Anda di halaman 1dari 34

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Petrologi, Acara: Batuan Beku Non-Fragmental yang disusun


oleh praktikan bernama Robby Gabriel Sibarani, disahkan pada:
hari

tanggal :
pukul

April 2015

Sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Petrologi.

Semarang,
Asisten Acara,

April 2015
Praktikan,

Zul Hayuddin Hasibuan

Robby Gabriel Sibarani

NIM : 21100112120008

NIM : 21100114130059

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud

Mengetahui nama dan sifat fisik mineral pembentuk batuan

Memahami cara pendeskripsian batuan

Memahami proses pembentukan mineral dalam batuan dan batuan itu

sendiri
Mengetahui cara penamaan batuan berdasarkan klasifikasinya masingmasing

1.2

Tujuan

Mampu mengetahui nama dan sifat fisik mineral pembentuk batuan


Mampu memahami cara pendeskripsian batuan
Mampu memahami proses pembentukan mineral dalam batuan dan

batuan itu sendiri


Mampu mengetahui cara penamaan batuan berdasarkan klasifikasinya
masing-masing

1.3

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Hari / Tanggal

: Senin, 16 Maret 2015

Waktu

: Pukul 18.30 WIB

Tempat

: Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,


Universitas Diponegoro

Hari / Tanggal

: Selasa, 24 Maret 2015

Waktu

: Pukul 18.30 WIB

Tempat

: Ruang 302 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,


Universitas Diponegoro

BAB III
HASIL DESKRIPSI

3. 1

Batuan Peraga No. BI-18-A


Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Abu-abu Kecoklatan
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin
Granularitas
: Equigranular-Fanerik
Ukuran Butir
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
Bentuk Butir
: Subhedral
Komposisi
:
Mineral
Horblende

Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 5-6 skala
Mohs, bentuk tabular, kilap kaca, cerat

Kelimpahan (%)
20 %

putih
Warna hitam, kekerasan 2-3 skala
Biotit

Mohs, bentuk menjarum, kilap kaca,

20 %

cerat putih
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6
Na-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

30 %

transparansi opaque
Warna colouless, kekerasan 7 skala
Kuarsa

Mohs, tanpa belahan, bentuk tabular,


kilap kaca, cerat putih, pecahan

10 %

concoidal, transparansi transparant


Warna merah daging, kekerasan 6
Ortoklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih, ,


transparansi opaque

Foto Batuan

20 %

Keterangan :
A : Mineral Horblende
B : Mineral Biotit
C : Mineral Na-Plagioklas

Gambar 2. 1. Foto Batuan Peraga Nomor BI-18-A

D : Mineral Kuarsa
Petrogenesa
E : Mineral Orthoklas :
Batuan peraga nomor BI-18-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang
terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu
dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral horblende, biotit, na-plagioklas orthokolas, dan kuarsa bahwa batuan
ini terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat asam. Batuan ini bisa
terbentuk pada zona magmatisme subduksi, dan zona continental rift dan
menghasilkan batuan yang berwarna terang, dan dari komposisi tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk pada zona
plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini berbentuk
tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur masif, dan
karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang seragam
dan dapat dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang disebut
memiliki granularitas equigranular-fanerik.
Nama Batuan
3. 2

: Monsonit (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)

Batuan Peraga No. BI-33-A


Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Abu-abu Kecoklatan
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin

Granularitas
Ukuran Butir
Bentuk Butir
Komposisi
Mineral
Biotit

: Equigranular-Fanerik
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
: Subhedral
:

Sifat Fisik
Warna hitam, kekerasan 2-3 skala

Kelimpahan (%)

Mohs, bentuk menjarum, kilap kaca,

25 %

cerat putih
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6
Na-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

30 %

transparansi opaque
Warna colouless, kekerasan 7 skala
Kuarsa

Mohs, tanpa belahan, bentuk tabular,

15 %

kilap kaca, cerat putih, pecahan


concoidal, transparansi transparant
Warna merah daging, kekerasan 6

Ortoklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih, ,

30 %

transparansi opaque
Foto Batuan

Keterangan
A : Mineral Biotit
B : Mineral Na-Plagioklas
Gambar 2. 2. Foto Batuan Peraga Nomor BI-33-A
C : Mineral Kuarsa

