Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEMOKRASI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pegertian Demokrasi
Demokrasi adalah Din (Agama) kafir yang bidah dan status para penganutnya
adalah antara menjadi rabb-rabb (orang-orang yang dipertuhankan) yang berfungsi (berperan)
sebagai pembuat syariat dan menjadi pengikut-pengikut yang beribadah kepada rabb-rabb
tersebut
Ketahuilah bahwasanya asal istilah keji demokrasi adalah dari bahasa yunani,
bukan dari bahasa arab. Ini adalah kata majemuk dari dua kata: demos, yang berarti rakyat
dan kratos, yang berarti pemerintahan, kekuasaan, atau hukum. Dengan demikian arti dari
istilah demokrasi adalah pemerintahan rakyat, atau kekuasaan rakyat, atau hukum rakyat.
Menurut para penganutnya, ini merupakan ciri yang paling menonjol di dalam demokrasi.
Atas dasar itu pula, mereka senantiasa memuja-mujanya. Padahal, wahai saudaraku ia adalah
ciri yang paling prinsipil di dalam kekafiran, kesyirikan, dan kebathilan. Ia sangat berlawanan
dan bertentangan dengan dinul Islam dan millatut tauhid.
Ini karena sekulerisme adalah ideologi kafir yang bertujuan untuk menyingkirkan din
dari kehidupan atau memisahkan din dari negara dan kekuasaan. Demokrasi bukanlah
kekuasaan Alloh yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sebagaimana yang engkau lihat,
demokrasi itu tidak menaruh sedikit pun nilai terhadap syariat Alloh Azza wa jalla.
Oleh karena itu, seandainya seluruh rakyat mengatakan kepada thaghut atau kepada
rabb-rabb (tuhan-tuhan) yang ada di dalam demokrasi, kami ingin berhukum dengan apa
yang diturunkan Alloh. Tidak ada seorang pun yang berhak menetapkan undang-undang, baik
itu rakyat atau orang-orang yang mewakilinya di dewan perwakilan rakyat atau penguasa.
Kami pun ingin menjalankan hukum Alloh terhadap orang yang murtad, berzina, mencuri,
dan orang yang minum khamr,Dan kami ingin mewajibkan kepada perempuan untuk
memakai hijab, menjaga kehormatannya, dan melarangnya untuk tabarruj (menampakkan
perhiasan), telanjang, berbuat kotor, jahat, zina, liwath (homoseks), dan perbuatan-perbuatan
keji yang lain.!! Tentu, dengan serta merta, mereka (thaghut atau kepada rabb-rabb
demokrasi) akan menjawab: Ini bertentangan dengan din kebebasan demokrasi.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Jadi inilah yang disebut dengan kebebasan demokrasi, yaitu membebaskan


diri dari din Alloh dan syariat-syariat-Nya serta melanggar hukum-hukum-Nya.
Adapun syariat yang ditetapkan di dalam undang-undang manusia dan hukumhukumnya maka ia harus dilindungi, disucikan, dan dijaga menurut ajaran demokrasi
buruk mereka. Bahkan, setiap orang yang menentangnya, menyelisihnya, atau
melawannya maka dia harus dikucilkan bahkan dihukum.
Slogan dari rakyat untuk rakyat, merupakan inti dari faham demokrasi yang
menjadi poros utama dari semua masalah yang diaturnya. Demokrasi tidak ada
esensinya, selain dengan slogan ini. Inilah sebenarnya din (agama) demokrasi yang
diagung-agungkan siang dan malam. Inilah yang dinyatakan sendiri oleh para
penggagas dan penyerunya di depan masyarakat dunia. Ini pulalah yang kita saksikan
dan kita lihat dengan mata kepala sendiri di dalam realita kehidupan. Ringkasnya,
prinsip ajaran demokrasi dengan berbagai cabang dan definisinya yang beragam
dibangun di atas prinsip-prinsip berikut:
1. Rakyat adalah rujukan utama kekuasaan, terutama kekuasaan dalam
pembuatan undang-undang.
Hal ini terlaksana dengan penunjukkan wakil-wakil rakyat di dalam majelis
parlemen untuk melaksanakan tugas pembuatan undang-undang. Dengan kata
lain, pembuat aturan yang dipatuhi di dalam sistem demokrasi adalah manusia,
bukan Alloh. Ini artinya, tuhan yang diibadahi dan ditaati dalam hal
menentukan aturan hidup (undang-undang) dan menentukan halal-haram adalah
rakyat, manusia, makhluk ., bukan Alloh. Ini jelas sebuah kemusyrikan,
kekafiran, dan kesesatan. Karena ia bertentangan dengan prinsip-prinsip utama
agama dan tauhid, juga karena mengandung sikap mensejajarkan manusia yang
lemah ini dengan Alloh di dalam urusan yang menjadi kekhususan-Nya sebagai
Dzat yang diibadahi.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Allah Taala berfirman:


