oleh :
Paksi Suryo Bawono
G99141165
BAB I
STUDI PUSTAKA
I. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue adalah demam akut yang disebabkan oleh empat
serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbulnya renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian.1
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), dan Dengue Shock Syndrom (DSS).2
II. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B Arthropod borne virus (Arboviruses) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae yang mempunyai 4
jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain. Serotipe
DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan
kasus berat.3
III. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara ASEAN dan
Pasifik Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes, di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.4
Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968,
tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Pada tahun 1993 DBD
telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia dan endemis di banyak kota-kota
besar. Angka morbiditas rata-rata DBD di Indonesia
mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35 orang per 100.000 penduduk
dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.1
Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita, kepadatan
vektor nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi geografi
setempat.1
Pada beberapa negara penularan virus dengue dipengaruhi oleh adanya
musim, jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah
hujan. Jumlah penderita di Indonesia meningkat antara bulan September sampai
Februari dan mencapai puncaknya pada bulan Januari.1
Walaupun demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok umur,
namun terbanyak pada anak di bawah umur 15 tahun. Penderita demam berdarah
dengue di Indonesia terbanyak umur 5-14 tahun.1
IV. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS DBD
Ada dua patofisiologi yang utama pada DBD :
1. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang menghasilkan kebocoran plasma dan
ini menyebabkan hipovolemia, hemokonsentrasi, serta renjatan.
2. Adanya hemostasis yang abnormal melibatkan perubahan pembuluh darah,
trombositopenia, dan koagulopati.
Hemostasis yang abnormal menyebabkan bermacam-macam manifestasi
perdarahan. Penyebab perdarahan pada DBD sangat komplek dan mungkin
melibatkan satu atau lebih dari trombositopenia, kerusakan pembuluh darah kecil,
ganguan fungsi trombosit, dan disseminated intravascular disease (DIC).
Kerusakan trombosit dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu,
pasien dengan trombosit kurang dari 100.000/mm3 mungkin didapat waktu
perdarahan yang memanjang. DIC terjadi pada renjatan berkepanjangan dan berat
serta menyebabkan perdarahan hebat dan irreversible shock dengan prognosis
buruk.1
Replikasi Virus
Agregasi Platelet
Penghancuran
trombosit oleh RES
Trombositopenia
Pelepasan factor 3
trombosit
Aktivasi Factor
Hageman
Koagulopati
Konsumtif
Perdarahan Hebat
V. MANIFESTASI KLINIK
Kinin
Aktivasi komplemen
Plasmin
Anafilatoksin
(C3a dan C5a)
Permeabilitas Vaskuler
Meningkat
Perembesan Plasma
Shock
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga
merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari.4
Gambaran klinis yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Panas
DBD didahului oleh panas tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali).
Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok maka panas
akan turun dan penderita sembuh sendiri.5
2. Tanda perdarahan
a. Perdarahan karena manipulasi
Uji tornikuet / rumple leed test yaitu dengan mempertahankan manset
tensimeter selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie atau
tidak di daerah volar lengan bawah. Sekarang ini banyak dianut RL (+)
tombositopenia,
leukositosis
ringan,
perpanjangan
waktu
3. Hepatomegali
4. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan
-
Akral dingin
Kulit lembab
B. Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (AT <100.000/ul)
2. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau sama
dengan 20% dibandingkan dengan masa konvalesen yang dibandingkan
dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari populasi.
Ditemukannya dua atau tiga patokan klinis pertama disertai
trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat
diagnosis DBD. Dengan patokan ini, 87 % kasus tersangka DBD dapat
didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan oleh pemeriksaan serologis.3
Adanya efusi pleura ( X-ray thoraks atau USG) adalah bukti yang
paling
obyektif
menunjukkan
adanya
kebocoran
plasma,
sementara
Derajat III: Derajad II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) / hipotensi
(tekanan sistolik < 80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab
dan penderita gelisah.