D : Mineral Orthoklas
Petrogenesa

Batuan peraga nomor BI-33-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang


terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu
dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral biotit, orthokolas, na-plagoklas dan kuarsa bahwa batuan ini terbentuk
dari pembekuan magma yang bersifat asam. Batuan ini bisa terbentuk pada
zona magmatisme subduksi, dan zona continental rift dan menghasilkan
batuan

yang

berwarna

terang,

dan dari

komposisi

tersebut

dapat

diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk pada zona


plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini berbentuk
tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur masif, dan
karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang seragam
dan dapat dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang disebut
memiliki granularitas equigranular-fanerik.
Nama Batuan

: Monsonit Kuarsa (Klasifikasi Russel B.Travis, 1995)

3. 3

Batuan Peraga No. BI-19-A


Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Coklat
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin
Granularitas
: Inequigranular-Porfiroafinnitk
Ukuran Butir
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
Bentuk Butir
: Subhedral
Komposisi
:
Mineral

Sifat Fisik
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6

Kelimpahan (%)

Na-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

50 %

Kuarsa

transparansi opaque
Warna colouless, kekerasan 7 skala

20 %

Mohs, tanpa belahan, bentuk tabular,


kilap kaca, cerat putih, pecahan

Massa Dasar
Foto Batuan

concoidal, transparansi transparant


Warna coklast

30 %

A
Keterangan

A : Mineral Na-Plagioklas
B : Mineral Kuarsa
Gambar 2. 3. Foto Batuan Peraga Nomor BI-19-A
C : Massa Dasar
Petrogenesa
:
Batuan peraga nomor BI-19-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang
terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu
dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral na-plagoklas, kuarsa, dan mineral afanit sebagai massa dasar bahwa
batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat intermediet. Batuan
ini bisa terbentuk pada zona magmatisme subduksi dan menghasilkan batuan
yang berwarna terang agak gelap, dan dari komposisi tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk pada zona
plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini berbentuk
tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur masif, dan
karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang tidak
seragam dan susah dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang
disebut memiliki granularitas inequigranular-porfiroafanitik.
Nama Batuan
3. 4

: Porfiri Dasit (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)

Batuan Peraga No. BI-02-A

Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Coklat kehitaman dengan titik titik putih
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin
Granularitas
: Inequigranular-Porfiroafinnitk
Ukuran Butir
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
Bentuk Butir
: Subhedral
Komposisi
:
Mineral

Sifat Fisik
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6

Kelimpahan (%)

Na-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

60 %

transparansi opaque
Warna colouless, kekerasan 7 skala
Kuarsa

Massa Dasar
Foto Batuan

Mohs, tanpa belahan, bentuk tabular,

10 %

kilap kaca, cerat putih, pecahan


concoidal, transparansi transparant
Warna coklast

30 %

A
Keterangan

A : Mineral Na-Plagioklas
B : Mineral Kuarsa
Gambar 2. 3. Foto Batuan Peraga Nomor BI-02-A
C : Massa Dasar
Petrogenesa
:
Batuan peraga nomor BI-02-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang
terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu

dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral na-plagoklas, kuarsa, dan mineral afanit sebagai massa dasar bahwa
batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat intermediet. Batuan
ini bisa terbentuk pada zona magmatisme subduksi dan menghasilkan batuan
yang berwarna terang agak gelap, dan dari komposisi tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk pada zona
plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini berbentuk
tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur masif, dan
karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang tidak
seragam dan susah dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang
disebut memiliki granularitas inequigranular-porfiroafanitik.
Nama Batuan

: Porfiri Dasit (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)

3. 5

Batuan Peraga No. BI-43-A


Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Hitam Kehijauan dengan titik titik putih
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin
Granularitas
: Inquigranular-Faneroporfiritik
Ukuran Butir
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
Bentuk Butir
: Subhedral
Komposisi
:
Mineral
Piroxen

Sifat Fisik
Warna hijau kehitaman, kekerasan 5-6
skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

Kelimpahan (%)
40 %

transparansi opaque
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6
Ca-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

40 %

transparansi opaque
Warna hijau tua, kekerasan 3, 5 5, 5
Olivin

skala Mohs, kilap kaca, cerat hitam,


transparansi opaque

20 %

Foto Batuan

Keterangan :
A : Mineral Piroxen
B : Mineral Ca-Plagioklas
Gambar 2. 5. Foto Batuan Peraga Nomor BI-43-A
C : Mineral Olivin
Petrogenesa
:
Batuan peraga nomor BI-43-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang
terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu
dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral piroxen, ca-plagioklas , dan olivin bahwa batuan ini terbentuk dari
pembekuan magma yang bersifat basa. Batuan ini bisa terbentuk pada zona
magmatisme Mead Oceanic Rich, Island Arc, Back Art Basin, dan Oceanic
Islands, dan menghasilkan batuan yang berwarna gelap, dan dari komposisi
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk
pada zona plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini
berbentuk tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur
masif, dan karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang tidak
seragam dan dapat dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang
disebut memiliki granularitas inequigranular-faneroporfirtik.

