Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan usaha

merupakan

kesatuan

yuridis

ekonomis

atau

kesatuan organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang


bertujuan

untuk

mencari

keuntungan.

Sehingga,

badan

usaha

merupakan rumah tangga ekonomi yang bertujuan untuk mencari laba


dengan faktor-faktor produksi.
Di dalam praktiknya badan usaha terbagi ke dalam 2 (dua)
kategori, yaitu Badan Usaha Milik Swasta dan Badan Usaha Milik
Negara atau yang disingkat BUMN. Pembagian kelompok badan usaha
tersebut dapat dilihat dari skema di bawah ini :

Perseorangan
Swasta
Persekutuan/
Perkumpulan

Perusahaan
dagang

Badan hukum

PT
Koperasi
Yayasan

Badan usaha
Perjan

Negara
(BUMN)

Perum

Bukan
Maatschaap/perkumpulan
badan hukum
perdata/perseroan/persekutuan
Firma (Fa)
Komanditer (CV)

Privatisasi
Persero

Berdasarkan skema diatasSwastanisasi


tersebut, maka nampak bahwa
kelompok badan usaha berbentuk badan hukum terbagi menjadi 3
(tiga) kategori, yaitu PT, Koperasi dan Yayasan.
Namun, di Indonesia sendiri terdapat
berbeda

dari

penggolongan

diatas.

Hal

ini

penggolongan
didasarkan

yang

kepada

penggolongan yang mengacu kepada Pasal 33 ayat 1, 2 dan 3 UUD


1945 yang berbunyi;
1

(1)Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan.
(2)Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
(3)Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pasal diatas, maka penggolongan badan usaha di
Indonesia terbagi menjadi :
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
3. Koperasi
Maka dalam hal ini koperasi tidak termasuk ke dalam kategori badan
usaha swasta maupun negara, tetapi merupakan bagian tersendiri.
Dalam pengaturannya, antara koperasi, yayasan dan PT sebagai
badan usaha yang sama-sama berbentuk badan hukum sering
terdapat kemiripan di dalam ketentuan yang mengatur mengenainya.
Dalam hal ini, penulis akan memfokuskan perbandingan antara
ketentuan di dalam pengaturan Koperasi dan Perseroan Terbatas.
Perkumpulan koperasi pada zaman kemerdekaan telah diatur
dalam perundang-undangan tersendiri, yaitu yang pertama kali adalah
UU No. 79 tahun 1958. Setelah kembai ke UUD 1945, dikeluarkan PP
No. 60 tahun 1959. Pada tahun 1965, UU No. 79 tahun 1958 dicabut
dan digantikan dengan UU No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoprasian
yang berlandaskan Pancasila, Manipol/Usdek. Pada zaman orde baru
UU tersebut dicabut dengan UU No. 12 tahun 1967 tentang PokokPokok Perkoprasian.1 Kemudian pada perkembangannya, UU tersebut
diubah menjadi UU No. 25 tahun 1992 dan kini telah terbit perundang-

1 R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, PT Alumni, Bandung, 2004, hlm. 99-100
2

undangan terbaru yang mengatur mengenai Koperasi, yaitu UU No. 17


Tahun 2012.
Sedangkan pengaturan mengenai Perseroan Terbatas sebelum
diterbitkannya undang-undang khusus mengenainya diatur di dalam
KUHDagang.2 Namun, kini telah terdapat pengaturan terbaru yang
khusus mengatur mengenai Perseroan Terbatas (PT), yakni UU No. 40
Tahun 2007.
Dari kedua perundang-undangan yang secara khusus mengatur
masing-masing badan usaha, akan dicermati beberapa kemiripan
pengaturan mengenai keduanya. Terutama, karena kedua badan usaha
tersebut berbentuk badan hukum.

B. Identifikasi Masalah
Dalam hal apa saja terdapat kemiripan pengaturan yang terdapat di
dalam UU Koperasi dan UU Perseroan Terbatas?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbandingan antara pengaturan yang terdapat di
dalam UU Koperasi serta UU Perseroan Terbatas.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori-teori Badan Hukum
2 R. Ali Rido, Ibid., hlm. 96
3

