PAPER PRESENTASI
KEHIDUPAN HAMBA TUHAN: SELF DISCIPLINE
Tugas ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari persyaratan mata kuliah
Studi Perjanjian Baru II B
Dosen: Pdt. Andereas H. Simeon, M.Th
Disusun oleh :
Nama : Wahyu Abi Setiadi
Program : S.Th
30 Oktober 2013
Pendahuluan
Panggilan untuk menjadi pengikut Kristus bukanlah sesuatu hal yang mudah. Seorang
pengikut Kristus akan menghadapi berbagai tantangan, pencobaan, dan pergumulan
sepanjang kehidupannya. Mereka diwajibkan untuk terus berjuang sampai mencapai titik
garis akhir dalam perjalanan hidupnya dan sambil dengan tekun menantikan pengharapan
yang akan diterimanya. Pada realitanya tidak jarang bahwa orang-orang percaya ditemukan
gugur di tengah jalan yang disebabkan oleh berbagai hal. Sementara itu di sisi lain ada orangorang percaya yang mempertahankan imannya di tengah-tengah penganiayaan dimana
mereka tetap berdiri teguh memegang kebenaran yang dipercayainya. Ini menunjukkan suatu
kondisi real yang pengikut Kristus alami. Tantangan zaman yang terus mencoba untuk
menggeser kesetiaan orang-orang percaya terhadap Kristus juga menjadi pokok masalah
tersendiri.
Dan faktanya, orang-orang percaya yang mendapatkan panggilan khusus menjadi
hamba Tuhan akan memiliki suatu tanggungan beban yang lebih berat lagi. Menjadi seorang
hamba Tuhan perlu memperhatikan kebutuhan jemaat-jemaat, perlu memperhatikan cara
hidupnya, perlu bertanggungjawab atas pengajarannya, dan perlu memikirkan penginjilan
terhadap orang-orang yang belum mengenal Kristus. Seorang hamba Tuhan dituntut
mengerjakan segala tanggungjawabnya dengan baik. Dengan demikian seorang hamba Tuhan
perlu mempersiapkan dirinya dengan sungguh-sungguh untuk berjuang dalam menghadapi
segala tantangan yang akan dihadapinya. Dalam hal ini Paulus adalah salah satu teladan
seorang figur hamba Tuhan yang telah mengalami berbagai ujian dan tantangan di medan
pelayanan dimana perlu diperhatikan ketika ia menasehati anak rohaninya yaitu Timotius
tentang bagaimana seharusnya hidup sebagai hamba Tuhan.
Paulus yang adalah salah satu rasul Kristus menuliskan sebagian besar kitab-kitab
yang ada dalam Perjanjian Baru. Surat-surat yang ditulisnya memiliki tujuan yang berbedabeda sesuai dengan konteks pergumulan para jemaat mula-mula. Di dalam surat-surat yang
ditulisnya, ada surat-surat khusus mengenai penggembalaan yang membicarakan seputar
kehidupan seorang hamba Tuhan, kepemimpinan dalam jemaat, dan nasehat-nasehat
mengenai sebuah pelayanan. Berkaitan dengan topik bagaimana seharusnya hidup sebagai
hamba Tuhan maka penulis ingin mempelajari suatu pesan Paulus yang disampaikannya
kepada Timotius selaku anak rohaninya dalam Surat 2 Timotius 2:1-7.
