2
berdebu
b. Lapisan Bawah Liat berdebu
t1
Lereng
(%)
39,2
E
2
Drainase
Sedang
d2
3
Kedalaman Efektif
>100 cm
K0
4
Tingkat Erosi
Tidak ada
e0
5
Batu/ Krikil
Tidak ada
b0
6
Bahaya Banjir
Tidak ada
o0
7
Kelas Kemampuan Lahan
VI
Faktor Pembatas
Lereng
Sub Kelas Kemampuan Lahan
VIe
Kelas
I
I
VI
II
I
I
I
I
33
Kelas
Pasir
Pasir berlempung
41
Sesang
>100 cm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
VIII
VIII
VI
II
I
I
I
I
t5
t5
E
D2
K0
e0
b0
o0
VIII
Tekstur
VIIIs
Kelas
Lempung berpasir
Lempung berpasir
10
Sedang
>100
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
t4
III
t4
III
C
III
d2
II
K0
I
e0
I
b0
I
o0
I
III
Tekstur dan Lereng
IIIe,s
34
Kelas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)
Pasir berlempung
Pasir berlempung
37
t5
t5
E
VIII
VIII
VI
Drainase
Sedang
d2
II
Kedalaman Efektif
>100 cm
K0
Tingkat Erosi
Tidak ada
e0
Batu/ Krikil
Tidak ada
b0
Bahaya Banjir
Tidak ada
o0
VIII
Tekstur
VIIIs
35
Kelas
Lempung berpasir
Lempung berpasir
12
Sedang
>100cm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
t4
III
t4
III
C
III
d2
II
k0
I
e0
I
b0
I
o0
I
III
Lereng dan Tekstur
IIIe,s
Kelas
Tekstur Tanah
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)
Liat berpasir
Liat berpasir
54
t1
t1
F
I
I
VII
Drainase
Baik
d0
Kedalaman Efektif
>100 cm
K0
Tingkat Erosi
Hebat
e3
IV
Batu/ Krikil
Tidak ada
b0
Bahaya Banjir
Tidak ada
o0
VII
Lereng
VIIe
36
Kesesuaian Lahan
4.4.1 Kesesuaian Lahan Aktual
Kelas
S1
S1
S1
S3
S1
S3
S2
S1
S1
S3
eh, rc
S3ehrc
Berdasarkan dari data hasil kesesuaian lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus, termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh)
dan tekstur tanah (rc).
37
Kelas
S1
S1
S1
S3
S1
S3
S3
S1
S1
S3
eh, rc
S3ehrc
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3 dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh) dan
tekstur tanah (rc).
38
Kelas
S1
S1
S2
S3
S1
N
S1
S1
N
Eh
Neh
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi (eh).
39
Kelas
S1
S1
S2
S2
S1
N
S1
S1
S1
N
eh
Neh
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N dengan
faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah bahaya erosi (eh).
40
Tabel 17. Titik 5 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
16-22
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
10
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber : Dept. Tan. 1997
Kelas
S1
S1
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
oa, eh
S2oaeh
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian, pada tanaman pinus termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S2,
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah drainase (oa) dan
lereng (eh).
41
Tabel 18. Titik 6 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Kelas
16-22
S1
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
S1
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
S2
Media perakaran (rc)
Tekstur
Pasir berlempung
N
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
57
N
Bahaya erosi
Tidak ada
S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
S1
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
N
FAKTOR PEMBATAS
eh, rc
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Nehrc
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman kopi arabika termasuk dalam kelas kesesuaian lahan
N dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi
(eh) dan tekstur tanah (rc).
42
Tabel 19. Titik 7 pengamatan kesesuaian lahan aktual : Tanaman kopi arabika
SPL 1
Persyaratan
penggunaan/karakteristik
lahan
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
16-22
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 1200-1800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Sedang
Media perakaran (rc)
Tekstur
Lempung berpasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
>100
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
12
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010
Kelas
S1
S1
S2
S1
S1
S2
S1
S1
S1
S2
eh,oa
S2ehoa
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada komoditas kopi arabika termasuk dalam kelas kesesuaian
lahan S2 dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya
erosi (eh) dan drainase (oa)
43
SPL 1
Data
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
13-24
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 350-800
masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik
Media perakaran (rc)
Tekstur
Liat bepasir
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
88
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
54
Bahaya erosi
Hebat
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
0
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN
Sumber: http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id 03 Mei 2010
Kelas
S1
S1
S1
S1
S1
N
S3
S1
S1
N
eh
Neh
Berdasarkan dari data hasil kesesuain lahan yang didapat dengan tabel
kesesuaian pada tanaman kubis termasuk dalam kelas kesesuaian lahan N
dengan faktor pembatas yang paling berpengaruh adalah pada bahaya erosi
(eh).