Koperasi dan PT merupakan badan usaha yang berbentuk badan


hukum. Untuk mencari dasar hukum dari badan hukum, terdapat
beberapa teori3 :
1) Teori fiktif dari Von Savigny
Badan hukum semata-mata merupakan buatan negara saja. Hanya
manusia lah yang merupakan subjek hukum, sedangkan badan
hukum hanya merupakan fiksi.
2) Teori harta kekayaan bertujuan dari Brinz
Hanya manusia yang dapat menjadi subjek hukum. Namun juga
tidak dapat dibantah adanya hak-hak atas suatu kekayaan,
sedangkan tiada manusia yang mendukung hak-hak tersebut. Hakhak badan hukum sebenarnya tidak ada pemiliknya, dan sebagai
penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh suatu
tujuan atau kekayaan kepunyaan suatu tujuan.
3) Teori organ dari Otto von Gierke
Badan hukum adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti
sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum.
Tidak hanya suatu pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum
itu juga mempunyai kehendak atau kemauan sendiri yang dibentuk
melalui alat-alat perlengkapannya.
4) Teori propriete collective dari Planiol
Hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan
kewajiban anggota bersama-sama. Para anggota tidak hanya dapat
memiliki masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi,
tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan.
Sehingga badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis saja.

B. Koperasi
Koperasi berasal dari bahasa Latin cum (yang artinya dengan)
dan operasi (yang artinya bekerja). Dari dua kata tersebut maka
koperasi dapat diartikan bekerja dengan orang-orang lain. 4 Menurut
3 R. Ali Rido, Ibid., hlm. 7-9
4 Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1995, hlm. 59
4

Bapak Koperasi Indonesia, Moh. Hatta, koperasi didirikan sebagai


persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya.
Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos semurah-murahnya,
itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama,
bukan keuntungan. Sedangkan berdasarkan pengertian di dalam Pasal
1 angka 1 UU No. 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seoran atau badan hukum koperasi, dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai

gerakan

ekonomi

rakyat,

yang

berdasar

atas

asas

kekeluargaan.
Koperasi dibangun berdasarkan asas kekeluargaan berdasarkan
Pasal 3 UU No. 17 Tahun 2012, dimana hal ini sejalan dengan landasan
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Hal inilah yang kemudian membedakan
koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya.
Tujuan koperasi tercantum di dalam Pasal 4 UU Koperasi yang
berbunyi, Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional
yang demokratis dan berkeadilan. Hal ini berbeda dengan tujuan
yang tercantum di dalam UU Koperasi sebelum perubahan (UU No. 25
Tahun

1992)

kesejahteraan

yang

berbunyi,

anggota

pada

Koperasi
khususnya

bertujuan
dan

memajukan

masyarakat

pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional


dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan
kedua tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa koperasi bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, khususnya anggota,
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional.
Prinsip-prinsip koperasi tercantum di dalam Pasal 6 UU Koperasi
yang terdiri dari :
1) keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
2) pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis;
3) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi;
5

4) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan


independen;
5) Koperasi menyelenggarakan

pendidikan

dan

pelatihan

bagi

Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan


informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan
kemanfaatan Koperasi;
6) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat
Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan
pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
7) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan

bagi

lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati


oleh Anggota.
Selain itu, fungsi koperasi di Indonesia juga tertuang di dalam UU
Koperasi sebelum perubahan pada Pasal 4, yaitu5 :
1) Membangun

dan

mengembangkan

potensi

dan

kemampuan

ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya


untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasr kekuatan dan
ketahanan

perekonomian

nasional

dengan

koperasi

sebagai

sokogurunya.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional

yang

merupakan

usa

abersama

berdasr

atas

asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


Jenis-jenis koperasi juga dapat dibedakan berdasarkan bidang
usaha, jenis komoditi, jenis anggota serta daerah kerja sebagai berikut 6
:
1) Berdasarkan bidang usaha, koperasi dibedakan menjadi:

5 Arifin Sitio & Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, Erlangga, Bandung,
2001, hlm. 20
6 Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, BPFE, Yogyakarta, 2000, hlm. 76-85
6