Surat-Surat Pastoral
2
Surat-surat Pastoral terdiri atas surat 1 & 2 Timotius dan Surat Titus. Ketiga surat ini
digolongkan sebagai surat Pastoral karena memiliki bentuk yang berbeda dengan surat-surat
Paulus yang lain dan isi dari ketiga surat ini banyak memiliki kemiripan baik dari segi tematemanya dan istilah-istilah yang terkandung di dalamnya. Surat-surat Paulus yang ini berbeda
dengan surat-suratnya yang lain dalam segi penerimanya. Jikalau dalam surat-surat Paulus
yang lain ditujukan kepada sebuah jemaat lokal, ketiga surat Paulus ini ditujukan kepada
perorangan, yaitu Timotius dan Titus selaku gembala umat. Dan memang surat ini dikenal
sebagai surat-surat yang memberikan semacam pedoman bagi penggembalaan jemaat oleh
pemimpinnya.1 Tujuan penulisan Surat-Surat Pastoral ini antara lain: Dalam 1 Timotius dan
Titus, Paulus mau memberi nasehat tertulis kepada kedua rekan dekatnya tentang tata cara
jemaat yang untuk sementara waktu berada dalam tanggung jawab mereka, selain itu Paulus
juga bekeinginan memberikan dorongan dan tantangan pada Timotius supaya teguh dan tidak
malu karena Injil. Sedangkan dalam 2 Timotius Paulus hanya sedikit membicarakan tatanan
gerejawi namun lebih berfokus pada Timotius dan tugas yang diberikan kepadanya.2 Situasi
pada saat penulisan surat-surat ini cukup menegangkan, karena pada saat itu mulai
bermunculan ajaran-ajaran sesat yang berbahaya dimana dapat mengancam kesejahteraan
gereja Kristus. Ciri-ciri ajaran sesat itu dapat diidentifikasikan seperti berikut 3:
a. Ajaran sesat itu dicirikan oleh Intelektualisme spekulatif. Ajaran sesat yang suka
menimbulkan berbagai persoalan (1 Tim. 1:4), persoalan bodoh yang perlu dihindari (Tit.
3:9), persoalan bodoh dan tidak layak (2 Tim. 2:23).
b. Ajaran sesat itu dicirikan oleh kesombongan, dimana penganut ajaran sesat itu berlagak
tahu atau sombong namun yang dalam kenyataannya tidak mengetahui apa-apa ( 1 Tim. 6:4).
Melalui adanya pengajaran-pengajaran sesat juga inilah Paulus mempersiapkan
Timotius untuk berani memberitakan kebenaran dan menentang segala pengajaran yang dapat
meracuni kehidupan jemaat Kristus.
Surat 2 Timotius adalah surat terakhir dari Paulus untuk Timotius yang dituliskan
sekitar tahun 63 M. Hal itu berawal mula dari kunjungan Paulus ke Troas yang akhirnya ia
tertangkap dan dibawa ke Roma sebab waktu itu sedang terjadi penganiayaan yang dipelopori
oleh kaisar Nero demi mencegah perkembangan Kekristenan. Saat dipenjara Paulus begitu
sadar bahwa kepergiannya tidak akan lama lagi dan kemudian ia menuliskan surat untuk
Timotius dan mendesaknya untuk datang menemuinya bersama Markus dan sambil
menyuruhnya membawakan barang-barang Paulus yang tertinggal. Dalam suratnya ini Paulus
menuliskan pesan kepada Timotius yang sifatnya adalah pribadi. Timotius bagi Paulus adalah
seorang anak di dalam iman (2 Tim. 1:2), dimana Paulus sendiri begitu mengasihinya. Tujuan
Paulus dalam menuliskan surat ini adalah karena Paulus mengetahui bahwa Timotius pemalu
serta menghadapi kesukaran, dan karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat
dari gereja dan adanya guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius
supaya dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan
melaksanakan tugas-tugasnya.4
J.D Douglas, Hamba Tuhan Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (1994 ed.), vol. 1, p. 360.
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma, terj. Nanik Harjono dan
Jakub Susabda (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 22-23.
8
memutuskan untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Timotius dituntut untuk berani
mengabarkan kebenaran Injil walaupun harus menanggung resiko penganiayaan terhadap
dirinya. Memang pemberitaan Injil pada waktu itu sangatlah riskan dan itu dikarenakan
adanya penganiayaan oleh kaisar Nero terhadap orang-orang percaya. Dan Timotius pun
tentunya juga tahu bahwa banyak orang-orang percaya yang telah mati syahid akibat
mempertahankan imannya di tengah kebengisan kaisar Nero. Timotius juga diperhadapkan
dengan suatu realita dimana kondisi zaman akan semakin mengalami kemerosotan, dimana
Paulus telah memaparkan dosa-dosa yang akan menjadi ciri-ciri hidup orang-orang pada
zaman itu dan bahkan ada dari mereka yang berlindung dibalik jubah agama. Mengenai hal
ini Paulus mendorong Timotius untuk menghindari mereka. 9 Penempatan Timotius di gereja
Efesus oleh Paulus menjadi tantangan sendiri bagi Timotius. Gereja dimana pernah
digembalakan dan dikembangkan oleh Rasul Paulus namun yang telah mengalami degradasi,
baik dalam aspek doktrin maupun cara kehidupan jemaat. Timotius juga diperhadapkan
dengan adanya berbagai ajaran sesat yang pada waktu itu sedang merajalela dan menyusup di
dalam jemaat Efesus sehingga berpotensi untuk merusak kemurnian Injil dan merampas
kesejahteraan jemaat Kristus. Selain tantangan eksternal, Timotius juga mengalami tantangan
internal. Secara psikologis dapat diketahui bahwa Timotius di dalam penampilannya masih
dihinggapi rasa takut karena faktor usianya yang masih muda. 10 Ketakutannya mungkin
adalah dipandang rendah oleh orang-orang yang lebih tua darinya, sebab ia memimpin
mereka dan merasa belum banyak mendapatkan pengalaman hidup. Oleh karena itulah
Paulus sangat memahami Timotius dan ia selalu memberikan nasehat-nasehat, dorongan,
motivasi, demi mempersiapkan Timotius untuk menjalankan tugasnya sebagai hamba Tuhan
penerus Paulus.