Nama Batuan

: Porifiri Gabbro (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)

3. 6

Batuan Peraga No. BI-43-A


Jenis Batuan
: Batuan Beku Non-Fragmental
Deskripsi Megaskopis :
Warna
: Hitam Kehijauan dengan titik titik putih
Struktur
: Masif
Tekstur
:
Derajat Kristalisasi
: Holokristalin
Granularitas
: Inquigranular-Faneroporfiritik
Ukuran Butir
: Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954)
Bentuk Butir
: Subhedral
Komposisi
:
Mineral
Piroxen

Sifat Fisik
Warna hijau kehitaman, kekerasan 5-6
skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

Kelimpahan (%)
40 %

transparansi opaque
Warna putih susu, kekerasan 5,5 -6
Ca-Plagioklas

skala Mohs, kilap kaca, cerat putih,

40 %

transparansi opaque
Warna hijau tua, kekerasan 3, 5 5, 5
Olivin

skala Mohs, kilap kaca, cerat hitam,

20 %

transparansi opaque

Foto Batuan

A
Keterangan :
A : Mineral Piroxen
B : Mineral Ca-Plagioklas
C : Mineral Olivin

Gambar 2. 6. Foto Batuan Peraga Nomor BI-50-A

Petrogenesa
:
Batuan peraga nomor BI-50-A merupakan Batuan Non-Fragmental yang
terbentuk langsung dari hasil pembekuan magma dikarenakan penurunan suhu
dan tekanan. Dilihat dari komposisi mineral pembentuk batuan tersebut yaitu
mineral piroxen, ca-plagioklas , dan olivin bahwa batuan ini terbentuk dari
pembekuan magma yang bersifat basa. Batuan ini bisa terbentuk pada zona
magmatisme Mead Oceanic Rich, Island Arc, Back Art Basin, dan Oceanic
Islands, dan menghasilkan batuan yang berwarna gelap, dan dari komposisi
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terbentuk secara lambat dan terbentuk
pada zona plutonik atau zona yang jauh dari permukaan bumi. Batuan ini
berbentuk tanpa ada fragmen lain di dalam batuan yang disebut berstuktur
masif, dan karena tersusun oleh kristal-kristal atau berderajat kristalisasi yang
holokiristalin, dan mineral-mineral tersebut memiliki ukuran yang tidak
seragam dan dapat dibedakan satu mineral dengan mineral yang lain yang
disebut memiliki granularitas inequigranular-faneroporfirtik.
Nama Batuan

: Porifiri Gabbro (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)

BAB IV
PEMBAHASAN

4. 1

Pembahasan Peraga Nomor BI 18 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan peraga
nomor BI-18-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna abu-abu
kecoklatan yang dapat diamati pada permukaan batuan ini dengan mata
telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang bersifat felsik,
batuan ini juga memiliki struktur massif karena batuan ini tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang gas, retakan retakan, dan tidak
menunjukkan fragmen lain yang tertanam dalam batuan tersebut. Jika diamati
tektur dari batuan ini, mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristalkristal maka akan disebut memilii tingkat kristalisasi holokristalin. Secara
mengaskopis juga dapat dilihat bawa batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal
pada batuan yang seragam sehingga dapat disebut memiliki Granularitas yang
equigranular, dan ukuran kristal-kristal dari batuan ini masih bisa dibedakan
dengan mata telanjang sehingga disebut Fanerik, dan betuk butir atau
kejelasan terhadap bidang batas Kristal, dan mineral mineral tersebut memiliki
ukuran Sedang, 1 mm-5 mm (WTG, 1954), dan batuan ini termasuk dalam
batuan bertekstur suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak
begitu jelas atau sempurna.
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang
berwarna hitam dan berbentuk tabular yang dinamakan mineral horblende
dengan kelimpahan 20 %, mineral yang kedua berwarna hitam, berbentuk
menjarum yang dinamakan mineral biotit dengan kelimpahan 20 %, mineral
yang ketiga berwarna putih susu, transparansi opaque dan berbentuk tabular
yang dinamakan mineral Na-Plagioklas dengan kelimpahan 30 %, mineral
yang keempat berwarna colouless berbentuk tabular, transparansi transparant

