Anda di halaman 1dari 19

MUHAMMADIYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS

KEUMATAN, KEBANGSAAN, DAN


KEMANUSIAAN UNIVERSAL

Bismillahirrahmanirrahim
1

Muhammadiyah senantiasa bergerak dalam lingkungan umat, bangsa,


dan dunia kemanusiaan universal yang sarat dinamika, masalah, dan
tantangan aktual yang kompleks dengan keniscayaan melakukan ikhtiar
mencermati, mengantisipasi, dan memberikan solusi strategis dalam
bingkai Islam berkemajuan menuju pencerahan peradaban. Diturunkan
dari hasil m Muktamar ke-47

di Makassar, maka dalam Musyawarah

Wilayah ini Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bengkulu menyampaikan


isu-isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal
sebagai berikut:

A.

ISU-ISU LOKAL
1. Isu Narkoba
peredaran narkoba masih menjadi hal berbahaya yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Masyarakat Bengkulu harus
mewaspadai masuknya peredaran narkoba tersebut yang
dinilai sudah sangat mengancam di tingkat lokal di bengkulu.
Bahkan

perederan

narkoba

setingkat

dengan

bahaya

terorisme. isu narkoba saat ini juga tidak boleh dianggap


sebelah mata karena menjadi ancaman dan merugikan
seluruh

pihak.

Muhammadiyah

Bengkulu

mendukung

sepenuhnya hukuman mati untuk pengedar Narkoba.

Tapi

bukan untuk pengguna karena pengguna adalah korban.


Muhammadiyah

juga

mendukung

menolak

semua

grasi

hukuman mati terpidana narkoba. Alasannya bahwa Narkoba


sudah kita ketahui bersama bagaimana dampak bahayanya.
Narkoba dapat merusak jiwa dan akal seseorang. Berbagai
efek

berbahaya.

Para

ulama

sepakat

haramnya

mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan darurat.


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Narkoba sama halnya
dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat
2

menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak


memabukkan (Majmu Al Fatawa, 34: 204).
Dalil yang mendukung haramnya narkoba:
Pertama: Allah Taala berfirman,

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (QS. Al Arof:
157). Setiap yang khobits terlarang dengan ayat ini. Di antara
makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.
Dengan demikian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bengkulu
menyatakan dengan tegas bahwa akan memerangi secara pro
aktif dengan menggunakan Dakwah sebagai sarananya.
Memerangi

Narkoba

harus

pada

semua

tingkatan

baik

wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting dengan bekerjasama


dengan pihak yang terkait seperti BNN dan kepolisian.
2. Sex Bebas dan Perilaku Sex Menyimpang
Dengan perkembangan tekonologi informasi saat ini membuat
segala informasi tidak terbatas baik yang positif dan negatif.
Salah satu dampak dari globalisasi adalah banyak beredarnya
informasi dari budaya barat tentang hubungan bebas antara
laki-laki dan perempuan dalam media-media informasi seperti
Media Koran, Televisi dan internet. Dampak nyata dari hal
tersebut

meningkatnya

ditengah

masyarakat

Bengkulu

pergaulan bebas antara-antara laki-laki dan perempuan yang


kita kenal beersama dengan sex bebas. Selain sex

bebas,

terdapat isu lainnya yang berkembang di Povinsi Bengkulu


tentang perilaku sex menimpang seperti Homo Seual, Lesbian
Sadisme dan lain-lainnya. Hal-hal demikian tentunya perlu di
sikapi

secara

tegas

oleh

masyarakat

termasuk Muhammadiyah Wilayah Bengkulu.

dan

pemerintah

Hal demikian menjadi isu penting pada tingkat lokal bengkulu


dimana kita sadari bahwa Islam datang untuk umat manusia
di bumi sebagai petunjuk dan pedoman bagi senegap umat
manusia. Kalau boleh mengatakan, ajaran Islam sebetulnya
mengandung nilai-nilai universal yang bukan hanya baik untuk
dianut kepada setiap pemeluknya, tetapi juga setiap manusia.
Islam dengan petunjuk Al Quran memberikan aturan-aturan
hidup agar manusia bisa hidup lebih teratur dan baik.
Demikian halnya masalah seks bebas, problem ini sebetulnya
sudah diatur Islam 14 abad yang lalu jauh sebelum istilah
"seks

bebas"

muncul

ke

permukaan.

