Anda di halaman 1dari 8

Judul Studi :

PENELITIAN TENTANG HARAPAN MASYARAKAT MENGENAI


PRODUK-PRODUK BAPPENAS
Nama Unit Pelaksana :
Inspektorat Bidang Kinerja Kelembagaan
Email :sbudi@bappenas.go.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan pertama untuk mengetahui permasalahan aktual dan
mendesak yang dihadapi masyarakat. Kedua mengetahui harapan masyarakat dan institusi
terkait terhadap produk-produk Kementerian PPN/Bappenasyang berupa kebijakan/alternatif
kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan Ketiga
menyusun acuan untuk menentukan prioritas produk yang akan dihasilkan Kementerian
Negara PPN/Bappenas.Berdasarkan hasil pengumpulan data dari para resonden dan hasil
analisisnya terhadap produk-produk Bappenas, terdapat hal-hal yang perlu menjadi
perhatian, antara lain: Hasil penelitian mendapatkan perubahan mandat Bappenas (melalui
Keppres No. 2, 3, 4, dan 5 tahun 2002) menuntut perluasan upaya-upaya penjaringan
aspirasi stakeholder yang lebih memadai.
Hasil penelitian ini mendapatkan 9 permasalahan penting, yaitu: (1)Pertumbuhan/pengembangan ekonomi,(2) Instabilitas ekonomi/krisis ekonomi, (3) Minimnya
transportasi nasional,(4) Lemahnya supremasi hukum,(5) Kemiskinan,(6)Instabilitas
keamanan,(7)Ketidak jelasan konsep Otoda (8)Korupsi/KKN,(9) Pendidikan/mutu rendah.
Masalah manajemen kepemerintahan, meskipun bukan merupakan masalah fokus bagi
sebagian besar responden. Hal penting bagi Bappenas adalah kinerja karena target akhir
hasil kerja Bappenas adalah baiknya kinerja pemerintah, yang tentu sangat dipengaruhi oleh
kinerja manajemen kepemerintahan (governance).Dampak dari sembilan permasalahan
tersebut di atas sangat besar karena dapat menjadi trigger permasalahan lain, saling
mendukung dan merumitkan, serta bermuara akhir terutama pada kinerja pemerintahan (baik
eksekutif, yudikatif dan legislatif). Prioritas Bappenas membuat alternatif kebijakan yang
memiliki efek multiplier besar, seperti kemiskinan, lemahnya hukum dan korupsi/KKN.
Latar Belakang
Untuk meningkatkan kinerja Kantor Meneg PPN/Bappenas sebagai institusi perencana
pembangunan dan sekaligus sebagai institusi pemikir (think tank) pemerintah, dan sejalan dengan
telah diterbitkannya Keppres No. 101, 103, 108, 110 Tahun 2001, dan Keppres No. 2, 3, 4, dan 5
Tahun 2002, serta Keputusan Meneg PPN/Kepala Bappenas No. 050/M.PPN/03/2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Meneg PPN/Bappenas, diperlukan berbagai upaya baik yang
bersifat kelembagaan, ketatalaksanaan, maupun sumber daya manusianya. Ketiga upaya tersebut
sedang dan akan terus dilaksanakan.
Sebagai institusi perencana dan pemikir pemerintah, Kementerian PPN/Bappenas
dituntut untuk menghasilkan produk (ouput) yang berbobot di bidang perencanaan antara lain
Propenas, Repeta/RAPBN, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang penyusunannya melibatkan
berbagai instansi/pihak terkait. Mengingat konsumen produk-produk Bappenas adalah
Presiden/Wakil Presiden, DPR RI, instansi pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat luas,
maka kualitas produk tersebut harus berbobot, yaitu akuntabel, transparan, koordinatif,
partisipatif, dan mudah dipahami. Selain itu, produk Bappenas dapat juga berupa second opinion
terhadap kebijakan atau usulan kebijakan yang ada untuk disampaikan dalam Sidang Kabinet atau
langsung kepada Presiden. Fungsi second opinion disini sebagai salah satu alat kontrol dan
pembanding bagi kebijakan atau usulan-usulan kebijakan yang ada.