yang dinamakan mineral kuarsa degan kelimpahan 10 %, mineral yang kelima


berwarna merah daging, yang dinamakan mineral ortoklas dengan kelimpahan
20 %. Dari komposisi tersebut, dapat ditentukan bahwa K. Feldspar dengan
kelimpahan antara 1/3 2/3 seluruh Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan
tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini,
fenokris atau yang disebut mineral mineral penyusun yang berukuran kecil
terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu
massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam atau tidak terlalu
jauh letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak
lama, yaitu massa dasarnya mineral plagioklas. Dan batuan ini memiliki sifat
kimi yang asam dimana magma yang membeku yang membentuk batuan ini
juga bersifat asam, dan kemungkinan magma asam tersebut dapat terbentuk
dari proses melting atau peleburan antara dua lempeng benua yang bersifat
asam yaitu yang terdapat pada daerah zona continental rift, dan karena terjadi
peleburan dan terbentuk sifat

magma yang asam. Hal ini dikarenakan

lempeng benua mengandung mineral Al dan SiO yang sifatnya asam. Namun
dapat memungkinkan juga terbentuk di daerah zona subduksi dimana
keluanya magma tersebut lebih dominan batuan felsik sehingga terjadi
asimilasi magma yang awalnya intermediet kemudian menjadi asam karena
proses tersebut.

Gambar 4. 1. (a) zona subduksi, dan (b) zona continental rift

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan jumlah
K. feldspar orthoklas antara 1/3 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar,
kelimpahan plagioklas antara 1/3 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar
dan

terdapatnya kuarsa dalam jumlah 10% serta terdapat kandungan

horblende,

biotite,

kuarsa,

dan

batuan

ini

bertekstur

granularitas

eqwuigranular-faneriktik. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas


dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga
Nomor BI 18 A merupakan batuan Monsonit ( Klasifikasi Russel B.
Travis, 1955).
Tabel 4. 1. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

4. 2

Pembahasan Peraga Nomor BI 33 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan
peraga nomor BI-33-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna abuabu kecoklatan yang dapat diamati pada permukaan batuan ini dengan mata
telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang bersifat felsik,
batuan ini juga memiliki struktur massif karena batuan ini tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang gas, retakan retakan, dan tidak
menunjukkan fragmen lain yang tertanam dalam batuan tersebut. Jika diamati
tektur dari batuan ini, mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristalkristal maka akan disebut memilii tingkat kristalisasi holokristalin. Secara
mengaskopis juga dapat dilihat bawa batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal
pada batuan yang seragam sehingga dapat disebut memiliki Granularitas yang
equigranular, dan ukuran kristal-kristal dari batuan ini masih bisa dibedakan
dengan mata telanjang sehingga disebut Fanerik, dan mineral mineral tersebut
memiliki ukuran Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954), dan dan betuk butir atau
kejelasan terhadap bidang batas Kristal, batuain ini termasuk dalam batuan
bertekstur suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu
jelas atau sempurna.

Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang


berwarna hitam, dan berbentuk menjarum yang dinamakan mineral biotit
dengan kelimpahan 25 %, mineral yang kedua berwarna putih susu
transparansi opaque dan berbentuk tabular yang dinamakan mineral NaPlagioklas dengan kelimpahan 30 %, mineral yang ketiga berwarna colouless,
dan, berbentuk tabular, transparansi transparant yang dinamakan mineral
kuarsa degan kelimpahan 15 %, mineral yang keempat berwarna merah daging
yang dinamakan mineral ortoklas dengan kelimpahan 30 %. Dari komposisi
tersebut, dapat ditentukan bahwa K. Feldspar dengan kelimpahan antara 1/3
2/3 seluruh Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan
tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini,
fenokris atau yang disebut mineral mineral penyusun yang berukuran kecil
terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu
massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam atau tidak terlalu
jauh letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak
lama, yaitu massa dasarnya mineral plagioklas. Dan batuan ini memiliki sifat
kimi yang asam dimana magma yang membeku yang membentuk batuan ini
juga bersifat asam, dan kemungkinan magma asam tersebut dapat terbentuk
dari proses melting atau peleburan antara dua lempeng benua yang bersifat
asam yaitu yang terdapat pada daerah zona continental rift, dan karena terjadi
peleburan dan terbentuk sifat

magma yang asam. Hal ini dikarenakan

lempeng benua mengandung mineral Al dan SiO yang sifatnya asam. Namun

dapat memungkinkan juga terbentuk di daerah zona subduksi dimana


keluanya magma tersebut lebih dominan batuan felsik sehingga terjadi
asimilasi magma yang awalnya intermediet kemudian menjadi asam karena
proses tersebut.

