Anda di halaman 1dari 7

Learning Objective (LO)

1.
2.
3.
4.
5.

Derajat luka bakar dan klasifikasi?


Penatalaksanaan luka bakar?
Penyebab muntah berwarna hitam?
Pemeriksaan gas darah dan patofisiologi luka bakar ?
Jenis-jenis luka?

JAWABANNYA
1. Derajat luka bakar:
A. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa
eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi,
penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al.,
2005).
B. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri
karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat.
Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
a. Derajat II Dangkal (Superficial)
1. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
2. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
3. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
4. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
5. Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
6. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang
dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
b. Derajat II dalam (Deep)
1. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2. Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
4. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
5. Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
C. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai
bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena
kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada
epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka
(Moenadjat, 2001).
2. Perawatan luka bakar dapat dibagi menjadi 3 tahapan utama, yaitu fase emergency/
resusitasi, fase akut dan fase rehabilitasi.
a. Fase akut/syok berupa menghindarkan pasien dari sumber penyebab luka bakar,
evaluasi ABC, periksa apakah terdapat trauma lain, resusitasi cairan, pemasangan
kateter urine, pemasangan nasogastric tube (NGT), tanda vital dan laboratorium;
manajemen nyeri, profilaksis tetanus, pemberian antibiotik dan perawatan luka.
b. Fase sub-akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil. Penanganan fase
akut berupa mengatasi infeksi, perawatan luka, dan nutrisi.
c. Fase lanjut dilakukan rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian melalui
pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Resusitasi Cairan
a. Indikasi terapi cairan Luka bakar derajat 2 atau 3 > 25% pada orang dewasa, luka
bakar di daerah wajah dengan trauma inhalasi dan tidak dapat minum, sedangkan pada
anak-anak dan orang tua > 15% maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan.
a. Menurut Baxter: Hari pertama : luas luka bakar x berat badan (kg) x 4cc (RL) Hari
kedua: koloid :500-2000cc + glukosa 5% untuk mempertahankan cairan. Pemberian
cairan volume diberikan 8 jam pertama dan volume diberikan 16 jam berikutnya.
b. Indikasi rawat inap5 Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa dan lebih dari 10% pada
anak Derajat 2 pada muka, tangan, kaki dan perineum Derajat 3 lebih dari 2% pada
orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak Luka bakar yang disertai trauma visera,
tulang dan jalan nafas.
Perawatan luka
Pertama luka bakar harus dicuci dengan menggunakan larutan detergent encer (baby soap),
kita bersihkan kulit yang telah rusak. Luka dikeringkan dan dapat dioleskan mecurochrom
atau silversulfa diazine. Dalam penanganan luka diperlukan material protektif untuk
menciptakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka, melindungi luka dari
bakteria, dari gesekan dan menyerap ekudat yang keluar, inilah yang disebut sebagai
dressing. Terdapat berbagai macam jenis dressing, dimulai dari tradisional (madu)
konvensional/passive occlusive dressing (terbuka: krim mebo, krim silver sulfadiazine;
tertutup: kasa basah, kasa kering, pembebatan) modern dressing/active occlusive dressing
(absorbent cellulosic material, tulle grass dressing dan film dressing).

3. Penyebab dari muntah yang berwarna hitam diakibatkan dari terjadinya suatu asfiksia dan
warna hitam tersebut berasal dari asap yang telah banyak terhirup dari si penderita.
4. Patofisiologi Luka Bakar
Bahan Kimia
Suhu
Radiasi
Listrik
Luka bakar
Pada Wajah
Kerusakan mukosa
Edema laring
Obstruksi

Diruang tertutup

Kerusakan kulit

Keracunan
Penguapan meningkat
CO mengikat Hb

Masalah perawatan
Resiko tinggi terhadap

infeksi
Jalan napas

Hb tdk mengikat O2

Gagal napas

Hipoksia otak

Gangguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit

Peningkatan PD kapiler
Ekstravasasi cairan
Tekanan Osmotik menurun
Hipovolemik dan hemokonsentrasi
Gangguan makrosirkulasi
Gangguan perfusi organ

Gangguan sirkulasi

perifer
Otak Hipoksia-Sel otak mati-gang.fungsi sentral
Kardiovaskuler - Kebocoran Kapiler Gagal jantung
metabolisme

Gangguan perfusi
Laju

Ginjal hipoksi fungsi ginjal menurun Gagal ginjal

Glukonegenesis

Hepar Plepasan ketokolamin Gagal hepar

Glukogenesis

Gastro Intestinal dilatasi lambung

Perubahan nutrisi

Imunitas daya tahan tubuh menurun


Analisa Gas Darah
Analisa gas darah atau sering disebut blood gas analisa merupakan pemeriksaan penting
untuk sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran oksigen,
karbondioksida dari status asam basa dalam arteri.
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Adapun Tempat-tempat
pengambilan darah untuk AGD
1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila
Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila
terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas
tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat
aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan
berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis
berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah
vena dan arteri.

Nilai-nilai yang berbeda dari yang tercantum di atas dapat menunjukkan pernapasan,
metabolisme, atau penyakit ginjal. Hasil ini juga mungkin abnormal jika pasien telah
mengalami trauma yang dapat mempengaruhi pernapasan (terutama kepala dan cedera
leher). Gangguan, seperti anemia, yang mempengaruhi kapasitas pembawa oksigen darah,
dapat menghasilkan nilai oksigen konten abnormal rendah.
pH

Range
7,35-7,45

Interpretasi
pH/H menunjukkan jika pasien asidosis (pH<7,35; H>45 atau
alkalosis (pH>7,45; H<35)

H
PO2

Pco2

HCO3

Base
Exces
s

34-45 nmol/1
(nM)
9,3-13,3 kPa
(80-100)
mmHg

Penjelasan dibawah

Oksigen yang rendah menunjukkan pasien tidak bernafas


secara
Tepat(hipoksemia), PO2<60 mmHgsuplemen oksigen harus
Diberikakn, PO2<26 mmHgpasien berisiko akan kematian
dan
Harus diberikan oksigen dengan segera
4,7-6,0
kPa CO2&PCO2 menunjukkan masalah pernafasan.untuk
(35-45)
kecepatan
Metabolic yang konstan PCI2 ditentukan oleh ventilasi secara
mmHg
Menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
menunjukKan underventilation. PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik
Menujukkan hiper/overventilasi. Tingkat PCO2 dapat menjadi
ABN saat sistem respirasi bekerja untuk mengkompensasi
masalah
Metabolic untuk menormalkan pH darah. PCO2 yang
meningkat
Diinginkan pada beberapa perubahan yang berhubungan
dengan kegagalan pernapasan yang dikenal sebagai
hipercapnia permissive.
22-26 nmol/1
Ion
HCO3
menunjukkan
apakah
ada
masalah
metabolic/ketoasidosis
HCO3 yg rendah menunjukkan asidosis metabolic. HCO3 yg
tinggi menunjukkan alkalosis metabolic, tingkat HCO3 dapat
menjadi
ABM saat ginjal bekerja untuk mengkompensasi masalah
Pernapasan dengan tujuan menormalkan pH darah
-3 to + 3 BEdigunakan utk mengkaji komponen metabolic dr
nmol/1
perubahan
Asam-basa & menunjukan apakah pasien mempunyai asidosis
Metabolic/alkalosis metabolic. BEmenunjukkan jumlah
asam
Yg dibutuhkan utk mengembalikan pH darah individu ke
interval
pH (7,35-7,45) dgn jumlah CO2 pada nilai standar.
BE>+3menunjukkan pasien mempunyai darah yg
memerlukan
Peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan
pH
Ke netral (menunjukkan alkalosis) atau mengindikasikan
pasien
Dengan asidosis metabolic/primer atau sekunder terhadap

alkalosis
Respiratorik.
BE<-3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis,
misalnya:
Kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah
untuk
Mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dgn metabolic
Asidosis/primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratorik).

PEMERIKSAAN
PH
PCO2
PO2
HCO3
TCO2
BASSE EXCESS
SATURASI O2

HASIL
7.387
24.87
44.0
14.5
15,2
-8,4
80,2

NORMAL
7,34 -7,44
35 45
89 116
22 26
22 29
- 2 ( +3 )
95 -98

5. Jenis-jenis luka
Berdasarkan derajat kontaminasi
a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan
luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka
tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius maupun traktus
genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan bersih.
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses
penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
c. Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi.
Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka
laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan
luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat

pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses
dan trauma lama.
Berdasarkan Penyebab
a. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak
dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun
benturan benda tajam ataupun tumpul.
b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis
lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-hari
seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk luka
teratur .
c. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau
compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat
kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan
dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya
menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
e. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki
bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit. Dengan
kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
f. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan
dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga
disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.

DAFTAR PUSTAKA
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya
Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
Thompson, Juni, dkk. Mosby itu Klinis Keperawatan 4th ed. St Louis: Mosby, 2007.

Anda mungkin juga menyukai