ibkk

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui permasalahan aktual dan mendesak yang dihadapi masyarakat
2. Mengetahui harapan masyarakat dan institusi terkait terhadap produk-produk Kementerian
PPN/Bappenasyang berupa kebijakan/alternatif kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat
3. Menyusun acuan untuk menentukan prioritas produk yang akan dihasilkan Kementerian
Negara PPN/Bappenas
Pelaksanaan Penelitian
Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi:
1. Studi pustaka sebagai rujukan (referensi)
2. Penyusunan kuesioner
3. Presentasi dan perbaikan kuesioner
4. Pemilihan dan penetapan sample responden.
5. Penyebaran kuesioner (langsung dan tidak langsung).
6. Pengolahan dan analisi data.
7. Penyusunan laporan akhir
8. Presentasi dan perbaikan laporan akhir.
Kerangka Teoritis

Meneg.
PPN/Bappenas
Dibawah Menko
Perekonomian

Perubahan Paradigma
Otonomi Daerah

Keppres No. 2,3,4


dan 5 Tahun 2002

Reformasi

Tidak Lagi dibawah


Menko
Perekonomian

Masyarakat/Stakeholder

Reposisi Bappenas

Akuntabilitas
Kinerja Institusi
Pemerintah

Permasalahan
mendesak yang
dihadapi masyarakat

Keinginan dan
harapan

Produk-produk yang
berkualitas

ibkk

Hasil Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui pengiriman kuesioner kepada 563 responden yang terkait
baik langsung maupun tidak langsung terhadap produk-produk Kementerian Negara
PPN/Bappenas. Dari 563 kuesioner, yang kembali sebanyak 150 kuesioner. Dari 150 kuesioner
yang kembali tersebut, hanya 144 kuesioner/responden yang dinilai memenuhi baku penelitian,
dengan sebaran pendidikan antara lain:
Kelompok pendidikan
1. Pendidikan S0 sebanyak 7 orang (5 persen)
2. Pendidikan S1 sebanyak 70 orang (49 persen)
3. Pendidikan S2/S3 sebanyak 67 orang (46 persen)
Kelompok umur
1.
2.
3.
4.

25 40 tahun sebanyak 30 orang (20 persen)


41 50 tahun sebanyak 53 orang (37 persen)
>50 tahun sebanyak 53 orang (37 persen)
Tidak diketahui sebanyak 8 orang (6 persen)

Kelompok Institusi
1.
2.
3.
4.
5.

Pakar/Pengamat/Dosen sebanyak 32 orang (22 persen)


Anggota Legislatif sebanyak 9 orang ( 6persen)
Eksekutif/Pejabat Departemen sebanyak 27 orang (19 persen)
Bappeda sebanyak 60 orang (42 persen)
LSM/Tokoh Masyarakat/Swasta sebanyak 16 orang (11 persen)

Temuan/permasalahan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari para resonden dan hasil analisisnya terhadap produkproduk Bappenas, terdapat hal-hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain:
1. Perubahan mandat Bappenas (melalui Keppres No. 2, 3, 4, dan 5 tahun 2002) menuntut
perluasan upaya-upaya penjaringan aspirasi stakeholder yang lebih memadai.
2. Terdapat 9 permasalahan penting, yaitu:
Pertumbuhan/pengembangan ekonomi.
Instabilitas ekonomi/krisis ekonomi.
Minimnya transportasi nasional.
Lemahnya supremasi hukum.
Kemiskinan.
Instabilitas keamanan.
Ketidak jelasan konsep Otoda.
Korupsi/KKN.
Pendidikan/mutu rendah.
3. Masalah manajemen kepemerintahan, meskipun bukan merupakan masalah fokus sebagian
besar responden, sangat penting bagi Bappenas karena target akhir hasil kerja Bappenas
adalah baiknya kinerja pemerintah, yang tentu sangat dipengaruhi oleh kinerja manajemen
kepemerintahan (governance).

