LATAR BELAKANG
Manusia sebagai subjek hukum merupakan bagian penting dalam
suatu negara yang dikenal sebagai subjek hukum internasional. Meskipun
begitu dibutuhkan perlindungan yang tertulis untuk melindungi manusia
yaitu dengan adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia. Hak Asasi
Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, apapun
kebangsaan kita, tempat tinggal, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis,
warna kulit, agama, bahasa, atau status lainnya. Kita semua sama-sama
berhak untuk hak asasi manusia tanpa diskriminasi. Hak-hak ini semua
saling terkait, saling tergantung dan tak terpisahkan.1
Setelah Perang Dunia II, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
membuat definisi tentang kejahatan baru yaitu kejahatan terhadap
kemanusiaan untuk menghukum tindakan pemerintah Jerman yang tidak
berkeperimanusiaan terhadap masyarakatnya sendiri dan warga negara lain
dengan alasan politik dan etnis. Pada Agustus 1945, komunitas
internasional mendefinisikan kejahatan terhadap kemanusiaan adalah
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, deportasi dan kejahatan tidak
berkeperimanusiaan lainnya yang bertentangan dengan penduduk sipil,
sebelum dan/atau saat berlangsungnya perang. Menurut Pasal 6 Piagam
Pengadilan Militer Internasional Nuremberg Charter yang dilampirkan
pada Persetujuan untuk Penuntutan dan Penghukuman Perang Mayor
Penjahat dari Axis Eropa London Agreement definisi kejahatan terhadap
1 United Nations of Human Right,
http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHuman Rights.aspx
diakses tanggal 20 September 2015 Pukul 19:05 WIB
untuk
menegaskan
bahwa
masyarakat
internasional
komunitas
internasional masih
diam dalam
Korea Utara tidak mau dan tidak mampu dalam memberikan perlindungan
kepada warga negaranya adalah ketika Korea Utara menghadapi situasi
bencana kemanusiaan dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam sistem
kamp tahanan politik negara yang semakin memburuk.
Kejahatan terhadap kemanusiaan di Korea Utara di lakukan terhadap
warga negaranya sendiri secara khusus adalah dengan adanya laporan
pembunuhan di luar hukum, penghilangan, penahanan sewenang-wenang,
penahanan tahanan politik, kondisi penjara yang keras, dan penyiksaan
terus bermunculan. Selain itu, sistem peradilan negara yang lemah
terhadap otonominya sendiri dan sering kali gagal dalam prosesnya. 4 Bisa
dikatakan kejahatan kemanusiaan di Korea Utara sangatlah banyak dan
berbeda beda. Seharusnya pemerintah Korea Utara bertanggung jawab atas
kasus kejahatan kemanusiaan yang terjadi karena hal ini sangat
mengerikan dan bahkan menjadi endemik.
Komite untuk Hak Asasi Manusia di Korea Utara atau Human Rights
in North Korea (HRNK) dalam laporannya pada tanggal 30 Oktober 2006,
menyatakan bahwa pemerintah Korea Utara telah gagal dalam tanggung
jawabnya untuk melindungi warga negaranya sendiri dari pelanggaran
yang paling parah dalam hukum internasional dan mendesak respons
internasional yang kuat agar mengadili serta meminta pertanggung
4 Departemen Luar Negeri AS, Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan
Tenaga Kerja, "Manusia 2009 Hak Laporan : DPRK "
http://www.state.gov/g/drl/rls/hrrpt/2009/eap/135995.htm diakses tanggal 20 September
2015
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Internasional?
2. Bagaimanakah implementasi Pengaturan Pelanggaran Hak Asasi
Manusia dalam Hukum Internasional?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana perlindungan yang diberikan oleh
Instrumen Hukum Hak Asasi Internasional terhadap korban kejahatan
kemanusiaan di Korea Utara.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.
Kegunaan Teoritis
a. Memberikan khasanah perkembangan ilmu hukum khususnya
hukum Internasional, sehingga pengetahuan hukum dapat selaras
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
a.
b.
c.