Hukum itu semata-mata hanyalah milik Alloh, Dia memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain kepada-Nya (Q.S.Yusuf:40)
Dan tidak ada seorang pun yang menjadi sekutu Alloh di dalam urusan hukum
(Q.S.Al Kahfi:26)
Dan apa saja urusan yang kalian perselisihkan, maka keputusan hukumnya
adalah kepada Alloh (Q.S.Asy Syura:10)
Dan hendaklah kamu memberikan keputusan hukum kepada mereka berdasarkan
apa yang diturunkan oleh Alloh dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka,

dan

hati-hatilah

kepada

mereka

kalau

sampai

mereka

memperdayakanmu dari sebagian apa yang diturunkan Alloh kepadamu


(Q.S.Al Maidah:49)
2. Sistem demokrasi dibangun diatas prinsip kebebasan beragama dan
berkeyakinan.
Artinya, semua orang yang hidup di bawah naungan demokrasi, dipersilakan
meyakini keyakinan apa saja dan memeluk agama apa saja, dipersilakan pindah
dari agama satu ke agama apa saja, kapan pun dia mau; walaupun pindah agama
itu adalah pindah dari agama Alloh sekalipun, menuju keyakinan atheis atau
menyekutukan Alloh dalam ibadah.
3. Demokrasi berdiri di atas prinsip menjadikan rakyat sebagai penentu
hukum atau peraturan, dimana semua masalah dan perselisihan hukumnya
dikembalikan kepadanya.
Berhukum dengan hukum yang diturunkan Alloh Azza wa jalla adalah wajib bagi
tiap-tiap kaum muslimin dan muslimat.
Alloh Taala berfirman:

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan


janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa
yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir (Q.S.Al Maidah:44)
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (Q.S.Al Maidah:45)
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik (Q.S.Al Maidah:47)
4. Demokrasi

dibangun

di

atas

prinsip

kebebasan

berekspresi

dan

mengungkapkan pendapat, apa pun bentuknya, bahkan pendapat yang


mengandung pelecehan dan penghinaan terhadap nilai-nilai agama.
5. Demokrasi dibangun di atas prinsip pemisahan antara agama dengan
negara, politik, dan kehidupan sehari-hari
6. Demokrasi dibangun di atas prinsip kebebasan mendirikan organisasi dan
perkumpulan, apa pun bentuknya dan apa pun keyakinannya, dasar
pemikiran, dan landasan moral yang dianut oleh perkumpulan itu.
7. Demokrasi mengacu pada bagaimana sikap mayoritas rakyat dan
membangun semua urusan berdasarkan keinginan mayoritas. Walaupun
mayoritas tersebut menyepakati sebuah kesesatan dan kekafiran yang nyata.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Peristiwa peristiwa Penting pada Awal Pelaksanaan Demokrasi Liberal


di Indonesia.
Pada masa demokrasi Liberal, bangsa Indonesia diuji kemampuannya untuk

