Anda di halaman 1dari 5

Implant Organ Ginjal untuk Penderita Gagal Ginjal Kronis dengan memanfaatkan Tissue Engineering

Di Era-globalisasi seperti ini, perkembangan teknologi semakin pesat dan tak bisa dibendung
lagi. Meluasnya informasi dan perkembangan teknologi yang kini semakin cepat tidak hanya di bidang
Informasi dan komunikasi, tetapi dibidang lain perkembangannya juga begitu pesat, salah satunya
dibidang kesehatan. Saat ini para ilmuwan sedang gencar-gencarnya melakukan penelitian dan riset guna
menemukan alat ataupun bahan yang diharapkan dapat membantu dan mempermudah tugas para pelaku
kesehatan seperti dokter dan paramedis lainnya.
Ditinjau dari kebiasaan masyarakat Indonesia, pola hidup masyarakat kini semakin hari semakin
tidak teratur. Hal ini praktis menimbulkan banyak kerugian bagi diri mereka masing-masing. Pola hidup
yang tidak teratur, kurangnya aktivitas seperti berolahraga dan pola makan yang kurang sehat dapat
menimbulkan banyak permasalahan terutama dalam masalah kesehatan. Jenis penyakit yang semakin
beragam dan timbulnya penyebab penyakit yang selalu beregenerasi mengakibatkan ahli kesehatan biasa
tidak dapat menanganinya dengan cepat, karenanya hal seperti ini membutuhkan perhatian khusus. Perlu
penelitian yang cukup mendalam untuk merevolusi dunia kesehatan menjadi semakin baik mengingat
pentingnya kesehatan bagi khalayak banyak.
Pada 2013 silam Prof. Rully MA. Roesli, MD, PhD, FINASIM, seorang ahli penyakit dalam dari
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS. Cipto Mangunkusumo, juga mengungkapkan data PT Askes
(sekarang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) pada 2010 bahwa jumlah pasien gagal ginjal sebanyak
17.507 orang dan sampai 2012 terus meningkat mencapai angka 24.141 pasien (health.okezone.com).
Pernyataan Prof. Rully menyiratkan bahwa dari tahun ke tahun banyak peningkatan jumlah pasien gagal
ginjal. Tak tanggung-tanggung hanya dalam waktu 2 tahun, peningkatan mencapai 7000an lebih. Hal
tersebut patutnya menjadi pelajaran bagi kita, bagi paramedis, dan bagi ilmuwan untuk menciptakan
solusi yang tepat dalam upaya pencegahan dan tindakan yamg tepat dalam penanganan penyakit
mematikan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengungkapkan tentang peran Tissue Engineering dalam
Implant Ginjal.
Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Ginjal adalah sepasang organ
saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang

dengan sisi cekungnya menghadap ke medial (Purnomo, 2003 : 2). Selain sebagai alat ekskresi, organ
ginjal memiliki fungsi lain. Dalam Bronzino (2000 : 2236) menjelaskan bahwa fungsi ginjal diantaranya
(1) untuk mengeliminasi air (yang larut dalam nitrogen) sebagai produk akhir metabolisme protein, (2)
untuk membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh dan mengurangi kelebihan
elektrolit, (3) untuk berkontribusi ketika kekurangan air dan melepaskan kelebihan air dalam urin, (4)
untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam cairan tubuh dan jaringan. Dari pernyataan
tersebut, jelas bahwa peranan ginjal dalam tubuh manusia sangat penting dan jika ginjal tidak
menjalankan fungsinya dengan baik (dalam kasus ini gagal ginjal) maka dapat dipastikan akan
menimbulkan permasalahan yang cukup rumit.
Penanganan yang dilakukan untuk penderita gagal ginjal saat ini sudah mulai berkembang.
Penderita dapat melakukan cuci darah sebagai tindakan penanganan sementara guna menyaring darah
kotor untuk menggantikan salah satu fungsi ginjal yakni menyaring darah. Namun untuk dapat
melakukan cuci darah, diperlukan biaya yang cukup besar contohnya pasien harus membayar sekitar 2
juta rupiah untuk sekali melakukan cuci darah di RS. Cipto Mangunkusumo (okezone.com).
The kidney was the first solid organ whose function was approximated by a machine and a
synthetic device. In fact, renal substitution therapy with hemodialysis or chronic ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD) has been the only successful long-term ex vivo organ substitution therapy to date.
(Bronzino, 2000 : 2143) Kutipan tersebut menjelaskan bahwa ginjal merupakan salah satu organ yang
memliliki fungsi seperti mesin dan alat sintetis. Faktanya, terapi penyakit gagal ginjal dengan
hemodialisis atau Continous Ambulatori Peritoneal Dialysis hanya berhasil menggantikan terapi
berkelanjutan organ ex-vivo dalam jangka panjang.
Although long-term chronic renal replacement therapy with either hemodialysis or CAPD has
dramatically changed the prognosis of renal failure, it is not complete replacement therapy, since it only
provides filtration function (usually on an intermittent basis) and does not replace the homeostatic,
regulatory, metabolic, and endocrine functions of the kidney. Because of the nonphysiologic manner in
which dialysis performs or does not perform the most critical renal functions, patients with ESRD [3] on
dialysis continue to have major medical, social, and economic problems. (Bronzino, 2000 : 2143)
Pernyataan di atas menyiratkan bahwa meskipun terapi jangka panjang penggantian ginjal kronis
dengan hemodialisis atau CAPD (Continous Ambulatori Peritoneal Dialysis) telah berubah secara

dramatis prognosis pada pasien gagal ginjal, hal ini tidak bisa menggantikan fungsi ginjal sepenuhnya
karena hemodialisis hanya menyediakan fungsi filtrasi dan tidak menggantikan fungsi homeostatik serta
pengaturan metabolisme dan endokrin ginjal. banyak alasan non-psikologis tentang penggunaan metode
hemodialisis jangka panjang, contohnya pasien dengan ESRD (End Stage Renal Disease) yang
melakukan cuci darah berkelanjutan akan memiliki masalah sosial dan ekonomi.
Selain penanganan dengan cuci darah, penderita gagal ginjal kronis dapat melakukan cangkok
ginjal. The kidney was also the first organ to be successfully transplanted from a donor individual to an
autologous recipient patient. However, the lack of widespread availability of suitable transplantable
organs has kept kidney transplantation from becoming a practical solution to most cases of chronic
renal failure.(Bronzoino, 2000 : 2143). Dari kutipan tersebut menyatakan bahwa ginjal merupakan
organ pertama yang sukses dicangkok dari pendonor (donor individu) kepada penerima (resipien).
Tetapi, banyak sekali kekurangan dalam pencangkokan organ ginjal, contohnya dalam hal kurangnya
ketersediaan organ cangkok yang cocok untuk penderita gagal ginjal. Selain itu pasca operasi cangkok
ginjal memerlukan terapi berupa obat-obatan dan pemeriksaan rutin. Sehingga dalam membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk dapat kembali kekondisi normal. Dengan demikian terapi ini belum bisa
dikatakan sebagai solusi penanganan yang tepat dalam menunjang penyembuhan penyakit gagal ginjal.
Tissue engineering merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan. Dalam Enderle (2012 :
274) menjelaskan bahwa tissue engineering (rekayasa jaringan) adalah disiplin ilmu teknik biomedik
yang mengintegrasikan biologi dengan keteknikan untuk membuat jaringan atau sel produk luar tubuh
dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk mengelola perbaikan dalam tubuh. Pemanfaatan
tissue engineering dalam bidang kesehatan ini dapat menciptakan suatu inovasi produk biologis dengan
cara regenerasi jaringan dan rekontruksi organ. Tissue engineering di sini berperan dalam hal efisiensi
dan modernisasi yang lebih maju dan berkembang daripada cangkok ginjal konvensional.
Tissue engineering of a biohybrid kidney comprised of both biologic and synthetic components
will most likely have substantial benefits for the patient by increasing life expectancy, increasing
mobility and flexibility, increasing quality of life with large savings in time, less risk of infection, and
reduced costs. This approach could also be considered a cure rather than a treatment for patients.
(Bronzino, 2000 : 2143).

Kutipan tersebut menyatakan bahwa rekayasa jaringan ginjal biohybrid yang terdiri dari
komponen biologis dan sintetis kemungkinan akan memiliki manfaat yang besar bagi pasien dengan
meningkatkan harapan hidup, meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas, meningkatkan kualitas hidup
dengan penghematan waktu, mengurangi resiko infeksi, mengurangi biaya. Pendekatan dengan rekayasa
jaringan ini dapat juga dianggap sebagai obat daripada pengobatan untuk pasien.
Satu hal yang lebih penting lagi adalah tentang temuan tissue engineering yang digadang-gadang
mampu membuat jaringan tubuh palsu. Pemanfaatan tissue engineering dalam pembuatan implant ginjal
sangat mengandalkan keteknikan rekayasa jaringan. Tenaga ahli baik dari ilmuwan maupun paramedis
benar-benar dibutuhkan dalam pembuatan implant ginjal. Peneliti dan paramedis harus tahu betul
bagaimana tissue engineering ini bekerja. Hal ini sangat mendasar mengingat nantinya implant ini akan
berkembang dan tumbuh. Jika salah perhitungan ataupun tindakan dalam serangkaian proses implant
dengan tissue engineering, maka tidak menutup kemugkinan nantinya implant tersebut menjadi ginjal
yang malfungsi.
Proses implant ginjal ini dimulai dari penelitian tentang tissue engineering yang akan
dikembangkan untuk menggantikan fungsi ginjal dan dilanjutkan hingga calon implant benar-benar
mampu untuk dikembangkan pada tubuh manusia. Perlu waktu yang cukup lama untuk meneliti implant
ini. Peranan hewan coba sangat penting dalam penelitian dalam hal ini dapat dilakukan pada kelinci atau
tikus yang secara anatomi banyak kemiripan dengan manusia. Diperlukan tingkat keberhasilan mencapai
99 persen dan tidak terdapat catat sedikitpun. Dan diharapkan Implant berbahan dasar jaringan yang
direkayasa ini akan berkembang hingga mampu malakukan fungsi ginjal sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, implant ginjal dengan tissue engineering ini merupakan solusi yang lebih baik
daripada terapi cuci darah maupun cangkok ginjal secara langsung. Pada dasarnya memang implant
adalah penanaman, hampir sama dengan mekanisme pencangkokan namun perbedaannya di sini adalah
bahan yang digunakan. Pencangkokan ginjal menggunakan ginjal asli yang diperoleh baik dari mayat
(cadaver) maupun dari pendonor yang masih hidup dengan mengorbankan salah satu ginjalnya..
Sedangkan implant ginjal menggunakan tissue engineering yang dibuat serupa dengan mekanisme ginjal
asli sehingga dapat meminimalisir kemungkinan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya implant organ
ginjal dengan tissue engineering diharapkan tidak hanya menjadi pengganti fungsi organ tetapi pasien
dapat sembuh secara sempurna.

Daftar Pustaka :
Bronzino, J. D., 2000. The Biomedical Engineering HandBook, Second Edition, Volume 1. Boca
Raton:CRC Press LLC.
Enderle, Jhon and Jhoseph Bronzino, 2012. Introduction to Biomedical Engineering, Third Edition. New
York : Elsevier Inc.
Nawawi, Qalbinur, 2013. Populasi Penderita Gagal Ginjal Terus Meningkat di 2013.
http : //health.okezone.com/read/2013/06/28/482/829210/populasi-penderita-gagal-ginjal-terusmeningkat-di-2013
Purnomo, Basuki B., 2003. Dasar- Dasar Urologi, Edisi Kedua,. Jakarta : Sagung Seto.
Yudhistira, Angkasa, 2013. Benahi KJS, Ahok Minta Saran Dokter.
http : //m.okezone.com/ read/2013/05/31/500/815805/benahi-kjs-ahok-minta-saran-dokter

Anda mungkin juga menyukai