Menurut

definisi

bahasanya, pengertian seks bebas adalah hubungan seksual


yang dilakukan secara bebas tanpa dilandasi sebuah aturan
atau hukum yang mengaturnya. Definisi seks bebas muncul
dari

merebaknya

perilaku

seks

kalangan

remaja

yang

melakukan hubungan intim di luar pernikahan yang sah,


bahkan cenderung berganti pasangan tanpa peduli dampak
yang diakibatkan, baik dampak kesehatan, dampak sosial,
dampak psikologis, dampak spiritual, dan dampak-dampak
berbahaya lainnya akibat seks bebas.
Gejala ini sudah ada jauh sebelum istilah seks bebas dan
perilaku menyimpang itu sendiri muncul di berbagai literasi
modern. Dalam Islam, sebuah hubungan intim atau hubungan
seksual sangat diatur dengan ketat sehingga setiap hubungan
intim harus melalui proses yang sakral dan legal, yaitu
pernikahan. Muhammadiyah perlu mendukung tentang Hukum
Pidana Islam Terhadap Pasal 483 RKUHP yang Mengatur Zina
Lajang (2013), hubungan seksual merupakan hubungan yang
suci sehingga harus dilakukan melalui upaya-upaya sakral dan
harus diwadahi dalam lembaga yang sakral pula, yaitu
lembaga pernikahan. Secra tegas Muhammadiyah menolak
atas budaya sex bebas dan perilaku sex menyimpang dan

berperan aktif dalam meminimalisasinya melalui dakwah


pencerahan.

3. Tingkat Kriminalitas Bengkulu


Tingginya angka kejahatan atau kriminalitas di Bengkulu
seperti

perampokan,

menyebabkan

pembunahan

masyarakat

resah.

dan

pencurian

Tinggingnya

angka

kriminalitas ini menyebabkan elemen masyarakat untuk


mengambil sikap dan bekerjasama dengan kepolisian dalam
upaya pencegahan. Pada sisi lain, pelaksanaan hukum masih
memiliki banyak kelemahan atau kekurangan. Paling tidak ada
tiga

faktor

signifikan

yang

melatarbelakangi

kelemahan

tersebut, yakni: Pertama Produk Hukum, Kedua Penegak


Hukum, dan ketiga Sanksi (Hukuman).
Untuk itu muhammadiyah selain membantu dalam mencegah
tinggainya

angka

krimalitas

juga

mendukung

menolak

peradilan hukum positif mengalami banyak penyelewengan


dan pelanggaran hukum. Penyelewengan itu justru dilakukan
aparat penegak hukum (Jaksa dan Hakim) yang bermain mata
dengan pihak-pihak tertentu yang menginginkan kasusnya
dimenangkan atau diringankan. Praktik jual beli putusan
pengadilan berjangkit di mana-mana, sehingga kerapkali kita
dengar sindiran sinis mafia peradilan. Tentu berbeda halnya
dengan hukum Islam. Hukum

Islam ditegakkan pada siapa

saja tanpa pandang bulu, pejabat, politikus,

pengusaha,

aparat penegak hukum, dan sebagainya. Dalam Islam, rasa


takwa kepada Allah melahirkan penegak hukum yang jujur
dan adil. Allah SWT. berfirman:




Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang


benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan (QS an-Nisaa : 135).

4. Memerangi Korupsi
Korupsi telah membudaya dalam setiap aktifitas masyarakat
di

Indonesia

muhammadiyah

termasuk
Wilayah

di

Provinsi

Bengkulu

Bengkulu.

atas

Korupsi ini tegas untuk memeranginya.


Di dalam Al-Quran terdapat beberapa

Sikap

membudayanya
istilah

rujukan

mengenai korupsi. Di dalam ayat yang kita bahas ini Q.s.