menghadapi berbagai gangguan dan hambatan yang berasl dari dalam negeri.
Kemelut yang terjadi sangat menghambat upaya negara untuk mengisi kemerdekaan
dengan kegiatan yang dapat memakmurkan rakyat dan mewujudkan ketentraman
serta kedamaian di Indonesia. Pergolakan di beberapa daerah itu antara lain, yaitu
Pemberontakan APRA, Andi Azis, RMS, PRRI, dan Permesta.
2.1.1. Peristiwa APRA di Bandung
Salah satu bunyi kesepakatan KMB menyatakan bahwa KNIL dibubarkan dan
selanjutnya bekas anggota KNIL yang masih berkeiniginan menjadi anggota angkatan
perang diwajibkan bergabung dengan Angkatan Peran Republik Indonesia Serikat
(APRIS). Namun, pada kenyatannya pembentukan APRIS telah menimbulkan
ketegangan ketegangan yang berakhir dengan pertumpahan darah. Di kalangan TNI
sendiri ada keengganan bergabung dengan bekas KNIL. Sebaliknya bekas anggota
KNIL menuntut agar kesatuan kesatuannya ditetapkan sebagai angkatan perang
negara bagian.
Di Bandung, bekas anggota KNIL yang tidak mau bergabung dengan APRIS
membentuk organisasi Angkatan Perang Ratu Adil ( APRA ) yang dipimpin
Raymond Westerling, bekas perwira Belanda. APRA menuntut agar organisasinya
diakui tapi tidak digubris oleh pemerintah. Oleh karena itu maka pada 23 Januari
1950 APRA melancarkan serangan terhadap kota Bandung. Mereka membunuh tiap
anggota TNI yang dijumpainya dan berhasil menduduki markas staf divisi Siliwangi
setelah membunuh 15 orang regu jaganya termasuk Letkol Lembong.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Penyerbuan APRA tidak diduga sebelumnya hingga mereka dapat dengan


mudah menguasai kota Bandung. Untuk menanggulangi pemberontakan APRA,
pemerintah RIS segera mengirimkan bala bantuan ke Bandung dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Semetara itu di Jakarta, Drs Moh Hatta dan Komisaris Tinggi Belanda
mengadakan pertemuan dan memutuskan agar Mayjen Engels sebagai komandan
tentara di Bandung di minta medesak Westerling untuk meninggalkan Bandung.
2.1.2. Peristiwa Andi Azis di Makasar
Andi Azis beserta para pengikutnya (bekas pasukan KNIL) melakukan
pemberontakan terhadap pemerintah pada tanggal 5 April 1950. Sebelum
pemberontakan, Andi Azis beserta anak buahnya telah terima oleh APRIS pada 30
Maret 1950. Ia diangkat sebagai komandan kompi dengan angkat kapten.
Pengangkatan tersebut disaksikan oleh Letkol A. Y. Mokoginta.
Beberapa hari setelahnya pada pukul 05.00, Andi Azis beserta pasukannya
menyerang maracas TNI di Makasar dan terjadilah pertempuran antara Andi Azis dan
TNI. Pasukan TNI dapat dikalahkan dengan mudah karena jumlahnya sedikit. Banyak
anggota TNI yang menjadi korban dan tawanan termasuk Mokoginta.
Setelah menguasai Makasar, Andi Azis menuntut agar APRIS diberi kekuasaan
untuk menjaga keamanan wilayah Indonesia Timur. Tapi tuntutan tersebut ditolak
oleh pemerintah, bahkan pemerintah mengeluarkan ultimatum bahwa Andi Azis harus
datang ke Jakarta dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam tempo 4 x 24
jam. Setelah batas ultimatum terlewati Andi Azis belum juga menyerahkan diri
sehingga pemerintah mengirim sejumlah pasukan yang di pimpin oleh Kolonel Alex
Kawilarang untuk menumpas gerombolan Andi Azis. Hasilnya pada 15 April 1950
Andi Azis terpaksa menyerahkan diri ke Jakarta.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