ibkk

4. Dampak dari sembilan permasalahan tersebut di atas sangat besar karena dapat menjadi
trigger permasalahan lain, saling mendukung dan merumitkan, serta bermuara akhir terutama
pada kinerja pemerintahan (baik eksekutif, yudikatif dan legislatif).
5. Prioritas Bappenas membuat alternatif kebijakan yang memiliki efek multiplier besar, seperti
kemiskinan, lemahnya hukum dan korupsi/KKN.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Berdasarkan aspirasi dari berbagai stakeholders yang berfungsi sebagai responden dan berdasarkan
hasil analisis, dapat disimpulkan.
1. Perubahan mandat Bappenas (melalui Keppres No. 2, 3, 4, dan 5 tahun 2002) menuntut
perluasan upaya-upaya penjaringan aspirasi stakeholder yang lebih memadai. Perluasan
stakeholders Bappenas perlu distrukturkan kedalam sistematika organisasi dan tatalaksana kerja
serta kedalam rumusan mitra kerja Bappenas (yang tidak hanya dibatasi pada departemen,
LPND, dan Bappeda). Selanjutnya perluasan ini harus dikomunikasikan dengan cara yang
efektif agar dapat memenuhi tuntutan kriteria berbobot dan Bappenas dapat memberikan
second opinion yang berkualitas.
2. Terdapat sembilan permasalahan penting yang muncul berdasarkan pendapat responden.
Apabila proporsi jawaban diboboti dengan besaran 0.70 untuk jawaban responden dan
masing-masing 0.15 untuk isu media massa. Kesembilan permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut: kemiskinan (20,01%), isntabilitas keamanan (19,97%), supremasi hukum
lemah (16,06%), korupsi/KKN (10,83%), pertumbuhan/pengembangan ekonomi (10,82%),
instabilitas/krisis ekonomi (7,37%), minimnya transportasi nasional (6,59%), ketidakjelasan
OTDA (5,04%), dan mutu pendidikan rendah (3,29%).
3. Dampak dari kesembilan permasalahan tersebut sangat besar karena dapat menjadi trigger
permasalahan lain, saling mendukung dan merumitkan, serta bermuara akhir terutama kepada
kinerja penyelenggara negara (baik eksekutif, legislatif dan yudikatif).
4. Peran dan produk yang harus menjadi prioritas Bappenas adalah merumuskan kebijakan atau
memberikan usulan alternatif kebijakan untuk penyelesaian masalah yang memiliki dampak
multiplier dan lintas bidang/sektoral. Terdapat tiga permasalahan utama dari kesembilan
permasalahan tersebut yaitu: kemiskinan, lemahnya supremasi hukum dan korupsi/KKN
yang merupakan pemicu terpenting dan menjadi prioritas utama dalam mencari alternatif
kebijakan.
5. Kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Masalah kemiskinan
Kebijakan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan harus dibuat oleh pemerintah dengan
memperhatikan faktor-faktor yang terkait serta dampaknya baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti kriminalitas, kerusuhan sosial, ekonomi dan industri tidak
berkembang, kualitas SDM menurun, kecemburuan antar daerah dan disintegrasi. Alternatif
kebijakan yang disusun menyangkut beberapa aspek, yaitu: aspek yang berkaitan dengan
pengembangan sumberdaya manusia, melalui subsidi pendidikan, penyempurnaan kurikulum,
pemerataan tenaga pengajar, subsidi bidang kesehatan, dan pemerataan petugas medis;
pengembangan sarana di kawasan timur Indonesia (KTI),; kebijakan pengembangan usaha
kecil dan menengah (UKM); dan kebijakan yang terkait dalam pengelolaan dan pengolahan
sumber daya alam.

