Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
2.1.

Reaktor
Reaktor kimia adalah sebuah alat dalam industri kimia tempat terjadinya

satu atau lebih reaksi kimia dari bahan mentah menjadi hasil jadi atau setengah
jadi sehingga diperoleh nilai tambah. Pemilihan reaktor yang tepat bertujuan
untuk :
a)

Mendapatkan keuntungan yang besar

b)

Biaya produksi yang rendah

c)

Modal kecil atau volume reaktor minimum

d)

Operasinya sederhana dan murah

e)

Keselamatan kerja terjamin

f)

Polusi terhadap sekelilingnya dijaga sekecil-kecilnya


Sumber data yang diperlukan pada perancangan sebuah reaktor dapat

diperoleh dengan jalan melakukan :


a.

Percobaan dengan reaktor kecil di laboratorium


Biasanya percobaan yang dilakukan pada suhu konstan (secara isothermal)

dengan mengubah variabel-variabel konsentrasi zat pereaksi, perbandingan zat


pereaksi dan suhu untuk reaktor batch, atau dengan mengubah variabel kecepatan
aliran dan suhu jika dipakai reaktor aliran pipa. Dari data-data yang diperoleh
diharapkan dan dapat diinterpretasikan untuk menentukan kecepatan reaksi, harga
konstanta kecepatan reaksi dan hubungan antara konstanta kecepatan reaksi dan
suhu.
b. Pilot Plant
Pada tahap ini dipakai reaktor yang ukurannya lebih besar dibandingkan
yang dipakai di laboratorium. Percobaan dijalankan dengan jenis reaktor yang
sama pada suhu, tekanan, konsentrasi, kecepatan aliran, dan perpindahan panas
yang sama dengan kondisi operasi reaktor kimia yang dirancang.

c. Mempelajari data operasi yang diperoleh dari data industri yang sejenis
Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan reaksi
kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi tersebut. Kecepatan
reaksi didefinisikan sebagai kecepatan pengurangan jumlah mol reaktan atau
penambahan

jumlah

mol

produk

untuk

setiap

satuan

jumlah

tempat

berlangsungnya reaksi, yang merupakan fungsi konsentrasi, temperatur dan


tekanan. Jumlah tempat berlangsungnya reaksi tergantung pada jenis reaksinya,
dimana reaksi kimia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Reaksi homogen (homogeneous reaction)
Reaksi homogen adalah reaksi kimia yang berlangsung pada satu fase
campuran reaksi.
b) Reaksi heterogen (heterogeneous reaction)
Reaksi heterogen adalah reaksi kimia yang berlangsung atau melibatkan
sedikitnya dua fase campuran reaksi.
2.2.
Tipe-tipe Reaktor
2.2.1. Tipe Reaktor berdasarkan Bentuknya
Pemilihan reaktor untuk reaksi homogen dapat dibagi dengan berbagai
cara. Tipe Reaktor berdasarkan bentuknya adalah reaktor tangki dan reaktor pipa.
a) Reaktor tangki
Sebuah reaktor disebut reaktor tanki ideal jika pengadukan di dalam reaktor
itu sangat sempurna, sehingga komposisi dan suhu di dalam reaktor setiap saat
selalu uniform. Reaktor tanki dapat dipakai untuk proses batch, semi batch, dan
continuous. Pada proses batch, campuran dalam reaktor selalu uniform dan
susunannya setiap saat berubah. Zat pereaksi dimasukkan sekaligus, dan reaksi
dihentikan setelah dicapai konversi yang diinginkan.
Pada proses semi batch, tangki diisi dengan sebagian zat pereaksi dan zat
pereaksi lain dimasukkan secara kontinu dan penambahan baru dihentikan setelah
diperoleh konversi atau komposisi yang diinginkan. Reaktor tangki yang
dioperasikan dengan proses alir (continuous) disebut reactor alir tangki

berpengaduk (RATB) atau Continuous Stirred Tank Flow Reactor (CSTR). Pada
proses ini zat pereaksi dimasukkan secara kontinu dengan kecepatan yang sama,
sehingga tinggi cairan dalam tangki tetap.
b) Reaktor pipa
Reaktor bentuk pipa biasanya dipakai untuk proses alir tanpa pengaduk, maka
disebut reaktor alir pipa. Reaktor alir pipa disebut ideal jika zat pereaksi yang
berupa gas atau cairan mengalir di dalam pipa dengan arah sejajar dengan sumbu
pipa, pola kecepatan (flow pattern) zat alir dalam pipa datar dan dianggap tidak
ada difusi axial maupun pencampuran balik.
Reaktor alir pipa dapat dibagi tiga macam :
1. Reaktor alir pipa yang diberi selubung (single jacketed tubes).
2. Reaktor alir pipa yang terdiri atas sebuah shell yang berisi banyak pipa-pipa
3.

kecil.
Pipa-pipa yang diletakkan di dapur, jadi reaktor pipa dipanasi langsung

dengan gas yang dibakar di dalam dapur.


2.2.2. Berdasarkan prosesnya
1.

Reaktor Batch
Reaktor batch biasanya digunakan untuk reaksi fase cair terutama jika

kapasitas produksi kecil.


Keuntungan penggunaan reaktor batch :
a)

Ditinjau dari segi biaya, reaktor batch lebih murah daripada reaktor alir,
sehingga untuk industri yang kapasitasnya kecil atau proses baru yang masih
dalam masa percobaan lebih baik dipakai reactor batch.

b)

Lebih menguntungkan untuk kapasitas kecil sebab biaya operasi juga


kecil.

c)

Selain itu, lebih mudah dalam memulai dan menghentikan operasinya,


dan lebih mudah dikontrol dibandingkan reaktor alir.
Kerugian penggunaan reaktor batch :

a)

Banyak waktu terbuang untuk pengisian, pemanasan zat pereaksi sampai


suhu reaksi atau pendinginan zat hasil sampai suhu pengeluaran, dan waktu
pembersihan reaktor.

b) Tidak baik untuk fase gas, mudah terjadi kebocoran pada lubang pengaduk,
sehingga packing harus kuat.
2.

Alir (continuous flow)


Reaktor yang berdasarkan proses alir dapat dibagi dua yaitu :

a) Reaktor alir pipa


Reaktor alir pipa disebut plug flow reactor (PFR), disebut ideal jika zat
pereaksi dan zat hasil reaksi mengalir dengan kecepatan yang sama diseluruh
penampang pipa. Jika kecepatan pemasukan umpan besar di dalam reaktor
akan terjadi aliran terbuka sehingga pengadukan sepanjang jari-jari reaktor
(radial mixing) berlangsung sangat cepat, maka komposisi, suhu, dan tekanan
di seluruh penampang reaktor selalu uniform.
b) Reaktor alir tangki berpengaduk
Pemanasan dan pendinginan dengan menggunakan coil atau selubung (jaket),
tetapi harus dilengkapi dengan alat pengambilan hasil dan penambahan zat
pereaksi secara kontinu. Jika reaktor alir tangki berpengaduk dipakai untuk
reaksi bolak-balik, sebaiknya pemasukan umpan dengan aliran berlawanan
dan dipakai reactor seri tegak yang diberi sekat, supaya kontak antara zat
pereaksi lebih lama.
Keuntungan pemakaian reaktor alir tangki berpengaduk dibandingkan
reaktor alir pipa, yaitu :
a)

Pada reaktor alir tangki berpengaduk, terjadi pengadukan sehingga suhu,


tekanan, dan komposisi dalam reaktor selalu serba sama, sehingga
memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal, tetapi hal ini tidak
mungkin terjadi pada reaktor alir pipa karena tidak adanya pengadukan akan
menyebabkan terjadinya hotspot yang dapat menyebabkan kerusakan pada
dinding reaktor.

b)

Pada reaktor alir tangki berpengaduk waktu tinggalnya besar karena


volumenya besar, berarti zat pereaksi dapat tinggal lebih lama dalam reactor.
Kerugian pemakaian reactor alir tangki berpengaduk dibandingkan

reaktor alir pipa, yaitu :


a)

Sukar bekerja efisien untuk reaksi-reaksi fase gas karena terjadi


kebocoran di bagian pengaduk, agar tidak bocor maka memerlukan packing
yang kuat.

b)

Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi biasanya dijalankan


pada reaktor alir pipa yang berdiameter kecil. Sebab jika dipakai reaktor alir
tangki berpengaduk, memerlukan reaktor yang dindingnya tebal dan packing
yang rapat pada lubang pengaduk sehingga ongkos pembelian reaktor dan
biaya pemeliharaan tinggi.

c)

Kecepatan perpindahan panas persatuan masa pada reaktor alir tangki


berpengaduk lebih rendah dibandingkan pada reaktor alir pipa, karena rasio
untuk perpindahan panasnya kecil.

d)

Pada reaktor alir tangki berpengaduk diperlukan volume yang lebih


besar daripada sebuah reaktor alir pipa untuk konversi yang sama.
3. Semi batch
Cara operasinya dengan jalan memasukkan sebagian zat pereaksi atau

salah satu zat pereaksi kedalam reaktor, sedangkan zat pereaksi yang lainnya atau
sisanya dimasukkan secara kontinu maupun dibiarkan tinggal dalam reaktor
sampai diperoleh konversi yang diinginkan.
Reaktor semi batch sangat baik dipakai untuk:
1.

Reaksi yang sangat eksotermis.

2.

Untuk menghindari reaksi samping yang tak diinginkan jika salah satu
zat pereaksi berlebihan.

2.2.3. Berdasarkan keadaan operasinya

a) Reaktor isothermal
Reaktor disebut beroperasi pada isothermal jika umpan yang masuk ke
reaktor, campuran dalam reaktor dan aliran yang keluar dari reaktor selalu
uniform dan suhunya sama.
b) Reaktor adiabatik
Reaktor adiabatik jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dengan sekelilingnya. Reaktor adiabatik hanya baik untuk reaksi :

Panas reaksinya kecil, sehingga perubahan suhunya yang terjadi dalam


reaktor masih dalam batas suhu operasi.

Jika suhu umpan masuk ke dalam reaktor dapat diatur sehingga suhu
akhir reaksi masih dalam batas suhu operasi.

Jika ke dalam campuran yang ada dalam reaktor dapat ditambahkan zat
inert yang dapat memperbesar massa di dalam reaktor sehingga dapat
memperkecil perubahan suhu di dalam reaktor.
c)

Reaktor non adiabatik-non isothermal


Reaktor disebut beroperasi secara non adiabatik-non isothermal jika ke

dalam reaktor itu dimasukkan atau dikeluarkan panas, jadi ada perpindahan panas
antara reaktor dengan sekelilingnya.
2.2.4. Berdasarkan susunan reaktor
1.

Single reaktor

2.

Beberapa reaktor yang sejenis dihubungkan secara seri atau paralel.

3.

Beberapa reaktor yang tidak sejenis dihubungkan secara seri untuk


memperoleh volume reaktor yang minimum.

2.2.5. Berdasarkan reaksi yang berlangsung


1.

Reaktor untuk reaksi yang sederhana

2.

Reaktor untuk reaksi yang kompleks

2.2.6. Berdasarkan cara pemasukan umpan


1. Umpan yang dimasukkan sekaligus.
2. Umpan yang dimasukkan secara kontinu dengan kecepatan konstan.
3.

Sebagian hasil yang keluar dari reactor dicampur dengan umpan baru, lalu
dialirkan kedalam reactor secara kontinu.

4.

Sebagian zat pereaksi dimasukkan sedang zat pereaksi lainnya


dimasukkan secara kontinu.
2.3. Fixed Bed
Reaktor Fixed Bed adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat

yang diam dan zat pereaksi berfase gas. Butiran-butiran katalisator yang biasa
dipakai dalam reaktor fixed bed adalah katalisator yang berlubang di bagian
tengah, karena luas permukaan persatuan berat lebih besar jika dibandingkan
dengan butiran katalisator berbentuk silinder, dan aliran gas lebih lancar.
2.3.1.

Single Bed Reactor


Sebagai penyangga katalisator dipakai butir-butir alumunia (bersifat inert

terhadap zat pereaksi) dan pada dasar reactor disusun dari butir yang besar makin
keatas makin kecil, tetapi pada bagian atas katalisator disusun dari butir kecil
makin keatas makin besar.
2.3.2.

Multitube Reactor
Katalisator diisi lebih dari satu tumpuk katalisator, fixed bed dengan

katalisator lebih dari satu tumpuk banyak dipakai dalam proses adiabatic. Jika
reaksi yang terjadi sangat eksotermis pada konversi yang masih kecil suhu gas
sudah naik sampai lebih tinggi dari suhu maksimum yang diperbolehkan untuk
katalisator, maka gas harus di dinginkan terlebih dahulu kedalam alat penukar
panas diluar reactor untuk di dinginkan dan selanjutnya dialirkan kembali ke
reaktor melalui tumpukan katalisator kedua, jika konversi gas yang keluar dari

tumpukan kedua belum mencapai yang direncanakan, tetapi suhu gas sudah lebih
tinggi dari yang diperbolehkan maka dilakukan pendinginan lagi dengan
mengalirkan gas kea lat penukar panas kedua kemudian di kembalikan ke reactor
yang masuk melalui tumpukan katalisator ketiga dan seterusnya sampai diperoleh
konversi yang diinginkan. Jika reaksi bersifat endotermis maka penukar panas
diluar reactor dapat digunakan untuk pemanas gas reaksi.

Anda mungkin juga menyukai