2.1.3. Peristiwa RMS di Maluku


Republik Maluku Selatan (RMS) didirikan oleh Dr Soumokil (bekas Jaksa
Agung Negara Indonesia Timur) pada 25 April 1950 di Ambon. Gerakan RMS
memiliki kesamaan dengan APRA dan Andi Azis.
Semula pemerintah RIS berupaya menyelesaikan persoalan RMS dengan cara
damai yang diketuai oleh Dr J Leimena. Tapi usaha ini tidak membawa hasil yang
diharapkan sehingga pemerintah memutuskan untuk menumpas RMS dengan
kekuatan senjata. Setelah menguasai pos pos penting di Maluku mereka kemudian
melancarakn serangan terhadap gerombolan RMS. Serangan serangan itu dilindungi
tembakan dari udara dan laut. Serangan tersebut menyebabkan pasukan RMS mundur
ke Benteng Nieuw Victoria. Pertempuran tersebut berlangsung sangat sengit dan
menyebabkan Letkol Slamet Riyadi tertembak dan menyebakan kemarahan dari
pasukan APRIS sehingga serangan pun diperhebat. Akhirnya benteng tersebut
berhasil direbut, namun sayangnya Dr Soumokil meloloskan diri. Pada tanggal 12
Desember 1963, Dr Soumokil berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
2.1.4. Peristiwa PRRI di Sumatera
Pemberontakan PRRI muncul sebagai akibat timbulnya pertentangan antara
pemerintah pusat dengan beberapa daerah. Pokok permasalahannya berpangkal pada
masalah otonomi dan pertimabngan keuangan antara pusat dan daerah yang tidak
adil. Pada 9 Februari 1958 dilakukan pertemuan di Sungai Dareh Sumatera Barat.
Pertemuan ini dihadiri para panglima pendiri dewan dewan dan tokoh - tokoh pihak
sipil. Mereka memperbincangkan tentang pembentukan pemerintah baru.
Keesokan harinya diadakan rapat raksasa di Padang yang dipimpin oleh Letkol
Ahmad Husein yang memutuskan agar Presiden kembali ke kedudukan semula
sebagai Presiden Konstitusional. Tapi ultimatum tersebut ditolak, bahkan Ahmad
Husein dkk dipecat dari angkatan darat. Suasana bertambah genting tatkala Ahmad
Husein mengumumkan berdirinya pemerintah revolusioner Republik Indonesia.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Pemerintah RI menilai gerakan separatis di Sumatera ini tidak boleh dibiarkan


berlarut larut. Gerakan tersebut harus ditumpas dengan kekuatan senjata.
Pemerintah lantas membentuk operasi gabungan. Salah satu yang terkenal adalah
Operasi Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
Dalam waktu singkat operasi ini dapat menumpas perlawanan PRRI pada 29
Mei 1961. Ahmad Husein beserta pasukannya menyerahkan diri dan berakhirlah
pemberontakan PRRI.
2.1.5. Peristiwa Permesta di Sulawesi
Pada 2 Maret 1957, Panglima Tentara dan teritorium VII Letkol Ventje Sumual
memproklamasikan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta ( Permesta ). Gerakan ini
meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Piagam Permesta ditandatangani 51
tokoh masyarakat Indonesia Timur.
Gerakan separatis di wilayah Indonesia Timur ini membahayakan keutuhan
negara RI. Pemerintah segera melancarkan operasi gabungan yaitu Operasi Merdeka
yang dipimpin oleh Letkol Rukmito Hendraningrat. Karena Permesta memiliki
persenjataan yang memadai, APRI mendapat kesulitan dalam menumpas Permesta.
Meskipun demikian, lambat laun APRI berhasil menguasai daerah daerah
kekuasaan Permesta. Pada pertengahan tahun 1961 sisa sisa Permesta menyerahkan
diri dan kembali ke tengah tengah masyarakat. Sejak saat itu keamanan, di Sulawesi
dan sekitarnya dapat dipulihkan sepenuhnya.
2.2. Kehidupan Politik dan Pemerintahan pada Masa Demokrasi Liberal.
Pada masa Demokrasi Liberal terjadi berbagai peristiwa penting seperti
pergantian kabinet yang cepat akibat pemberlakuan sistem Kabinet Parlementer,
penyelegaraan pemilu I RI, kegagalan konstitunte yang baru dan keluarnya Dekrit
Presiden 1959.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

2.3. Pemberlakuan Sistem Kabinet Parlementer


Semenjak RIS dibubarkan berdirilah Negara kesatuan RI dengan pedoman
UUDS 1950. Isi konstitusi ini menganut ide demokrasi liberal yang meniru konstitusi
negara negara Barat.
Pelaksanaan demokrasi liberal di Indonesia antara lain ditandai dengan
berlakunya sistem parlementer dengan ciri ciri sebagai berikut:
1. Kedudukan Kepala Negara tidak dapat diganggu gugat
2. Kabinet dipimpin perdana menteri yang bertanggungjawab kepada
parlemen
3. Susunan anggota dan program kabinet didasarkan atas suara terbanyak
dalam parlemen
4. Masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan pasti lamanya
5. Kabinet dapat dijatuhkan setiap waktu oleh parlemen, sebaliknya
pemerintah pun dapat membubarkan parlemen.
Pada masa demokrasi liberal berlaku sistem multipartai, partai partai ini ada
yang berkuasa di dalam pemerintahan dan ada juga yang menempatkan diri sebagai
partai oposisi. Partai yang berkuasa mendudukkan wakil wakilnya dalam kabinet
setelah mendapatkan dukungan mayoritas parlemen. Namun, apabila mayoritas suara
parlemen tidak mempercayai lagi kabinet tersebut, maka jatuhlah kabinet yang
berkuasa itu.
Partai partai yang pernah berkuasa di Indonesia pada umumnya memiliki
kelemahan yang memberi peluang kepada partai oposisi untuk menjatuhkannya
dalam parlemen. Selama masa demokrasi liberal, hal ini sering terjadi sehingga
menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Berikut ini kabinet yang pernah berkuasa pada masa
demokrasi liberal:

