Anda di halaman 1dari 33

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Tanggal masuk

Jenis kelamin
: 27-11-09

Status perkawinan : Menikah


Alamat

Usia

: Laki-Laki
: 49 tahun

Suku bangsa : Betawi

: Lorong 20 RT 007/006 no.5

Koja

Agama

: Islam
Pekerjaan

: Montir Bengkel

Pendidikan

: SMA

A. ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis
Tanggal: 27 November 2009

Jam : 07.00 WIB

Keluhan Utama:
Tubuh terbakar api 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan:
Pasien tampak kesakitan

Riwayat Penyakit Sekarang:


1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang membakar sate. OS yang sedang
hendak menyiapkan pembakaran sate terkena ledakan dari dirigen minyak tanah
Page | 1

yang terletak dekat dari sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS

berusaha

membantu memadamkan dengan berniat menyiramkan air tapi ternyata yang


disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api disekujur tubuh OS malah
semakin membesar, OS terkapar di tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan
akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat memadamkan dengan jalan menyiramkan
air dan juga dengan menggunakan kain. Kejadian ini terjadi pada halaman belakang
rumah pasien (ruangan terbuka) dan ketika jatuh

ke tanah OS mengaku tidak

membentur sesuatu, Os juga mengaku tidak mengalami sesak napas ataupun


penurunan kesadaran.

Riwayat Penyakit Dahulu

OS

mengaku

tidak

memiliki

riwayat

perawatan/pembedahan

di

RS

sebelumnya.

Riwayat Diabetes Melitus disangkal, Hipertensi (-)

Riwayat Keluarga
Hubunga

Umur

(thn)

Jns Kelamin

Keadaan

Penyebab

Kesehatan

Meninggal

Kakek

Meninggal

Sakit tua

Nenek

Meninggal

Sakit tua

Ayah

Meninggal

Jantung

Ibu

Meninggal

Sakit tua

Adakah Kerabat Yang Menderita:


Penyakit

Ya

Tidak

Hubungan

Alergi

Asma

Tuberkulosi

Page | 2

Diabetes

Rematisme

Hipertensi

Jantung

Ayah

Ginjal

Lambung

Kebiasaan :
Minum jamu (-)
Merokok (+)
Minum kopi (+)

B. Primary Survey
Airway
Tidak tampak adanya sumbatan jalan napas, darah (-), muntahan (-), corpus
alienum/jelaga/arang (-), lidah tidak terlipat kebelakang, suara napas tidak
mengorok.
Breathing
Kedua dinding thoraks tampak simetris pada pergerakan, napas spontan, tidak ada
jejas maupun vulnus pada dinding thoraks, suara nafas vesikuler, ronchi (-),
Wheezing (-).
Circulation
Pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), nadi carotis dan radialis teraba cukup isi,
100x/menit reguler.
Page | 3

Disability
Glasgow Coma Scale (GCS) :
-

Eye = 4

Verbal = 5

Movement = 6
15

Exposure
Pakaian OS segera dievakuasi guna mengurangi pajanan berkelanjutan serta
menilai luas dan derajat luka bakar.

C. Secondary Survey
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran

: Tampak sakit berat


: Composmentis

Tekanan darah

: 150/100 mmHg

Nadi

: 100x/mnt, reguler, cukup isi

Suhu

: 36,9 C

Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 28x/menit pernapasan torakoabdominal


Tinggi badan

: 170 cm

Berat badan

: 85 kg

Kelenjar Getah Bening


Submandibula

: tidak teraba

Leher

: tidak teraba

Page | 4

Supraklavikula
Lipat paha

: tidak teraba

Ketiak

: tidak teraba

: tidak teraba

Kepala
Ekspresi wajah

: normal

Rambut

: hitam

Simetri muka

: simetris

beruban

Mata
Exophthalmus

: tidak ada

Enopthalmus

Kelopak

: tidak oedem

Lensa

Konjungtiva

: anemis -/-

Visus

Sklera

: ikterik -/-

Gerakan mata

Lapangan penglihatan

: normal

Deviatio konjungae : tidak ada


Pupil

: isokor

: tidak ada
: jernih

: tidak dilakukan
: normal

Tekanan bola mata : tidak dilakukan


Nystagmus

: tidak ada

Refleks

cahaya

langsung +/+
Tidak langsung +/+

Telinga
Tuli

:-/-

Lubang

Selaput pendengaran
:+/+

: utuh

Penyumbatan

:-/Serumen
Cairan

:+/+

Perdarahan

:-/-

:-/-

Page | 5

Mulut
Bibir

: normal

Tonsil

: T1-T2 tenang

Langit-langit : normal

Bau pernapasan

: tidak khas

Gigi geligi

: normal

Trismus

Faring

: tidak hiperemis, jelaga (-)

Lidah

: tidak kotor, tidak kering, jelaga (-)

: tidak ada

Selaput lendir

: normal

Leher

Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10 x 2 cm warna
kulit merah pucat
Tekanan vena Jugularis (JVP): 5-2 cmH2O

Kelenjar Tiroid

: tidak teraba membesar

Kelenjar Limfe

: tidak taraba membesar

Dada
Bentuk

: simetris

Pembuluh darah

: tidak tampak

Buah dada

: simetris

Retraksi sela Iga

: (-)

Paru-paru
Depan
Inspeksi

Kiri
Kanan :

Palpasi

Kiri

Belakang
simetris dalam kondisi statis dan dinamis

simetris dalam kondisi statis dan dinamis


:

vokal fremitus normal

vokal fremitus

normal

Page | 6

Perkusi

Auskultasi

Kanan :

vokal fremitus normal

vokal fremitus normal

Kiri

sonor

Kanan :

redup

Kiri

Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Kanan :

sonor
redup

Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

SN veesikuler, Rh (-), Wh (-)

Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus kordis

Palpasi

iktus

kordis

di

sela

iga

di

linea

midclavicula kiri
Perkusi

Batas kanan jantung

: sela iga V, linea sternalis kanan

Batas kiri jantung : sela iga V, 1 jari medial linea midclavikula kiri
Batas atas jantung
Auskultasi

: sela iga II, linea parasternalis kiri

: BJ I-II regular, murmur (-), Gallop(-)

Perut
Inspeks i
Palpasi

Lain-lain
Perkusi

: datar, tidak ada ascites


: supel, NT epigastrium (+)
Hati

: tidak teraba membesar

Limpa

: tidak teraba membesar

Ginjal

: balotemen - / :: shifting dullness (-)


Page | 7

fluid wave / undulasi (-)


tymphani
Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Tungkai dan kaki


Luka : Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada tungkai bawah depan
Kanan
Varises
Otot

Kiri

: tidak ada
-Tonus

tidak ada

: normotonus

- Massa

normotonus

: eutrof

eutrof

Sendi

: tidak bengkak

Gerakan

: aktif

aktif

Kekuatan

: +5

+5

Edema
Lain-lain

tidak bengkak

: tidak ada
:-

tidak ada
-

Status Lokalis

Page | 8

Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada daerah leher kiri dengan
ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada pinggirnya di daerah regio
brachii dan antebrachii sinistra ukuran 50 x 10 cm memanjang ke bawah sampai ke
bagian belakang, bullae (+)(derajat II 9%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan sinistra dan
memanjang ke bawah, bullae (+) (derajat II 4,5%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah , bullae (+) (derajat II 4,5%)

D. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi 27 November 2009
Hb

: 14,5 g/dl

Leukosit

: 16.100/mm3

Trombosit

: 257.000/mm3 (n)

Ht

: 44 % (n)

Hasil laboratorium pada tanggal 28 November 2009


Hb

: 16,1 g/dl

Leukosit

: 24.200/mm3

Eritrosit

: 3,92 juta/uL
Page | 9

Trombosit

: 213.000/mm3 (n)

Ht

: 30 % (n)

LED

: 6 (n)

MCV

: 85 fL (n)

MCH

: 27 (n)

MCHC

: 32 g/uL (n)

Fungsi Ginjal
Kreatinin
Ureum

: 1,3 mg/dl (n)


: 39 mg/dl (n)

Elektrolit
Na

: 133 mmol/Lt

: 3,68 mmol/Lt (n)

Cl

: 112 mmol/Lt

Pemeriksaan Hitung jenis leukosit


Basofl
Eosinofl

: 0% (0-1%)
: 0% (1-4%)

Segment neutrofl : 86% (35-70%)


Neutrofl
Limfosit
Monosit

: 1% (3-5%)
: 6% (20-40%)
: 7% (2-10%)

Hasil laboratorium pada tanggal 3 Desember 2009


Trigliserida

159 mg/dL
Page | 10

Kolesterol HDL

25 mg/dL

Kolesterol LDL

83 mg/dL (n)

Elektrolit
Natrium

144 (n)

Kalium
Chlorida

4,23 (n)
110

Hb

: 12,8 g/dl

Leukosit

: 11.800/mm3

Eritrosit

: 4,74 juta/uL

Trombosit

: 261.000/mm3 (n)

Ht

: 40 % (n)

LED

: 6 (n)

MCV

: 85 fL (n)

MCH

: 27 (n)

MCHC

: 32 g/uL (n)

Masa perdarahan

: 14 menit (n)

Masa pembekuan : 3 menit (n)


Fungsi Ginjal
Kreatinin
Ureum

: 1,0 mg/dl (n)


: 41 mg/dl

Elektrolit
Na

: 133 mmol/Lt
Page | 11

: 3,68 mmol/Lt (n)

Cl

: 112 mmol/Lt

Pemeriksaan Hitung jenis leukosit

Basofil

: 1% (0-1%)

Eosinofil

: 5% (1-4%)

Segment neutrofil

: 71% (35-70%)

Neutrofil

: 5% (3-5%)

Limfosit

: 11% (20-40%)

Monosit

: 12% (2-10%)

Kolesterol total

: 140 (n)

E. Resume
Anamnesa
1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang membakar sate. OS yang sedang hendak
menyiapkan pembakaran sate terkena ledakan dari dirigen minyak tanah yang terletak dekat dari
sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS berusaha membantu memadamkan dengan berniat
menyiramkan air tapi ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api disekujur
tubuh OS malah semakin membesar, OS terkapar di tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan
akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat memadamkan dengan jalan menyiramkan air dan juga
dengan menggunakan kain. Kejadian ini terjadi pada halaman belakang rumah pasien (terbuka)
dan ketika jatuh ke tanah OS mengaku tidak membentur sesuatu.
Status Lokalis
-

Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada daerah leher kiri dengan
ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)

Page | 12

Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada pinggirnya di daerah regio
brachii dan antebrachii sinistra ukuran 20 x 5 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian
belakang, bullae (+) (derajat II 9%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah ukuran 20 x 6 cm, bullae (+) (derajat II 4,5%)

Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah ukuran 22 x 5 cm, bullae (+) (derajat II 4,5 %)

F. Diagnosis Kerja
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan laboratorium rutin :
1. Luka bakar derajat II dalam dengan luas luka bakar +/- 23%
G. Pemeriksaan Anjuran
Albumin/total protein serum , AGD, kadar COHb
H. Terapi

Prinsip Primary survey ABCDE lanjut secondary survey.


Terapi Cairan Baxter: Ringer Laktat 4cc x BB bx % luka bakar; 4 x 75 x 31 = 9300 cc/24
jam. Diberikan setengahnya pada 8 jam pertama dan sisanya 8 jam berikutnya. Untuk

keesokan harinya berikan setengah jumlah dari hari pertama dan seterusnya.
Pemasangan dauer kateter untuk monitoring volume urine (monitoring volume cairan

input dan output).


Injeksi Tetanus Toxoid 1 cc intramuskuler.
Pemasangan Nasogastric tube.
Antibiotik Cefotaxim 2 x 1 gram.
Antrain 3 x 1 ampul.
Ranitidin 2 x 1 ampul.
Rawat inap.
Pencucian luka dengan NaCl lalu diolesi dengan Burnasin dan ditutup dengan sufratul

dan verban steril.


Direncanakan untuk operasi pembersihaan luka, eskarotomi, nekrotomi.
Lakukan penggantian verban dan perawatan luka berkelanjutan.
Page | 13

Dilakukan tindakan eskarotomi dan nekrotomi pada tanggal 8 Desember:


o Pasien dibaringkan dalam general anastesi
o Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah operasi
o Dilakukan tindakan nekrotomi dan eskarotomi
o Panutupan luka dengan sufratule, kasa steril kompres penicilin prokain, lalu
ditutup dengan verban gulung, operasi selesai
o Instruksi Post operasi: Puasa sampai sadar benar, IVFD RL 24x/menit, tampung
urine, medikasi (ceftizoxim 2x1 gram, remopain 2x30mg, gastridin 3x1 ampul,
omeprazole 2x1 ampul, Sactivis, 2x30mg).

I. Prognosis
Ad Vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad malam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

Page | 14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR (COMBUTIO)
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Penyebab selain
terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan langsung dari sinar matahari, listrik
maupun kimia. Luka bakar karena siraman air panas cujkup sering pada kecelakaan rumah
tangga.
SEJARAH
Aplikasi prinsip-prinsip ilmiah dengan penelitian pada sejumlah besar penderita luka
bakar dimulai pada tahun 1921, ketika Underhill of Aplikasi prinsip-prinsip ilmiah dengan
penelitian pada sejumlah besar penderita luka bakar dimulai pada tahun 1921, ketika Underhill of
Yale meneliti 20 korban kebakaran di teater radio di New Heaven, Connecticut. Tidak ada
perubahan hemoglobin, hematokrit, dan tingkat klorida serum, ia menganalisis kandungan
lepuhan dan membuktikan adanya kehilangan protein. Penelitian ini dan penelitian lain
menyebabkan Evan dapat menentukan rumus untuk menghitung penggantian cairan pada
penderita luka bakar.
DEFINISI
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi,
cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang
berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi
yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh
darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih
Page | 15

dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam
komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit
(inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik,
luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat
dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah
kematian 5 - 6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar
yang dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan di Rumah Sakit Dr.Sutomo Surabaya
pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %.

PATOFISIOLOGI
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan
membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra
vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 % luka
bakar. Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun
dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap
atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara
serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO
atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu
mengikat oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing,
mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat
CO, penderita akan meninggal.
Page | 16

5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik.Stres dan beban faali yang terjadi pada
luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan
gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
o Secara klinis
o Laboratorium : Hb,Ht,Leukosit,trombosit, Electrolit, albumin, fungsi ginjal
KOMPLIKASI
1.
2.
3.
4.

Syok karena kehilangan cairan.


Sepsis / toksis.
Gagal Ginjal mendadak
Peneumonia

PROGNOSA :

Tergantung derajad luka bakar.


Luas permukaan
Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan dan

mudah kontraktur.
Usia dan kesehatan penderita.

FASE LUKA BAKAR


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya
dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi
tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan
demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap
harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase
selanjutnya.
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /Unit luka bakar.
Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman

Page | 17

dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan sirkulasi.
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma ,
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama
penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat
problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem
yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
PENYEBAB LUKA BAKAR
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara
lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.

Page | 18

DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber,
penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6
tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak
dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi
secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2
(dua) bagian :
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan
subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel.
Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna
hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Page | 19

LUAS LUKA BAKAR


Wallace membagi tubuh atas bagian nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama
Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher 9 %
Lengan 18 %
Badan Depan 18 %
Badan Belakang 18 %
Tungkai 36 %
Genitalia/perineum 1 %
Total 100 %
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah
1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut
Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
KRITERIA BERAT RINGANNYA
(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Page | 20

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT.


Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma trauma
lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.
I. Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan
perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk
mempertahankan volume sirkulasi.
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan penderita
dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya
bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah
tulang punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang
tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan
napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit penyakit yang pernah di alami
sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
II. Penanganan di Ruang Emergency
1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma lain
yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Tracheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan
scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan

Page | 21

20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2
tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat
jumlah urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila
penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle
kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan
kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air
dicampur Salvon 1 : 30.
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan
teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di
dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai
kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan
dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat
menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka
bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu
split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive
penutup 10 luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh
sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

PENANGANAN SIRKULASI
Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti
dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan
interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema interstisial.
Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal
Page | 22

terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ. Pada luka bakar yang berat
dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan
massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler
mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke
jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu
singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen
cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikan
prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi
dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai
prognostic terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar
dikenal beberapa formula berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula
RESUSTASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Page | 23

diberikan 16 jam berikutnya.


Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
1. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc
2. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I --- 8 jam X
---16 jam X
Hari II -- hari I
Hari ke III --- kari ke II
PENANGANAN PERNAPASAN
Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama
pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai
daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau
uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan
jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat
panas, produk - produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan
bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa langsung pada percabangan
trakheobronkhial. Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan
materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen
sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut
dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem. Efek
intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon
monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan
kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbandingkemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2
dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.
Page | 24

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.

Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.


Sputum tercampur arang.
Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
Penurunan kesadaran termasuk confusion.
Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau adanya
wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi

mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan
penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi.
Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.
MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT
Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik meliputi
inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang harus dilakukan pada
perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring juga dilakukan untuk mengikuti
perkembangan keadaan penderita. Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada
saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan post resustasi.
I. Triage Intalasi Gawat Darurat
A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan segera
diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life saving. Penderita luka
bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal temperature.
Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik, dapat terjadi aritmia ataupun
sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan pemasangan foley
kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam. Observasi urine diperiksa warna urine
terutama pada penderita luka bakar derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin
terdapat dalam urine menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

Page | 25

II. MONITORING DALAM FASE RESUSITASI


(sampai 72 jam)
1. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah resusitasi
cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc urine/jam.
2. Berat jenis urine. Pasca trauma luka bakar berat jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.
Vital Sign
pH darah.
Perfusi perifer
laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function test
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi
7. Penilaian keadaan paru
Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya perubahan
3.
4.
5.
6.

yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing, atau dispneu
merupakan adannya impending obstruksi, pemeriksaan toraks foto, pemeriksaan arterial
blood gas.
8. Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk
mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH kurang
dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.
9. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau ada
tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan selanjutnya dilakukan 5
hari kemudian.
Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus
1. Luka Bakar Listrik.
2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan
Page | 26

Luka Bakar listrik


Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh disebabkan
karena beberapa hal berikut :
1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energy dalam jumlah
besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh menyebabkan
kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif
local maupun sistemik (otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis,
gagal ginjal, dan sebagai berikut).
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya. Hal
ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di sepanjang bagian tubuh yang
dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler).
PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT
A. PRIMARY SURVEY
a. Airway cervical spine.
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil
e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.
B. SECOUNDARY SURVEY
1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.
2. Pakaian dan perhiasan dibuka
a. Periksa titik kontak
b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.
c. Pemeriksaan neurologist
d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.
e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.
C. RESUSITASI
1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar.
2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output dipertahankan antara 75100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.
Page | 27

3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0
4. Monitor jarang dipergunakan.
D. CARDIAC MONITORING
1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.
2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac Live Support.
III. MONITORING POST RESUSITASI
(72 jam pascatrauma)
Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputi observasi klinis
dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :
1.
2.
3.
4.

Cairan elektrolit
Keadaan luka bakarnya
Kondisi potensial infeksi
Status nutrisi / gizi

Luka bakar dengan trauma inhalasi


Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)
Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
Dapat merusak mukosa jalan napas
Edema laring hambatan jalan napas.
Gejala
Sesak napas
Takipnea
Stridor
Suara serak
Dahak berwarna gelap (jelaga)
Hati hati kasus trauma inhalasi mematikan
Mekanisme kerusakan saluran napas.
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga dan bahan
khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi terbentuk gas toksik
(beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin iritasi dan

Page | 28

bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat
trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO) Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki
afinitas cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan
O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar karboksihemoglobin
(COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya intoksikasi CO.
KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih dari
keadaan berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar


Sputum tercampur arang
Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
penurunan kesadaran.
Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing atau

rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)


6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup. Pada fase
lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif ARDS
Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist
Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis
10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual
20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit
40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma, takipnea
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari kejadian, kadar
COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 % setelah 3 jam kejadian bukti
kuat terjadi trauma inhalasi.
2. Gas Darah

Page | 29

PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)
mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat
meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik pendarahan dan ulserasi
diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
Diagnosa Trauma Inhalasi :
1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
3. Pemeriksaan gas darah dan kadar COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.
PENATALAKSANAAN
Tanpa Distres Pernapasan :
1. Intubasi / pipa endotrakeal.
2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit
3. Penghisapan secret secara berkala.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi)
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan
A. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.
B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas
otot pernapasan tambahan, perubahan nilai hasil pemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama).
24 jam sampai 4-5 hari.
C. Pemeriksaan :
1. Analisa gas darah
a. pada saat pertama kali (resusitasi)
Page | 30

b. 8 jam pertama
c. Setelah 24 jam kejadian
d. Selanjutnya sesuai kebutuhan
2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.
3. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan napas.
4. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi
5. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat
Dengan Distres Pernapasan
Kasus ini diperlakukan secara khusus. Untuk mengatasi masalah distress pernapasan
yang dijumpai :
1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul trakeostomi.
2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.
3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi setiap 6 jam.
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.
o Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)
o Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik, stridor,
aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan analisis gas
darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 45 hari.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah diatasi.
8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.
Luka Bakar Kimia.
Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar 30.000 jenis yang
berbahaya.
Dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena bahan kimia Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan
pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
Page | 31

2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolamrenang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat menyebabkan kerusakana
kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.Berat / ringannya trauma tergantung :
1. bahan
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma
Penatalaksanaan :
1. Bebaskan pakaian yang terkena
2. Irigasi dengan air yang kontinu
3. Hilangkan ras nyeri
4. Perhatikan airway, breathing dan circulation
5. Indenifikasi bahan penyebab.
6. Perhatikan bila mengenai mata.
7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.
Luka Bakar dan kehamilan
Hati hati terhadap komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin
Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.
Penatalaksanaan:
1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan janin
2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus,
mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.
3. Monitoring janin
4. Konsultasi dengan spesialis kandungan
KOMPLIKASI
1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan cairan dan elektrolit.
Page | 32

2. Persalinan premature
3. Kematian janin intrauterine
KESIMPULAN
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cedera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas
dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan petugas, factor fasilitas
pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase luka
bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan
luka bakar seperti penanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik.
Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik baiknya karena pertolongan pertama kali sangat
menentukan perjalanan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

M Sjarifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 2006


David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press, 2006
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran,

EGC. 2007
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya.

2006
Sabiston,David C, Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2007

Page | 33

Anda mungkin juga menyukai