Riset Kel 2
Riset Kel 2
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah selalu ada dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk
dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Manusia yang ditimpa masalah
berusaha mengenali dan mengatasinya. Masalah-masalah yang begitu luas
dan kompleks dipelajari kemudian ditanggulangi sehingga dicapai kehidupan
yang lebih baik dan sejahtera. Sudah menjadi kodrat manusia mempunyai
sifat ingin tahu (human curiosity), yang bertanya tentang alam sekitarnya.
Karena sifat itulah lalu dilanjutkan dengan pertanyaan, yang merupakan
permulaan dari Ilmu; untuk menjawab pertanyaan digunakan metode berpikir
ilmiah. Sedangkan proses dalam mencari suatu jawaban atau suatu kebenaran
itu disebut Penelitian.
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian
dan analisis data yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam
rangka memahami dan memecahkan suatu masalah.
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu
dengan memperoleh pengetahuan berupa fakta baru, sehingga kemudian
dapat disusun teori, konsep, hukum, kaidah, atau metodologi yang baru.
Untuk itu, ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan.
Ilmu tidak akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak
akan ada apabila tidak berada di dalam kerangka ilmu tertentu. Meskipun
banyak sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat
dikatakan bahwa ilmu merupakan filosofi (philosophy) sedang penelitian
merupakan tindakan (action) yang berguna untuk membangun serta
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ada begitu banyak metode dalam suatu penelitian. Namun penelitian yang
tepat adalah berbasis Metode Berpikir Ilmiah (MBI). MBI adalah sejumlah
pengetahuan yang berkaitan dengan cara atau jalan yang ditempuh oleh
pikiran manusia, untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan
benar (valid and true judgment).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 METODE BERPIKIR ILMIAH
MBI adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan cara atau jalan
yang ditempuh oleh pikiran manusia, untuk mencapai kesimpulan atau
putusan yang sah dan benar (valid and true judgment).
A. BENTUK-BENTUK PEMIKIRAN ILMIAH
Perbincangan berikut ini, dimulai dengan membedakan antara berpikir
dengan bernalar yang terjadi dalam khazanah ilmu pengetahuan.
Pemikiran ilmiah bukan suatu pemikiran yang manasuka melainkan suatu
pemikiran yang memiliki tatacara dan prosedural.
Berpikir (thinking) adalah suatu proses atau aktivitas kejiwaan pada
seseorang yang mencoba menghubungkan segala pengertian dan
pengalaman yang dimilikinya, untuk mencapai suatu kesimpulan yang sah
dan benar.
Dalam berpikir, masih terjadi proses kejiwaan yang umum.
Menalar (reasoning) adalah suatu proses alau aktivitas kejiwaan dalam
diri seseorang, di mana seseorang yang berpikir dengan mempergunakan
asas-asas atau pola berfikir tertentu, untuk memperoleh kesimpulan yang
sah dan benar. Konsep tersebut terdapat asas alau pola pikir yang
dipergunakan seseorang, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang sah
dan benar.
Menalar dalam pikiran dapat dianggap sebagai suatu proses sistemik
dalam arti terdapat aktivitas yang kompleks menghubungkan unsur/elemen
atau komponen pengertian, sehingga tercapai suatu tujuan tertentu.
Proses berpikir adalah suatu proses makro yang sangal luas dan
kompleks, baik dengan mempergunakan akal murni (reinen vernunf)
maupun dengan akal praktis (praktisen vernunft). Berawal dari
pemahaman bahwa pengertian dan pengetahuan manusia dibedakan
menjadi dua (1) pengetahuan bentuk, dan (2) pengetahuan isi/materinya.
Oleh karena itu muncul pemahaman tentang jenis pemikiran yang berbeda,
yaitu pemikiran formal dan pemikiran material.
Dalam filsafat Logika, proses berpikir dapat dibedakan menjadi:
3
1. Berpikir Formal
Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premi premi dari
bentuk pengertian (aspek eksternal).
Contoh:
Semua pemimpin negara dan bangsa berhati jujur,
si Ali adalah
"proses berpikir dari hal-hal yang umum menuju hal-hal khusus. Ini
berarti ada gerak herpikir dari umum ke khusus. Sebagai contoh :
a. Deduksi 1
Semua mahasiswa STIKes CHMK wajib membawa pasien KB
(umum)
Gladys adalah mahasiswa STIKes CHMK (khusus)
Kesimpulannya, Gladys wajib membawa pasien KB (khusus)
b. Deduksi 2
Semua ibu hamil mengalami mual dan muntah (umum)
Ibu Nani sedang hamil (khusus)
Kesimpulannya, ibu Nani mengalami mual dan muntah (khusus)
Pola berpikir deduksi hanyak dilakukan dalam pengetahuan religi atau
nengetahuan sosial lainnya terutama dalam pengetahuan hukum. Terdapat
kecenderungan manusia dalam berpikir deduksi untuk menyatakan hahwa
premis yang dipergunakan harus di benar.
Pola berpikir deduktif ini telah melahirkan telaah khusus tentang
logika deduktif dalam dunia ilmu. Salah satu hentuk klasik dari logika
deduktif adalah apa yang disebut dengan silagisme. Logika silogisne
memiliki bentuk, struktur dan aturan-aturan sendiri yang cukup kompleks
(Mehra dan Jazir, 1986).
2. Induksi
Sebagai lawan deduksi, induksi adalah proses berpikir dengan
mempergunakan premis-premis khusus, kemudian bergerak menuju
premis umum. Dengan perkataan lain, induksi adalah suatu proses
berpikir dari hal-hal yang khusus menuju hal-hal yang umum.
Dasar pola berpikir ialah observasi. Observasi adalah jalan yang
penting dalam dunia ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah diperoleh
melalui observasi yang dilakukan di lapangan. Pengetahuan observatif
itulah kemudian menjadi pengetahuan-pengetahuan yang khusus.
Observasi mendahuli adanya induksi, demikian menurut Chalmers.
Contoh pemikiran induktif ialah:
a) Induksi-1:
Mahasiswa A telah melunasi uang registrasi (khusus)
Mahasiswa B telah melunasi uang registrasi (khusus)
Mahasiswa C telah melunasi uang registrasi (khusus)
Semua mahasiswa telah melunasi uang registrasi (umum).
b) Induksi-2:
pengalamannya
yang
terjadi
sebelumnya.
Pengertian-
Suatu istilah ternyata memiliki arti yang tak tetap, ibarat sebuat
balon karet. Seberapa besarkah volume yang harus ditiupkan ke
daalam balon karet itu? Ini sangat tergantung dari seseorang
memberikan makna atau arti terhadap suatu istilah. Pemahaman
terhadap pengertian akan melahirkan masalah yang sangat rumit
tentang konsep dan proposisi dalam dunia ilmu.
B. KESALAHAN-KESALAHAN DALAM BERPIKIR ILMIAH
Hendaknya kita yang bergumul dalam dunia ilmu tidak terjatuh
kedalam sikap yang serba diterministik atau serba absolut. Kita yakin
bahwa ilmu penuh dengan kelemahan atau keterbatasan.
Dalam logika ilmiah dijumpai materi tentang kesesatan berpikir
(fallacia atau fallacy) yaitu suatu proses berpikir yang mengahsilkan
putusan akal atau kesimpulan yang pasti salah atau keliru.
Kita menemukan banyak sumber yang mendatangkan kesesatan dalam
berpikir ilmiah yaitu:
1. Bahasa
Terdapat banyak istilah dalam suatu bahasa, yang memiliki pengertian
yang jamak pula. Satu istilah belum tentu memiliki satu pengertian.
Jika pengertian yang terdapat dalam istilah yang dipakai sudah pasti
salah, maka kesimpulannya akan salah pula.
2. Hal yang tak relevan (irrelevant)
Banyak pihak berpikir diikuti dengan perasaan yang emosional,
sehingga seseorang tak memperhatikan apa yang dipikirkan,
melainkan orang yang diajak berpikir. Kesalahan ini disebut dengan
argumentum ad-hominem (karena orang) atau argumentum admisericondiam (karena perasaan kasih sayang).
3. Konsep dan proporsisi
Mereka yang berpikir memakai konsep secara tak jelas atau
pengertian konsep itu sendiri tak jelas, sehingga hubungan konsep
akan tak jelas pula. Jika pengertian konsep telah salah sejak awal.
Maka arrgumentasi dan hubungan antar konsep/konstrak akan
menghasilkan kesimpulan yang salah.
4. Pro-causal non-causal
ke
dalam
hubungan
sebab
akibat
(entecedence
and
consequence).
