Anda di halaman 1dari 4

BBG#1

Salam Gladiator ! Bagaimana karyamu di tengah orang muda rekan-rekan semuanya ?


Untuk mendukung gerak langkah kita, Keluarga Gladi mengajak teman-teman semua terus memperkaya kesadaran dan
wawasan kita tentang berbagai hal terkait upaya kita membangun peran di tengah Gereja, orang muda, dan masyarakat.
Secara berkala Keluarga Gladi akan membagikan BBG, Bahan Belajar Gladi, yang berisi berbagai artikel yang kiranya dapat
membantu kita semua mempertajam karya perutusan kita di tengah dunia. Kamu juga bisa mengirim tulisan karya kamu,
saran-saran artikel, atau sumber belajar lain untuk turut memperkaya proses kita bersama. Silakan kirim masukan dan saran
ke rowanggesang@yahoo.com, atau 085643521325. Salam Hangat, Andal, Militan ! (CLKP)

Kepemimpinan Yang Efektif


Oleh Dermawan Wibisono
Seorang rekan mahasiswa dari Iran menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat nikmat karena
dilimpahi dengan berbagai sumber yang semestinya bisa untuk hidup berswasembada: minyak, emas, tembaga, gas
alam, hutan, tanah yang subur untuk pertanian, iklim yang stabil dan konstan, satwa yang dapat dibudidayakan, laut
yang lebih dari cukup sumber ikan di dalamnya, dan sebagainya.
Hanya sayang, kesalahan pengelolaan menyebabkan penderitaan yang semestinya tidak perlu terjadi. Rekan lain dari
Pakistan mengamini hal tersebut dan menambahkan, hanya satu yang dibutuhkan Indonesia saat ini, yaitu pemimpin
yang benar. Pemimpin yang efektif untuk beberapa lapisan saja dari struktur negara Indonesia akan menggerakkan
seluruh masyarakat yang memang pada dasarnya bersifat paternalistik ini ke arah kemakmuran.

Pemimpin yang efektif ?


Benar. Jika kita mencoba mencermati dan mengkaji kondisi dari berbagai lembaga pemerintah, lembaga negara
maupun unit-unit bisnis di Indonesia, maka kita akan mengalami kesulitan untuk mencari figur-figur yang memang
memiliki pola kepemimpinan yang efektif. Sama sulitnya dengan kita mencari 11 orang pemain sepakbola dari 200
juta penduduk Indonesia untuk bisa mengalahkan kesebelasan Swedia sekalipun, yang penduduknya tidak lebih dari
15 juta jiwa itu.
Mayoritas organisasi di Indonesia tersebut dijalankan oleh pemain alam. Jarang yang membekali diri dengan
pengetahuan tentang kepemimpinan itu sendiri. Mitos bahwa pemimpin dilahirkan telah lama dipatahkan oleh para
pakar. Bakat alam tentu akan mendukung, namun tanpa pengasahan yang benar akan menjadi mutiara yang
terpendam dalam lumpur. Ikut terlarut dalam kubangan pola kepemimpinan sporadis seperti yang saat ini kita alami.
Salah satu kelemahan utama pola kepemimpinan alami adalah bahwa seringkali pemimpin menjalankan roda
organisasi berdasarkan asumsi-asumsi. Para pemimpin berasumsi bahwa mereka mengerti betul kebutuhan organisasi
yang dipimpinnya. Mereka merasa mengerti seberapa bagusnya performansi kepemimpinan mereka. Jarang sekali
asumsi-asumsi ini didukung oleh data yang konkret dan fakta yang riil. Kita tidak dapat mengerti kemauan yang kita
pimpin, kecuali kita menanyakannya langsung kepada yang kita pimpin, berkali-kali dan berulang-ulang untuk
mendapatkan akurasi. Hal itu harus dilakukan karena permasalahan seringkali bersifat dinamis. Keputusan yang
dianggap tepat saat ini dapat berubah di saat yang lain. Pemimpin tidak dapat menghilangkan permasalahan tanpa
secara sistematis melakukan proses perbaikan terhadapnya.
Sementara itu kita sebagai anggota organisasi percaya bahwa pemimpin memiliki jawaban terhadap segala macam
jenis persoalan. Kita mengharapkan pemimpin kita tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dikatakan, dan
apa yang harus diputuskan dalam setiap situasi. Pengikut mengharapkan. Pemimpin menerima harapan itu. Dengan
kondisi semacam ini, tidak ada seorangpun yang akan menang. Organisasi itu tidak akan kemana-mana, bahkan akan
menuai keruntuhannya.