Soedirman;
Bagi peneliti lain diharapkan dapat sebagai acuan untuk melakukan
penelitian dengan topik yang sama dengan kajian yang berbeda.
E. TINJAUAN UMUM
1. Tinjauan umum mengenai Pengaturan Hak Asasi Manusia
Dalam Hukum Internasional
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia,
apapun kebangsaan kita, tempat tinggal, jenis kelamin, asal kebangsaan
atau etnis, warna kulit, agama, bahasa, atau status lainnya. Kita semua
sama-sama berhak untuk hak asasi manusia tanpa diskriminasi. Hak-hak
ini semua saling terkait, saling tergantung dan tak terpisahkan. 5 Menurut
Deklarasi Universal PBB aspirasi terpenting manusia itu menjelma
menjadi hak-hak asasi. HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri setiap
manusia sehingga mereka diakui kemanusiaannya tanpa membedakan
jenis kelamin, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, bangsa, status
sosial, kekayaan, dan kelahirannya.
Masalah HAM ditinjau dari Hukum Internasional menyangkut dua
aspek :
Pelaksanaan atau perlindungan HAM dimasa damai dan dimasa
sengketa bersenjata (perang). (Yasin Tasrif, 1999, 1)
1. Pelaksanaan HAM dimasa sengketa bersenjata diatur dalam
Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa
2. HAM dimasa damai diatur dalam International Bill of Human
Rights dan beberapa pengaturan hukum lainnya : (Yasin Tasrif, 1999,
6- 8)
a. The International Bills of Human Right yang terdiri dari 3
instrumen:
I. Universal Declaration of Human Rights 1948 (Deklarasi Universal
Hak-Hak Asasi Manusia Tahun 1948)
PBB melalui organisasi-organisasi independen seringkali masih
memaksakan definisi HAM berlaku bagi semua bangsa. Sementara itu,
setiap bangsa terbentuk dan dibentuk dari situasi dan sejarah masa lalu
yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Jika saja pemaksaan
kehendak dianggap melanggar HAM, maka pelaksanaan konsep HAM itu
sendiri tidak boleh dipaksakan begitu saja.
Sipil dan Politik secara bersama-sama pada 16 Desember 1966 dan berlaku
pada 23 Maret 1976.
International Covenant on Civil and Political Rights atau biasa
disingkat dengan ICCPR bertujuan untuk mengukuhkan pokok-pokok
HAM di bidang sipil dan politik yang tercantum dalam Universal
Declaration of Human Rights sehingga menjadi ketentuan-ketentuan yang
mengikat secara hukum dan penjabarannya mencakup pokok-pokok lain
yang terkait. Konvenan tersebut terdiri dari pembukaan dan Pasal-Pasal
yang mencakup 6 BAB dan 53 Pasal.14
Apabila Deklarasi Universal dirumuskan sebagai perintah yang harus
dipatuhi kepada negara-negara untuk melindungi hak-hak tertentu, ICCPR
disusun untuk menjawab masalah-masalah praktis dalam hal perlindungan
hak asasi.
Menurut Ifdhal Kasim dalam bukunya yang berjudul hak sipil dan
politik, cetakan pertama tahun 2001, beliau menyimpulkan bahwa hak-hak
sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat
pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh
negara agar manusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam
bidang sipil dan politik yang pemenuhannya menjadi tanggung jawab
negara. Demikianlah, Kovenan ini menjabarkan secara lebih spesifik hakhak yang dapat dilindungi dan menyatakan dengan cukup jelas pembatasan
14 Artikel Mengenal Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik
http://icjr.or.id/mengenal-kovenan-internasional-hak-sipil-dan-politik/
diakses pada tanggal 13 Desember 15
ini
adalah
hak
suaka,
hak
untuk
memperoleh
suatu
Hak-Hak Anak
merupakan
sumber
hukum yang
instrumen-instrumen
dalam
rangka
memerangi
jenis
seleseai Perang Dunia II. Amerika Serikat dan sekutunya menilai bahwa
para pelaku (NAZI) dianggap bertanggung jawab terhadap kejahatan
terhadap kemanusiaan pada masa tersebut. Salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut secara langsung ditujukan pada
penduduk sipil. Pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan bisa jadi
aparat/instansi negara atau pelaku non negara.