ibkk

Masalah Instabilitas Keamanan


Masalah instabilitas keamanan juga mempunyai multiplier efek terhadap berbagai
permasalahan seperti hilangnya kepercayaan masyarakat baik dalam negeri maupun luar
negeri, hilangnya wibawa aparat, kurangnya minat investasi, kurangnya jumlah wisatawan, dan
terganggunya perekonomian. Kebijakan-kebijakan penyelesaian instabilitas keamanan harus
disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek: peraturan perundangan-undangan yang
berkaitan dengan kesadaran politik dan transparansi serta akuntabilitas penyelenggaraan
negara dan penyempurnaan undang-undang anti terorisme; pembinaan mental spritual
aparatur; dan penanganan daerah perbatasan, daerah miskin dan daaerah konflik.
Masalah Supremasi Hukum.
Permasalahan lemahnya supremasi hukum membawa dampak pada keterpurukan bangsa baik
dalam maupun luar negeri. Alternatif kebijakan dalam bidang ini meliputi aspek-aspek:
pembinaan sumber daya manusia (aparatur), terutama dalam proses sistem kepegawaian serta
kurikulum pendidikan calon aparat (Polri, TNI dan kehakiman); penyempurnaan sistem
penggajian pegawai (remunerasi); dan penyusunan UU tentang hukum, indepedensi lembaga
hukum dan peradilan, serta sistem hubungan yangj elas antar lembaga penegak hukum.
Masalah Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Permasalahan KKN merupakan permasalahan klasik yang tidak kunjung dapat diselesaikan,
bahkan kondisi saat ini tidak lebih baik dari sebelumnya dan cenderung semakin parah.
Untuk mengatasi KKN, perlu disusun kebijakan yang menyangkut aspek-aspek: Pembinaan
sumber daya manusia; perbaikan sistem kepegawaian nasional; dan penegakan hukum yang
sesuai dengan aturan dan parameternya.
6. Kriteria penentuan produk Bappenasyang diharapkan masyarakat adalah:
a. Kebijakan atau usulan kebijakan untuk penyelesaian masalah nasional yang menjadi trigger
permasalahan lain, memiliki dampak nasional dan lintas bidang/sekkoral.
b. Kebijakan dan atau usulan kebijakan yang memerlukan koordinasi dan perencanaan
bersama lembaga pemerintah/departemen sektoral.
Rekomendasi
1) Berbagai kajian untuk menghasilkan kebijakan seperti disebutkan pada kesimpulan butir 5
hendaknya dijadikan acuan oleh seluruh unit dilingkungan Bappenas dalam menyusun
programnya.
2) Mengingat telah disepakatinya perubahan mendasar dari fungsi Bappenas, terutama dengan
adanya perubahan mandat (Kepres 1, 2, 3, 4 dan 5 tahun 2002), maka seyogyanya dilakukan
kajian yang lebih integratif untuk melakukan pengubahan strategi kelembagaan/korporat
Bappenas.
3) Hasil studi ini dapat dijadikan sebagai upaya pengubahan strategi kelembagaan Bappenas,
yaitu dalam rangka perumusan misi dan nilai kelembagaan Bappenas, setelah mendapatkan
mandat berupa Keppres tersebut pada butir 2. Dengan demikian, masih diperlukan minimal
tiga upaya kritis bagi Menneg PPN/ Bappenas agar proses formulasi pengubahan strategi
total kelembagaan Bappenas dapat dilakukan dengan baik, yaitu:
Kajian yang lebih tajam atas prioritas permasalahan fokus hasil studi ini, untuk mengetahui
dinamika sistem yang lebih kuantitatif dan dapat disimulasikan dengan berbagai skenario
situasi, kondisi dan intervensi kebijakan atau usulan-usulan kebijakan, untuk menghasilkan

ibkk

rumusan isu-isu strategis nasional yang harus menjadi fokus Bappenas agar mampu
menghasilkan kebijakan yang memenuhi kriteria berbobot.
Kajian kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan, dan sejenisnya yang setara dan terkait)
Bappenas untuk merumuskan lingkungan internal yang dibutuhkan dan untuk menentukan
posisi kompetitif menneg PPN/Bappenas agar mampu menghasilkan berbagai pilihan
strategis yang mudah dikomunikasikan kepada pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah
(sektoral yang terkait) dan lembaga legislatif.
Kajian lingkungan eksternal yang lebih spesifik untuk merumuskan tingkat kecepat-tanggapan
dan kebertanggungjawaban (corporate responsiveness dan responsibility) yang diperlukan
stakeholders dalam negeri (nasional) maupun internasional. Kajian ini minimal mencakup
identifikasi dan ekstraksi daya dan kecenderungan (forces dan trends), pengendali
sumberdaya, daya saing pesaing dan daya kerjasama mitra kerja Menneg PPN/ Bappenas
dengan bangsa Indonesia.
4) Untuk menyusun kebijakan-kebijakan operasional, seperti yang telah disebutkan pada
kesimpulan butir 3, diperlukan studi-studi yang lebih spesifik, diantaranya:
a. Studi-studi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah kemiskinan, antara lain :
1. Meningkatkan motivasi guru dalam mendidik
Memepelajari perubahan budaya dan pandangan masyarakat terhadap profesi guru
Mempelajari faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam memilih profesi
guru
Identifikasi kebutuhan minimum guru dan penetapan standar gaji yang layak
2. Menuju Indonesia sehat
Studi efektifitas program pemerataan tenaga medik di Indonesia
Studi kasus gizi anak usia sekolah
3. Meningkatkan kelancaran distribusi barang (terutama daerah KTI)
Aplikasi sistem informasi untuk mengetahui pola jalur distribusi barang
Analisis kebutuhan sarana dan prasarana transportasi untuk memperlancar arus
distribusi barang
Studi kinerja kelembagaan distribusi
4. Menjadikan UKM sebagai pilar ekonomi di Indonesia
Studi input output UKM untuk menyusun pola kemitraan antar industri yang
mungkin untuk dilakukan
Studi penelitian klinik bisnis UKM di tiap daerah untuk mengembangkan
kompetensi UKM
Studi pandangan masyarakat terhadap profesi wirausaha
Analisis efektifitas pengembangan UKM yang telah dilaksanakan
Penyusunan sistem informasi (survey dan pemetaan) UKM di Indonesia secara
analisis peluang pengembangan dikaitkan dengan SDA yang dimiliki oleh masingmasing daerah
Penyusunan standar penilaian yang akan digunakan oleh dinas untuk melakukan
diagnosis dalam rangka pengembangan UKM
Diagnosis UKM untuk meningkatkan efektifitas program bantuan dan pembinaan
dari pemerintah
Penyusunan buku pohon industri dan teknologi produksi untuk masing-masing
produk
5. Memanfaatkan SDA secara optimum dan berkelanjutan
Penyusunan sistem informasi kekayaan laut Indonesia dan peluang eksplorasi serta
pengembangannya
ibkk