Bahan belajar Gladi #1

Pada saat anggota organisasi menggerutu tentang sikap-polah-keputusan pemimpin, mereka menikmati keuntungan
dengan tanpa adanya tanggung jawab untuk membuat keputusan itu: para pengikut tidak ikut merasa bertanggung
jawab. Mereka tidak harus berkutat dengan berbagai macam isu. Mereka tidak harus menimbang keuntungan dan
kerugian dari setiap alternatif. Mereka tidak merasa perlu waktu untuk belajar. Mereka hanya bersorak-sorai saja dari
pinggir lapangan sambil memanas-manaskan situasi pertandingan, tanpa memberikan jalan keluar situasi yang
semakin ruwet dan panas itu.
Sementara itu sang pemimpin asyik dengan ketidakinginannya berbagi kekuasaan dan otoritas. Para pemimpin
merasa tidak perlu memperlihatkan kebutuhan mereka akan metode pemecahan suatu masalah. Tidak perlu
menunjukkan sisi kelemahan mereka dan rasa takut terhadap pihak lain. Mereka merasa tidak harus menerangkan
apa yang mereka mau - para pengikut diharapkan mengerti sendiri.
Mereka merasa tidak harus membangun konsensus atau meningkatkan partisipasi anggota organisasi. Mereka merasa
tidak harus mengubah cara mereka memimpin. Mereka meminta anggota menerima apa adanya. Sebagai akibatnya,
setiap orang dalam bangunan organisasi itu menjadi pihak yang kalah.
Pola kepemimpinan alami seperti tersebut di atas hendaknya kita perbaiki dengan pola kepemimpinan yang efektif.
Dalam pola kepemimpinan yang efektif, pemimpin harus memiliki kepercayaan diri, memiliki kejujuran,
berpengetahuan dan dapat menentukan. Namun para pemimpin tersebut juga perlu untuk belajar dan
mempraktekkan karakteristik-karakteristik baru, di antaranya (George, 1997):

Keingintahuan (curiosity)
Pemimpin selalu bertanya, selalu penasaran, terbuka terhadap persoalan-persoalan baru,
pendekatan-pendekatan baru, pikiran-pikiran baru, dan ide-ide baru. Mereka secara konstan
peduli terhadap performansi organisasi yang dipimpinnya dan performansi dirinya sendiri.
Mereka tidak selayaknya berpedoman: "Begitu saja kok dipikirkan" atau "Begitu saja kok
repot!" Pemimpin dipilih memang untuk berpikir dan repot.

Keinginan untuk berubah (willingness to change)


Mereka bukan hanya mencermati permasalahan-permasalahan baru, mengundang ide-ide
baru, pikiran-pikiran baru dan pendekatan-pendekatan baru, tetapi mereka harus
menggunakannya untuk memfasilitasi perubahan. Mereka tidak percaya terhadap status quo.
Mereka harus selalu menuju pada proses perbaikan yang berkelanjutan.

Membangun kepercayaan yang tulus


Secara alami manusia dilahirkan untuk bersikap sinis. Mereka bersorak atas kegagalan orang
lain. Seringkali orang mengatakan bahwa mereka percaya secara tulus, tetapi pada
kenyataaannya merekalah yang sebenarnya ingin dipercaya. Sikap seperti ini, walaupun
manusiawi, haruslah dikikis pada diri seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang efektif
harus mengakui bahwa setiap individu dalam organisasi dapat diberikan tanggung jawab dan
difasilitasi untuk membuat organisasi berjalan dengan baik.

Mampu untuk mendengarkan dan berkomunikasi


Banyak kita dapati pembicara-pembicara yang baik di kalangan pemimpin. Namun sangat
sedikit kita dapatkan pendengar-pendengar yang baik di antaranya. Mereka seringkali sangat
senang dengan gaung suaranya sendiri. Itulah sebabnya banyak lahir orator-orator ulung,
para penanya-penanya kritis, namun sangat jarang kita temukan para perumus permasalahan
yang teliti dan akurat dan lebih jarang lagi ditemukan para pemikir alternatif pemecahan
persoalan yang andal. Seorang pemimpin yang efektif seharusnya tidak sibuk dengan nada
suaranya sendiri. Mereka harus melihat bahwa mendengarkan merupakan kesempatan untuk
belajar dan berkomunikasi merupakan kesempatan untuk memperluas proses belajar.

Konsisten terhadap tujuan


Konsisten terhadap pencapaian tujuan membutuhkan kesabaran, komitmen dan keuletan.
Itulah sebabnya seorang pemimpin harus melihat tujuan organisasi yang dicanangkan, dijaga
dengan baik dalam masa susah maupun senang untuk dicapai. Konsistensi ini juga harus
dijaga dalam proses pencapaiannya. Tidak berubah-ubah secara sporadis sehingga

Bahan belajar Gladi #1

membingungkan pengikutnya. Penetapan skala prioritas dan pengajian keterkaitan antar


berbagai macam permasalahan merupakan hal yang mutlak dilakukan.
Berbagai macam karakteristik kepemimpinan yang efektif seperti dipaparkan di atas bukanlah menyangkut tentang
gaya kepemimpinan. Karakteristik tersebut tidak berkaitan dengan seorang pemimpin harus tampan dan gagah, harus
jenaka dan memiliki segudang lelucon, harus kharismatik atau penuh energi.
Pemimpin yang paling efektif dalam organisasi yang paling sukes saat ini adalah pemimpin yang melihat diri mereka
sendiri sebagai pemain kunci dalam sebuah sistem organisasi, sebuah posisi yang unik, di mana tujuan utamanya
adalah memuaskan para pemegang saham organisasi tersebut dan pelanggan utamanya. Dalam konteks bisnis,
pemegang saham dan pelanggan dapat bervariasi, namun dalam konteks kenegaraan dan pemerintahan, pemegang
saham dan pelanggan utama adalah masyarakat negara itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pemimpin yang efektif harus belajar memimpin dalam berbagai situasi dan
kondisi yang menantang, di antaranya:

Pemimpin harus membantu kreativitas dan mengkomunikasikan visi bersama mereka.


Dalam sebuah organisasi, setiap hidung harus menuju pada arah yang sama. Jika tidak,
resultan dari berbagai macam arah tersebut akan saling meniadakan. Artinya, visi
organisasi harus di tata bersama dan disepakati. Berdasarkan visi bersama tersebut,
masing-masing anggota organisasi berkontribusi sesuai dengan bidang kerjanya masingmasing. Tugas pemimpin adalah mengembangkan kreativitas individu tersebut. Bukan
mematikannya dengan gaya diktatorisme.

Pemimpin harus memfasilitasi pemberdayaan


Terdapat dua pilihan bagi seorang pemimpin: Anda mengerjakan semua tugas yang ada
tersebut sendirian dan berharap orang lain akan membantu anda. Atau anda memberi
setiap orang cara untuk mengerjakan tugas masing-masing dan anda berhasil dengan
acara tersebut. Seorang pemimpin yang efektif hendaklah membagi tugas ke segenap
anggota organisasi dan mengambil tanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut.
Bukan sebaliknya: mengerjakan tugas tersebut sendiri dan melemparkan tanggung jawab
atas kekeliruan pengerjaan tugas tersebut kepada anggota organisasi yang lain. Give the
task and take responsibility, do not blame the others.

Pemimpin harus memfokuskan diri terhadap kebutuhan yang dipimpinnya. Sebuah


organisasi akan dinilai berhasil oleh pihak penilai netral jika organisasi tersebut meletakkan
fokus terhadap kepuasan pelanggan utamanya. Keberhasilan lain, semacam aspek finansial,
wibawa pemimpin dan sebagainya hanyalah akibat ikutan saja.

Pemimpin harus menghasilkan karya nyata


Seorang pemimpin tidak hanya bisa mengandalkan konsep-konsep saja, tetapi hasil nyata
kerjanya harus terukur. Tidak hanya pandai melontarkan retorika. Atau bahkan tidak hanya
pandai diam saja. Harus memiliki besaran-besaran keberhasilan kuantitatif yang
menunjukkan kemajuan dan perbaikan.

Pemimpin harus berbagi informasi


Mengumpulkan informasi yang benar merupakan hal yang kritis. Mengkomunikasikannya ke
seluruh organisasi merupakan hal yang esensial. Informasi merupakan sumber utama
survival suatu organisasi. Dengan cara mengumpulkan dan menyebarkan informasi dengan
benar dan akuratlah sebuah organisasi dapat mengklaim bahwa mereka mengelolanya
berdasarkan fakta dan kondisi riil. Jika informasi tidak tersedia maka orang-orang akan
menciptakannya sendiri. Mereka mulai dengan rumor-rumor. Membuat asumsi-asumsi.
Yang akhirnya mereka percayai sebagai fakta otentik.

Pemimpin harus mempelopori perubahan


Pemimpin bertugas merancang, melayani dan mengajari. Mereka bertanggung jawab dalam
membangun organisasi di mana masyarakat secara kontinu akan memperluas kemampuan

Bahan belajar Gladi #1

mereka untuk memahami kompleksitas, mempertajam visi dan memperbaiki model mental
organisasi (Senge, 1990).

Oleh karena itu, kepeloporan terhadap perubahan ke arah positif adalah mutlak bagi seorang pemimpin. Pemimpin
yang bersih, tidak selalu sukses membersihkan lingkungannya. Tetapi pemimpin yang kurang bersih, walaupun sedikit
saja, akan membuat lingkungannya lebih kotor dari semula. ***

Dermawan Wibisono adalah dosen di Jurusan Teknik Industri ITB, program S2 TMI-ITB dan program MM-ITB. Saat ini sedang
mengambil S3 di University of Bradford, Inggris. Tanggapan untuk tulisan-tulisannya bisa dikirimkan ke D.Wibisono@Bradford.ac.uk.

Bahan belajar Gladi #1

Anda mungkin juga menyukai