PENDAHULUAN
Sepsis adalah salah satu
penyebab utama
morbiditas dan mortalitas
pada anak.
Sepsis merupakan respon
sistemik terhadap infeksi
yang berat dan
menyebabkan kondisi
stres pada manusia. Salah
satu respon terhadap stres
adalah aktivasi aksis
Hypothalamic-pituitaryadrenal yang ditandai
dengan peningkatan
produksi kortisol.
TUJUAN
Menganalisis perbedaan kadar
kortisol serum pada luaran sepsis.
METODE
Penelitian
ini
menggunak
an metode
kohort
prospektif .
Kriteria Inklusi
Usia 2 bulan-13
tahun
Orang tua
menyetujui untuk
ikut serta dalam
penelitian
Pengambilan darah
dilakukan segera
sejak diagnosis
sepsis ditegakkan
Kriteria eksklusi
Insufisiensi adrenal
primer
Hiperplasia adrenal
kongenital
Kelainan kongenital
multipel
Gizi buruk
ALUR PENELITIAN
Perbaikan
Penurunan skor
PELOD pada hari ke
Perburukan
1 saat diagnosis
ditegakkan
Perubahan klinis
dibandingkan pada
dan laboratoris ke
hari ke 6 setelah
arah yang buruk
perawatan
ANALISA
Setelah diuji secara chi square
didapatkan sebaran data yang tidak
normal dengan
p = 0,014 sehingga digunakan
uji Mann-Whitney U
HASIL
>> Laki-laki (67%)
Rata-rata usia 2 bulan12 tahun
Bronkopneumoni
(20%),
meningoensefalitis
(20%), pasca
laparotomi, pasca
status konvulsi, dan
diare akut dengan
dehidrasi berat
masing-masing 7%.
Kadar kortisol
64,62 mg/dL-836
mg/dL dengan
median 225,47
mg/dL
21 (70%) sampel
mengalami
perbaikan dan 9
(30%) perburukan.
Keterbatasan Penelitian
Jumlah sampel sedikit
sehingga rentang
kadar kortisol yang
didapatkan cukup luas.
Pada penyakit tertentu
yang menggunakan
kortikosteroid dalam
waktu lama dengan
dosis tinggi, misalnya
meningoensefalitis
dapat mensupresi
fungsi hipothalamus
KESIMPULAN
Kadar kortisol serum dapat
digunakan sebagai indikator
prognosis anak dengan
sepsis. Kadar kortisol
terbukti meningkatkan
risiko luaran perburukan
sepsis
TERIMA KASIH