a. Koperasi konsumsi: koperasi yang berusaha dalam bidang


penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para
anggotanya.
b. Koperasi produksi: koperasi yang kegiatan utamanya melakukan
pemroses bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah
jadi.
c. Koperasi pemasaran; koperasi yang dibentuk terutama untuk
membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang
yang mereka hasilkan.
d. Koperasi kredit/simpan pinjam: koperasi yang bergerak dalam
bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk
kemudian dipinjamkan kembali kepad apara anggota yang
memerlukan bantuan modal.
2) Berdasarkan jenis komoditi, koperasi dapat dibedakan menjadi:
a. Koperasi pertambangan: Koperasi yang melakukan usaha dengan
menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara
langsung tanpa utau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat
sumber-sumber alam tersebut.
b. Koperasi pertanian dan peternakan: koperasi yang melakukan
usaha sehubungan dengan komoditi pertanian tertentu.
c. Koperasi industri dan kerajinan: koperasi yang melakukan
usaanya dalam bidang usaha industri atau kerajinan tertentu.
d. Koperasi jasa-jasa: koperasi yang mengkhususkan usahanya
dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tetentu.
3) Berdasarkan jenis anggota, koperasi dibedakan menjadi:
a. Koperasi karyawan
b. Koperasi pedagang pasar
c. Koperasi angkatan darat
d. Koperasi mahasiswa
e. Koperasi pondok pesantren
f. Koperasi peranserta wanita
g. Koperasi pramuka
4) Berdasarkan daerah kerja koperasi dibedakan menjadi:
a. Kopersi primer: koperasi yang beranggotakan orang-orang, yang
biasanya didirikan pada lingkup kesatuan wilayah terkecil
tertentu.

b. Koperasi sekunder/pusat koperasi: Koperasi yang beranggotakan


koperasi-koperasi

primer,

yang

biasanya

didirikan

sebagai

pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam suatu lingkup


wilayah tertentu.
c. Koperasi tertier/induk koperasi: koperasi yang beranggotakan
koperasi-koperaswi sekunder, yang berkedudukan di ibu kota
Negara.
C. Perseroan Terbatas
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT), yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas
ialah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang

seluruhnya

terbagi

dalam

saham

dan

memenuhi

dalam

persyaratan yang ditetapkan dalam Undang Undang ini serta


peraturan pelaksanaannya.
Selanjutnya, Pasal 2 UU PT menjelaskan bahwa Perseoran harus
mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan,
ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Pencantuman maksud dan
tujuan PT ini terdapat di dalam Anggaran Dasar yang dilakukan
bersamaan saat pembuatan akta pendirian, sebagaimana diatur di
dalam Pasal 8 ayat (1) UU PT.
Perseroan Terbatas juga

terbagi

ke

dalam

(dua)

jenis

sebagaimana terdapat di dalam Pasal 1 angka 7 dan angka 8 sebagai


berikut :
1) Perseroan Publik
Perseroan Publik adalah perseroan yang telah memenuhi kriteria
jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan
ketentuan peraturan. Rujukan peraturan perundang undangan
yang dimaksud pasal 1 angka 8 UUPT 2007 adalah UU No.8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat (22). Menurut pasal ini, agar

Perseroan menjadi Perseroan publik, harus memenuhi kriteria


sebagai berikut:
a. Saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang
kurangnya, 300 (tiga ratus) pemegang saham.
b. Memiliki modal disetor (gestort capital, paid up capital) sekurang
- kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).
c. Atau suatu jumlah pemegang saham dengan jumlah modal
disetor yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Apabila kriteria diatas telah dipenuhi, maka suatu perseroan telah
memenuhi kriteria untuk menjadi Perseroan Publik. Selanjutnya,
setelah seluruh kriteria dipenuhi maka perseroan tersebut harus
tunduk pada ketentuan Pasal 24 UU PT.
2) Perseroan Terbuka
Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau Perseroan yang
melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan di bidang pasar modal. Jadi yang
dimaksud dengan Perseroan Terbuka menurut pasal 1 angka 7 UUPT
2007, adalah Perseroan Publik yang telah memenuhi ketentuan
pasal 1 ayat (22) UU No.8 Tahun 1995 yakni :
- memiliki pemegang saham sekurang kurangnya 300 (tiga
-

ratus) orang,
modal disetor sekurang kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga

miliar rupiah,
Perseroan yang melakukan penawaran umum (public offering)
saham

di

menawarkan

Bursa
atau

Efek.

Maksudnya

menjual

saham

Perseroan
atau

efeknya

tersebut,
kepada

masyarakat luas.7

7 Marzuki Usman, Singgih Riphat,syahrir, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Istibat


Braker Indonesia,1997,hlm.127.
9

BAB III
PEMBAHASAN
Setelah dijelaskan mengenai kedua badan usaha berbentuk badan
hukum

Koperasi

membandingkan
mengatur

dan
antara

masing-masing

PT-

pada

kedua
badan

bab

sebelumnya,

maka

setelah

peraturan

perundang-undangan

usaha

dipaparkan

dapat

kemiripan pengaturan antara UU Koperasi dan UU PT.