haruslah disadari bahwa hamba Tuhan juga hanyalah seorang manusia yang pastinya
mempunyai kelemahan. Oleh karena itu seorang hamba Tuhan harus selalu bergantung
9
tanpa pengendalian diri maka orang percaya atau hamba Tuhan akan hidup dalam
ketidakberaturan dan ia tidak akan pernah mencapai apa yang diharapkan. Tanpa
pengendalian diri maka dimungkinkan akan jatuh dalam kesenangan dan kenyamanan diri
sendiri. Ketika Paulus mendorong Timotius agar memiliki self-discipline maka Paulus
bertujuan supaya Timotius berani hidup bagi Kristus walaupun ditengah-tengah konteks yang
sangat tidak mendukung, dan memang faktanya bahwa hamba Tuhan seharusnya selalu siap
sedia. Menariknya bahwa dalam perikop 2 Tim. 2:1-7, Paulus memakai tiga gambaran
metafora yang dirancang untuk mendorong Timotius ketika sedang menghadapi tugas yang
sulit agar mampu bertahan.13 Ketiga metafora tersebut adalah sebagai berikut:
Prajurit
2 Timothy 2:3,4 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus
Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan
soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya.
Paulus memang sering menggunakan kiasan mengenai militer dalam suratsuratnya sehingga tidaklah heran jikalau disni ia mencoba untuk membuat metafora seorang
prajurit bagi seorang hamba Tuhan. 14 Paulus bermaksud supaya Timotius melihat beberapa
kesamaan antara pelayanan dengan tugas seorang prajurit, dimana prajurit akan menghadapi
suatu kesulitan. Analogi pertama Paulus dalam seruannya untuk Timotius untuk "
menanggung penderitaan , synkakopathe , secara harfiah adalah "
mengambil bagian dalam penderitaan buruk. Sebagaimana Paulus yang mengalami
penderitaan ketika memberitakan Injil, demikian pula Timotius. Sifat-sifat prajurit yang
diinginkan Paulus dalam hidup orang Kristen antara lain:
a. Perjuangan prajurit menuntut suatu konsentrasi yang artinya orang yang sudah
mendaftarkan diri berjuang tidak boleh lagi terlibat dalam urusan hidup sehari-hari. Kata
Yunani yang dipakai empleketai (terjerat). Seorang hamba Tuhan harus fokus pada
tanggung jawab utamanya yaitu pelayanannya, dan jangan sampai terikat dengan
kepentingan-kepentingan lain yang akhirnya mengabaikan tanggung jawab utamanya.
13
D.A. Carson and friends, New Bible Commentary, Libronix Digital Library System
ver. 2.1, Intervarsity Press, Downers Grove, Illnois (diakses 29 Oktober 2013).
14
Raymond F. Collins, 1& 2 Timothy and Titus: A Commentary (Louisville,
Kentucky: Westminster John Knox Press, 2002), 274.
b. Syarat untuk prajurit adalah ketaatan. Seorang prajurit akan dirancang untuk taat pada
komandannya. Demkian setiap orang percaya hendaknya selalu berusaha taat pada Allah.
