Gambar 2. Surat dari Asosiasi Psikiatri Amerika Serikat (APA) kepada Perhimpunan Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI).
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, terdapat dua
pengelompokan, yakni Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ). Pasal 1 ayat 2 menyatakan Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya
disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Sedangkan pada ayat 3, Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Perbedaannya, ODMK memiliki risiko mengalami gangguan jiwa, sedangkan ODGJ sedang
mengalami gangguan jiwa. Danardi menambahkan, psikiater Indonesia punya pedoman yang
mengacu pada PPDGJ III (Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa). Dalam buku
tersebut, lesbian, gay, biseksual masuk dalam kelompok ODMK, kalau transgender masuk ODGJ
yang perlu mendapat terapi. Masuknya kaum lesbian, gay, dan biseksual dalam kelompok
ODMK bertujuan mengklasifikasi gangguan psikologis macam apa yang dialami mereka, dan
bukan menangani orientasi seksual mereka.
Sehingga dari pembahasan diatas, PDSKJI memasukkan LGBT dalam kategori ODMK
berdasarkan terminologi di Undang-undang tersebut.