Bahkan Mill menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang gejala
kausalitas yang dapat diukur. Konsep kausalitas harus dapat dikembalikan ke
dalam konsep yang dapat diukur (dikuantifikasikan).
Salah satu cara yang dipakai untuk melihat ilmu ialah pandangan
sistemik. Ilmu digambarkan sebagai suatu sistem besar, dengan komponen
atau elemen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan. Umpamanya ilmu terdiri dari komponen logika, konsep, teori, data,
hipotesis, analisi, generalisasi, dan sebagainya.
Namun, ilmu dapat juga dipandang sebagai suatu proses sistemik yang
organis. Ilmu adalah suatu aktifitas atau proses dari suatu tahapan ke tahapan
yang lain, yang sifatnya siklik. Untuk melihat suatu model proses keilmuan
khusus, ditampilkan pandangan yang agak klasik dari Water Wallace, yaitu:
1. Ilmu memiliki komponen utama yaitu teori, hipotesis, data, dan
generalisasi.
2. Proses keilmuan bergerak dari teori ke hipotesis, ke data dan generalisasi.
3. Proses induksi akan berakhir pada keinginan untuk melakukan suatu
generalisasi.
4. Proses keilmuan akan menghasilkan suatu teori baru.
Dewasa ini telah diketahui dan disepakati bahwa formula logika ilmu
ialah apa yang disebut dengan logicohipotetetico-verifikatif. Pernyataan ini
meringkaskan proses keilmuan sebagai proses pembuktian hipotesis.
Nampaknya pembuatan dan pemunculan hipotesis sangat penting dalam ilmu,
dan kemudian hipotesis dibuktikan (diverifikasi) dalam penelitian di
lapangan.
Pandangan yang lain dikemukakan oleh DR. Jujun Suriasumantri, yang
menyatakan bahwa proses keilmuan kalau dilihat dari logika adalah
merupakan
suatu
logicohipotetetico-verifikatif.
Proses
keilmuan
ini
Namun
demikian,
semua
aliran
filsafat
ilmu
(positivisme,
11
Aktivitas
penelitian
dimulai
dari
kejelian
peneliti
dalam
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Uraian ringkas diatas dapat diketahui bahwa metode berpikir ilmiah adalah
suatu aktifitas atau proses berpikir, dengan asas-asas atau prinsip-prinsip
logika, unttuk mencapai suatu putusan akan atau kesimpulan yang benar dan
sah. Metode berpikir ilmiah adalah komponen penting dalam ilmu
pengetahuan.
Pola berpikir ilmiah yang umum ialah: (1) induksi, yaitu berpikir dari hal
yang khusus ke umum, dan (2) deduksi, yaitu berpikir dari yang umum ke
khusus. Pemikiran ilmiah melibatkan pola berpikir induksi-deduksi atau
sintesis antara induksi dengan deduksi yang berkesinambungan.
MBI adalah metode untuk mencapai pengetahuan ilmih (scientific).
Pengetahuan ilmiah adalah berpikir yang memiliki ciri berbeda dengan
pengetauan mitos, religi, filosofis, dan seni ciri-ciri pengetahuan ilmiah antara
lain adalah pengetahuan: (1) rasional-empiris, (2) aposteri-oris, (3) verifikatif,
(4) logika, (5) obyektif, dan terbuka. Ciri-ciri pengetahuan ilmiah yang lain
ialah relafif, netral, sistematik, tak emosional, dan sebagainya.
Proses logika daalam pemikiran ilmiah kemudian dirumuskan menjadi
formula sebagai logicohipotetico-verifikatif atau inductodeductohipoteticoverifikatif.
Ilmu dapat dipandang dalam berbagai macam segi. Umpamanya ilmu
dilihat sebaagai sistem besar atau sistem organis yang hidup.
Ilmu sebagai sistem terdiri dari komponen-komponen seperti logika,
konsep, teori, hipotesis, data, analisis, generalisasi, dan sebagainya.
Menurut Walter Wallace, proses keilmuan adalah proses yang bergerak
dari teori ke hipotesis ke data ke generalisasi. Menurut Jujun Curiasumantri
bahwa proses keilmuan merupakaan proses prosedural yang meliputi
langkah-langkah perumusan masalah, penyusun kerangka teori, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis, daan penarikan kesimpulannya.
Berpikir ilmiah hendaknya bersifat heuristik, dalam arti bahwa berpikir
yang selalu terbuka, selalu siap berubah menuju suatu proses penyempurnaan,
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15