c. Syarat bagi seorang prajurit adalah bersedia berkorban. Demikian hendaknya setiap orang
percaya mau berkorban dan menderita karena kebenaran.15
Atlet
Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia
bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. 2 Tim 2:5
Kata Yunani athlein nomimos competes according to the rules (NIV). Kata ini
kemudian menunjuk pada atlet profesional sebagai lawan kata amatir. Orang yang berusaha
menurut pada nominos adalah orang yang memusatkan perhatiannya pada perjuangan dan
perjuangannya bukan sambilan seperti amatir tetapi penuh dengan pengabdian penuh waktu
dalam hidupnya. Idenya adalah bahwa dari sebuah perjuangan yang membutuhkan tekad
yang besar untuk menang . Atlet berjuang , bersaing , berkompetisi , dan berusaha untuk
menang. Ciri-ciri atlet menurut Paulus yang dapat disamakan dengan orang Kristen adalah16:
a. Seorang atlet adalah orang yang disiplin dan menyangkal diri. Ia harus menjaga jadwal
latihannya dan tidak boleh ada yang menggangunya. Dalam kehidupan Kristen juga ada
disiplin, ada saat-saat dimana melakukan hal benar adalah sulit, ada cobaan untuk
mengendurkan standar, namun orang Kristen harus selalu melatih diri untuk membuat
jiwanya suci dan kuat.
b. Seorang atlet adalah seorang yang bertanding menurut aturan-aturan dan dengan demikian
mendapatkan mahkota penghargaan. Demikian dengan kehidupan kekristenan, khususnya
hamba Tuhan, seharusnya mematuhi aturan-aturan main dalam pelayanan kerajaan Allah,
seperti berkhotbah dan memberitakan kebenaran dan melakukannya dalam kasih.
Petani
Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil
usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu
pengertian dalam segala sesuatu. 2 Tim. 2:6,7
15
16
Ciri-ciri yang Paulus lihat dari penggambaran Petani terhadap kehidupan orang
Kristen adalah:
a. Petani selalu pertama-tama bekerja dan kemudian menunggu.
Mereka harus belajar bahwa tidak ada sesuatu yang dapat memberi hasil cepat. Demikian
juga orang Kristen, belajar lebih banyak bekerja dan menunggu, terkadang sudah
menyampaikan benih firman Tuhan dalam hati dan pikiran pendengarnya namun tidak
melihat hasilnya segera. Seorang pengajar sering harus mengajar dan tidak melihat adanya
perbedaan pada orang-orang yang diajarnya.
b. Petani harus siap bekerja setiap waktu
Di kala panen, petani selalu bekerja di ladang sampai hari benar-benar gelap dan mereka
tidak mengenal jam kerja. Demikian pula seharusnya orang percaya selalu siap setiap waktu
bekerja untuk kerajaan Allah.17
APLIKASI
- Seorang hamba Tuhan haruslah bergantung total kepada Allah melalui hubungan yang erat
dengan Kristus
- Seorang hamba Tuhan haruslah memiliki sikap seperti prajurit, atleat, dan petani dimana
ketiga metafora itu mengajarkan tentang self-discipline.
17
10
- Seorang hamba Tuhan haruslah berani untuk memberitakan kebenaran dan menentang
ajaran yang salah, dan bukan hanya itu tetapi juga wajib hidup sesuai dengan ajaran yang
benar.
DAFTAR PUSTAKA
11
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon.
Diterjemahkan oleh Bambang Subandrijo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma.
Diterjemahkan oleh Nanik Harjono dan Jakub Susabda. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007.
Budiman, Rudy. Tafsiran Alkitab: Surat-Surat Pastoral I & II, dan Titus.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Carson, D.A. and friends, New Bible Commentary. Libronix Digital Library
System ver. 2.1, Intervarsity Press, Downers Grove, Illnois (diakses 29
Oktober 2013).
Collins, Raymond F. 1& 2 Timothy and Titus: A Commentary. Louisville,
Kentucky: Westminster John Knox Press, 2002.
Douglas, J.D Hamba Tuhan Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (1994 ed.),
vol. 1, p. 360.
Groenen, C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru 2. Surabaya: Momentum, 2008.
http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=55 (diakses 28 Oktober
2013)
http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=55 (diakses 28 Oktober
2013)
Robertson, A.T. Word Pictures in the New Testament. Libronix Digital
Library System ver. 2.1, Broadman Press, Nashville, Tennessee. (diakses
29 Oktober 2013).
Sasson, Remez. What is Self Discipline definitions.
http://www.successconsciousness.com /blog/inner-strength/what-is-selfdiscipline-definitions/ (diakses 29 Oktober 2013).
12