Anda di halaman 1dari 3

Salah satu parameter kimia lainnya ialah salinitas.

Dalam Oceanografi salinitas diartikan


sebagai ukuran yang menggambarkan tingkat keasinan (kandungan Na Cl ) dari suatu
perairan . Satuan salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian perseribu
bagian, misalnya 35 gram dalam 1 liter air (1000 ml) maka kandungan salinitasnya 35 atau
dalam istilah lainnya disebut psu (practical salinity unit). Air tawar memiliki salinitas 0 ,
sedangkan air payaumemiliki salinitas antara 1 - 30, sedangkan air laut/asinmemiliki
salinitas diatas 30. (Surat Faathir ayat 12)
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
Air tawar

Air payau

Air saline

Brine

< 0,05 %
0,053 %
35 %
>5 %
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya
pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan
sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia
disebut brine.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%.
Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari
air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.[1]
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida
terutama kloridaadalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen terlarut.
Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam bagian
perseribu (parts per thousand , ppt) atau permil (), kira-kira sama dengan jumlah gram
garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan
sebagai dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel
terhadap"Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia.
[2]

Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit

Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar.[3][4] Rasio
tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram
garam per liter larutan.[5]

ABA dianggap sebagai 'hormon stres' yang memainkan peran penting dalam respons
tanaman terhadapberbagai cekaman. Kandungan ABA pada tanaman meningkat sebagai
respon terhadap defisit air, yangkemudian memicu jalur sinyal/penanda rumit
dan mengendalikan tanggapan hilir seperti konduktansistomata, akumulasi osmolyte dan eks
presi gen. Selain itu, biosintesis dan degradasi ABA tersebut diaturpada tingkat ekspresi
gen. Sebagai contoh, ekspresi-berlebih
(overekspresi) dari ABA2 menyebabkankadar ABA meningkat
pada tanaman Arabidopsis transgenik. Pada padi, OsABA2 (AB050884), sebuah
gen homolog OsABA1, menyandi epoxidase zeaxanthin (ZEP) yang berperan
sebagai katalisator darilangkah penting biosintesis ABA. Dari penelitian ini
ditemukan bahwa TERF1 bertindak mengaturekspresi dari OsABA2, yang
berimplikasi bahwa ekspresi berlebih dari TERF1 mungkin menyebabkan
akumulasi ABA, dan mengakibatkan penutupan
stomata untuk mengurangi kehilangan air tanaman padi transgenik.
Prolin merupakan satu-satunya asam amino dasar yang memiliki dua gugus samping yang
terikat satu-sama lain (gugus amino melepaskan satu atom H untuk berikatan dengan gugus
sisa). Akibat strukturnya ini, prolin hanya memiliki gugus amina sekunder (-NH-). Adanya
rantai siklik yang terbentuk antara gugus amina dan residu menyebabkan prolin memiliki
karakter yang khas (relatif sangat kaku) dan menentukan konformasi protein secara kuat.
Fungsi terpenting prolin didalam Wikipedia disebutkan adalah sebagai komponen protein. Sel
tumbuh-tumbuhan tertentu yang terpapar kondisi lingkungan yang kurang cocok (misalnya
kekeringan) akan menghasilkan prolin untuk menjaga keseimbangan osmotik sel. Prolin
dibuat dari asam L-glutamat dengan prekursor suatu asam amino. Prolin bukan merupakan
asam amino esensial bagi manusia.
Prolin (biasa di sebut juga Pro atau P) ialah sebuah -asam amino, satu dari 20 DNA yang
dikode asam-asam amino. Codon-codonnya ialah CCU, CCC, CCA, dan CCG. Prolin adalah
protein yang dibentuk asam amino karena -amino merupakan bentuk sekunder (Wikipedia,
2009).
Akumulasi prolin merupakan konsekuensi dari peningkatan asam amino bebas dan tidak
semata-mata karena pengaruh induksi dan ekspresi gen secara langsung. Maggio et. al.

(2002) berpendapat bahwa tanaman transgenik juga dibuat untuk memproduksi prolin, dalam
keadaan pertumbuhan tanaman yang dalam kondisi stress. Ketika tanaman berada pada
lingkungan stress, seperti kekeringan, salinitas tinggi, dan temperatur yang rendah, tanaman
aktif memproduksi berbagai macam metabolit dan sistem pertahanan untuk tetap bertahan
hidup. Contohnya, osmoprotektans, seperti prolin (pro), glycine betaine, mannitol, dan gula
untuk toleransi terhadap cekaman.
Prolin yang bertindak sebagai ospmoprotectan yang mengendalikan hyperosmotic stress
berperanan penting dalam menjaga turgor sel dan pertumbuhan akar pada kondisi potensial
osmotik yang rendah. Adanya variasi kuantitatif akumulasi prolin tersebut maka akumulasi
prolin dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria seleksi pada program pemuliaan. Pada
tanaman yang toleran dan bertahan terhadap kondisi defisit air eksternal (meskipun potensial
air rendah), terjadi mekanisme mempertahankan turgor agar tetap di atas nol, untuk menjaga
agar potensial air jaringan tetap rendah dibandingkan potensial air eksternalnya sehingga
tidak terjadi plasmolisis (Jones dan Turner 1980 dalam Lestari, 2004).
Akumulasi prolin pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan disebabkan oleh
meningkatnya biosintesis prolin dan inaktivasi degradasi prolin (Madan et al., 1995; Yoshiba
et al., 1997; Nambara et al., 1998). Hasil penelitian hubungan ekspresi gen-gen untuk enzim
yang terlibat dalam biosintesis dan metabolism prolin dan akumulasi prolin di bawah kondisi
tercekam kekeringan menunjukan bahwa, level prolin pada tanaman diatur pada level
transkripsi selama terjadi stres kekeringan (Yoshiba et al., 1997). Pada tanaman, prolin
disintesis dari glutamin atau dari ornitin. Lintasan dari glutamin merupakan rute primer untuk
biosintesis prolin dalam kondisi tercekam kekeringan (Madan et al., 1995; Yoshiba et al.,
1997). Akumulasi prolin dalam respon terhadap tercekam kekeringan telah dilaporkan pada
beberapa tanaman secara in vitro dan in vivo (Handa et al., 1986; Sarkar 1993; Madan et al.,
1995; Girousse et al.,1996). Jumlah prolin yang meningkat dianggap merupakan indikasi
toleransi terhadap cekaman kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan
N dan osmoregulator dan/atau sebagai protektor enzim tertentu (Kim dan Janick 1991;
Madan et al. 1995; Prasad dan Potluri 1996; Yoshiba et al., 1997). Sel, jaringan atau tanaman
yang over produksi prolin dianggap mempunyai sifat toleransi terhadap kekeringan yang
lebih baik. Selain sebagai osmoregulator, prolin juga berperan penting dalam menjaga
pertumbuhan akar pada potensial osmotik air rendah (Sharp 1994; Ober dan Sharp 1994
dalam Sutjahjo, 2004)

Anda mungkin juga menyukai