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

10

a) Kabinet Natsir Program kerja Kabinet Natsir antara lain:


1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih
Dewan Kostituante
2. Menyempurnakan susunan pemerintah dan membentuk kelengkapan
egara
3. Menggaitkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
5. Menyempurnakan organisasi angkatan perang
6. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat
b) Kabinet Sukiman
Program kerja Kabinet Sukiman antara lain:
1. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai Negara hokum unutk
menjamin keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan organisasi
alat alat kekuasaan negara
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam
jangka pendek untuk mempertinggi kehidupan social ekonomi rakyat
dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan
3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante
dan menyelenggarakan pemilu itu dalam waktu singkat serta
mempercepat terklaksananya otonomi daerah.
4. Menyampiakan UU pengakuan serikat buruh, perjanjian kerjasama,
penetapan upah minimum, penyelesaian pertikaian buruh
5. Menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif
6. Memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

11

c) Kabinet Wilopo Program kerja Kabinet Wilopo antara lain:


1. Mempersiapkan pemiliu
2. Berusaha mengembalika Irian Barat ke dalam pangkuan RI
3. Meningkatkan keamanan dan kesjahteraan
4. Perbaharui bidang pendidikan dan pengajaran
5. Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif
d) Kabinet Ali Sastromijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro) Program kerja
Kabinet Ali Sastromijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro) antara lain:
1. Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
2. Melaksanakan pemilu
3. Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
4. Menyelenggarakan Koferensi Asia Afrika
e) Kabinet Burhanuddin Harahap Program kerja Kabinet Burhanuddin
Harahap antara lain:
1. Mengembalikan

kewibawaan

moral

pemerintah

dalam

hal

ini

kepercayaan angkatan darat dan masyarakat


2. Akan dilaksanakan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan
masalah inflasi, dan pemberantasan korupsi
3. Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke RI
f) Kabinet Ali Sastromijoyo II Program kerja Kabinet Ali Sastromijoyo II
antara lain:
1. Menyelesaikan pembatalan hasil KMB
2. Menyelesaikan masalah Irian Barat
3. Pembentukan provinsi Irian Barat
4. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

12

g) Kabinet Juanda ( Kabinet Karya ) Program kerja Kabinet Karya disebut


Pancakarya yang meliputi:
1. Membentuk dewan nasional
2. Normalisasi keadaan RI
3. Melanjutkan pembatalan KMB
4. Memperjuangkan Irian Barat Kembali ke RI
2.4. Pemilu I
Pada awal kemerdekaan pemerintah RI mengeluarkan Maklumat Pemerintah 3
November 1945 yang intinya menyatakan pemerintah mengahargai timbulnya partai
partai politik untuk menyalurkan segala aliran atau paham yang ada dalam
masyarakat. Sejak saat itu, lahirlah partai partai politik yang hidup berdampingan
dengan partai lama.
Pada masa Demokrasi Liberal sebagaian partai partai politik yang ada tidak
bekerja sebagai penyalur aspirasi rakyat. Mereka hanya memperjuangkan
kepentingan golongan atau pribadi para pemimpin. Rakyat Indonesia menjadi frustasi
melihat kepincangan politik semacam itu sehingga rakyat menuntut diadakannya
pemilihan umum.
Persiapan menuju pemilu dirintis oleh Kabinet Ali I dan pelaksanaannya
dilakukan semasa Kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu I berlangsung dua tahap:
a.

29 September 1955, digunakan untuk memilih anggota DPR

b.