Derajat IV: Derajad III ditambah renjatan berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah yang tidak terukur, dapat disertai
dengan penurunan kesadaran, sianosis dan asidosis.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti infeksi dengue membutuhkan pemeriksaan penunjang,
baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodi-dengue tertentu. Isolasi
virus atau deteksi DENV RNA dalam spesimen serum serotype tertentu, Real
Time Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), dalam fase
akut spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari timbulnya
gejala. Jika virus tidak dapat dipisahkan atau terdeteksi dari sampel ini, fase
convalescent dari spesimen serum diperlukan sedikitnya 6 hari setelah timbul
gejala untuk membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM dengue dengan
IgM antibodi captured enzyme linked Immunosorbent Assay (ELISA MAC).7
VIII. DIAGNOSIS BANDING
DBD bisa didiagnosis banding dengan penyakit yang disertai gejala klinis
demam tinggi mendadak, yaitu dengue fever, demam cikungunya, pharingitis
akut, ISK akut, infeksi susunan saraf akut, malaria, dan proses supurasi.8
IX. KOMPLIKASI6
Beberapa komplikasi DBD yang perlu diwaspadai adalah :
a. Syok ringan/berat, syok berulang
b. Enselophati dengue
Terjadi akibat gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremi, atau
perdarahan. Kemungkinan juga oleh trombosis pembuluh darah otak akibat dari
koagulasi intra vaskuler yang menyeluruh.
c. Kelainan ginjal
Pada syok berat yang tidak teratasi dengan baik dapat terjadi gagal ginjal akut.
d. Efusi pleura
e. Sepsis
X. PENATALAKSANAAN
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi yaitu keadaan umum, renjatan,
kebocoran plasma, perdarahan terutama perdarahan gastrointestinal dan
komplikasi. Pada dasarnya terapi DBD bersifat suportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat
perdarahan.
Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya adalah sebagai berikut :
Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak, terus-menerus, < 7
hari tidak disertai ISPA, badan lemah/lesu
Ada kedaruratan
Jumlah trombosit
< 100.000/ul
Rawat Inap
Jumlah trombosit
> 100.000/ul
Rawat jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai
demam hilang
Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila timbul tanda
syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit
perut, berat hitam, kencing berkurang
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek Darah stabil
Diuresis cukup
(1 ml/kgBB/jam)
Ht Turun
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Ht meningkat
Gelisah
Distres pernafasan
Fre. nadi naik
Ht tetap tinggi/naik
Tek. Nadi < 20 mmHg
Diuresis kurang/tidak
ada
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
Perbaikan
Evaluasi 12-24 jam
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
IVFD stop setelah 24-48 jam
apabila tanda vital/Ht stabil dan
diuresis cukup
Distress pernafasan
Ht Naik
Koloid
20-30 ml/kgBB
Keterangan : 1 CC = 15 Tetes
Perbaikan
Ht turun
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas / Sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Cairan & tetesan disesuaikan
10 ml/kgBB/jam
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
10-20 (max 30) ml/kgBB
Koreksi Asidosis
evaluasi 1 jam
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, Trombosit
Kesadaran menurun
Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan / sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Ht tetap tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB
X. MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
monitoring adalah :
-
Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering sampai syok teratasi.
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis
pasien stabil.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. D
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 14 tahun
Berat badan
: 44 kg
Tinggi badan
: 150 cm
Nama Ayah
: Tn.B
Pekerjaan Ayah
: Guru
Agama
: Islam
Alamat
: Mojolaban, Surakarta
No. CM
: 01 23 xx xx
ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita :
Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Anak lahir dengan
berat badan 3200 gram, lahir spontan, menangis kuat, umur kehamilan 9 bulan,
di bidan. Keguguran tidak pernah, anak lahir meninggal tidak ada, anak
meninggal tidak ada. Ayah dan ibu menikah satu kali. Penderita tinggal satu
rumah dengan ayah, ibu, dan adiknya.
1.
2.
Riwayat mondok di RS
Riwayat alergi
4.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
5.
Riwayat Imunisasi
Jenis
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
6.
I
1 bulan
2 bulan
1 bulan
9 bulan
1 bulan
II
3 bulan
2 bulan
2 bulan
III
4 bulan
3 bulan
-
IV
4 bulan
-
5 bln
6 bln
7 bln
6 bln
9 bln
: baik
Ibu
: baik
Saudara
: baik
11 bln
8.
Pemeriksaan di
: Bidan
Frekuensi
: TM I : 1 x/bulan
TM II: 1 x/bulan
TM III: 2 x/bulan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: lemah, compos mentis, gizi kesan baik
B. Tanda Vital
Tensi
: 110/75 mmHg
Heart rate
: 88 x/menit
Respirasi
Suhu
: 38,2 0C
Berat badan
: 44 kg
: mesocephal
Rambut
Sutura
: sudah menutup
UUB
: sudah menutup
H. Telinga
Telinga dalam batas normal, sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-).
I. Tenggorok
Uvula di tengah, dinding pharynx posterior tenang, tonsil T1-T1, tonsil
hiperemis (-).
J. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-).
