Gejala klinis

HSV primer: Pada intraoral pasien infeksi primer HSV tipe 1, setelah gejala
prodromal muncul kemerahan dan vesikel atau ulkus yang terlihat pada mukosa
berkeratin dari palatum keras, gingiva cekat, dorsum lidah da mukosa
nonkeratinisasi dari mukosa bukal dan labial, ventral lidah dan palatum lunak.
Vesikel pecah menjadi ulser yang berukuran 1-5mm dan biasa ulser akan
berkelompok dengan batas jelas berwarna kemerahan. Gingiva berwarna
kemerahan dan rongga mulut biasanya terasa sangat sakit dan susah digunakan
untuk makan dan menelan.
HSV rekuren: Pada intraoral pasien infeksi rekuren HSV tipe 1 tampak ulser pada
mukosa keratinisasi dari palatum keras, gingiva cekat dan dorsum lidah. Ulser bisa
sendiri atau berkelompok berukuran 1-5mm dengan batas kemerahan dan terasa
sakit.
Greenberg, Martin S, etc. 2008. Burkets Oral Medicine Eleventh Edition. Hamilton:
BC Decker Inc

Terapi infeksi HSV tipe 1

Pada umumnya, terapi untuk pasien infeksi HSV tipe 1 dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
1) Paliatif
Paliatif merupakan terapi pengurangan atau penghilangan rasa sakit untuk
pasien infeksi HSV tipe 1. Terapi paliatif yang biasa digunakan adalah anastesi
topical yang mengandung benzocaine dan lidocaine 2%, obat kumur dan lip balm
yang terdiri dari lanolin, cocoa butter atau petrolatum
2) Protektif
Protektif merupakan terapi yang berupa perlindungan untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya rekurensi infeksi HSV tipe 1. Terapi protektif ini biasanya
berupa pemakaian sun-protection factor (SPF) 15
3) Antiviral
Terapi antiviral ini diberikan untuk meningkatkan waktu penyembuhan infeksi,
khususnya pada fase prodromal. Antiviral ini ada dalam bentuk topical atau
intraoral. Topikal antiviral yang disarankan adalah acyclovir cream 5%, penciclovir
1%, docasanol cream 10%, topical foscarnet, cidofovir atau imoquimod.
Sedangkan intraoral antiviral yang biasa digunakan adalah acyclovir, valacyclovir
dan famciclovir
Stoopler, Eric T, etc. 2013. Topical and Systemic Therapies for Oral and Perioral
Herpes Simplex Virus Infections. Canada: SDA Journal Vol 41
Anjuran yang diberikan dokter gigi kepada pasien infeksi HSV tipe 1:

1. Menghindari untuk menyentuh lesi. Saat mengoleskan krim, harus hati-hati untuk
meminimalisir kerusakan
2. Cuci tangan sebelum dan setelah mengoleskan krim dan menyentuh area yang
terinfeksi
3. Jangan berbagi krim dan obat kepada orang lain
4. Jangan berbagi barang-barang yang telah berkontak dengan area infeksi, missal
lipstick
5. Apabila sedang terinfeksi HSV tipe 1 hati-hati dengan bayi yang baru lahir, orang
hamil dan orang dengan imunitas lemah, seperti orang yang sedang kemoterapi
atau orang dengan HIV
Kirsner, Robert S, etc. 2009. How to Manage Recurrent Orofacial Herpes Simplex
Virus-1 Lesions. Germany: The Pharmaceutical Journal Vol 283
Pemeriksaan
1. Kultur sel: Kultur sel merupakan pemeriksaan standar dari infeksi HSV tipe 1.
Kultur sel diambil dari swab ulser. Keuntungan dari metode ini adalah memiliki
sensitifitas yang tinggi dan spesifik, dan bisa digunakan untuk mengetahui
antivirus spesifik yang cocok dengan virus tersebut. Kelemahan dari metode ini
adalah membutuhkan peralatan yang spesifik, mahal dan pemeriksaannya
membutuhkan waktu beberapa hari
2. Polymerase Chain Reaction (PCR): PCR dilakukan dari hasil swab ulser untuk
mendeteksi antigen dan pemeriksaannya bisa tiga sampai empat kali lebih cepat
daripada kultur.
3. Tzanck Preparation: Pemeriksaan tzanck ini dilakukan dengan cara scraping dari
lesi (vesikel atau ulser) lalu diletakkan pada glass slides. Kemudian dilakukan
pewarnaan menggunakan pewarna wright, giemsa atau papanicolaou stain untuk
mengetahui adanya giant cell.
4. Direct Fluorescent: Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara scraping lesi, lalu dites
dengan menggunakan agen monoclonal antibodi HSV yang dihubungkan kepada
komponen fluorescent seperti fluorescein. Pemeriksaan direct fluorescent ini lebih
akurat dibandingkan dengan pemeriksaan sitology
Greenberg, Martin S, etc. 2008. Burkets Oral Medicine Eleventh Edition. Hamilton:
BC Decker Inc