Gambar 4. 2. (a) zona subduksi, dan (b) zona continental rift

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan jumlah
K. feldspar orthoklas antara 1/3 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar,
kelimpahan plagioklas antara 1/3 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar
dan terdapatnya kuarsa dalam jumlah lebih besar dari 10% serta terdapat
kandungan

biotite,

kuarsa,

dan

batuan

ini

bertekstur

granularitas

eqwuigranular-faneriktik. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas


dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga
Nomor BI 33 A merupakan batuan Monsonit Kuarsa (Adamelit)
( Klasifikasi Russel B. Travis, 1955).
Tabel 4. 2. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

4. 3

Pembahasan Peraga Nomor BI 19 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan
peraga nomor BI-19-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna
coklat dengan titik titik putih yang dapat diamati pada permukaan batuan ini
dengan mata telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang
bersifat intermediet atau agak gelap, batuan ini juga memiliki struktur massif
karena batuan ini tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang
gas, retakan retakan, dan tidak menunjukkan fragmen lain yang tertanam
dalam batuan tersebut. Jika diamati tektur dari batuan ini, mineral-mineral
dalam batuan semua berbentuk kristal-kristal maka akan disebut memilii
tingkat kristalisasi holokristalin. Secara mengaskopis juga dapat dilihat bawa
batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal pada batuan yang tidak seragam
sehingga dapat disebut memiliki Granularitas yang inequigranular, dan
dikarenakan mineral fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang bersifat afanit
sehingga disebut Fanerik, dan mineral mineral tersebut memiliki ukuran
Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954), dan dan betuk butir atau kejelasan
terhadap bidang batas Kristal, batuain ini termasuk dalam batuan bertekstur
suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu jelas atau
sempurna.

Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang


berwarna putih susu, transparansi opaque, dan berbentuk tabular yang
dinamakan mineral Na-Plagioklas dengan kelimpahan 50 %, mineral yang
kedua berwarna colouless, berbentuk tabular, transparansi transparant yang
dinamakan mineral kuarsa degan kelimpahan 20 %, mineral yang berwarna
coklat yang tidak dapat dijelaskan atau mineral afanit yang menjadi massa
dasar dari batuan ini dengan kelimpahan 30 %. Dari komposisi tersebut, dapat
ditentukan bahwa K. Feldspar dengan kelimpahan lebih besar dari 2/3 seluruh
Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan
tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini, dapat
diinpretasikan bahwa mineral penyusunnya berukuran sedang dan massa
dasarnya yang afanit sehingga hubungan antar kristalnya yang inequigranular
afanitik. Pada batu peraga ini massa dasarnya tidak dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang dekat atau tidak jauh letaknya dari
permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak lama yang disebut
mineral afanit. Dan batuan ini memiliki sifat kimi yang intermediet dimana
magma yang membeku yang membentuk batuan ini juga bersifat intermediet,
dan kemungkinan magma asam tersebut dapat terbentuk di daerah zona
subduksi, dimana terbentuk dari pertemuan lempeng benua dengan lempeng
samudra dimana karena lempeng samudra lebih berat sehingga menyusup ke
bawah menuju astenosfer, dan gejala ini biasanya di perlihatkan oleh jajaran
gunung api di atas lempeng benua sebagai akibat dari dorongan arus
konveksi.

Gambar 4. 3. Zona subduksi

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
plagioklas antara > 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar dan terdapatnya
kuarsa dalam jumlah lebih besar dari 10% serta terdapat kandungan mineral
afanit dan batuan ini bertekstur granularitas ineqwuigranular-porfiroafinitik.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke
dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga Nomor BI 19 A
merupakan batuan Porfiri Dasit ( Klasifikasi Russel B. Travis, 1955).
Tabel 4. 3. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

