Anda di halaman 1dari 6

Pneumomediastinum atau disebut juga emfisema mediastinum, didefinisikan sebagai

adanya udara atau gas bebas yang diketemukan pada struktur mediastinum. Istilah
pneumomediastinum pertama kali dikemukakan oleh Laennec pada tahun 1819, yang
menurutnya

akibat

beberapa

faktor

predisposisi

dari

jejas

traumatik.

Kasus

pneumomediastinum spontan pertamakali dilaporkan pada tahun 1939 oleh Louis Hamman,
dengan tanda patognomonik yang kemudian diberi nama Hammans sign. (medscape)
Dalam review oleh Chalumeau et al (2001) yang dikutip Carolan (2012), disebutkan kejadian
pneumomediastinum spontan pada 1 per 800 hingga 1 per 42.000 pasien anak yang datang ke
unit rawat darurat rumah sakit. Esayag et al (2008) melaporkan studi di Israel yang
menunjukkan kejadian pneumomediastinum spontan pada 1 dari 41.600 rujukan ke unit
gawat darurat dan pada 1 dari 15.500 kasus rawat inap. (Rajan et al)
Sedangkan Chen et al (2009), menemukan 23 kasus pneumomediastinum spontan
pada penelitiannya di Kaohsiung Medical University Hospital sepanjang Januari 2004 hingga
Desember 2007 yang mencakup 14.000 kunjungan di unit gawat darurat dan 68.000
kunjungan di fasilitas rawat jalan pediatrik. Demikian pula Lee et al (2009) yang dikutip
Carolan (2012), melaporkan hasil studi pada Childrens Medical Center di China Medical
University Taiwan, yang memaparkan kejadian pneumomediastinum spontan pada anak-anak
sekitar 1 per 8.302 kunjungan ke unit gawat darurat pediatrik. (Rajan et al)
Pneumomediastinum dilaporkan terjadi hingga 10% dari kasus trauma tumpul thorax.
Sebagian kecilnya (sekitar 2%) disebabkan oleh ruptur tracheobronchial dan cedera
esophagus (esophageal-tear). Lebih dari 95% kasus pneumomediastinum timbul dari ruptur
alveolar akibat trauma thorax (primary lung trauma), peningkatan tekanan ventilasi positif
(positive pressure ventilation), atau keduanya. Namun Damore dan Dayan (2001) yang
dikutip Carolan (2012) melaporkan ada 29 kasus pneumomediastinum yang ditemukan dalam
studinya selama periode 10 tahun yang tidak ada hubungannya dengan trauma, intubasi atau
prosedur bedah. Penelitian kohort oleh Stack et al (1996) yang dikutip Carolan (2012)
melaporkan kejadian 0,3% dari pneumomediastinum dalam hubungan dengan asma yang
datang ke institusi mereka selama periode 10 tahun. (medscape)
Dalam penelitian lainnya didapatkan pneumomediastinum lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan wanita. Damore dan Dayan (2001) yang dikutip Carolan (2012)
melaporkan 69% dari pasiennya adalah laki-laki, dan Esayag et al (2008) mencatat angka
77% dari kelompok ini, meskipun Stack et al (1996) yang dikutip Carolan (2012) melaporkan
tidak

ada

perbedaan

jenis

kelamin

yang

diamati

dalam

penelitian

kohortnya.

Pneumomediastinum traumatik lebih banyak terjadi pada laki-laki, ini mencerminkan

kecenderungan aktivitas yang akan meningkatkan resiko terjadinya trauma dan kecelakaan,
misalnya sering menyelam atau sering melakukan pekerjaan yang menahan nafas (misalnya
aktivitas atletik, angkat berat). (medscape)
Bersamaan dengan pneumomediastinum, biasanya terjadi emfisema subkutan.
Emfisema subkutan merupakan udara di lemak subkutan. Udara dapat dari luar atau dari paru
menembus pleura visceralis dan parietalis masuk ke subkutis atau udara dari paru ke
mediastinum dan ke subkutis tanpa ada kerusakan pleura. (nelson)
Etiologi
Pneumomediastinum biasanya akibat dari robekan alveolus selama penyakit paru akut
atau kronis. Sesudah robekan intrapulmonal udara dapat melewati seluruh selaput
perivaskular dan bidang jaringan lunak kearah hilus dan masuk ke dalam mediastinum
(nelson). Etiologi pneumomediastinum multifaktorial, para ahli umumnya menyebutkan
bahwa pneumomediastinum dapat disebabkan oleh pneumomediastinum spontan (terjadi
sebagai akibat penyakit sekunder atau proses lainnya) dan dapat juga disebabkan oleh akibat
sekunder dari trauma thorax, endobronkhial atau esophageal, ventilasi mekanis atau bedah
thorax atau berbagai macam prosedur invasif lainnya. Udara memasuki ruang mediastinum
dapat berasal dari intrathoracic dan extrathoracic. (korean med) (rajat et al):

Penegakan Diagnosis
Diagnosis pneumomediastinum ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik dan serangkaian pemeriksaan terutama dengan radiografi thorax.

Gejala Klinis (medscape)


Gejala klinis yang menyertai pneumomediastinum dapat bervariasi, mulai dari tidak

ada gejala sampai gejala yang berat. Beberapa gejala diantaranya adalah :
I.

Nyeri dada
Dinyatakan bahwa 50- 90% pasien dengan kasusu pneumomediastinum mengeluhkan
adanya nyeri dada. Khasnya terdapat nyeri dada substernum yang berat dengan atau
tanpa penyebaran ke leher dan lengan, yang diperberat dengan inspirasi, menyerupai
gejala awal dari infark miokard. Okada et al (2014) yang dikutip Carolan (2012)
melaporkan studi pada 20 pasien dengan pneumomediastinum berdasarkan CT-Scan
thorax, keluhan nyeri dada terjadi pada 75% pasien.

II.

Dyspnea atau sesak nafas.


Dyspnea bisa mencerminkan penyakit terkait seperti asma, pneumothorax, atau tension
pneumomediastinum.

III.

Demam
Demam ringan dapat timbul oleh pelepasan sitokin karena adanya kebocoran udara.
Namun mediastinitis atau gangguan infeksi mesti dimasukkan dalam diferensial
diagnosis bila terdapat gejala demam.

IV.

Nyeri tenggorokan
Dalam beberapa kasus pneumomediastinum timbul setelah trauma orofaringeal yang
relatif tidak berbahaya, dan muncul sebagai mulut atau tenggorokan yang nyeri. Dalam
satu studi yang mengevaluasi manifestasi kepala dan leher pada pneumomediastinum
spontan, gejala awal utama adalah leher bengkak, nyeri leher, dan odynophagia.

V.

Disfonia
Walsh-Kelly dan Kelly melaporkan seorang gadis 14-tahun dengan pneumomediastinum
yang hanya mennunjukkan gejala disfonia.

VI.

Gejala-gejala lain
Nyeri rahang, disfagia, dan leher bengkak telah dilaporkan dalam hubungannya dengan
pneumomediastinum spontan.

Pemeriksaan Fisik (medscape)

A. Udara subkutan
Dalam suatu studi oleh Damore dan Dayan (2001), tanda paling sering dilihat pada
pneumomediastinum adalah emfisema subkutan (76% pasien). Meskipun bukan tanda
patognomik

pneumomediastinum,

adanya

krepitasi

subkutan

bisa

menunjukkan

keberadaan udara bebas dalam rongga thorax. Stack et al (1996) yang dikutip Carolan
(2012) melaporkan emfisema subkutan pada 73% pasien dengan asma yang diketemukan
memiliki pneumomediastinum, dengan nilai prediktif positif 100%. Gelembung udara di
jaringan subcutan, berupa nodul yang mobil yang dapat dengan mudah digerakkan. Tanda
dan gejala dari emfisema subkutan bevariasi bergantung pada

penyebabnya, tapi

terkadang disertai dengan pembekakan leher,nyeri dada,kesulitan menelan, wheezing dan


kesulitan bernafas. Dari foto thorax bisa diketahui adanya udara di cavum mediastinum.
Pada kasus-kasus tertentu, emfisema subkutan dapat dideteksi dengan meraba kulit di
daerah tersebut. Pada perabaan tersebut akan terasa seperti kertas tisu. Saat diraba
gelembung tersebut dapat berpindah dan terkadang menimbulkan suara. Emfisema
subkutan biasanya disertai pembengkakan jaringan di sekitarnya. Begitu pula dengan
wajah pasien. Oleh karena penekanan akibat pembengkakan tersebut,suara pasien dapat
berubah.

B. Hammans Sign
Tanda Hamman merupakan tanda patognomik dari pneumomediastinum spontan, terdiri
dari Precardial Systolic Krepitasi dan melemahnya bunyi jantung. Hammans sign ini
menimbulkan bunyi klik (oleh karena adanya krepitasi) yang sinkron dengan denyut
jantung, dan akan lebih jelas didengarkan pada posisi lateral dekubitus lateral kiri. Sahni
et al (2013) dalam studi metaanalisisnya memperkirakan bahwa tanda ini terdeteksi
hanya 20% dari pasien dengan pneumomediastinum spontan, sedangkan Damore dan
Dayan (2001) melaporkan prevalensi dari 10% dalam studinya.
C. Pneumothorax penyerta
Adanya pneumothorax harus dicurigai pada individu dengan gangguan pernapasan,
asimetri suara nafas, dan hipoksemia. Banki et al (2013) melaporkan bahwa
pneumothorax diidentifikasi pada 14% dari pasien dengan pneumomediastinum
D. Saturasi oksigen
Pemeriksaan pulse oximetry semestinya dilakukan pada semua anak yang diduga
pneumomediastinum. Dalam sebuah studi pada serangkaian anak-anak dengan asma akut
yang datang ke unit gawat darurat, didapatkan bahwa anak dengan pneumomediastinum
memiliki perbedaan yang signifikan dalam saturasi oksihemoglobin (90% : 94% dari
mereka yang tidak pneumomediastinum.

Pemeriksaan Foto Rotgen


Foto torak biasanya menampakkan pneumomediastinum. Foto torak
menampakkan udara dengan ruang mediastinum. Tampak gambaran radiolusen
berupa udara bebas di sekitar daerah garis jantung disertai ruang retrosternal atau
sekitar trakea. (medscape)
Pada gambar dibawah ini terlihat emfisema subkutan pada daerah atas fosa
supraklavikula, dada, dan abdomen. Pneumomediastinum juga terjadi dengan
nonhomogen opaksitas pada daerah kanan atas. (Rajan et al).

Tatalaksana
Pengobatan diarahkan terutama pada penyakit paru yang mendasari. Analgesik
kadang-kadang diperlukan untuk nyeri dada. Emfisema subkutan jarang menyebabkan
kompresi trakea yang cukup untuk mempertimbangkan dilakukannya trakeotomi. Trakeotomi
juga mendekompresikan mediastinum. (nelson)

Anda mungkin juga menyukai