Abstrak: Stroke menjadi masalah yang besar dan serius. Sebagai penyebab kecacatan terbanyak
kedua pada individu usia di atas 60 tahun, stroke menimbulkan beban psikososial serta biaya
yang sangat besar. Bagi pasien pasca stroke diperlukan intervensi rehabilitasi medik agar
mereka mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri dan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari tanpa harus terus menjadi beban bagi keluarganya. Namun tidak semua pasien
mendapat kesempatan melanjutkan program rehabilitasi stroke setelah pulang dari perawatan.
Sebagian besar disebabkan karena tidak tersedianya fasilitas rehabilitasi medik di sekitar
tempat tinggal pasien. Secara umum rehabilitasi stroke fase subakut dan kronis dapat ditangani
melalui tatalaksana rehabilitasi medis sederhana yang tidak memerlukan peralatan canggih.
Berfokus pada upaya untuk mencegah komplikasi immobilisasi yang dapat membawa dampak
kepada perburukan kondisi dan mengembalikan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari,
diharapkan pasien dapat mencapai hidup yang lebih berkualitas. Pelayanan Kesehatan Primer
sangat penting perannya.
Kata kunci: stroke, rehabilitasi, subakut
61
Abstract: Stroke has become an enormous and serious health problem. Being the second most
cause of disability for individual above 60 years old, stroke is considered a psychosocial burden
and very costly. Post-stroke patient therefore need a medical rehabilitation intervention, which
enable them to take care of themselves and do their own daily activity without being a burden to
their family. Unfortunately, not all post-stroke patients have their chance to continue their rehabilitation program after discharged from the hospital. The reason behind is mostly the lack of medical
rehabilitation facility near their home. Generally, stroke rehabilitation in subacute and chronic
phase could also be managed by simple procedures without using a sophisticated apparatus.
Focusing on preventing of the complication of immobilization that could make the condition
became worse, and achievement of the independency of their daily activity, is aiming for the
patients, better quality of life. Primary Health Care has a very important role in this case.
Keywords: stroke, rehabilitation, subakute.
Pendahuluan
Baik di negara maju maupun berkembang, beban yang
ditimbulkan stroke sangat besar. Stroke merupakan penyebab
kematian kedua terbanyak di negara maju dan ketiga
terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO
tahun 2002, lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke
di dunia.1 Dari data yang dikumpulkan oleh American Heart
Association tahun 2004 setiap 3 menit satu orang meninggal
akibat stroke.
Dengan kemajuan teknologi, stroke lebih sering
meninggalkan kecacatan dibandingkan kematian. Stroke
merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di seluruh
dunia pada individual di atas 60 tahun.1 Beban biaya yang
ditimbulkan akibat stroke sangat besar, selain bagi pasien
dan keluarganya, juga bagi negara. Kondisi ini belum
memperhitungkan beban psikososial bagi keluarga yang
merawatnya.
Oleh karena itu pencegahan stroke menjadi sangat
penting. Upaya pencegahan antara lain berupa kontrol
terhadap faktor risiko stroke (Tabel 1) dan perilaku hidup
yang sehat (primary prevention). Bagi pasien yang telah
mendapat serangan stroke, intervensi rehabilitasi medis
sangat penting untuk mengembalikan pasien pada
kemandirian mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban bagi keluarganya.
Perlu diupayakan agar pasien tetap aktif setelah stroke untuk
mencegah timbulnya komplikasi tirah baring dan stroke
62
Dapat dimodifikasi
Potensial
dimodifikasi
Usia
Jenis kelamin
Ras
Hereditas
Hipertensi
Diabetes mellitus
Hiperkolesterolemia
Atrial fibrilasi
Merokok
stenosis karotis
(asimptomatik)
Penyakit sel sabit
Obesitas
Inaktivitas fisik
Hiperhomosisteinemia
Kondisi hiperkoagulitas
Kontrasepsi oral terapi
hormonal pengganti
Proses inflamasi
Alkohol berlebihan
Abuse obat-obatan
Sindrom Stroke
Patologi stroke dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu
hemoragik dan iskemia. (Tabel 2)
Gejala klinis stroke bervariasi tergantung pada bagian
otak yang sirkulasinya terganggu. Secara umum stroke
memberikan gambaran klinis dengan pola yang khas, dengan
variasi secara individual tergantung pada ukuran pembuluh
darah, pola aliran atau luasnya disrupsi aliran darah ke otak.
