Jbptunpasppgdlbudiandoyo 24742 Babii
Jbptunpasppgdlbudiandoyo 24742 Babii
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas tentang teori teori yang
berhubungan dengan penelitian ini, yaitu persediaan dan pengujian
distribusi.
2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Masalah persediaan adalah masalah yang dihadapi oleh semua
perusahaan. Masalah persediaan penting untuk ditangani dengan baik
karena menyangkut keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Ada beberapa pendapat tentang istilah persediaan diantaranya
adalah :
1.
2.
3.
4.
II-2
2.
3.
4.
5.
II-3
2.
Fluctuation Stock
Persediaan
yang
diadakan
untuk
menghadapi
fluktuasi
Anticipation Stock
Persediaan
yang
diadakan
untuk
menghadapi
fluktuasi
II-4
2.
3.
II-5
Effesiensi
produksi
dapat
ditingkatkan
dengan
melalui
Fungsi
Independensi.
Persediaan
bahan
diadakan
agar
Fungsi
ekonomis.
Seringkali
dalam
kondisi
tertentu,
II-6
2.1.4
Sistem Persediaan
Sistem
persediaan
adalah
suatu
mekanisme
mengenai
II-7
2.
3.
4.
Secara
2.
3.
4.
2.1.5
2.
b.
Pesanan berulang.
b.
II-8
3.
4.
5.
b.
c.
d.
Permintaan dependen.
b.
Sistem kontinyu,
b.
Sistem periodik,
c.
d.
e.
2.1.6
jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dan biaya rendah.
Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem
persediaan. Biaya persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang
relevan dengan jenis biayanya, meliputi biaya pembelian, biaya
pemesanan,
biaya
simpan,
dan
biaya
kekurangan
persediaan
(Yamit,2005 : 8).
1.
luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan.
II-9
Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam
persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga
beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang
diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya
tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2.
pesanan dari supplier atau biaya persiapan (setup cost ) apabila item
diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan
berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan
dapat berupa : biaya membuat daftar permintaan, menganalisis suplier,
membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan
pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa
biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan
skedul kerja, persiapan sebelum produksi dan biaya pengecekan
kualitas.
3.
II-10
Back Order
Jika
terjadi
kekurangan
persediaan,
maka
kekurangan
Lost of Sales
Jika
terjadi
kekurangan
persediaan,
maka
kekurangan
II-11
2.1.7
Model-Model Persediaan
b.
c.
d.
e.
simpan
II-12
permintaan dimasa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan
relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah
permintaan telah diketahui, maka kita dapat mengasumsikan bahwa
jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang
konstan dan dapat diketahui. Optimum order size dihitung dengan
menganalisis total biaya persediaan. Total biaya pada suatu periode
merupakan jumlah dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan atau
biaya set up. Sehingga formulasi total biaya persediaan adalah sebagai
berikut :
TC
(2.1)
Q
D
C
A.
2
Q
II-13
2 AD
C
(2.2)
dimana : TC = Total biaya persediaan (Rupiah)
Q = Jumlah pemesanan optimal (Kg)
D = Jumlah permintaan per tahun (Kg)
C = Ongkos simpan (Rupiah/Kg)
A = Ongkos pemesanan (Rupiah).
2.
Jumlah
(2.3)
pemesanan
optimal
=Q
2 DA
CB
x
C
B
II-14
Total
biaya
persediaan
TC
L2
(Q L) 2
AD
CB
2Q
2Q
Q
(2.4)
Dimana
2 AD
x
C
B
BC
(2.5)
Dimana : B = Biaya kekurangan (Stock Out Cost) (Rupiah/Kg)
L = Persediaan maksimal (Kg).
3.
pesan akan diterima sekaligus dalam suatu saat yang sama. Jika item
diproduksi sendiri, umumnya pesanan tidak dapat datang sekaligus
karena keterbatasan tingkat produksi. Persediaan akan tiba secara
bertahap dan juga dikurangi secara bertahap karena untuk memenuhi
kebutuhan. Formulasi dari jumlah pemesanan optimalnya adalah
(2.6)
dan total biaya persediaannya adalah
2 DP
A
x
( P D) C
II-15
TC A
D
Q( P D)
C
Q
2P
(2.7)
dimana P = Kecepatan putaran produksi.
4.
per unitnya akan lebih murah dibandingkan dengan harga beli per unit
rata-rata. Hal ini sangat dimungkinkan karena jumlah produk yang dibeli
telah mencapai batasan pembelian minimum tertentu.
Pada umumnya harga beli per unit menurun sebesar kenaikan jumlah
pembelian, disebabkan karena adanya prinsip skala ekonomis dalam
bidang produksi maupun distribusi.
Apabila permintaan telah diketahui jumlahnya, maka dengan
sendirinya dalam persediaan tidak terjadi kehabisan stok. Sehingga
harga beli per unitnya menjadi bervariasi tergantung pada jumlah barang
yang dibeli. Kondisi inilah yang disebut dengan EOQ dengan potongan
harga.
5.
II-16
Q
D
P
Q
( P D)
P
(2.8)
dan ukuran laju produksi optimal adalah
2 AD
P
x
C
PD
(2.9).
pada
perusahaan
bervariasi
atau
mengikuti
distribusi
II-17
Distribusi
peluang
permintaan
barang diketahui,
2.
3.
4.
5.
Biaya
kekurangan
persediaan
II-18
A.
L
x ,
T
(2.10)
dimana : l
II-19
b.
L
,
T
l x
(2.11)
dimana :
c.
1.
2 A
,
C
(2.12)
dimana : Qo = Perkiraan awal jumlah barang yang dipesan (Kg)
II-20
2.
Qo C
,
Qo C
F ( ro )
(2.13)
atau
r l
l
F( ro ) = 1 F(z) =
(2.14)
dimana : F( ro ) = Probabilitas kekurangan persediaaan
r
3.
ro l Z o l ,
(2.15)
dimana : ro = Titik pemesanan kembali (Kg)
4.
r l
l
( ro ) = ( l r )
r l
l
=
(2.16)
( 1 ro ) F (ro ) 1 f ( z o ) ,
II-21
Dimana :
F(r) = 1- F(z) = [(r - 1 )]/ 1 = probability of stock out
f (z) = [(r - 1 )/ 1 ] =
Z2
2
= titik ordinat ,
(2.17)
dimana : ( ro ) = Ekspektasi kekurangan persediaan (Kg)
f(z) = Titik ordinat
e
5.
Qi
2 ( A ( ro ))
,
C
(2.18)
dimana : Qi
II-22
6.
F (ri )
Qi C
,
Qi C
(2.19)
dimana : Qi
ri l Z i l ,
(2.20)
r l
l
( ri ) = ( l r )
r l
l
( 1 ri ) F ( ri ) 1 f ( z i ) ,
(2.21)
dimana : ( ri ) = Ekspektasi kekurangan persediaan (Kg)
f(z)
= Titik ordinat
II-23
9.
Apabila nilai
(r ) ,
(2.22)
dimana : S = Persediaan pengaman (Kg).
e.
(2.23)
dimana : BP = Biaya pesan/tahun (Rp)
Q = Jumlah pemesanan bahan (Kg)
A
II-24
BS
r 1
2
(2.24)
dimana : BS = Biaya simpan/tahun (Rp)
C = Biaya simpan/unit (Rp)
r = Titik pemesanan kembali (Kg)
= C
x (r ) ,
Q
(2.25)
dimana : BK = Biaya kekurangan persediaan/tahun (Rp)
x ( r )
C
r 1 C
Q
Q
2
= BP + BS + BK
dimana : K = Total biaya persediaan (Rp).
BP = Biaya pesan per tahun (Rp)
BS = Biaya simpan per tahun (Rp)
(2.26)
II-25
5.
setiap satu jangka waktu tertentu dan jangka waktu ini tidak berubahubah dari waktu ke waktu. Pemesanan kembali dilakukan dengan tingkat
pesanan (R) yang berubah-ubah tetapi dengan jarak waktu yang tetap
antara dua pesanan yang berurutan. Karena jarak waktu yang tetap ini,
serta karena pemeriksaan dilakukan secara berkala, maka sistem P
disebut juga sistem pemeriksaan berkala, sistem pesanan berkala, sistem
pemesanan dengan jarak tetap atau sistem pemesanan kembali berkala.