15 Desember 1955, pemilu dimanfaatkan untuk memilih kostituante

Pada pemilu tahap I sebanyak 39 juta rakyat Indonesia memberikan suaranya


dengan tertib dan disiplin. Pengamat luar negeri menilai pelaksanaan pemilu I
berlangsung tertib dan sukses. Dari sekitar 28 partai pemilu I di Indonesia telah
memunculkan 4 partai terkemuka yaitu Masyomi, PNI, NU, dan PKI.

Perolehan kursi DPR hasil pemilu I antara lain Masyomi 60


anggota, PNI 58 anggota, NU 47 anggota dan PKI 32 anggota.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

13

Perolehan kursi konstituante hasil pemilu antara lain PNI 119

anggota, Masyomi 112 anggota, NU 91 anggota dan PKI 80 anggota.


Hasil pemilu yang begitu didambakan rakyat ternyata belum membuahkan hasil
yang diharapkan. Stabilitas politik tidak terwujud karena wakil wakil rakyat yang
terpilih tetap saja mementingkan partainya sendiri. Pertentangan antara partai
semakin menghebat. Kabinet Ali II yang melanjutkan tugas Kabinet Burhanuddin
Harahap hanya bertahan satu tahun Karena dijatuhkan partai partai oposisi yang
semakin kuat.
2.5.

Upaya Konstituante Menyusun UUD


Konstituante dipilih rakyat dengan tugas merancang UUD baru sebagai

pengganti UUDS 1950. Anggota kostituante mulai bersidang 10 November 1956


ternyata sampai tahun 1958 konstituante belum berhasil merumuskan UUD yang
diharapkan. Hal ini disebabkan sering timbulnya perdebatan sengit yang berlarut
larut. Masing masing anggota kostituante terlalu mementingkan partainya. Dalam
menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang
kostituante pada 25 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD
1945. Amanat Presiden ini diperdebatkan dan akhirnya diputuskan untuk diadakan
pemungutan suara.
Pada 30 Mei 1959 kostituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269
suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak menyetujuinya. Suara yang
menyetujui memang lebih banyak daripada yang tidak setuju tetapi nyatanya suara
tidak memenuhi kuororu (dua pertiga jumlah minimum anggota yang hadir), sehingga
pemungutan suara harus diulang.
Pemungutan suara kembali diadakan 1 dan 2 Juni 1959. Dari dua kali
pemungutan suara konstituante kembali gagal mencapai dua pertiga suara yang
dibutuhkan. Akibatnya sidang sidang berikutnya mengalami kemacetan. Pada 3 Juni

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

14

konstituante mengadakan reses yang ternyata untuk selamanya untuk mencegah akses
akses yang membahayakan negara, pada 3 Juni 1959 pemerintah mengeluarkan
peraturan yang melarang kegiatan kegiatan politik. Selanjutnya, rakyat yang
menyadari perlunya menjaga keselamatan negara segera melakukan pawai, rapat
umum dan demonstrasi dan penyerahan petisi. Rakyat menuntut kepada pemerintah
untuk melaksanakan kembali UUD 1945.

2.6.

Dekret Presiden 5 Juli 1959


Setelah Konstituante gagal menetapkan UUD 1945 menjadi konstitusi RI.

Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di


Istana Merdeka pada 5 Juli 1959 pukul 17.00. Isi dekrit Presiden 5 Juli 1959 yakni:
a.

Pembubaran kosntituante

b.

Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950,


dan

c.

Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat


singkatnya
Dekrit Presiden tersebut mendapat dukungan dari masyarakat. Kasad

memerintahkan kepada segenap anggota TNI untuk melaksanakan dan mengamankan


dekrit tersebut. Mahkamah Agung membenarkan dekrit tersebut. DPR dalam
sidangnya pada 22 Juli 1959 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk terus
bekerja dengan berpedoman kepada UUD 1945.

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

15

KESIMPULAN
Peristiwa peristiwa Penting pada Awal Pelaksanaan Demokrasi Liberal di
Indonesia antara lain:
1. Peristiwa APRA
2. Peristiwa Andi Azis
3. Peristiwa RMS
4. Peristiwa PRRI
5. Peristiwa Permesta
Kehidupan Politik dan Pemerintahan pada Masa Demokrasi Liberal meliputi:
1. Pemberlakuan Sistem Kabinet Parlementer
2. Pemilihan Umum I
3. Upaya Konstituante menyusun UUD
4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

MAKALAH DEMOKRASI

Fitrazuiz Chaniago
05.01.051

16

Anda mungkin juga menyukai