Pemanfaatan GIS (Geographic Information System) dalam mengoptimalkan hasil


tangkap nelayan.

b. Studi-studi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah instabilitas keamanan, antara


lain:
1. Pembinaan Mental Masyarakat dan Aparat
Studi harapan masyarakat terhadap kinerja aparat pemerintah
Studi faktor-faktor penyebab konflik sosial
2. Peraturan Perundangan
Sosialisasi peraturan perundangan yang berkaitan dengan terorisme, sistem
politik dan penyelenggaraan pemerintahan
Studi pengelolaan SDA di daerah perbatasan antar wilayah
3. Penanganan Khusus untuk Daerah Perbatasan Negara, Konflik dan Rawan Konflik
Studi sistem pemantauan pengelolaan SDA di daerah perbatasan RI
Model pemberdayaan masyarakat di daerah perbatasan RI
c.

Studi-studi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah supremasi hukum, antara lain :
1. SDM
Kajian standar kompetensi aparat hukum
Penyusunan strategi penegakan disiplin masyarakat dan aparat
2. Kepegawaian
Penyusunan indikator kinerja aparat untuk promosi jenjang karir dan pemberian
sangsi
Kajian kebutuhan hidup (cost of living) dari aparat untuk penetapan standar gaji
3. Kelembagaan
Kajian optimalisasi sinergi antar lembaga penegak hukum

d. Studi-studi yang diperlukan untuk penyelesaian masalah KKN, antara lain :


1. SDM
Kajian standar kompetensi pejabat
Penyusunan strategi penegakan disiplin pejabat
2. Kepegawaian
Penyusunan indikator kinerja aparat untuk promosi jenjang karir dan pemberian
sangsi
3. Kajian kebutuhan hidup (cost of living) dari aparat dengan memasukkan materi
Etika.
5) Pelaksanaan studi yang hasilnya akan dijadikan dasar bagi penyusunan kebijakan-kebijakan
yang bersifat operasional hendaknya dilakukan dengan mengacu pada jenis permasalahan
yang akan diselesaikan. Secara umum pelaksanaan studi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Studi yang bersifat nasional, misalnya
Kajian standar kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat dan aparat hukum
Kajian penyusunan sistem pendidikan untuk calon aparat dan calon aparat hukum
Penyusunan indikator kinerja dan penetapan standar gaji
Penyusunan standar minimum penyediaan sarana pendidikan dan sarana kesehatan

ibkk

Studi harapan masyarakat terhadap kinerja aparat


Studi penetapan harga minimum yang layak untuk produk pertanian.

b. Studi yang bersifat khusus untuk tiap permasalahan di masing-masing daerah (wilayah),
misalnya :
Penyusunan data base ketersediaan sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana
ekonomi
Penyusunan Sistem Informasi ketersediaan sumberdaya alam dan peluang
pengembangan
Kajian kebutuhan pengembangan UKM
Kajian standar kepemilikan lahan minimum untuk petani
Model pemberdayaan masyarakat di daerah perbatasan

ibkk

Anda mungkin juga menyukai