Nilai Fungsi Dalam Keluarga
Nilai Fungsi Dalam Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn.FG, hubungan individu dalam keluarga terjalin dengan harmonis. Bila ada
salah satu dalam anggota keluarga yang sakit, Tn.FG selaku kepala rumah tangga segera
mencari pengobatan. Ny. DR sebagai seorang ibu rumah tangga mengasuh anaknya dengan
baik. Dari lahir hingga saat ini, ibu senantiasa merawat anaknya setiap hari, untuk anak yang
paling kecil An.OD yang saat ini masih berusia 1 tahun 9 bulan Ny.DR juga tetap
memberikan ASI dan sudah diikuti makanan tambahan.
b. Fungsi sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. FG bersosialiasi baik dengan tetangga di sebelah
rumah. Sosialisasi dengan tetangga lain di lingkungan mereka tetap baik. Keluarga lain yang
masih tinggal dekat dengan rumah pasien (orang tua Ny.DR dan kakak-kakak Ny.DR) adalah
orang-orang yang paling sering diajak berinteraksi. Begitu pula dengan anak-anak Tn.FG
yang bermain bersama dengan anak tetangga yang lainnya.
c. Fungsi Reproduksi
Sejak menikah 12 tahun yang lalu, Tn. FG dan Ny.DR tidak menunggu waktu yang lama
dikaruniai seorang anak, yakni an. BO. Ny. DR tidak pernah mengalami keguguran. Saat ini
Ny. DR menggunakan KB suntik 3 bulan dan masih menyusui anak ke 3 nya.
d. Fungsi Ekonomi
Tn. FG bekerja sebagai sopir pengantar pegawai SPG. Dari pekerjaannya tersebut Tn. FG
memiliki penghasilan Rp.2.000.000,-/bulan dan mampu mencukupi kebutuhan keluarganya,
seperti makanan, pakaian dan rumah meskipun pemenuhan kebutuhannya hanya
berkecukupan dan pas-pasan. Ny.DR seorang ibu rumah tangga. Sehingga sumber ekonomi
keluarga ini berasal dari Tn. FG sebagai kepala keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam mencegah penyakit, setiap individu dalam keluarga Tn. FG belum mampu secara
maksimal dalam melaksanakan pencegahan penyakit. Hal tersebut tercermin dalam masih
banyaknya perilaku dalam anggota keluarga yang belum menunjukan perilaku hidup bersih
dan sehat. Ketika keluhan penyakit muncul, keluarga tersebut mengatasinya mencari
pelayanan kesehatan ke poskesdes, dokter umum atau ke puskesmas.
II.
dalam segitiga epidemiologi. Ketiga faktor itu adalah Penjamu (Host) Penyebab (agen)
Lingkungan (Environment). Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi,
demikian pula dengan faktor lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosialbudaya. Dari definisi menurut Undang-undang, batasan lingkungan hidup adalah Kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lainnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia termasuk dalam satu kesatuan ruang,
yang artinya segala aktivitas yang dilakukan manusia yang berdampak pada lingkungan
ataupun sebaliknya akan mempengaruhi satu sama lainnya.
Keluarga Tn.FG tinggal di areal pemukiman penduduk. Jarak antar rumah tidak
terlalu berdekatan, terdapat pekarangan. Kondisi tersebut cukup menguntungkan keluarga
Tn.FG, karena permasalahan mengenai kualitas udara, air, maupun tanah jauh tidak
sekompleks dengan pemukiman yang padat penduduk.
Daerah tempat tinggal keluarga Tn.FG merupakan daerah dengan sumber air yang
cukup baik. Kebutuhan akan air bersih tidak sulit diakses oleh keluarga Tn.FG. Keluarga
pasien memiliki sumur di rumah dengan kualitas kebersihan air dari sumur baik. Sumur ini
dipakai bersama-sama dengan orang tua dan kakak-kakak Tn.FG dan tidak pernah kering.
Daerah tempat tinggal keluarga Tn.FG dikategorikan ke dalam daerah pedesaan. Di
sekitar areal pemukiman juga tidak ada pabrik atau industri, sehingga kualitas udara yang ada
masih tergolong bagus. Namun jika ada pembakaran sampah, dapat menyebbkan pencemaran
udara.
Keluarga Tn.FG belum mengelola sampah dengan baik. Kondisi tersebut terlihat
dengan belum adanya tempat pembuangan sampah pribadi di rumah. Ny.DR menggunakan
tempat sampah yang tersedia di sebuah kebun dekat rumah yang dikumpulkan menjadi satu
dan nantinya sampah sampah tersebut akan dibakar. Namun, akhir-akhir ini, kebun tersebut
sudah dijual oleh pemiliknya, sehingga Ny.DR dan tetangga lainnya membuang sampah di
sungai. Kepala desa sudah menegur warganya yang membuang sampah di sungai dan akan
dibuatkan tempat penampungan sampah tersendiri di dekat daerah sana.
III.
APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis keliarga ini digunakan APGAR skor dengan nilai hampir
selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. APGAR skore disini akan dilakukan pada
masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menetukan fungsi
fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
Kategori
Skor
0
1. Adaptation
Keterangan
2
X
2. Partnership
3. Growth
4. Affection
5. Resolve
selalu
berkumpul
menyempatkan
waktu
untuk
Skor fungsi fisiologis keluarga Tn.FG adalah 8. Dalam ketentuan APGAR score
dikatakan keluarga ini dalam kategori baik.
IV.
FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis pada suatu keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM skor :
SUMBER
PATOLOGI
KETERANGA
N
Social
keluarga maupun
juga
baik,
hal
ini
dilihat
dari
Pendidikan
orang
tua
tergolong
cukup.
Medical
untuk
berobat.