44
4.4.2
SPL 1
Data
Kesesuaian
Lahan
Aktual
19-21
S1
S1
25003000
S1
S1
Baik
S1
S1
Liat
berdebu
>100
S3
S3
S1
S1
23,9
S3
Ringan
S2
Usaha Perbaikan
Pembuatan
terasering
Penanaman
tanaman penutup
tanah
Kesesuaia
n Lahan
Potensial
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
Rc
S3rc
S3rc
rc
S3rc
45
SPL 1
Usaha Perbaikan Kesesuaia
n Lahan
Potensial
Data
Kesesuaian
Lahan
Aktual
19-21
S1
S1
25003000
S1
S1
Baik
S1
S1
Lempun
g liat
berdebu
S3
S3
>100
S1
S1
23
S3
Cukup
S3
Pembuatan
teraserring
Penanaman
tanaman penutup
tanah
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S3
Rc
S3rc
S3
Rc
S3rc
46
Data
SPL 1
Kesesuaia
Usaha
n Lahan Perbaikan
Aktual
Kesesuaian
Lahan
Potensial
19-21
S1
S1
25003000
S1
S1
Sedang
S2
S2
Lempung
liat
berpasir
>100
S3
S3
S1
S1
39,2
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN
Pembuatan
teraserring
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N
eh, rc
Nehrc
S3
eh, rc
S3ehrc
47
SPL 1
Usaha
Perbaikan
Data
Kesesuaia
n Lahan
Aktual
19-21
S1
S1
25003000
S1
S1
Sedang
S2
S2
Lempung
berpasir
S2
S2
>100
S1
S1
41
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN
Pembuatan
teraserring
Kesesuaian
Lahan
Potensial
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N
eh
Neh
S3
eh
S3eh
48
Tabel 25. Titik 5 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
SPL 1
Usaha
Perbaikan
Data
Kesesuaia
n Lahan
Aktual
16-22
S1
S1
12001800
S1
S1
Sedang
S2
S2
Lempung
berpasir
S3
S3
S1
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S3
rc
S3rc
S3
rc
S3rc
Kesesuaian
Lahan
Potensial
49
Tabel 24. Titik 6 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
SPL 1
Usaha
Perbaikan
Data
Kesesuaia
n Lahan
Aktual
Kesesuaian
Lahan
Potensial
16-22
S1
S1
12001800
S1
S1
Sedang
S2
S2
Pasir
berlempu
ng
>100
S1
S1
57
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN
Pembuatan
teraserring
S3
S1
S1
S1
S1
S1
S1
N
eh, rc
Nehrc
N
Rc
Nrc
50
Tabel 27. Titik 7 pengamatan kesesuaian lahan potensial : Tanaman kopi arabika
Persyaratan
penggunaan/karakter
istik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
pada masa
pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase
SPL 1
Usaha
Perbaikan
Data
Kesesuaia
n Lahan
Aktual
Kesesuaian
Lahan
Potensial
16-22
S1
S1
12001800
S1
S1
Sedang
S2
Lempung
berpasir
S1
S1
>100
S1
S1
12
S2
Bahaya erosi
Tidak ada
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tanpa
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan
0
(%)
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KESESUAIAN
LAHAN
Pembuatan
saluran
drainase
Pembuatan
teraserring
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
eh, oa
S2ehoa
S1
51
Data
Kesesuaia
n Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kesesuaian
Lahan
Potensial
13-24
S1
S1
350-800
S1
S1
Baik
S1
S1
Liat
berpasir
S1
S1
>100
S1
S1
54
hebat
S3
Pembuatan
teraserring
Penanaman
tanaman
penutup tanah
S3
S2
S1
S1
S1
S1
N
eh
Neh
S3
eh
S3eh
52
4.4.3
Rekomendasi
54
56
57
VII. LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Deskripsi Tanah
Deskripsi oleh
Titik 1
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
: 0673738, 9134698
Ketinggian tempat
: 1216 meter
Topografi
: 23,9%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Bahan induk
Penampang
Horison
Deskripsi
Ap
0-24/032 cm
Horison
Rezim
: suhu : termik
kelembaban : udik
58
halus-sedikit;
banyak.
Pori
halus
1(bor)
2(bor)
3(bor)
4(bor)
5(bor)
6(bor)
7(bor)
8(bor)
59
Titik 2
Penampang
Horison
Deskripsi
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 23%
Drainase
Erosi
Vegetasi
kopi
Bahan induk
1(bor)
Coklat gelap(10 YR
Lempung liat berdebu.
Horison
2(bor)
Rezim
: suhu : termik
3(bor)
Deskripsi oleh
0-24/031cm
kelembaban : udik
3/3);
60
berdebu.
4(bor)
5(bor)
6(bor)
7(bor)
8(bor)
61
Titik 3
Penampang
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 39,2%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Bahan induk
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
Horison
Deskripsi
0-15cm
2A
kelembaban : udik
62
plastis(basah);
halus- sedikit;
banyak.
Perakaran
Pori kasar
1(bor)
2(bor)
3(bor)
4(bor)
5(bor)
63
Titik 4
Penampang
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 41%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Bahan induk
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
Horison
Deskripsi
0-4/09cm
kelembaban : udik
4-12/416cm
64
plastis(basah);
halus-sedikit;
sedikit.
Perakaran
Pori
halus
2A
2(bor)
Coklat(10
berpasir.
3(bor)
4(bor)
5(bor)
6(bor)
YR
4/3);
7(bor)
8(bor)
Liat
65
Titik 5
Penampang
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 10%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Horison
Deskripsi
0-22cm
Bahan induk
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
kelembaban : udik
66
2(bor)
3(bor)
4(bor)
5(bor)
6(bor)
7(bor)
8(bor)
67
Titik 6
Penampang
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 37%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Horison
Deskripsi
Ap
0-22cm
Bahan induk
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
kelembaban : udik
68
Titik 7
Penampang
Klasifikasi
Lokasi
Koordinasi
: 0673328, 9135132
Ketinggian tempat
: 1221 meter
Topografi
: 12%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Bahan induk
Horison
Deskripsi
Ap
0-19/024cm
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
kelembaban : udik
Bw2
69
70
Titik 8
Penampang
Klasifikasi
: Soil Tax.
Lokasi
Koordinasi
:-
Ketinggian tempat
:-
Topografi
: 54%
Drainase
Erosi
Vegetasi
Bahan induk
Horison
Rezim
: suhu : termik
Deskripsi oleh
Horison
Deskripsi
Ap
0-16cm
kelembaban : udik
1626/16 49cm
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
3. Peta SPT, peta kemampuan lahan, peta kesesuaian lahan aktual dan potensial.
a. Peta SPT
82
83
84
85