4. 4

Pembahasan Peraga Nomor BI 02 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan
peraga nomor BI-02-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna
coklat dengan titik titik putih yang dapat diamati pada permukaan batuan ini
dengan mata telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang
bersifat intermediet atau agak gelap, batuan ini juga memiliki struktur massif
karena batuan ini tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang
gas, retakan retakan, dan tidak menunjukkan fragmen lain yang tertanam
dalam batuan tersebut. Jika diamati tektur dari batuan ini, mineral-mineral
dalam batuan semua berbentuk kristal-kristal maka akan disebut memilii
tingkat kristalisasi holokristalin. Secara mengaskopis juga dapat dilihat bawa
batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal pada batuan yang tidak seragam
sehingga dapat disebut memiliki Granularitas yang inequigranular, dan
dikarenakan mineral fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang bersifat afanit
sehingga disebut Fanerik, dan mineral mineral tersebut memiliki ukuran
Sedang, 1mm-5 mm (WTG, 1954), dan dan betuk butir atau kejelasan
terhadap bidang batas Kristal, batuain ini termasuk dalam batuan bertekstur
suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu jelas atau
sempurna.
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang
berwarna putih susu, transparansi opaque, berbentuk tabular yang dinamakan
mineral Na-Plagioklas dengan kelimpahan 60 %, mineral yang kedua
berwarna colouless, berbentuk tabular, transparansi transparant yang
dinamakan mineral kuarsa degan kelimpahan 10 %, mineral yang berwarna
coklat yang tidak dapat dijelaskan atau mineral afanit yang menjadi massa
dasar dari batuan ini dengan kelimpahan 30 %. Dari komposisi tersebut, dapat
ditentukan bahwa K. Feldspar dengan kelimpahan lebih besar dari 2/3 seluruh
Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan

tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini, dapat
diinpretasikan bahwa mineral penyusunnya berukuran sedang dan massa
dasarnya yang afanit sehingga hubungan antar kristalnya yang inequigranular
afanitik. Pada batu peraga ini massa dasarnya tidak dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang dekat atau tidak jauh letaknya dari
permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak lama yang disebut
mineral afanit. Dan batuan ini memiliki sifat kimi yang intermediet dimana
magma yang membeku yang membentuk batuan ini juga bersifat intermediet,
dan kemungkinan magma asam tersebut dapat terbentuk di daerah zona
subduksi, dimana terbentuk dari pertemuan lempeng benua dengan lempeng
samudra dimana karena lempeng samudra lebih berat sehingga menyusup ke
bawah menuju astenosfer, dan gejala ini biasanya di perlihatkan oleh jajaran
gunung api di atas lempeng benua sebagai akibat dari dorongan arus
konveksi.

Gambar 4. 4. Zona subduksi

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke

permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut


(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
plagioklas antara > 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar dan terdapatnya
kuarsa dalam jumlah lebih besar dari 10% serta terdapat kandungan mineral
afanit dan batuan ini bertekstur granularitas ineqwuigranular-porfiroafinitik.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke
dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga Nomor BI 02 A
merupakan batuan Porfiri Dasit ( Klasifikasi Russel B. Travis, 1955).
Tabel 4. 4. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

4. 5

Pembahasan Peraga Nomor BI 43 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan peraga
nomor BI-43-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna hijaukehitaman yang dapat diamati pada permukaan batuan ini dengan mata
telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang bersifat mafik,
batuan ini juga memiliki struktur massif karena batuan ini tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang gas, retakan retakan, dan tidak
menunjukkan fragmen lain yang tertanam dalam batuan tersebut. Jika diamati
tektur dari batuan ini, mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-

kristal maka akan disebut memilii tingkat kristalisasi holokristalin. Secara


mengaskopis juga dapat dilihat bawa batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal
pada batuan yang tidak seragam sehingga dapat disebut memiliki Granularitas
yang inequigranular, dan dikarenakan mineral fenokris dikelilingi oleh masa
dasar yang disebut Faneroporfiritik, dan betuk butir atau kejelasan terhadap
bidang batas Kristal, dan mineral mineral tersebut memiliki ukuran Sedang,
1mm-5 mm (WTG, 1954), dan batuan ini termasuk dalam batuan bertekstur
suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu jelas atau
sempurna.
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang
berwarna hijau kehiitaman,

berbentuk tabular yang dinamakan mineral

piroxen dengan kelimpahan 15 %, mineral yang kedua berwarna hijau, dan


transparansi opaque yang dinamakan mineral olivin dengan kelimpahan 25 %,
mineral yang ketiga berwarna putih susu, berbentuk tabular, transparansi
opaque yang dinamakan mineral Ca-Plagioklas dengan kelimpahan 60 %. Dari
komposisi tersebut, dapat ditentukan bahwa K. Feldspar dengan kelimpahan
antara lebih besar 2/3 seluruh Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan
tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini,
fenokris atau yang disebut mineral mineral penyusun yang berukuran kecil
terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu
massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam atau tidak terlalu

jauh letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak


lama, yaitu massa dasarnya mineral plagioklas. Dan batuan ini memiliki sifat
kimi yang basa dimana magma yang membeku yang membentuk batuan ini
juga bersifat basa, dan kemungkinan magma basa tersebut dapat terbentuk dari
proses melting atau peleburan antara dua lempeng samudera yang bersifat
basa yaitu yang terdapat pada daerah zona Mead Oceanic Ridge, dan bisa
juga terbentuk di Isand Arc, dan Back Art Basin dan karena terjadi peleburan
dan terbentuk sifat magma yang basa.

Gambar 4. 1. (a) zona continental rift, dan (b) zona subduksi

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini plagioklas antara >
2/3 dari jumlah semua mineral feldspar dan terdapatnya kuarsa dalam jumlah
10% serta terdapat kandungan piroxen dan olivin, dan batuan ini bertekstur
granularitas eqwuigranular-faneriktik. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah
tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis
batuan peraga Nomor BI 43 A merupakan batuan Porfiri Gabro
( Klasifikasi Russel B. Travis, 1955).

Tabel 4. 1. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

4. 6

Pembahasan Peraga Nomor BI 50 A


Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis terhadap batuan peraga
nomor BI-50-A dapat diketahui bahwa batuan ini memiliki warna hijaukehitaman yang dapat diamati pada permukaan batuan ini dengan mata
telanjang sehingga batuan ini termasuk ke dalam batuan yang bersifat mafik,
batuan ini juga memiliki struktur massif karena batuan ini tidak menunjukkan
adanya sifat aliran, jejak/lubang lubang gas, retakan retakan, dan tidak
menunjukkan fragmen lain yang tertanam dalam batuan tersebut. Jika diamati
tektur dari batuan ini, mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristalkristal maka akan disebut memilii tingkat kristalisasi holokristalin. Secara
mengaskopis juga dapat dilihat bawa batuan ini memiliki ukuran kristal-kristal
pada batuan yang tidak seragam sehingga dapat disebut memiliki Granularitas
yang inequigranular, dan dikarenakan mineral fenokris dikelilingi oleh masa
dasar yang disebut Faneroporfiritik, dan betuk butir atau kejelasan terhadap
bidang batas Kristal, dan mineral mineral tersebut memiliki ukuran Sedang,
1mm-5 mm (WTG, 1954), dan batuan ini termasuk dalam batuan bertekstur
suhedral karena Kristal dibatasi oleh bidang batas yang tidak begitu jelas atau
sempurna.

Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah mineral yang


berwarna hijau kehiitaman,

berbentuk tabular yang dinamakan mineral

piroxen dengan kelimpahan 40 %, mineral yang kedua berwarna hijau


transparansi opaque yang dinamakan mineral olivin dengan kelimpahan 40 %,
mineral yang ketiga berwarna putih susu, berbentuk tabular, transparansi
opaque yang dinamakan mineral Ca-Plagioklas dengan kelimpahan 20 %. Dari
komposisi tersebut, dapat ditentukan bahwa K. Feldspar dengan kelimpahan
antara lebih besar 2/3 seluruh Feldspar.
Batuan ini merupakan batuan beku non-fragmental yang terbentuk
langsung dari pembekuan magma yang diakibatkan penurunan suhu dan
tekanan. Proses pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini
memungkinkan magma untuk membentuk kristalin secara sempurna yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi. Dikarenakan membentuk kristalin
secara sempurna maka dapat menunjukkan bahwa proses pembekuan magma
berlangsung di tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi yang disebut
sebagai zona plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan
termasuk holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan ini,
fenokris atau yang disebut mineral mineral penyusun yang berukuran kecil
terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu
massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam atau tidak terlalu
jauh letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pembentukanyapun tidak
lama, yaitu massa dasarnya mineral plagioklas. Dan batuan ini memiliki sifat
kimi yang basa dimana magma yang membeku yang membentuk batuan ini
juga bersifat basa, dan kemungkinan magma basa tersebut dapat terbentuk dari
proses melting atau peleburan antara dua lempeng samudera yang bersifat
basa yaitu yang terdapat pada daerah zona Mead Oceanic Ridge, dan bisa
juga terbentuk di Isand Arc, dan Back Art Basin dan karena terjadi peleburan
dan terbentuk sifat magma yang basa.