(Tabel 3 dan 4.)
Persentase
Iskemik
Trombotik
Embolik
Lain-lain
Hemoragik
Intraserebral
Subarakhnoid
85%
60%
20%
5%
15%
10%
5%
Sensomotorik
Hemiparese kontralateral
Tidak ada gangguan sensoris, atau ringan sekali
A. Serebri anterior
A. Serebri posterior
Sensomotorik
Putamen
(apsula interna, basal
ganglia)
Hemiplegia kontralateral
Stupor/Koma dengan
kompresi batang otak
krigiditas deserebrasi
Hemiplegia kontralateral
Gangguan sensoris
berat semua modalitas
Afasia (hemisfer
dominan)
Gangguan lapangan
pandang
Sindrom Horner
Kuadriparesis, kuadriplegia
Hemiparesis ringan
gangguan koordinasi,
ataksia
Sindroma lock in
Rigiditas deserebrasi
Vertigo/dizziness,
Nausea, vomiting
Nystagmus Disfagia,
disartria
Talamus
(talamus, kapsula
interna)
Pontin
(pons, batang otak,
midbrain)
Serebelum
63
Health condition
(Disorder or Disease)
(Disorder or Disease)
Body functions
and structure
Activities
Participation
Environmental
factors
Personal
factors
Proses Substitusi
Proses ini sangat tergantung pada stimuli eksternal yang
diberikan melalui terapi latihan menggunakan berbagai
metode terapi. Pencapaian hasilnya sangat tergantung
pada intaknya jaringan kognitif, visual dan proprioseptif,
yang membantu terbentuknya proses belajar dan
plastisitas otak.
b. Proses Kompensasi
Proses ini membantu menyeimbangkan keinginan
aktivitas fungsional pasien dan kemampuan fungsi
pasien yang masih ada. Hasil dicapai melalui latihan
berulang-ulang untuk suatu fungsi tertentu, pemberian
alat bantu dan atau ortosis, perubahan perilaku, atau
perubahan lingkungan.
Pemilihan jenis intervensi rehabilitasi didasarkan pada
pertimbangan beratnya gejala-sisa stroke, fase stroke saat
terapi, penyakit penyerta dan atau komplikasi medis, serta
berbagai faktor terkait lainnya seperti usia pasien, motivasi,
serta dukungan dan ekonomi keluarga. Sebagai contoh pasien
usia lanjut, penderita PPOK yang mendapat stroke akibat
oklusi total a.cerebri media tentu tidak mungkin diberikan
program rehabilitasi substitusi agar ia dapat berjalan dan
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009
5.
6.
66
Pola sinergis
ekstensor
Protraksi bahu
Adduksi bahu
Rotasi internal lengan
Ekstensi siku
Pronasi tangan
Ekstensi pergelangan
tangan
Fleksi jari-jari tangan
Ekstensi panggul
Adduksi panggul
Rotasi internal paha
3.
Ekstensi lutut
Plantar fleksi pergelangan kaki
Inversi pergelangan kaki
Fleksi jari-jari kaki
Afasia
Afasia didefinisikan sebagai gangguan untuk memformulasikan dan menginterpretasikan simbol bahasa.
Afasia terjadi sebagai akibat adanya lesi pada mekanisme
bahasa di sistem saraf pusat, umumnya di hemisfer
dominan.
Kemampuan berbahasa seseorang dibedakan antara lain:
a. kemampuan mengekspresikan bahasa verbal (bicara
spontan)
b. kemampuan memahami bahasa verbal (pemahaman
auditori)
c. kemampuan mengekspresikan bahasa melalui tulisan
(bahasa simbol)
d. kemampuan memahami bahasa tulisan/membaca
(pemahamanan visual)
e. menamakan
f. meniru
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009
Disartria
Disartria didefinisikan sebagai gangguan dalam
mengekspresikan bahasa verbal, akibat kelemahan,
spastisitas dan atau gangguan koordinasi pada organ
bicara dan artikulasi.