Pada sistem P ini, ditetapkan suatu target persediaan yaitu tingkat
persediaan yang harus dicapai setiap kali pemesanan dilakukan.
Model persediaan probabilistik selain Sistem Q,r adalah Sistem P.
Adapun langkah langkah perhitungan persediaan model sistem P
adalah sebagai berikut :
1.
L
x ,
T
(2.27)
dimana : l
II-26
2.
Ti
(2.28)
dimana : Ti = Periode pemesanan (bulan)
A = Biaya sekali pesan (Rp)
C = Biaya simpan/unit (Rp)
L T
T
x ,
12
(2.29)
L T
L T
12
(2.30)
dimana : LT = Kebutuhan selama lead time dan waktu yang
bersangkutan (Kg)
II-27
L
4.
(R
F(Z)
CTi
CTi
(2.31)
Atau
F(R)
1-
R L T
L T
(2.32)
dimana : F (R) = Probabilitas kekurangan persediaan
C
R
5.
R L T Z L T ,
(2.33)
dimana : R = Tingkat pemesanan yang optimal (Kg)
Z = Nilai pada tabel normal.
6.
R L T
L T
(R ) = ( L T R )
R L T
L T
L T
II-28
( L T R) F ( R) L T f ( z ) ,
=
(2.34)
Dimana
R L T
L T
F(R) = 1- F(z) =
f (z) =
R L T
L T
Z2
2
ordinat ,
(2.35)
dimana : (R ) = Ekspektasi kekurangan persediaan (Kg)
f(z) = Titik ordinat
e
7.
1 -
Ti
(R ) ,
(2.36)
Dimana : S = Persediaan pengaman (Kg)
R = Tingkat pemesanan yang optimal (Kg)
A
Ti
(2.37)
II-29
C R 1 Ti
2
(2.38)
dimana : BS = Biaya penyimpanan/thn (Rp)
C = Biaya simpan/unit (Rp).
10. Menghitung biaya kekurangan persediaan/tahun dengan rumus :
BK
(C
) x ( R ) ,
T
(2.39)
dimana : BK = Biaya kekurangan persediaan/thn (Rp)
C R 1 Ti (C ) x ( R)
Ti
2
Ti
= BP + BS + BK
dimana : K = Biaya total persediaan (Rp)
BP = Biaya pesan per tahun (Rp)
(2.40)
II-30
dalam
segala
bidang
produksi,
sehingga
dapat
just
tingkat
in-time
memiliki
persediaan,
tujuan
dengan
yaitu
demikian
untuk
akan
II-31
dari
Just
In-Time
adalah
untuk
mendapatkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keseragaman.
Adapun langkah langkah dalam perhitungan persediaan
II-32
nm
(2.41)
Q*
2a
na
(2.42)
np
1
(1 P ) 2
(2.43)
Dimana : m = Tingkat kapasitas maksimal persediaan (Kg)
a = Target tingkat persediaan (Kg)
p = persentase penghematan biaya total yang diinginkan
2.
Qn
(2.44)
dimana : Q n = Jumlah order quantity (Kg)
n = Jumlah delivery (kali)
Q*
3.
(2.45)
dimana : T JIT = Total Annual Cost (Rp)
1
n
(TC )
II-33
Qn
n
(2.46)
dimana q = Jumlah delivery quantity (Kg)
5.
1
xTC
S 1
n
(2.47)
dimana : S = Saving by Switching (Rp)
2.2
Pengujian Distribusi
merupakan
suatu
uji
kesesuaian
distribusi
untuk
II-34
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menarik kesimpulan.
II-35
1%
1.63
(2.48)
D2
5%
1.36
10%
1.22
(2.49)
D3
(2.50)
c.
Xi ,
n
(2.51)
2. Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus :
( Xi )
n 1
(2.52)
3. Mencari nilai Fo dengan menggunakan rumus :
Fo =
fk
fi ,
(2.53)
II-36
4.
Z
5.
Xi
,
(2.54)
(2.55)
dimana = Rata rata data
= standar deviasi
n = Jumlah data
Xi = Jumlah sampel data.
Fi = Frekuensi harapan munculnya suatu data
Fk = Frekuensi komulatif
Z = Nilai probabilitas
d.
Menarik kesimpulan
Jika dalam pengujian Dn hit Dn , maka sampel berdistribusi
normal.