Anda di halaman 1dari 18

ENTEROSTOMA

PENDAHULUAN
Enterostoma atau stoma intestinal adalah suatu prosedur bedah untuk penyakit yang
berhubungan dengan usus halus (ileum) maupun usus besar (kolon). Prosedur ini adalah
dengan membuat bukaan artifisial pada dinding abdomen sehingga feses dapat keluar dari
tubuh. Suatu stoma intestinal yang paling sering digunakan adalah ileostomi dan kolostomi
sedangkan sekostomi dan appendikostomi aplikasinya terbatas dan lebih jarang digunakan.
Esofagostomi, gastrostomi, jejunostomi, dan sekostomi biasanya bersifat temporer, namun
ileostomi, kolostomi, dan beberapa stoma saluran kemih sering permanen.1-3
Feses terkadang harus dialihkan ke dinding abdomen anterior melalui stoma.
Keluaran feses akan terkumpul dalam kantung stoma yang dapat dilepaskan dan dilekatkan
dengan perekat ke kulit abdomen. Semakin distal lokasi lesi awal maka semakin besar
kemungkinan stoma dibutuhkan. Mayoritas stoma dibuat pada operasi pembedahan kanker,
walaupun terkadang juga dibutuhkan pada inflammatory bowel disease (IBD), dan
divertikulum. Indikasi untuk stoma dan prinsip desain stoma serta perawatan setelahnya
hampir sama pada semua kondisi ini.1-4

Tabel 1. Indikasi pembuatan stoma

PREOPERATIF MANAJEMEN
Ketika diagnosis telah ditegakkan maka evaluasi menyeluruh harus diperhatikan
untuk meminimalkan resiko terhadap pasien. Yang termasuk tindakan preoperatif manajemen
adalah : (1). Preoperatif konseling, (2). Pemilihan prosedur, (3). Pemilihan lokasi stoma yang
tepat.2-3
Preoperatif konseling
Stoma intestinal dapat permanen atau temporer, jika ada kemungkinan akan dibuat
stoma harus diantisipasi sebelum pembedahan dan didiskusikan dengan pasien. Pra
pembedahan, akan dilakukan konseling pasien agar tidak terjadi kesalahan pemahaman
terhadap stoma, dan berbicara dengan pasien stoma yang lain. Sering kali pasien salah
persepsi terhadap efek stoma yang akan mengakibatkan berkurangnya kualitas hidup dan
mengakibatkan kecemasan. Pada tahap ini akan diberikan pemahaman terhadap prosedur
pembedahan yang akan dijalani, kemungkinan stoma yang akan dipilih, dan bagaimana stoma
akan berfungsi. Terkadang diperlukan alat bantu untuk memudahkan pasien memahami,
seperti: video, buku panduan atau CD-rom.2-6
Pemilihan prosedur
Beberapa indikasi pilihan untuk pembuatan stoma dapat dilihat di tabel 1. Indikasi ini
biasanya berhubungan terutama dengan jenis stoma yang akan dipilih, tetapi terkadang tidak
mudah untuk menentukan pilihan yang tepat. Pada beberapa keadaan pilihan yang ditetapkan
pada satu pasien tidak dapat diterapkan pada pasien yang lain.7

Tabel 2. Indikasi pembuatan tipe stoma.

Defungctioning dari distal anastomosis setelah eksisi dan anastomosis keganasan


rectum lebih dianjurkan dengan loop ileostomi atau loop colostomi kolon transversum.
Beberapa penelitian nonrandomized dan randomized control trials menunjukkan bukti lebih
baik dengan kedua pilihan tersebut. Akan tetapi loop ileostomi lebih dianjurkan karena
berhubungan dengan rendahnya komplikasi akibat pembuatan stoma. Kedua pilihan stoma
memberikan hasil yang sama terhadap quality of life pasien.2,3
Tabel 3. Perbandingan komplikasi antara loop ileostomi dengan
loop colostomi colon transversum secara RCT.
.