Parameter bicara yang terkena pada disatria antara lain
respirasi, fonasi/suara, artikulasi, resonansi dan prosodi.
Tergantung letak lesi disatria dibedakan atas disatria
flaksid, spastik, ataksik, hipokinetik dan hiperkinetik.
Terapi latihan diberikan sesuai dengan penyebab disatria,
antara lain untuk memperbaiki kontrol pernapasan,
meningkatkan kelenturan dan penguatan organ bicara
dan artikulasi termasuk otot wajah, otot leher dan otot
pernapasan.
Kesimpulan
Dampak gejala sisa akibat stroke sangat bervariasi dan
kompleks. Rehabilitasi stroke memerlukan keterlibatan tenaga
profesional dalam bentuk tim yang membahas secara
berkesinambungan perkembangan hasil dan secara dinamis
menetapkan intervensi yang tepat dan sesuai. Namun tidak
semua pasien mudah mendapatkan pelayanan rehabilitasi
spesialistik. Walaupun demikian banyak hal yang masih dapat
dilakukan untuk membantu pasien dan keluarganya.
Mencegah komplikasi sekunder dan mengembalikan
kemandirian pasien dapat sekaligus meringankan beban
psikososial dan ekonomi keluarga. Profesi dokter di
pelayanan kesehatan primer yang menjadi ujung tombak di
masyarakat memiliki peran yang sangat penting.
Daftar Pustaka
De Freitas GR, Bezerra DC, Maulaz AB, Bogousslavsky J. Stroke:
background, epidemiology, etiology and avoiding recurrence. In:
Barnes M, Dobkin B and Bogousslavsky J. (ed.) Recovery after
Stroke. Cambridge, Cambridge University Press, 2005:1-46.
2. Brammer CM, Herring GM. Stroke Rehabilitation. In: Brammer
CM, Spires MC. (ed). Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia, Hanley & Belfus, Inc., 2002:139-66.
3. Bronstein SC, Popovich JM, Stewart-Amidei C. Promoting Stroke
Recovery. A Research-Based Approach for Nurses. St.Louis,
Mosby-Year Book, Inc., 1991:13-24.
4. Bartels MN. Pathophysiology and Medical Management of Stroke.
In: Gillen G, Burkhardt A.(ed). Stroke Rehabilitation. A Functional-Based Approach. St. Louis, Mosby-Year Book, Inc., 1998:130.
5. Graham A. Measurement in stroke: activity and quality of life.
In: Barnes M, Dobkin B and Bogousslavsky J. (ed.) Recovery
after Stroke. Cambridge, Cambridge University Press, 2005:13560.
6. ODell MW, Lin CD, Panagos A and Fung NQ. The Physiatric
History and Physical Examination. In: Braddom RL (ed). Physical Medicine & Rehabilitation. 3rd. Edition. Elsevier, WB Saunders
Company, 2007:1-36.
7. Granger CV, Black T and Braun SL. Quality and Outcome Measures for Medical Rehabilitation. In: Braddom RL (ed). Physical
Medicine & Rehabilitation. 3rd. Edition. Elsevier, WB Saunders
Company, 2007:151-64.
8. Wade DT. Measurement in Neurological Rehabilitation. Oxford,
Oxford University Press, 1994:3-14,26-34.
9. Wood-Dauphinee S, Kwakkel G. The impact of rehabilitation on
stroke outcomes: what is the evidence? In: Barnes M, Dobkin B
and Bogousslavsky J. (ed.) Recovery after Stroke. Cambridge,
Cambridge University Press, 2005:161-88.
10. Tong HC, Brammer CM. Deconditioning and Bed Rest. In:
Brammer CM, Spires MC.(ed). Manual of Physical Medicine and
Rehabilitation. Philadelphia, Hanley & Belfus, Inc., 2002:2219.
11. Harvey RL, Roth EJ, Yu D. Rehabilitation in Stroke Syndromes.
In: Braddom RL (ed). Physical Medicine & Rehabilitation. 3rd.
Edition. Elsevier, WB Saunders Company, 2007:1175-212.
12. Harwood R. Huwez F, Good D. Stroke Care. A Practical Manual.
Oxford, Oxford University Press, 2005.
1.
MS
71