Kejahatan terhadap Kemanusiaan adalah satu dari empat kejahatahkejahatan internasional, disamping genosida, kejahatan perang dan
aggresi. Kejahatan internasional sendiri didefinisikan sebagai kejahatankejahatan yang karena tingkat kekejamannya tidak satu pun pelakunya
boleh menikmati imunitas jabatannya; dan tidak ada yurisdiksi dari suatu
negara tempat kejahatan itu terjadi bisa digunakan untuk mencegah proses
peradilan oleh masyarakat internasional terhadapnya. Dengan kata lain,
international crimes ini menganut asas jurisdiction.
Pembahasan lebih lanjut mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan
dimuat di dalam Pasal 7 Statuta Roma menyatakan bahwa kejahatan
terhadap kemanusiaan adalah kejahatan yang menimbulkan penderitaan
besar dan tak perlu terjadi, yaitu pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan
dan bentuk lain dari pelecehan seksual, perbudakan, penyiksaan dan
pengasingan. Yang menyedihkan adalah bahwa kejahatan itu dilakukan
dengan sengaja sebagai bagian dari serangan yang meluas dan sistematis
( yang melibatkan banyak pihak ) dan ditujukan pada setiap penduduk
mengikuti atau mendorong kebijakan negara atau organisasi untuk
21
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Dan jurimetri,
Jakarta :Ghalia Indonesia, hlm.13
22
Ibid, hal 11
Tentang
Hak-Hak
HALAMAN PERSEMBAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Kerangka Teori
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Hak Asasi Manusia
1. Sejarah dan Perkembangan Hak Asasi Manusia
2. Pengertian Hak Asasi Manusia menurut International Bill of
Human Rights
3. Pengertian Hak
Asasi
Manusia
menurut
peraturan
internasional lainnya
B. Tinjauan Umum Tentang Implementasi Pengaturan Hak Asasi
Manusia
1. Efektivitas Pelaksanaan Pengaturan Hak Asasi Manusia
2. Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Metode Pendekatan
Spesifikasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Penyajian Data
Metode Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Davidson, Scott Davidson. 1994. Hak Asasi Manusia. Jakarta : PT.
Temprint.
Kusumaatmadja, Mochtar.
Bandung
: Alumni.
1999.
Pengantar
Phartiana.
Hukum
2003.
Internasional.
Pengantar
Hukum
Artikel Hak Asasi Ekonomi http://maylisa-a-p.blogspot.com/2012/04/hamhak-asasi-ekonomi.html, diakses pada tanggal 4 Desember 2015
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948
Statuta Roma 1998 tentang Mahkamah Pidana Internasional
Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Tahun 1966
Kovenan Internasioal Terhadap Hak Sipil dan Hak Politik Tahun 1966
Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Rasial Tahun 1969
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya resolusi
Majelis Umum PBB 2200 A (XXI): tertanggal 16 Desember 1966.
Artikel
Mengenal
Kovenan
Internasional
Hak
Sipil
dan
Politik
24
September
2015
http://www.state.gov/g/drl/rls/hrrpt/2009/eap/135995.htm
Dokumen Resolusi Dewan Keamanan PBB 827 (1993) Diakses tanggal 20
September 2015 http://www.un.org/icty
Dokumen Resolusi Dewan Keamanan PBB 955 (1994) S/RES/955, Diakses
tanggal 20 September 2015 http://www.un.org/ictr
WIB
http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx
Situs United Nations Of Human Right, diakses tanggal 20 September 2015
Pukul
19:05
WIB
http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx