Case Luka Bakar
Case Luka Bakar
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Tanggal masuk
Jenis kelamin
: 27-11-09
Usia
: Laki-Laki
: 49 tahun
Koja
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Montir Bengkel
Pendidikan
: SMA
A. ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis
Tanggal: 27 November 2009
Keluhan Utama:
Tubuh terbakar api 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Pasien tampak kesakitan
yang terletak dekat dari sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS
berusaha
OS
mengaku
tidak
memiliki
riwayat
perawatan/pembedahan
di
RS
sebelumnya.
Riwayat Keluarga
Hubunga
Umur
(thn)
Jns Kelamin
Keadaan
Penyebab
Kesehatan
Meninggal
Kakek
Meninggal
Sakit tua
Nenek
Meninggal
Sakit tua
Ayah
Meninggal
Jantung
Ibu
Meninggal
Sakit tua
Ya
Tidak
Hubungan
Alergi
Asma
Tuberkulosi
Page | 2
Diabetes
Rematisme
Hipertensi
Jantung
Ayah
Ginjal
Lambung
Kebiasaan :
Minum jamu (-)
Merokok (+)
Minum kopi (+)
B. Primary Survey
Airway
Tidak tampak adanya sumbatan jalan napas, darah (-), muntahan (-), corpus
alienum/jelaga/arang (-), lidah tidak terlipat kebelakang, suara napas tidak
mengorok.
Breathing
Kedua dinding thoraks tampak simetris pada pergerakan, napas spontan, tidak ada
jejas maupun vulnus pada dinding thoraks, suara nafas vesikuler, ronchi (-),
Wheezing (-).
Circulation
Pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), nadi carotis dan radialis teraba cukup isi,
100x/menit reguler.
Page | 3
Disability
Glasgow Coma Scale (GCS) :
-
Eye = 4
Verbal = 5
Movement = 6
15
Exposure
Pakaian OS segera dievakuasi guna mengurangi pajanan berkelanjutan serta
menilai luas dan derajat luka bakar.
C. Secondary Survey
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,9 C
: 170 cm
Berat badan
: 85 kg
: tidak teraba
Leher
: tidak teraba
Page | 4
Supraklavikula
Lipat paha
: tidak teraba
Ketiak
: tidak teraba
: tidak teraba
Kepala
Ekspresi wajah
: normal
Rambut
: hitam
Simetri muka
: simetris
beruban
Mata
Exophthalmus
: tidak ada
Enopthalmus
Kelopak
: tidak oedem
Lensa
Konjungtiva
: anemis -/-
Visus
Sklera
: ikterik -/-
Gerakan mata
Lapangan penglihatan
: normal
: isokor
: tidak ada
: jernih
: tidak dilakukan
: normal
: tidak ada
Refleks
cahaya
langsung +/+
Tidak langsung +/+
Telinga
Tuli
:-/-
Lubang
Selaput pendengaran
:+/+
: utuh
Penyumbatan
:-/Serumen
Cairan
:+/+
Perdarahan
:-/-
:-/-
Page | 5
Mulut
Bibir
: normal
Tonsil
: T1-T2 tenang
Langit-langit : normal
Bau pernapasan
: tidak khas
Gigi geligi
: normal
Trismus
Faring
Lidah
: tidak ada
Selaput lendir
: normal
Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10 x 2 cm warna
kulit merah pucat
Tekanan vena Jugularis (JVP): 5-2 cmH2O
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Dada
Bentuk
: simetris
Pembuluh darah
: tidak tampak
Buah dada
: simetris
: (-)
Paru-paru
Depan
Inspeksi
Kiri
Kanan :
Palpasi
Kiri
Belakang
simetris dalam kondisi statis dan dinamis
vokal fremitus
normal
Page | 6
Perkusi
Auskultasi
Kanan :
Kiri
sonor
Kanan :
redup
Kiri
Kanan :
sonor
redup
Jantung
Inspeksi
Palpasi
iktus
kordis
di
sela
iga
di
linea
midclavicula kiri
Perkusi
Batas kiri jantung : sela iga V, 1 jari medial linea midclavikula kiri
Batas atas jantung
Auskultasi
Perut
Inspeks i
Palpasi
Lain-lain
Perkusi
Limpa
Ginjal
Kiri
: tidak ada
-Tonus
tidak ada
: normotonus
- Massa
normotonus
: eutrof
eutrof
Sendi
: tidak bengkak
Gerakan
: aktif
aktif
Kekuatan
: +5
+5
Edema
Lain-lain
tidak bengkak
: tidak ada
:-
tidak ada
-
Status Lokalis
Page | 8
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada daerah leher kiri dengan
ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada pinggirnya di daerah regio
brachii dan antebrachii sinistra ukuran 50 x 10 cm memanjang ke bawah sampai ke
bagian belakang, bullae (+)(derajat II 9%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan sinistra dan
memanjang ke bawah, bullae (+) (derajat II 4,5%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah , bullae (+) (derajat II 4,5%)
D. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi 27 November 2009
Hb
: 14,5 g/dl
Leukosit
: 16.100/mm3
Trombosit
: 257.000/mm3 (n)
Ht
: 44 % (n)
: 16,1 g/dl
Leukosit
: 24.200/mm3
Eritrosit
: 3,92 juta/uL
Page | 9
Trombosit
: 213.000/mm3 (n)
Ht
: 30 % (n)
LED
: 6 (n)
MCV
: 85 fL (n)
MCH
: 27 (n)
MCHC
: 32 g/uL (n)
Fungsi Ginjal
Kreatinin
Ureum
Elektrolit
Na
: 133 mmol/Lt
Cl
: 112 mmol/Lt
: 0% (0-1%)
: 0% (1-4%)
: 1% (3-5%)
: 6% (20-40%)
: 7% (2-10%)
159 mg/dL
Page | 10
Kolesterol HDL
25 mg/dL
Kolesterol LDL
83 mg/dL (n)
Elektrolit
Natrium
144 (n)
Kalium
Chlorida
4,23 (n)
110
Hb
: 12,8 g/dl
Leukosit
: 11.800/mm3
Eritrosit
: 4,74 juta/uL
Trombosit
: 261.000/mm3 (n)
Ht
: 40 % (n)
LED
: 6 (n)
MCV
: 85 fL (n)
MCH
: 27 (n)
MCHC
: 32 g/uL (n)
Masa perdarahan
: 14 menit (n)
Elektrolit
Na
: 133 mmol/Lt
Page | 11
Cl
: 112 mmol/Lt
Basofil
: 1% (0-1%)
Eosinofil
: 5% (1-4%)
Segment neutrofil
: 71% (35-70%)
Neutrofil
: 5% (3-5%)
Limfosit
: 11% (20-40%)
Monosit
: 12% (2-10%)
Kolesterol total
: 140 (n)
E. Resume
Anamnesa
1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang membakar sate. OS yang sedang hendak
menyiapkan pembakaran sate terkena ledakan dari dirigen minyak tanah yang terletak dekat dari
sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS berusaha membantu memadamkan dengan berniat
menyiramkan air tapi ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api disekujur
tubuh OS malah semakin membesar, OS terkapar di tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan
akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat memadamkan dengan jalan menyiramkan air dan juga
dengan menggunakan kain. Kejadian ini terjadi pada halaman belakang rumah pasien (terbuka)
dan ketika jatuh ke tanah OS mengaku tidak membentur sesuatu.
Status Lokalis
-
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada daerah leher kiri dengan
ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
Page | 12
Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada pinggirnya di daerah regio
brachii dan antebrachii sinistra ukuran 20 x 5 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian
belakang, bullae (+) (derajat II 9%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah ukuran 20 x 6 cm, bullae (+) (derajat II 4,5%)
Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris depan dekstra dan
memanjang ke bawah ukuran 22 x 5 cm, bullae (+) (derajat II 4,5 %)
F. Diagnosis Kerja
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan laboratorium rutin :
1. Luka bakar derajat II dalam dengan luas luka bakar +/- 23%
G. Pemeriksaan Anjuran
Albumin/total protein serum , AGD, kadar COHb
H. Terapi
keesokan harinya berikan setengah jumlah dari hari pertama dan seterusnya.
Pemasangan dauer kateter untuk monitoring volume urine (monitoring volume cairan
I. Prognosis
Ad Vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Page | 14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR (COMBUTIO)
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Penyebab selain
terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan langsung dari sinar matahari, listrik
maupun kimia. Luka bakar karena siraman air panas cujkup sering pada kecelakaan rumah
tangga.
SEJARAH
Aplikasi prinsip-prinsip ilmiah dengan penelitian pada sejumlah besar penderita luka
bakar dimulai pada tahun 1921, ketika Underhill of Aplikasi prinsip-prinsip ilmiah dengan
penelitian pada sejumlah besar penderita luka bakar dimulai pada tahun 1921, ketika Underhill of
Yale meneliti 20 korban kebakaran di teater radio di New Heaven, Connecticut. Tidak ada
perubahan hemoglobin, hematokrit, dan tingkat klorida serum, ia menganalisis kandungan
lepuhan dan membuktikan adanya kehilangan protein. Penelitian ini dan penelitian lain
menyebabkan Evan dapat menentukan rumus untuk menghitung penggantian cairan pada
penderita luka bakar.
DEFINISI
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi,
cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang
berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi
yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh
darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih
Page | 15
dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam
komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit
(inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik,
luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat
dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah
kematian 5 - 6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar
yang dirawat, dengan angka kematian 37,38% sedangkan di Rumah Sakit Dr.Sutomo Surabaya
pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %.
PATOFISIOLOGI
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan
membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra
vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 % luka
bakar. Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun
dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap
atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara
serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO
atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu
mengikat oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing,
mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat
CO, penderita akan meninggal.
Page | 16
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik.Stres dan beban faali yang terjadi pada
luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan
gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
o Secara klinis
o Laboratorium : Hb,Ht,Leukosit,trombosit, Electrolit, albumin, fungsi ginjal
KOMPLIKASI
1.
2.
3.
4.
PROGNOSA :
mudah kontraktur.
Usia dan kesehatan penderita.
Page | 17
dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan sirkulasi.
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma ,
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama
penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat
problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem
yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
PENYEBAB LUKA BAKAR
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara
lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
Page | 18
DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber,
penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6
tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak
dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi
secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2
(dua) bagian :
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan
subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel.
Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna
hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Page | 19
Page | 20
Page | 21
20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2
tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat
jumlah urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila
penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle
kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan
kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air
dicampur Salvon 1 : 30.
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan
teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di
dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai
kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan
dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat
menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka
bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu
split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive
penutup 10 luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh
sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.
PENANGANAN SIRKULASI
Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti
dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan
interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema interstisial.
Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal
Page | 22
terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ. Pada luka bakar yang berat
dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan
massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler
mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke
jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu
singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen
cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikan
prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi
dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai
prognostic terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar
dikenal beberapa formula berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula
RESUSTASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Page | 23
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan
penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi.
Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.
MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT
Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik meliputi
inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang harus dilakukan pada
perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring juga dilakukan untuk mengikuti
perkembangan keadaan penderita. Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada
saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan post resustasi.
I. Triage Intalasi Gawat Darurat
A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan segera
diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life saving. Penderita luka
bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal temperature.
Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik, dapat terjadi aritmia ataupun
sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan pemasangan foley
kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam. Observasi urine diperiksa warna urine
terutama pada penderita luka bakar derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin
terdapat dalam urine menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.
Page | 25
yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing, atau dispneu
merupakan adannya impending obstruksi, pemeriksaan toraks foto, pemeriksaan arterial
blood gas.
8. Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk
mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH kurang
dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.
9. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau ada
tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan selanjutnya dilakukan 5
hari kemudian.
Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus
1. Luka Bakar Listrik.
2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan
Page | 26
3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0
4. Monitor jarang dipergunakan.
D. CARDIAC MONITORING
1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.
2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac Live Support.
III. MONITORING POST RESUSITASI
(72 jam pascatrauma)
Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputi observasi klinis
dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :
1.
2.
3.
4.
Cairan elektrolit
Keadaan luka bakarnya
Kondisi potensial infeksi
Status nutrisi / gizi
Page | 28
bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat
trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO) Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki
afinitas cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan
O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar karboksihemoglobin
(COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya intoksikasi CO.
KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih dari
keadaan berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Page | 29
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)
mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat
meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik pendarahan dan ulserasi
diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
Diagnosa Trauma Inhalasi :
1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
3. Pemeriksaan gas darah dan kadar COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.
PENATALAKSANAAN
Tanpa Distres Pernapasan :
1. Intubasi / pipa endotrakeal.
2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit
3. Penghisapan secret secara berkala.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi)
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan
A. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.
B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas
otot pernapasan tambahan, perubahan nilai hasil pemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama).
24 jam sampai 4-5 hari.
C. Pemeriksaan :
1. Analisa gas darah
a. pada saat pertama kali (resusitasi)
Page | 30
b. 8 jam pertama
c. Setelah 24 jam kejadian
d. Selanjutnya sesuai kebutuhan
2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.
3. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan napas.
4. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi
5. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat
Dengan Distres Pernapasan
Kasus ini diperlakukan secara khusus. Untuk mengatasi masalah distress pernapasan
yang dijumpai :
1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul trakeostomi.
2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.
3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi setiap 6 jam.
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.
o Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)
o Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik, stridor,
aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan analisis gas
darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 45 hari.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah diatasi.
8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.
Luka Bakar Kimia.
Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar 30.000 jenis yang
berbahaya.
Dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena bahan kimia Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan
pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
Page | 31
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolamrenang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat menyebabkan kerusakana
kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.Berat / ringannya trauma tergantung :
1. bahan
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma
Penatalaksanaan :
1. Bebaskan pakaian yang terkena
2. Irigasi dengan air yang kontinu
3. Hilangkan ras nyeri
4. Perhatikan airway, breathing dan circulation
5. Indenifikasi bahan penyebab.
6. Perhatikan bila mengenai mata.
7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.
Luka Bakar dan kehamilan
Hati hati terhadap komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin
Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.
Penatalaksanaan:
1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan janin
2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus,
mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.
3. Monitoring janin
4. Konsultasi dengan spesialis kandungan
KOMPLIKASI
1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan cairan dan elektrolit.
Page | 32
2. Persalinan premature
3. Kematian janin intrauterine
KESIMPULAN
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cedera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas
dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan petugas, factor fasilitas
pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase luka
bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan
luka bakar seperti penanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik.
Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik baiknya karena pertolongan pertama kali sangat
menentukan perjalanan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
EGC. 2007
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya.
2006
Sabiston,David C, Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2007
Page | 33