Gambar 4. 1. (a) zona continental rift, dan (b) zona subduksi

Di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi terjadi pembekuan


magma asam tersebut dan akhirnya terbentuk batuan, dan batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(pengangkatan/uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini plagioklas antara >
2/3 dari jumlah semua mineral feldspar dan terdapatnya kuarsa dalam jumlah
10% serta terdapat kandungan piroxen dan olivin, dan batuan ini bertekstur
granularitas eqwuigranular-faneriktik. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah
tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis
batuan peraga Nomor BI 53 A merupakan batuan Porfiri Gabro
( Klasifikasi Russel B. Travis, 1955).
Tabel 4. 1. Tabel Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russell B. Travis (1955)

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Batuan Peraga Nomor BI-18-A

memiliki ciri-ciri berwarna Abu-abu

Kecoklatan, struktur masif, tingkat kristalisasi holokristalin, granularitas


equigranula-fanerik, bentuk butir subhedral, komposisi horblende (20%),
biotite (20%), kuarsa, Na-plagioklas (30%), kuarsa (10%), dan orthoklas
(30%) dan terbentuk dari magma yang bersifat asam dan merupakan batuan

beku bernama Monsonit (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)


Batuan Peraga Nomor BI-33-A memiliki ciri-ciri berwarna Abu-abu
Kecoklatan, struktur masif, tingkat kristalisasi holokristalin, granularitas
equigranula-fanerik, bentuk butir subhedral, komposisi biotite (25%),
kuarsa, Na-plagioklas (30%), dan kuarsa (15%) dan orthoklas (30%)
terbentuk dari magma yang bersifat asam dan merupakan batuan beku

bernama Monsonit Kuarsa (Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)


Batuan Peraga Nomor BI-19-A memiliki ciri-ciri berwarna Coklat, struktur
masif, tingkat kristalisasi holokristalin, granularitas InequigranularPorfiroafinnitk, bentuk butir subhedral, komposisi Na-plagioklas (30%),
dan kuarsa (15%) dan massa dasar (30%) terbentuk dari magma yang
bersifat intermediet dan merupakan batuan beku bernama Porfiri Dasit

(Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)


Batuan Peraga Nomor BI-02-A memiliki ciri-ciri berwarna Coklat, struktur
masif, tingkat kristalisasi holokristalin, granularitas InequigranularPorfiroafinnitk, bentuk butir subhedral, komposisi Na-plagioklas (60%),
dan kuarsa (10%) dan massa dasar (30%) terbentuk dari magma yang
bersifat intermediet dan merupakan batuan beku bernama Porfiri Dasit

(Klasifikasi Russel B. Travis, 1955)


Batuan Peraga Nomor BI-43-A

memiliki ciri-ciri berwarna Hitam

Kehijauan dengan titik titik putih, struktur masif, tingkat kristalisasi

holokristalin, granularitas Inquigranular-Faneroporfiritik, bentuk butir


subhedral, komposisi Piroxen (40%), dan Ca-Plagioklas (40%) dan massa
Olivin (20%) terbentuk dari magma yang bersifat intermediet dan
merupakan batuan beku bernama Porifiri Gabbro (Klasifikasi Russel B.

Travis, 1955)
Batuan Peraga Nomor BI-43-A

memiliki ciri-ciri berwarna Hitam

Kehijauan dengan titik titik putih, struktur masif, tingkat kristalisasi


holokristalin, granularitas Inquigranular-Faneroporfiritik, bentuk butir
subhedral, komposisi Piroxen (40%), dan Ca-Plagioklas (40%) dan massa
Olivin (20%) terbentuk dari magma yang bersifat intermediet dan
merupakan batuan beku bernama Porifiri Gabbro (Klasifikasi Russel B.
Travis, 1955)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar. 2014. Buku Panduan Praktikum Geologi
Dasar. Semarang. Universitas Dipnegoro.
http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/batuan-beku_3785.html (Diakses pada hari
Sabtu 11 April 2015, pada pukul 23. 00 WIB)
http://elangnaga.wordpress.com/2014/01/22/petrografi-batuan-beku/ (Diakses
pada hari Sabtu 11 April 2015, pada pukul 23. 00 WIB)
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/ (Diakses
pada hari Sabtu 11 April 2015, pada pukul 23. 00 WIB)
http://zullogist.blogspot.com/2013/05/7-busur-magmatisme.html (Diakses pada
hari Sabtu 11 April 2015, pada pukul 23. 00 WIB)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai