yang merupakan struktur utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang
bekerja padanya. Untuk bangunan sederhana, rangka dinding bangunan dapat dibuat
dari tiang-tiang kayu (kolom) yang saling dihubungkan oleh batang-batang datar (balok).
Pada bangunan rumah tinggal yang permanen, rangka dinding bangunan dibuat
dari konstruksi beton bertulang dengan dinding dari pasangan hebel bata ringan, batu
bata atau batako. Untuk bangunan bertingkat sederhana/rendah, umumnya berupa
struktur rangka portal (frame structure) yaitu kerangka yang terdiri dari kolom dan balok.
Pada sistem rangka, dinding penyekat tidak diperhitungkan ikut mendukung
beban. Dinding bangunan berfungsi hanya sebagai pembatas ruang. Dinding bangunan
sebaiknya dibuat jangan terlalu tebal agar berat dinding bangunan dapat seringan
mungkin, sehingga ukuran rangka portal dan pondasi dapat dibuat menjadi lebih kecil
pula.
Rangka dinding bangunan harus dibuat dengan beberapa syarat, yaitu :
1.
Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang mantap untuk memberikan bentuk
yang permanen dan mampu mendukung konstruksi atap
2.
Dapat memberikan keindahan
3.
Dibuat dengan bentuk sedemikian, sehingga dapat memberikan kenyamanan
tinggal bagi penghuni.
Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap bebanbeban seperti :
1.
Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk
segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), alat atau mesin yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya.
2.
Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah
3.
Beban angin : beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang)
4.
Beban gempa : besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan
akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik
5.
Beban khusus : beban kerja yang antara lain berasal dari adanya selisih suhu,
penurunan pondasi, susut bahan.
Untuk bangunan tidak bertingkat yang dinding-dinding penyekatnya dari pasangan batu
bata, harus diberi perkuatan konstruksi beton bertulang praktis yaitu balok sloof, kolom
praktis dan balok atas (ringbalk). Konstruksi beton bertulang praktis tidak diharuskan
dilakukan hitungan mekanik untuk perencanaan dimensi beton dan jumlah
penulangannya. Pemakaian konstruksi beton bertulang praktis pada bangunan tidak
bertingkat selain sebagai perkuatan pasangan batu bata juga sebagai syarat untuk
bangunan tahan gempa.
Balok sloof dipasang di atas seluruh panjang pondasi, untuk mendukung dan meratakan
beban tembok di atasnya dan meneruskannya ke pondasi di bawahnya. Balok sloof ini
juga berfungsi sebagai trasraam yang dapat mencegah naiknya air dari bawah ke atas
tembok
Untuk merekatkan bata-bata sebagai pasangan tembok, dipakai adukan perekat 1 kapur
: 1 semen merah : 2 pasir atau 1 semen : 5 pasir. Bahan-bahan ini dicampur dalam
keadaan kering dan disaring halus. Bagian yang berbutir besar dibuang, yang dipakai
hanya bahan yang dapat melewati saringan. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur
air sampai diperoleh adonan yang lekat. Untuk adukan dari semen dan pasir, yang
disaring cukup pasirnya saja dan butiran yang dapat lewat saringan yang dipakai
sebagai campurannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan dinding dari batu bata :
Bata harus dibasahi sampai gelembung udara dalam bata ke luar semua
Tidak boleh ada perekat tegak yang merupakan satu garis lurus dari bawah
sampai ke atas. Untuk pasangan batu selisih perekat tegak batu dan untuk
pasangan 1 batu selisih perekat tegak batu.
Bata potongan yang kurang dari batu sebaiknya tidak dipergunakan lagi
Ketinggian pemasangan bata setiap harinya tidak lebih dari 1 m
Untuk memperoleh pasangan bata yang tegak dan lurus, dipakai bantuan batang
kayu yang dipasang berdiri tegak lurus pada kedua tepinya.
Untuk membuat dinding pasangan bata menjadi halus, rapi dan bersih dapat ditutup
dengan lapis penutup yang disebut plesteran. Bahan campuran untuk plesteran dibuat
sama dengan bahan untuk pasangan batanya. Pada plesteran tepi atau sponneng harus
dibuat dengan campuran 1 semen : 2 pasir agar kuat dan tidak mudah rusak. Tebal
plesteran antara 1,5 2 cm. Pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi,
dibersihkan dari kotoran dan lumut yang melekat. Untuk memberi warna pada plesteran
dapat dipakai kapur atau cat tembok. Pada dinding luar harus digunakan cat tembok
yang tahan terhadap pengaruh cuaca luar agar tidak mudah mengelupas dan luntur.