K. Thorax
Bentuk normochest, retraksi (-), UKK (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Perkusi
Kiri atas
: SIC II LPSS
Kiri bawah
: SIC IV LMCS
Kanan atas
: SIC II LPSD
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Tympani
Auskultasi
M. Urogenitalia
Dalam batas normal
N. Ekstremitas
Superior :oedem (-/-), luka (-/-), akral dingin (-/-), tremor (-/-), ikterik (-/-),
kuku spoon nail (-/-)
Inferior :oedem (-/-), luka (-/-), akral dingin (-/-), tremor (-/-), ikterik (-/-),
kuku spoon nail (-/-)
Perfusi perifer : < 2
Rumple Leed
: (+)
O. Pemeriksaan Neurologi
Fungsi luhur
Fungsi vegetatif
Fungsi sensorik
Fungsi motorik
5 5
5 5
N N
N N
RF
+2 +2
+2 +2
RP
- - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium darah
Hb
: 13,6 gr/dL
Hct
: 42,4 %
AL
: 5.400 uL
AT
: 49.000 uL
Gol. Darah
:O
GDS
: 102 mg/dl
Na
: 140 mEq/L
: 4,5 mEq/L
Cl
: 102 mEq/L
RESUME
Datang seorang penderita anak laki-laki umur 14 tahun, BB: 44
kg, TB : 150 cm dengan keluhan panas. Sejak 4 hari SMRS , badannya
panas tinggi mendadak, terus menerus sepanjang hari, diberi obat penurun
panas, panas hanya turun sebentar kemudian timbul lagi. Sejak 4 hari SMRS
penderita juga batuk pilek. Batuk tidak berdahak dan tidak disertai sesak
nafas. Nyeri menelan tidak didapatkan. Selama sakit, penderita sudah 6 kali
muntah, isi makanan, kurang lebih gelas belimbing setiap kali muntah.
Penderita juga mengeluh pusing, mual, nafsu makan berkurang, nyeri perut,
dan pegal-pegal di seluruh tubuh. Mimisan (-), muntah darah (-), berak
darah (-), bintik-bintik merah (-). Sejak sakit penderita makan dan minum
hanya sedikit. BAB tidak ada keluhan. BAK juga tidak ada keluhan.
Tensi
: 110/75 mmHg
Heart rate
: 88x/menit
Respirasi
Suhu
: 38,20C
Kulit
: UKK (-)
Mata
Hidung
Tenggorok
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Urogenital
Ekstremitas
Lemak
Protein
Medikamentosa
- IVFD Nacl 0,9 % : Dekstrosa 5 % (1:3) 2 cc / KgBB / jam 25 tpm
makro.
- Paracetamol 500 mg (k/p)
Dokter : Paksi Suryo
R/
No I
Infus Dekstrosa 5 % fl
No III
No I
Iv catheter no.22
No I
S imm
R/
No.X
S prn (1 - 3) dd tab 1
Pro : An. D (14 th)
PLANNING
-
BAB III
1. Simpulan
Pasien An. D (14 th) datang dengan panas mendadak tinggi sejak 4 hari
SMRS. Panas tinggi terus menerus sepanjang hari. Dengan obat, panas turun
tapi tak berapa lama panas timbul kembali. Batuk (+) dan pilek (+) sejak 4
hari SMRS, pusing (+), mual (+), nafsu makan berkurang (+), nyeri perut
(+), dan pegal-pegal di seluruh tubuh (+). Muntah (+) 6x berisi makanan @
gelas. Mimisan (-), muntah darah (-), berak darah (-), bintik-bintik merah
(-). makan dan minum hanya sedikit. Riwayat tetangga terkena DBD (+).
Pemeriksaan fisik: KU lemah, Tanda Vital Tensi : 110/75 mmHg, Nadi : 88
x/menit, reguler, isi cukup, simetris kanan-kiri, Respirasi : 24 x/menit,
reguler. Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (+) di epigastrium, hepar
teraba 1 cm di bawah arcus costa dextra, 3 cm di bawah Proc. Xyphoideus.
Rumple leed (+). Pemeriksaan Penunjang: AT: 49.000. Diagnosis kerja:
DHF grade I dd Dengue Fever.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
2. Saran
Non Medikamentosa
a. Masuk Rumah sakit untuk observasi demam
b. Bedrest tidak total
c. Diet 2600 kalori
Karbohidrat
Lemak
Protein
Medikamentosa
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
Antipiretik9
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan
efek antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
a. Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri
ringan
sampai
sedang
dengan
cara
menghambat
antireumatik.
Parasetmaol
merupakan
penghambat
DAFTAR PUSTAKA