Pemilihan lokasi stoma


Lokasi stoma yang tidak tepat akan mengakibatkan morbiditas dan mempengaruhi
quality of life pasien. Dengan pertimbangan ini, maka perlu diperhatikan lokasi stoma yang
akan dipilih pada dinding abdomen.
Pada tahap konseling perawat stoma kemudian akan mencari dan menandai lokasi
stoma yang paling cocok dan paling nyaman untuk pembuatan stoma. Pemilihan lokasi ini
juga mempertimbangkan pekerjaan dan hobi pasien serta pakaian dan kemampuan untuk
merawat diri. Lokasi stoma yang tepat akan mencegah komplikasi seperti prolaps, hernia, dan
masalah kulit.
Beberapa pertimbangan untuk pemilihan lokasi stoma adalah sebagai berikut: (a).
Permukaan rata kulit untuk perekatan kantong stoma, (b). Lokasi stoma harus terlihat pasien,
(c). Lipatan kulit, scar, dan tonjolan tulang harus dihindari, (d). Jangan pada daerah ikat
pinggang, (e). Lokasi stoma harus diidentifikasi pada posisi tidur, duduk, dan berdiri, (f).
Ketidakmampuan sebelumnya/cacat tubuh harus dipertimbangkan.

Gambar 1. Pilihan lokasi stoma: Pasien posisi (a) berdiri,


(b) tidur, dan (c) duduk.
Lokasi stoma yang optimal yaitu pada bagian m.rectus untuk menghindari parastoma hernia
atau prolaps, di bagian menonjol infraumbilical kurang lebih 3-4 inch dari tepi incisi median,
dan terlihat pasien. Lokasi stoma permanen harus diputuskan secara hati-hati untuk
memfasilitasi penatalaksanaan jangka panjang. Lokasi biasanya di bawah pinggang.
Kolostomi permanen biasanya terletak di fossa iliaka kiri, sedangkan ileostomi pada fossa
iliaka kanan.
4

PEMBUATAN STOMA
Cara stoma dibuat tergantung dari tujuannya. Stoma kolon dibuat dengan mukosa
usus terletak sejajar kulit. Stoma usus halus dibuat dengan bagian usus yang menonjol sekitar
5 cm, agar isi usus halus yang iritatif dapat langsung masuk ke kantong ileostomi tanpa
mengalir ke kulit.

Gambar 2. Lokasi stoma pada m.rectus abd.


1. Sekostomi
Sebuah sambungan dibuat antara kulit dengan sekum dan dipertahankan agar
tetap terbuka dengan kateter balon besar. Fungsi utamanya adalah untuk dekompresi
usus dari gas; metode ini tidak cocok untuk diversi feses. Sekostomi saat ini jarang
dipakai karena seringkali tersumbat oleh feses dan membutuhkan irigasi rutin untuk
mempertahankan patensi.
Prosedur sekostomi sering dilakukan untuk indikasi yang salah maka sering kali
tidak memperbaiki keadaan dan sebaliknya, malah menimbulkan

komplikasi.

Prosedur ini sebenarnya digunakan untuk melindungi anastomosis sisi kiri untuk
terapi obstruksi usus besar, perforasi sekum, dan volvulus sekum. Menurut Corman,
satu-satunya indikasi sekostomi adalah untuk pasien dengan sindrom Ogilvie. Ileus
non-bedah yang menyebabkan dilatasi sekum yang berat dan terdapat risiko
kemungkinan terjadinya perforasi dapat diterapi dengan sekostomi. Intinya sekostomi
5

bukan merupakan manuver dekompresi melainkan hanya penampungan

Gambar 3. Sekostomi
sementara. Sekostomi tidak mengalihkan feses. Jika dibutuhkan diversi maka
sebaiknya dilakukan ileostomi loop jika kolon transversum tidak bisa dikerjakan.
Ileostomi loop adalah prosedur yang baik tidak hanya untuk diversi namun juga dalam
penatalaksanaan stoma pasca operasi.
2. Stoma loop (loop stoma)
Stoma jenis ini dibuat agar kedua segmen usus proksimal dan distal
mengosongkan ke permukaan kulit. Stoma ini mendefleksi buangan proksimal ke
kulit dan memberikan semacam katup pengatur untuk loop distal. Oleh karena loop
distal tidak lagi memiliki kapasitas fungsional, stoma semacam ini sering disebut
sebagai stoma yang "disfungsi". Stoma ini terutama digunakan sebagai tindakan
sementara.
Bentuk kolostomi loop yang paling umum adalah kolostomi transversum yang
terletak di kuadran kanan atas.

Gambar 4. Loop colostomi.


3. Stoma ujung ganda (double barrel stoma)
Jenis ini merupakan varian dari stoma loop dan digunakan jika dibutuhkan
disfungsi total dalam waktu yang lama. Jembatan dibuat dari sebuah pedikel dari
dinding kulit abdomen yang akan ditinggalkan di tempatnya sampai stoma ditutup.
4. Stoma ganda (divided stoma)
Jenis ini merupakan bentuk utama dari stoma disfungsional. Ujung-ujung usus
terbagi secara total. Kedua ujung proksimal dan distal diletakkan secara terpisah pada
permukaan kulit dan isinya mengalir keluar ke kantung terpisah.
5. Stoma ujung tunggal (end stoma)
Stoma jenis ini paling sering digunakan untuk menggantikan anus ke dinding
abdomen. Stoma ini permanen dan dibuat setelah panproktokolektomi atau
pemotongan rektum dan sfingter anal (misalnya pada reseksi abdominoperineal
Milles).
KOMPLIKASI
Komplikasi Ileostomi dan Kolostomi
Komplikasi setelah pembuatan stoma sering terjadi dan bervariasi (tabel 4) dan dapat
mengganggu quality of life. Dilaporkan oleh Williams (2004) bahwa komplikasi pembuatan
kolostomi sebesar 25% , ileoastomi57%, dan 75% setelah loop ileostomi. Komplikasi
kumulatif selama 20 tahun sebesar 76% pada pasien ileostomi karena kolitis ulseratif, dan
7

56% setelah ileostomi karena Crohn disease. Banyak komplikasi dapat diterapi dengan
perawatan stoma saja, karena sering kali tindakan pembedahan memberikan hasil yang
kurang memuaskan.
Tabel 4. Insidensi tersering penyebab komplikasi stoma.

Komplikasi dini:

Pelepasan mukosa atau nekrosis usus terminal akibat iskemia membutuhkan operasi
ulang dan pembuatan stoma kembali .

Obstruksi stoma akibat edema atau impaksi feses. Diatasi dengan eksplorasi
menggunakan jari yang bersarung tangan dan terkadang dengan supositoria gliserin
atau enema pelunak feses.

Kebocoran persisten antara kulit dan kantung menyebabkan erosi kulit dan stres pada
pasien, akibat lokasi stoma yang tidak tepat (misalnya di atas lipatan kulit). Mungkin
membutuhkan operasi kembali untuk memindahkan lokasi stoma.

Komplikasi lambat.

Prolaps usus , membutuhkan pembuatan kembali stoma.

Hernia parastoma, akibat kelemahan dinding abdomen. Membutuhkan


pemindahan lokasi stoma.

Retraksi tonjolan ileostomi, memerlukan operasi ulang dan pembuatan stoma baru.

Sebagian besar komplikasi kolostomi dapat dicegah. Prinsip dalam pembuatan stoma
8

telah digariskan yaitu usus harus dikeluarkan melalui dinding abdomen tanpa regangan, usus
juga harus dikeluarkan melalui otot rektus yang terpisah, usus harus dijahitkan ke kulit, dan
viabilitas kolon akhir harus jelas. Walaupun tidak ada metode yang dapat menjamin
komplikasi setelahnya dapat dihindari, namun dengan mengindahkan prinsip-prinsip di atas
maka risiko dapat diminimalkan.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Iskemia dan nekrosis stoma
2. Abses parakolostomi
3. Perdarahan
4. Prolaps
5. Hernia peristoma
6. Penyakit yang rekuren

Gambar 5. A. Iskemi stoma B. Retraksi stoma C. Prolaps stoma


Sejumlah 20% dari keseluruhan komplikasi yang dapat terjadi pada kolostomi.
Sebanyak 15% darinya memerlukan tindakan operasi. Hernia parakolostomi kronis
merupakan komplikasi yang sering terjadi. Hal ini akibat dari membesarnya dinding abdomen
yang sejalan dengan waktu, mengakibatkan kolon, omentum, dan usus halus untuk
mengalami herniasi kearah kolostomi. Hernia dan prolaps lebih mungkin terjadi pada orang
obesitas. Retraksi dan nekrosis biasanya terjadi akibat kesalahan dari tehnik dalam
pembuatan stoma. Komplikasi yang lebih ringan adalah diare, iritasi kulit, dan impaksi fecal.
Komplikasi dilaporkan pada pasien dengan ileostomi sekitar 40%. Komplikasi yang
dapat terjadi dapat berupa:
1. Iskemia stoma
Iskemi stoma akan nampak bila terjadi perubahan warna stoma dari sehat ke arah
kebiruan atau kehitaman, biasanya terjadi dalam 24 jam pascaoperasi. Iskemi pada
colostomi lebih sering terjadi daripada ileostomi.
9

2. Obstruksi intestinal
Obstruksi dapat terjadi akibat adhesi, jeratan band, volvulus, maupun
hernia paraileostomi.
3. Stenosis
Pembentukan skar (bekas luka) yang melingkar pada kulit atau level subkutan
biasanya merupakan penyebab stenosis. Stenosis dapat menyebabkan keluarnya
cairan yang berlebih dari ileostomi. Untuk mengatasi masalah ini memerlukan
prosedur minor minimal lokal terhadap pembebasan skar.
4. Retraksi
Stoma harus menonjol 5 cm diatas permukaan kulit untuk menghindari
kebocoran dari ileostomi. Stoma yang retraksi secara fungsional akan memburuk
dan harus ditinjau kembali.
5. Prolaps
Hal ini jarang terjadi apabila mesenterium dijahit ke peritoneum parietal dengan
benar.
6. Abses dan fistula paraileostomi
Perforasi dari ileum oleh jahitan dan tekanan berlebihan yang dapat
mengakibatkan jaringan nekrotik maupun penyakit yang rekuren dapat
menyebabkan abses dan fistula.
7. Iritasi kulit
Hal ini merupakan komplikasi yang paling biasa dan sering terjadi akibat dari
tumpahan cairan ileostomi ke kulit sekitar ileostomi. Iritasi ini sering ringan
namun dapat menjadi berat apabila dibiarkan lama. Penatalaksanaan dilakukan
secara langsung terhadap tumpahan cairan ileostomi dengan penggunaan kantung
ileostomi yang baik, perlindungan kulit sekitar dengan material tertentu.
8. Masalah dengan bau
Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian deodoran tertentu yang diletakkan di
dalam kantong ileostomi, maupun dapat diatasi dengan mengatur jenis konsumsi
makanan.
9. Diare
Output yang berlebihan harus dilaporkan ke dokter yang merawat secepatnya dan
dengan pemberian suplemen air, gararn, dan kalium. Pemberian kodein,
loperamid dapat mengurangi output yang berlebih. Adanya penyakit usus yang
berulang, obstruksi usus, atau stenosis dari ileostomi harus menjadi suatu
10

perhatian
10. Batu saluran kemih
Asam urat dan batu kalsium terjadi sekitar 5-10% pada pasien dengan
ileostomi akibat dari berkurangnya asupan cairan atau adanya keadaan dehidrasi
yang kronis akibat tidak adekuat intake cairan. Ileostomi berhubungan dengan
keadaan pH urin yang rendah, volume dan peningkatan konsentrasi kalsium,
oksalat, dan asam urat dibanding pada keadaan gastrointestinal yang intak.
11. Batu empedu
Batu kolesterol empedu terjadi 3 kali lipat terhadap pasien dengan ileostomi
dibanding populasi umum.
12. Ileitis
Pada pasien yang mengalami inflamasi pada ileum, proksimal dari ileostomi
biasanya mengalami rekurensi IBD.
13. Varises
Varises dapat terjadi pada sekeliling dari stoma pada pasien dengan

penyakit

hipertensi portal. Terjadinya perdarahan dapat menjadi suatu masalah.

PERAWATAN PASCA OPERASI


Mempertahankan integritas kulit sangat diutamakan pada periode pasca operasi. Kulit yang
lembab, berair, berminyak, dan erosi akan menyebabkan kebocoran, bau yang tidak enak, dan
hilangnya tempat adhesi kantung. Perhatian yang lebih diarahkan pada perawatan kulit sejak
di ruang operasi atau ruang pemulihan dengan pemakaian barrier kulit dan penggunaan
kantung.
Barrier kulit adalah materi berpori yang dilekatkan pada kulit untuk melindungi kulit
dari isi kolon atau ileum. Kantung diletakkan di atas barrier.
Sebaliknya obat pelindung kulit seperti Skin Prep atau Skin Gel memberikan lapisan
bening yang menutupi kulit. Obat pelindung kulit ini hanya untuk digunakan di bawah pita
perekat atau penutup adhesif dari lempeng dua sisi gunanya adalah untuk mencegah
epidermis dari iritasi. Obat protektif ini tersedia dalam bentuk semprot, tisu basah,
larutan,atau pasta. Yang harus dibedakan adalah pasien dengan ileostomi sama sekali tidak
boleh menggunakan obat protektif untuk menggantikan barrier kulit.

11

Gambar 6. Prosedur perawatan kulit stoma.


Perubahan fisiologi setelah dilakukan ileostomi adalah hilangnya kemampuan
menyerap air dan garam dari kolon. Apabila ileum bebas dari penyakit dan reseksi yang
berlebihan tidak dilakukan, maka ileostomi dapat menghasilkan 12 liter cairan per hari.
Kehilangan yang terjadi terhadap natrium 50 meq/hari, begitu pula dengan kehilangan dari
kalium. Pasien dengan ileostomi yang sehat mempunyai nilai rendah terhadap total natrium
dan kalium yang dapat bertukar, namun dengan serum elektrolit yang seimbang dalam tubuh.
Pengurangan biasanya terjadi intrasel. Pasien dengan ileostomi yang mengalami keadaan akut
atau subakut terhadap deplesi air dan garam dapat bermanifestasi fatigue, mual, sakit kepala,
rasa haus, kekakuan otot, lemah. Keadaan diare atau gastroenteritis, cuaca panas merupakan
situasi yang perlu menjadi perhatian. Asupan cairan yang didapat pada pasien dengan
12

ileostomi harus setidaknya menghasilkan output urin 1liter/hari.


Pada follow up jangka panjang pasien dengan ileostomi, banyak dari mereka kembali
ke kehidupan sebelumnya dengan normal. Continent

ileostomi lebih disukai dibanding

dengan ileostomi konfensional terhadap pasien yang pemah dengan keduanya.


Konsekuensi seksual terhadap pasien dengan proktokolektomi harus diberitahu
sebelum dan sesudah operasi. Derajat kelainan seksual dapat terjadi pada 10-15 % pada lakilaki setelah rektum diangkat akibat dari IBD. Dispareunia dilaporkan terjadi pada 3/4 %
pasien perempuan atau berkurangnya sensasi orgasme pada bulan pertama setelah ileostomi
dan proktokolektomi. Infertilitas lebih sering terjadi terhadap perempuan yang mengalami
eksisi rectum. Kedua masalah tersebut lebih berhubungan dengan fibrosis dari pelvis daripada
adanya ileostomi.
Terapis enterostoma merupakan ahli yang bertugas khusus untuk merawat dan
membimbing

penderita

dan

keluarganya

untuk

menghadapi

hidup

dengan

anus

pretematuralis. Tugas terapis enterostoma atau urostoma :

Penyuluhan prabedah

Perawatan paseabedah

Latihan penderita untuk merawat dan mengatur stomanya

Memesang alat reseptakulum

Nasihat mengenai cara hidup, makan, minum, dan seks

Masalah kulit disekitar stoma

Masalah bau

Masalah lain pada stoma

Masalah psikologik

Bimbingan jangka panjang bila perlu

Penatalaksanaan Kantung Stoma


Setelah pembuatan ostomi maka kantung yang biasanya dipilih adalah yang
transparan, menahan bau, dan dapat di drainase. Kantung yang seperti ini akan memudahkan
untuk melihat warna dan integritas stoma serta pengosongan isi kantung dapat dilakukan
tanpa harus sering mengganti kantung.

13

Gambar 7. Prosedur penggantian kantong stoma


Pada pasien dengan ileostomi, kantung harus diganti pada hari pertama pascaoperasi.
Dengan penggantian ini maka akan memungkinkan untuk dilakukan inspeksi dasar stoma,
pembersihan kulit peristoma, dan pemakaian bukaan yang lebih besar jika stoma mengalami
edema. Penggantian kantung harus diteruskan setiap dua hari sekali atau tiga kali seminggu
sampai pasien pulang.

14

Gambar 8. A. Barrier kulit dan plug stoma, B. Sabuk stoma.


Perbedaan yang jelas antara kantung ileostomi dan kolostomi adalah pada Ileostomi
terdapat cincin protektif yang harus dipakai di sekitar stoma karena sifat efluks yang korosif.
Selama 68 hari pertama pascaoperasi dibutuhkan kantung sekali pakai yang disertai barrier
kulit. Pada hari ke- 7 atau ke-8, stoma harus diukur ulang karena edema biasanya sudah
menghilang walaupun biasanya membutuhkan waktu 4-6 minggu untuk stoma menyusut ke
ukuran terkecilnya.
Oleh karena itu, beberapa kali penggantian lempeng muka akan dibutuhkan dalam
periode ini. Setelah peralatan yang diperlukan sudah tepat maka pasien harus tetap tinggal di
rumah sakit selama 3 hari untuk latihan. Sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga dekat atau
ternan agar ada orang lain yang mempelajari prosedur.
Pada kunjungan pascaoperasi, sangat penting untuk memeriksa dan mengukur ulang
stoma, serta memastikan bahwa pasien menggunakan perlengkapan yang tepat. Kulit
peristoma sebaiknya selaiu diperiksa untuk iritasi atau lesi.
Faktor-faktor berikut yang esensial untuk diperhatikan saat memasang kantung:
1. Harus dipakai selama 3-7 hari.
2. Tidak boleh bocor atau menyebabkan bau.
3. Tidak boleh menyebabkan iritasi kulit atau stoma.
4. Harus nyaman untuk semua aktivitas.
5. Harus tidak memerlukan pergantian pakaian.
6. Harus tidak menarik perhatian.
Pencegahan dan Perawatan Iritasi Kulit
15

Stoma akan menyebabkan masalah pada kulit walaupun telah dirawat dengan baik
dan dengan menggunakan kantung yang pas. Untuk mencegah komplikasi maka pasien harus
kontrol setiap tahun untuk inspeksi stoma sehingga stoma dapat diukur ulang dan integritas
kulit peristoma dapat dievaluasi.

Gambar 9. Komplikasi peristoma dan Yeast dermatitis.


Iritasi parah dapat disebabkan oleh ukuran lempeng mulka yang tidak tepat,
kebocoran, alergi terhadap produk adhesif, atau infeksi jamur. Membersihkan area dengan
ANTACID atau SUKRALFAT biasanya

mengurangi iritasi. Antasid/SUKRALFAT

dituangkan perlahan dan diratakan tipis-tipis di atas kulit. Setelah kering dipakai obat
pelindung kulit, diikuti barrier kulit dan kantung yang bersih.
Masalah dengan infeksi yeast sering terjadi pada cuaca hangat atau kapanpun ketika
terjadi kelembaban di bawah kantung. Area stoma harus dibersihkan dan dikeringkan
perlahan, dan sedikit Kenalog disemprotkan di area stoma. Setelah kelebihannya dilap maka
area sekitarnya dibubuhi sedikit bedak Mycostatin, kemudian pada barrier kulit lalu pada
kantungnya.
Pasien yang rambut tubuhnya banyak maka harus menyingkirkan rambut di sekitar
stoma dalam radius 10 cm dengan gunting atau pisau cukur elektrik. Alat cukur manual atau
krim perontok rambut sebaiknya tidak dipakai.
Diet dan higiene personal adalah cara paling efektif untuk mengurangi bau. Ikan,
telur, keju, dan bawang bombay menjadi masalah untuk pasien dengan ileostomi, sementara
16

sayuran hijau merupakan masalah terbesar untuk pasien kolostomi. Yogurt, buttermilk, dan
seledri mengurangi bau pada pasien kolostomi.
Beberapa produk yang dapat mengurangi bau adalah deodoran cair dan tablet. Devrom
(bismuth subgallate) tablet kunyah yang dimakan setengah jam sebelum makan 2-3 kali/hari
akan mengurangi bau secara efektif.
Gangguan fungsi seksual pada pasien dengan stoma intestinal di antaranya adalah
impotensi, dispareunia, daya tarik fisik yang menurun, kekhawatiran akan bau, ketakutan
melukai stoma, dan ketakutan akan penolakan dari pasangan seksual. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pasien berharap agar ahli bedah dapat berdiskusi dahulu mengenai
masalah seksual dengan mereka sebelum pelaksanaan operasi ostomi permanen.

DAFTAR PUSTAKA
17

1. Cataldo PA, MacKeigan JM. Intestinal stomas.New York:Marcel Dekker;2004.


2. Maidl L, Ohland J. Care of stoma. In: Fischer, Josef E, editors. Mastery of surgery. Edisi
ke-5. Lippincott Williams & Wilkin;2007.1449-66.
3. Orkin BA, Cataldo PA. Intestinal stomas. In: Wolff BG, Fleshman JW et all, editors. The
ASCRS textbook of colon and rectal surgery. Springer;2007:622-40.
4. Boyer ML, Ostomy management. In: Sands LR, Sands DR, editprs. Ambulatory
colorectal surgery; New York;2009:283-303.
5. Gordon PH, MacDonald J, Cataldo PA. Intestinal stoma. In: Gordon PH, Nivatvongs S,
editors. Principles and practice of surgery for the colon, rectum, and anus. New
York;2007:1031-79.
6. Tjandra JJ. Intestinal stomas. In: Tjandra JJ, Clunie GJA, Kaye AH, Smith JA, editors.
Textbook of surgery. 3rd ed. Blackwell; Massachusetts;2006:251-6.
7. Williams JG. Intestinal stomas. In: Wiley SW, Mitchell FP, Gregory JJ, Larry
KR, William PH, John PH, Nathaniel SJ, editors. ACS surgery:principles &
pactice. 6th ed. 2007.
8. Corman ML. Colon and rectal surgery. 5th ed. Santa Barbara: J.B. Lippincott Company;
2005.
9. Hyman N, Nelson R. Stoma complications. In: Wolff BG, Fleshman JW et all, editors.
The ASCRS textbook of colon and rectal surgery. Springer;2007:643-52.
10. Doughty D. Principles of ostomy management in the oncology patient. J support
Oncol.2005;3;059-69. Diunduh dari: www.SupportiveOncology.net.

18

Anda mungkin juga menyukai