HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
Oleh:
Nama
Nim
:Fatma Arif
:0090840031
Pembimbing:
1. dr. Fitri Ria Dini P, Sp.OG
2. dr. Andri Welly
Hari
: Kamis
Tanggal
: 3 Maret 2016
Mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas refarat ini. Dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, berkembang pula berbagai penelitianpenelitian baru, semakin menuntut pula manusia untuk berfikir mencari ilmu-ilmu
terbaru. Untuk itu dengan adanya penyakit seperti ini melatih penulis untuk
mencoba menjelaskan dan memahaminya walaupun tak sempurna dan sebaik
yang diharapkan. Refarat ini dibuat secara sangat sederhana dan sisitematis,
sehingga pembaca bisa langsung mencoba memahaminya.
Pada
kesempatan
ini,
penulis
menyampaikan terima
kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Fitri Ria Dini P, Sp.OG sebagai
pembimbing pertama dan dr. Andri Welly sebagai pembimbing kedua yang tidak
bosan-bosannya mengajar dan mendorong penulis untuk terus belajar, berlatih
dan membimbing penulis. Akhirnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pembaca yang telah memberikan kritik dan masukan untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .
ii
KATA PENGANTAR ..
iii
DAFTAR ISI .
iv
DAFTAR GAMBAR . v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG...
1
Definisi.
2.2.
3
Epidemiologi
2.3.
3
Etiologi
2.4.
4
Patofisiologi
2.5.
9
Klasifikasi
2.6.
2.7.
19
Diagnosis ..20
Gejala
Klinis.....
2.8.
21
Risiko
2.9.
22
Pencegahan
2.10.
22
Penatalaksanaan
2.11.
24
Diagnosis
2.12.
31
Komplikasi
2.13.
32
Prognosis.............
...
...
....
....
.......
..
banding
.
...
...
34
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..... 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 50-90 % perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.
Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung,
dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai
morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan
hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari.1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari
atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kilogram atau 5% berat badan.1
Menurut World health Organization (WHO) jumlah kejadian hiperemesis
gravidarum mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia, Populasi
Asia cenderung memiliki tingkat insiden yang lebih tinggi. Sebuah studi dari 3350
pengiriman tunggal pada populasi Asia Timur diamati hiperemesis gravidarum di
119 (3,6%) dari populasi. Seperti disebutkan, studi 1867 tunggal kelahiran hidup
mengungkapkan tingkat tertinggi mual dan muntah kehamilan di Shanghai, Cina,
1986-1987, dengan kejadian 10,8%.Sebagai contoh, sebuah studi Malaysia
diidentifikasi 192 kasus yang tercatat (3,9%) dari 4937 maternitis.8 Menurut
departemen kesehatan Republik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Hiperemesis dalam kehamilan didefinisikan sebagai muntah yang
berlebihan dalam kehamilan yang menyebabkan terjadinya ketonuria dan
penurunan berat badan lebih dari lima persen.
Epidemiologi
Menurut World
health
Organization
(WHO)
jumlah
kejadian
Cina dari ibu hamil. Studi populasi yang besar baru-baru ini
gravidarum
umumnya
terjadi
pada
primigravida,
mola
10
yang mengalami rasa mual ini. Ketidakstabilan emosi dan keadaan sosial
lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya emesis gravidarum.9
5. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup adaptasi
adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan over distensi
rahim pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa.
Sebagian kecil
11
12
tetapi
bukti-buktinya
tidak
konklusif.
Meskipun
analisis
13
Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
14
maka
diperlukan
proses
glukoneogenesis.
Pada
dasarnya
15
KoA yang nanti digabung melalui reaksi fosfolirasi adenosi difosfat (ADP)
menjadi ATP.13
Tahap pertama dalam oksidasi ini dimulai dengan pengeluaran atom hidrogen
dari atom karbon- dan , yang dikatalis oleh asil-KoA dehidrogenase dan dalam
proses ini membutuhkan flavin adenin dinukleotida (FAD). Dari proses ini
terbentuk 2-trans-enol-KoA dan FADH2. FADH2 ini dioksidasi kembali oleh
rantai respiratorik dengan perantara electro-transferringflavoprotein. Lalu
ditambahkan air untuk menjenuhkan ikatan rangkap sehingga terbentuk tiga
hidroksiasil-KoA yang dikatalisis oleh 2-enoil-KoA hidratase.13
Asam lemak dengan atom karbon ganjil dioksidasi melalui oksidasi- dan
menghasilkan asetil-KoA dan residu tiga karbon (propionol-KoA), yang mana
senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA. Pemindahan elektron dari FADH 2 dan
NADH di rantai rspiratorik menyebabkan terbentuknya empat fosfat energi tinggi
untuk setiap tujuh asetil-KoA menghasilkan 10 mol ATP untuk oksidasi dalam
siklus asam sitrat. Pengurangan 2 mol ATP sebagai energi aktivasi asam lemak
dalam siklus.13
Ketogenesis adalah suatu keadaan dimana karena laju oksidasi asam lemak
yang tinggi mengakibatkan hati banyak membentuk asetoasetat dan D(-)-3hidroksibutirat (-hidroksibutirat). Asetoasetat mengalami dekarboksilasi spontan
secara terus-menerus untuk menghasilkan aseton.13
Ketiga benda keton ini dikenal dengan badan keton. Aseto asetat dan D(-)-3hidroksibutirat
dehidrogenase
dan
keseimbangannya
dikendalikan
oleh
17
menjadi
asetoasetil-KoA
oleh
suksinil-KoA-asetoasetat
KoA
aktivitas CPT-I rendah sehingga oksidasi asam lemak berkurang sedangkan pada
keadaan puasa terjadi sebalikanya. Malonin-KoA, zat antara awal dalam proses
ooksidasi asam lemak yang dibentuk oleh asetil-KoA karboksilase dalam keadaan
kenyang, bekerja sebagai inhibitor poten bagi CPT-I. Pada kondisi ini, asam lemak
bebas masuk ke sel hati dalam konsebtrasi rendah dan hampir semua teresrefikasi
menjadi asil-gliserol dan diangkut keluar hati dalam bentuk lipoprotein
berdensitas (berat jenis) sangat rendah (very low density lipoproteins/VLDL).13
Pada saat meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas pada saat lapar, asetilKoA karboksilase dihambat oleh asil-KoA secara langsung dan produksi MalonilKoA menurun.
menjadi
berkurang bahkan menjadi toksik. Oleh karena itu badan keton yang berlebihan
harus diekskresikan dari tubuh
dieksresikan oleh paru-paru pada waktu konsentrasi benda keton arteri tinggi, dan
baunya dikenal dari nafas pasien yang menderita ketosis.13
19
20
21
-ketoglutarat
B1
langsung dihasilkan ATP. Reaksi yang menghasilkan ATP langsung: siklus krebs,
glikolisis, fosforilasi oksidatif, dan rantai respirasi. Lemak penghasil ATP paling
22
2.5.
Klasifikasi
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam
tidak ada, berat badan menurun , merasa nyeri pada epigastrium, muntah pertama
keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor
kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung, dan urin sedikit tapi masih
normal.4,10
2. Tingkat II : Sedang
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan di minum dimuntahkan, haus
hebat, penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil, cepat dan lebih dari 100 140 kali per
menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, suhu kadang-kadang naik
dan
mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung,
2.6.
Diagnosis
Diagnosis
hiperemesis
gravidarum
ditegakkan
melalui
anamnesis,
Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres,
lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya
(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).10
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.10
Pada fungsi vital nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma), dehidrasi,
kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucber uterus
besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru (livid).4
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid
50-60%
terjadi
penurunan
kadar
TSH.
Jika
dicurigai
terjadi
infeksi
Gejala klinis
25
Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat
badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk
hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang
abnormal juga dapat dijumpai.4
Selama trimester pertama, tubuh menyesuaikan diri terhadap kehamilan.
Pada awal kehamilan, meskipun kehamilan belum nampak tetapi aktivitas hormon
akan mulai berpengaruh dalam berbagai hal. Pada trimester pertama kehamilan
ini, akan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon
estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di
dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal
ini mungkin baik untuk resorbsi, akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang
memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang
dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya
terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sickness.14
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit,
asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada
hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan,
alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan
ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.15
2.8.
Risiko
2.8.1 Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia,
palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan
untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis
tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.4
2.8.2
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
gravidarum.
26
diterima,
pemberian
27
2.10.2 Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun
harus diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan
29
diberikan
obat-obatan
yang
lain.
Sementara
itu
pemberian
30
Golongan Obat
Kategori
Phenothiazine
FDA: C
(Promethazine)
Janin/bayi
Belum ada
laporan
Metoclopramide
FDA: B
Penelitian
hewan
menunjukkan
FDA:B
tikus
dan
FDA:B
cairan
merupakan
prioritas
utama,
untuk mencegah
32
Skor
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
-1
-2
33
menjadi
niasin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar
hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim
kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niasin,
yang mana kekurangan niasin juga dapat mencetuskan mual dan muntah.
2.10.8 Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya.
1.
34
35
36
yang
nistagmus, diplopia dan perubahan mental, serta payah hati dengan gejala
timbulnya
37
38
BAB III
PENUTUP
1. Hiperemesis dalam kehamilan didefinisikan sebagai muntah yang
berlebihan dalam kehamilan terjadi lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau
setiap saat, yang menyebabkan terjadinya ketonuria dan penurunan berat
badan lebih dari lima persen, sehingga menggangu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari.
2. Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan
psikologis.
3. Klasifikasi hiperemesis gravidarum terbagi atas tiga tingkatan yaitu
ringan, sedang, dan berat.
4. Penatalaksanaan berupa terapi nutrisi, medikamentosa, cairan parenteral,
isolasi, dan terapi psikologik.
5. Dengan terapi yang baik, prognosis penyakit umumnya baik. Hiperemesis
gravidarum jarang sekalli menyebabkan kematian atau sampai memaksa
kita melakukan abortus terapeutikus
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46
2. Gunawan, Kevin, Manengkai Paul SK, OCviyanti, Dwiana. Diagnosis and
treatment
of
hyperemesis
Gravidarum.
Jakarta.FKUI:
2011.
di.https://www.freepdfconvert.com/result/downloadfile/85363384-3695-45519889-5deebf556872
3. Permana, tatat. 2010. Hiperemesis gravidarum.
4. Prawirohardjo, Sarwono.. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2010, Hal:815-818
5. Hadi, Syarif. 2011. Distribusi Data Klinik Pasien dengan Hiperemesis
Gravidarum di RSUP Persahabatan. Jakarta: FK UIN.
6. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar
dan
Rujukan.
Download
di
http://www.edukia.org/web/wp-
content/uploads/2013/10/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Ibu.Pdf
7. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Rodwel Victor W. Oksidasi Asam lemak:
Ketogenesis: Biokimia Herper Edisi 27. Jakarta:EGC. 2009. Hal:194-203
8. Fejzo, Marlena S. Ingles. Sue Ann. Wilson, Melissa. Wei, Wang. Macgibbon,
Kimber. Romero, Roberto. Goodwin, Thomas M.High Prevalence of Severe
Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum among
Relatives of affected Individuals. University of Southern California.Eur J
40
Obstet
Gynecol
Reprod
Biol.2008
Nov.141():13-17.
doi:
10.1016/j.ejogrb.2008.07.003
9. Zhang, Yafeng. Cantor, Rita M. Macgibbon, Kimber RN. Romero,Roberto.
Goodwin, Thomas M.Mullin, Patrick. Fejzo, Marlena S. Familial Aggregation
of Hyperemesis Gravidarum. University of California. Am J Obstet Gynecol.
2011 March ; 204(3): 230.e1230.e7. doi:10.1016/j.ajog.2010.09.018
10. Departemen Kesehatan RI. 2014. Hiperemesis gravidarum
11. Tarigan, Tri Fenna. 2010. Prevalensi Penggunaan Obat Anti-emetik dan
Prevalensi Terjadinya efek samping pada Ibu hamil Trimester I dalam
mengatasi Emesis Gravidarum di RSU Yosua Lubuk Pakam. Medan: FK USU
12. Widayana, Ary. Megadhana, Wayan. Kemara Ketut Putera. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. Bali:FK Udayana.2010
13. Wahyudi, Heri.2012. Hiperemesis Gravidarum. Denpasar: FK UNUD
14. Martaadi soebrata, Djamhoer.Wirakusumah, Firman F. Effendi, Jusuf S.
Hiperemesis Gravidarum: Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi
3 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Jakarta: EGC. 2015.Hal:7073
15. Cunningham, F Gary. Leveno, Kanneth J. Bloom, Steven L. Hauth, John C.
Rouse, Dwight J. Spong, Catherine Y. Hiperemesis Gravidarum:
Obstetri
41