yang

mengenai

kemiripan tersebut

antara lain :
a. Keduanya mengatur mengenai pendirian masing-masing badan usaha
dengan akta yang dibuat oleh notaris dalam Bahasa Indonesia. Di
dalam UU Koperasi, hal ini terdapat di dalam Bab IV Bagian Kesatu
mengenai Pendirian Pasal 9 ayat (1) yang berbunyi, Pendirian
Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan Akta
Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan, di dalam UU PT hal ini tercantum di dalam Bab II Bagian
Kesatu mengenai Pendirian pada Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi,
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
b. Baik akta pendirian Koperasi maupun PT, keduanya harus memuat
Anggaran Dasar. Hal ini terdapat di dalam Pasal 10 ayat (1) UU
Koperasi yang berbunyi, Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran
Dasar dan keterangan yang berkaitan dengan pendirian Koperasi.
Sedangkan, di dalam UU PT hal ini terdapat di dalam Pasal 8 ayat (1)
yang

berbunyi,

Akta

pendirian

memuat

anggaran

dasar

dan

keterangan la in berkaitan dengan pendirian Perseroan.


10

c. Dalam hal pembuatan akta pendirian tersebut, baik dalam UU PT


maupun UU Koperasi keduanya mengatur bahwa pendiri dapat diwakili
oleh orang/pendiri lain dengan surat kuasa. Hal tersebut tercantum di
dalam Pasal 8 ayat (3) UU PT; Dalam pembuatan akta pendirian,
pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. Serta
di dalam Pasal 10 ayat (3) UU Koperasi; Dalam pembuatan Akta
Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seorang
pendiri dapat diwakili oleh pendiri lain berdasarkan surat kuasa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
d. Dalam hal jumlah anggota/orang yang disyaratkan dalam undangundang untuk dapat mendirikan kedua badan usaha tersebut, baik UU
PT

maupun

UU

anggota/orang

Koperasi
kurang

disahkan/berbentuk

badan

keduanya
dari
hukum.

mengatur

yang
Hal

apabila

disyaratkan
tersebut

jumlah
setelah

mewajibkan

PT

maupun Koperasi untuk memenuhi jumlah minimal atau mengalihkan


sahamnya.
Di dalam UU Koperasi, hal ini terdapat di dalam Pasal 14 ayat (1) dan
ayat (2) yang berbunyi :
(1)Dalam hal setelah Koperasi disahkan, Anggotanya berkurang dari
jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 maka dalam jangka
waktu paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan
tersebut, Koperasi yang bersangkutan wajib memenuhi jumlah
minimal keanggotaan.
(2)Setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),

Anggota

Koperasi

tetap

kurang

dari

jumlah

minimal

keanggotaan maka Anggota Koperasi bertanggung jawab secara


pribadi atas segala perikatan atau kerugian yang terjadi dan
Koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.
Sedangkan, di dalam UU PT hal ini terdapat di dalam Pasal 7 ayat (5)
dan ayat (6) yang berbunyi :
(1)Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang
saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu
11

paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan

tersebut

pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian


sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkansaham
baru kepada orang lain.
(2)Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah
dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang,
pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala
perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang
berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan
tersebut.
e. Mengenai hal perbuatan hukum yang dilakukan sebelum badan usaha
disahkan menjadi badan hukum, baik UU PT maupun UU Koperasi
keduanya mengatur mengenai hal tersebut. Di dalam UU PT hal ini
terdapat di dalam Pasal 113, yang berbunyi :
(1)Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan
Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah
Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan
secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua
hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang
dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya.
(2)RUPS pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status badan hukum.
(3)Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah apabila
RUPS dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili semua saham
dengan hak suara dan keputusan disetujui dengan suara bulat.
(4)Dalam hal RUPS tidak diselenggarakan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) atau RUPS tidak berhasil

mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setiap


calon

pendiri

yang

melakukan

perbuatan

hukum

tersebut

bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul.


(5)Persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
diperlukan apabila perbuatan hukum tersebut dilakukan atau
12

disetujui secara tertulis oleh semua calon pendiri sebelum pendirian


Perseroan.
Sedangkan, di dalam UU Koperasi hal ini diatur di dalam Pasal 15 yang
berbunyi sebagai berikut :
(1)Setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh Anggota, Pengurus,
dan/atau

Pengawas

sebelum

Koperasi

mendapat

pengesahan

menjadi badan hukum dan perbuatan hukum tersebut diterima oleh


Koperasi,

Koperasi

berkewajiban

mengambil

alih

serta

mengukuhkan setiap perbuatan hukum tersebut.


(2)Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh
Koperasi, masing-masing Anggota, Pengurus, dan/atau Pengawas
bertanggung jawab secara pribadi atas setiap akibat hukum yang
ditimbulkan.
Dari kedua pasal diatas dapat dilihat bahwa kedua badan usaha
tersebut baru mengakui perbuatan hukum yang dilakukan sebelum
kedua

badan

usaha

menjadi

badan

hukum

apabila

adanya

pengambilalihan terhadapnya. Namun, apabila hal tersebut tidak


dilakukan maka tanggung jawab perbuatan hukum tersebut jatuh
kepada masing-masing pihak yang melakukannya, bukan kepada
badan usaha.
f. Kedua undang-undang ini juga mengatur mengenai penggunaan nama
oleh PT maupun Koperasi. Meskipun terdapat sedikit perbedaan
diantara keduanya, namun baik UU PT maupun UU Koperasi mengatur
secara limitatif mengenai penggunaan nama bagi badan usaha
tersebut.Hal ini tercantum di dalam Pasal 16 UU PT, yang berbunyi :
(1)Perseroan tidak boleh memakai nama yang:
a) telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada
pokoknya dengan nama Perseroan lain;
b) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;

13

c) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga


pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin
dari yang bersangkutan;
d) tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha,
atau menunjukkan maksud

dan tujuan Perseroan saja tanpa

nama diri;
e) terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian
huruf yang tidak membentuk kata; atau
f) mempunyai arti sebagai Perseroan,

badan

hukum,

atau

persekutuan perdata.
(2)Nama Perseroan harus didahului dengan frase Perseroan Terbatas
atau disingkat PT.
(3)Dalam hal Perseroan

Terbuka

selain

berlaku

ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada akhir nama Perseroan


ditambah kata singkatan Tbk.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama
Perseroan diatur dengan peraturan pemerintah.
Sedangkan, di dalam UU Koperasi hal ini diatur di dalam Pasal 17 yang
berbunyi :
(1)Koperasi dilarang memakai nama yang:
a) telah dipakai secara sah oleh Koperasi

lain

dalam

satu

kabupaten atau kota;


b) bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
dan/atau
c) sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga
pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin
dari yang bersangkutan.
(2)Nama Koperasi Sekunder harus memuat kata Koperasi dan
diakhiri dengan singkatan (Skd).
(3)Kata Koperasi dilarang digunakan oleh badan usaha yang
didirikan tidak menurut ketentuan UndangUndang ini.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemakaian nama
Koperasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
g. Kedua badan usaha ini harus mencantumkan masksud dan tujuannya
di dalam anggaran dasar. Hal ini tercantum di dalam Pasal 18 UU PT,
14

yang berbunyi Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta


kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar Perseroan
sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Sedangkan, di dalam UU Koperasi hal ini terdapat di dalam Pasal 18


yang berbunyi :
(1)Koperasi wajib mempunyai tujuan dan kegiatan usaha yang sesuai
dengan jenis Koperasi dan harus dicantumkan dalam Anggaran
Dasar.
(2)Tujuan dan kegiatan Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun

berdasarkan

kebutuhan

ekonomi

Anggota

dan

jenis

Koperasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV
KESIMPULAN
Baik PT maupun Koperasi, keduanya merupakan badan usaha yang
berbentuk badan hukum. Oleh karena itu, pengaturan mengenai keduanya di
dalam undang-undang terdapat beberapa kemiripan, baik dari segi
pendirian, anggaran dasar dan status masing-masing sebagai badan hukum.
Kemiripan yang nampak diantara keduanya antara lain :
-

Baik Koperasi maupun PT keduanya membutuhkan modal awal

untuk membentuk badan usaha.


PT dan Koperasi membutuhkan izin usaha yang diterbitkan oleh
pihak yang berwenang.

15

Adanya tanggung jawab yang terbatas sebagai badan hukum

dari PT dan Koperasi.


Keduanya merupakan badan usaha yang memiliki tujuan untuk
mencari laba.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sitio & Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, Erlangga,
Bandung, 2001
Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1995
Marzuki Usman, Singgih Riphat,syahrir, Pengetahuan Dasar Pasar Modal,
Istibat BrakerIndonesia,1997
R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, PT Alumni, Bandung, 2004
Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, BPFE, Yogyakarta, 2000

16

Anda mungkin juga menyukai