3:161, korupsi disebut ghulul. Secara harfiah, ghulul berarti
pengkhianatan terhadap amanah. Karena inti korupsi adalah
penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi, atau
pencurian melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati
kepercayaan. Selain itu dalam Al-Quran korupsi disebut
dengan kata al-suht (Q.s. al-Maidah: 42, 62, 63). Al-Suht
didefinisikan oleh sahabat Nabi SAW Abdullah ibn Masud ra
(w.32 H) sebagai menjadi perantara dengan menerima
imbalan antara seseorang dengan pihak penguasa untuk
suatu kepentingan (Ahkam Al-Quran al-Jasshash, vol.4/84).
Khalifah Umar ibn al-Khattab ra (w.24 H) mengemukakan alsuht adalah bahwa seseorang yang memiliki pengaruh di
lingkungan sumber kekuasaan menjadi perantara dengan
menerima

imbalan

bagi

orang

lain

yang

mempunyai

kepentingan sehingga si penguasa meluluskan keperluan


orang itu.
Dalam hadis-hadis Nabi SAW juga sangat banyak rujukan
mengenai korupsi, baik menyangkut jenis-jenis korupsi seperti
risywah (penyuapan), penerimaan hadiah oleh para pejabat,
penggelapan dan lain-lain, maupun menyangkut kebijakan
dan strategi Nabi SAW dalam memberantas korupsi.
Mengomentari hadis larangan menerima hadiah bagi pejabat,
Imam al-Syafii (w.204 H) dalam kitab al-Umm (vol.2/63)
menulis, Apabila seorang warga memberikan hadiah kepada
pejabat, maka jika hadiah itu dimaksudkan untuk memperoleh
melalui pejabat itu- suatu hak atau yang batil, maka haram
atas pejabat itu menerima hadiahnya. Itu karena haram
atasnya

mempercepat

pengambilan

hak

yang

belum

waktunya untuk kepentingan orang yang ia menangani


urusannya

(dengan

terima

imbalan)

karena

Allah

mewajibkannya mengurus hak tersebut, dan haram pula


atasnya mengambilkan suatu yang batil untuk orang itu dan
imbalan atas pengambilan suatu yang batil itu lebih haram
lagi. Demikian pula haram atasnya jika ia menerima hadiah itu
agar ia menghindarkan pemberi hadiah dari sesuatu yang
tidak disukai. Adapun jika ia dengan menerima hadiah itu
bermaksud

menghindarkan

pemberi

hadiah

dari

suatu

kewajiban yang harus ditunaikannya, maka haram atas


pejabat itu menghindarkan si pemberi hadiah dari kewajiban
yang harus dilakukannya.
Fatwa al-Syafii itu gamblang mengharamkan segala bentuk
hadiah (gratifikasi) atas pejabat dengan motif-motif berikut, a)
si pemberi mendapatkan haknya lebih cepat dari waktunya
yang semestinya, b) si pemberi memperoleh suatu yang batil
seperti kasusnya dimenangkan atau dibebaskan dari tuntutan
hukum padahal bukti menunjukkan sebaliknya, c) si pemberi
dibebaskan dari sebagian kewajiban yang harus ia tunaikan
seperti
7

pajak

yang

nilainya

dikecilkan

dari

aslinya,

d)

pemerasan di mana si pemberi dipaksa menyuap guna


mencegah

kerugian

yang

akan

mengancam

diri

dan

kepentingannya.
Termasuk korupsi adalah segala tindakan penggunaan uang
pelicin oleh seseorang, meski secara ril tidak merugikan
keuangan Negara dan rakyat, akan tetapi tindakan itu
mengakibatkan lumpuhnya penegakan hukum. Di antara
ulama yang keras mengharamkannya adalah Ibnu Taymiah.
Beliau kemukakan hal ini dengan landasan hadis yang
melaporkan kisah anak muda yang bekerja pada sebuah
keluarga dan berselingkuh dengan istri majikannya. Untuk
menghindari pengaduan sang majikan dan penerapan sanksi
terhadapnya, ayah anak muda itu menghadiahkan 100 ekor
kambing dan seorang pelayan sebagai uang damai atas
kelakuan anaknya. Perkara itu sampai juga kepada Rasulullah
SAW, lalu beliau perintahkan agar harta itu dikembalikan dan
para pihak yang berselingkuh dihukum sesuai aturan yang
berlaku. (Majmu al-Fatawa, vol.27/202-203). Adapun hukuman
untuk koruptor adalah Tazir, dari yang paling ringan dengan
kurungan

penjara,

memasukkannya

lalu

dalam

memecatnya
daftar

orang

dari

jabatan

tercela

dan

(tasyhir),

penyitaan harta untuk Negara, hingga hukuman mati, sesuai


besar kecilnya jumlah yang dikorupsi dan dampaknya bagi
masyarakat.
B.

ISU-ISU KEUMATAN
1. Tolerensi dan Keberagaman
Perkembangan mutakhir menunjukkan gejala meningkatnya
perilaku

keberagamaan

yang

ekstrim

antara

lain

kecenderungan mengkafirkan pihak lain (takfiri). Di kalangan


umat Islam terdapat kelompok yang suka menghakimi,
menanamkan kebencian, dan melakukan tindakan kekerasan
terhadap kelompok lain dengan tuduhan sesat, kafir, dan
8

liberal. Kecenderungan takfiri bertentangan dengan watak


Islam yang menekankan kasih sayang, kesantunan, tawasuth,
dan toleransi.
Sikap mudah mengkafirkan pihak lain disebabkan oleh banyak
faktor antara lain cara pandang keagamaan yang sempit,
miskin wawasan, kurangnya interaksi keagamaan, pendidikan
agama yang eksklusif, politisasi agama, serta pengaruh
konflik politik dan keagamaan dari luar negeri, terutama yang
terjadi di Timur Tengah. Mencermati potensi destruktif yang
ditimbulkan oleh kelompok takfiri, Muhammadiyah mengajak
umat Islam, khususnya warga Persyarikatan, untuk bersikap
kritis

dengan

berusaha

membendung

perkembangan

kelompok takfiri melalui pendekatan dialog, dakwah yang


terbuka, mencerahkan, mencerdaskan, serta interkasi sosial
yang

santun.

Muhammadiyah

memandang

berbagai

perbedaan dan keragaman sebagai sunnatullah, rahmat, dan


khazanah intelektual yang dapat memperkaya pemikiran dan
memperluas wawasan yang mendorong kemajuan. Persatuan
bukanlah kesatuan dan penyeragaman tetapi sinergi, saling
menghormati

dan

bekerjasama

dengan

ikatan

iman,

semangat ukhuwah, tasamuh, dan fastabiqu al-khairat. Dalam


kehidupan

masyarakat

dan

kebangsaan

yang

terbuka,

Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk mengembangkan


sikap beragama yang tengahan (wasithiyah, moderat), saling
mendukung

dan

memperkuat,

serta

tidak

saling

memperlemah dan meniadakan kelompok lain yang berbeda.

2. Pemahaman Substansi Agama


Perkembangan

teknologi

telekomunikasi

dan

transportasi

menciptakan perubahan besar terhadap tradisi, gaya hidup,


dan

pola

keberagamaan

dalam

masyarakat.

Di

antara

dampaknya adalah mudahnya pengaruh dari tempat lain, baik


9

positif maupun negatif, masuk ke negeri ini hingga ke


berbagai daerah terpencil. Tradisi baca, orientasi seksual,
model

berpakaian,

hubungan

pola

kekeluargaan

komunikasi

antara

(kawin-cerai),

manusia,

hedonism,

serta

interaksi lawan jenis dan tua-muda adalah beberapa contoh


dari perubahan sikap yang kadang dipengaruhi oleh arus
globalisasi.
Keberagamaan pada sebagian kalangan cenderung menjadi
bagian lifestyle dan performance daripada kesadaran spiritual.
Muhammadiyah memandang Islam sebagai jalan hidup (way
of life) dan filosofi hidup, bukan sekadar gaya hidup. Esensi
dari Islam lebih penting daripada performative-nya. Esensi
dari agama yang substantif antara lain terwujud dalam
kesalihan diri dan kesalihan sosial, melakukan pengentasan
kemiskinan dan keterbelakangan, pemberantasan korupsi,
hidup

bersahabat

dengan

umat

lain,

dan

sikap

saling

tolongmenolong. Karena itu, Muhammadiyah menganjurkan


kepada warganya untuk menekankan pentingnya esesnsi dan
substansi Islam, bukan pada unsur lifestyle dan performative.

Tidak kalah pentingnya adalah dakwah islamiah dijadikan


ladang

penghasilan

sebahagian
persepsi

berubah

substansi

oleh

beberapa

menjadi
agama

pihak.

selibriti
dan

yang

ajaran

Profil

dai

mengubah

islam.

Peran

Muhammadiyah untuk bisa mengembalikan kembali posisi dai


sebagai

penyempai

risalah

islam

secara

utuh

melalaui

pendakwah yang handal dan tidak berorientasi selibritisme.

3. Antisipasi Kristenisasi dan Liberalisme


Kristenisasi, Liberalisme dan singkritisme adalah isu yang di
propagandakan untuk Jangka Panjang di Indonesia termasuk
10

di

Bengkulu.

Lokus

pengembangannya

meliputi

bidang

ekonomi, pendidikan, politik, informasi, hukum. Kristenisasi


dan Liberilisasi Bangsa Indonesia dalam masa 20-50 tahun
dengan jalan salah satu. Memperbanyak sekolah-sekolah
Kristen dan ajaran liberal pada sekolah umum. Untuk itu peran
Muhammadiyah dalam hal pendidikan harus menjurus kepada
antisipasi

ajaran

dan

pemikiran

tersebut.

Selain

itu

Muhammadiyah harus bisa menyaiapkan program sbagai


tindakan preventif di bidang ekonomi, pendidikan, politik,
informasi, hukum untuk mengantisipasi Pemurtadan dari
kristenisasi

dan

pendangkalan

aqidah

melalai

liberlisasi

agama.
Banyak sekali kasus-kasus di Indonesia dan lokal Bengkulu
yang

sudah

terujadi.

Ada

aksi

pemurtadan

dengan

menerbitkan, mengeluarkan kaset-kaset, stiker-stiker, bukubuku yang seolah-olah bernuansa Islam. Dalam rangka
berjaga-jaga (tindakan preventif), informasi tentang kasuskasus (Fakta Aksi Pemurtadan dan liberilisasi ) perlu lebih
disebar-luaskan melalui media Islam (baik cetak maupun
elektronik). Melakukan pertahanan ( wa jaadil-hum billatii hiya
ahsan, QS "Ankabuut 29:46) melalui media cetak non-Islam
sendiri, dan dengan menerbitkan, mengeluarkan kaset-kaset
Antisipasi Kegiatan Pemurtadan dan liberilisasi Agama.

4. Peningkatan Daya Saing Umat Islam


Di dunia Islam, Indonesia sering dibanggakan sebagai negara
dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Namun
dalam kancah internasional, peran umat Islam Indonesia
masih belum sebanding dengan jumlahnya yang besar. Dalam
batas tertentu umat Muslim Indonesia kadang merasa rendah
11

diri di hadapan umat Islam lain, merasa kalah dalam otoritas


keagamaan dibandingkan umat dari daratan Arabia, Pakistan,
bahkan Malaysia.
Dalam organisasi-organisasi Islam tingkat dunia tidak tampil
tokoh Muslim Indonesia yang menonjol dan menentukan.
Muslim Indonesia seolah majority with minority mentality atau
inferiority

complex,

pengaruh

dari

mempengaruhi.

sehingga

luar

dan

Sesuai

sering

tidak

ajaran

mudah

menjadi
Islam,

menerima

subjek

yang

Muhammadiyah

memandang bahwa tidak ada perbedaan antara orang Arab


dan orang ajam (luar Arab) dalam hal keimanan, otoritas
keagamaan, serta kedudukan dan peran kemanusiaan.
Muhamadiyah menganjurkan agar umat Islam Indonesia
berperan lebih aktif di tingkat internasional dan berkompetisi
dengan umat Islam lain. Di antara kunci peningkatan peran
penting tersebut adalah penguasaan bahasa asing terutama
Arab dan Inggris, serta penyebaran khazanah Islam Indonesia
ke dunia luar. Upaya tersebut dapat dilakukan apabila
institusi-institusi pendidikan di lingkungan Muhammadiyah
meningkatkan

kemampuan

Bahasa

asing

bagi

warga

Muhammadiyah dan menerjemahkan karya-karya keislaman


utama dari tokohtokoh umat Islam Indonesia ke bahasa asing
untuk kemudian mendistribusikannya secara luas.

C.

ISU-ISU KEBANGSAAN
1. Keberagaman Yang Toleran
Bangsa

Indonesia

adalah

bangsa

yang

religius

dengan

ketaatan beribadah dan toleransi yang tinggi. Tradisi toleransi


mengakar kuat dalam sikap dan perilaku saling menghormati
dan bekerjasama di antara pemeluk agama yang berbeda.
Namun akhir-akhir ini terdapat gejala melemahnya budaya
12

toleransi

di

Indonesia

yang

ditandai

oleh

menguatnya

ekstrimisme di hampir semua kelompok seperti tindakan


penyerangan tempat ibadah dan kekerasan atanama agama
yang seringkali terjadi di sejumlah tempat. Selain karena
faktor penegakan hukum yang lemah dan kondisi sosial yang
rawan, tumbuhnya ekstrimisme keagamaan juga disebabkan
oleh memudarnya budaya toleransi.
Oleh

karena

Pemerintah

itu
dan

diperlakukan
kekuatan

usaha

komprehensif

masyarakat

madani

dari
untuk

memperkuat budaya toleransi sebagai bagian dari karakter


masyarakat Indonesia. Usaha memperkuat toleransi tidak
cukup dengan memperbanyak aturan formal yang kaku, tetapi
menyemai dan menumbuhkan kembali nilai-nilai toleransi,
Bhinneka

Tunggal

Ika,

dan

agama

berbasis

keluarga,

organisasi kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan formal


disertai keteladanan para tokoh agama dan elite bangsa.
tetapi

menyemai

dan

menumbuhkan

kembali

nilai-nilai

toleransi, Bhinneka Tunggal Ika, dan agama berbasis keluarga,


organisasi kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan formal
disertai keteladanan para tokoh agama dan elite bangsa.

2. Partisipasi Pemberdayaan Kelompok Difabel


Keberadaan

kaum

difabel

(difable,

different-ability)

merupakan realitas sosial yang serius dengan jumlah sangat


besar di Indonesia. Komunitas difabel merupakan kelompok
yang memiliki kemampuan berbeda, sebagian karena bawaan
sejak lahir dan sebagian lainnya karena masalah kesehatan,
usia, kecelakaan, dan sebab-sebab lainnya.
Fakta menunjukkan bahwa kaum difabel belum mendapatkan
perhatian dan pelayanan yang baik oleh masyarakat dan
Pemerintah. Sebagian masyarakat memandang difabilitas
sebagai kutukan Tuhan, hukum karma, aib sosial, beban
13

ekonomi, dan pandangan negatif lainnya. Kaum difabel masih


mengalami

marginalisasi,

alienasi,

ekslusi,

serta

tindak

kekerasan baik fisik, verbal, sosial, maupun spiritual. Fasilitas


pelayanan publik seringkali kurang memperhatikan keadaan
dan kebutuhan kaum difabel. Karena itu diperlukan komitmen
dan

kepedulian

masyarakat

dan

Pemerintah

untuk

memperhatikan, memihak, melayani, dan melidungi kaum


difabel sehingga mereka mendapatkan hak azasinya sebagai
insan Tuhan dan warga negara Indonesia yang mulia.
Jaminan konstitusional dan pemenuhannya secara bersunguhsungguh sangat bermakna bagi kaum difabel terutama dalam
bidang pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, hukum, dan
sosial.

Ketersediaan

fasilitas

publik

yang

mengakomodir

kebutuhan kaum difabel dan perilaku sosial yang ramah


merupakan keniscayaan agar mereka dapat lebih mandiri,
bertanggung jawab, dan tidak menjadi beban sosial. Visi
pelayanan terhadap kaum difabel dibangun di atas pandangan
positif bahwa Allah Yang Maha Kuasa menciptakan semua
manusia

dengan

sempurna,

mereka

memiliki

potensi,

keunggulan, dan sifat-sifat utama. Pelayanan kaum difabel


dikembangkan di atas visi dan sistem pemberdayaan yang
memungkinkan mereka mengembangkan dan mengaktualkan
kemampuan dirinya serta berkesempatan untuk berbakti dan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan kebangsaan
secara wajar dan tanpa diskriminasi sebagaimana warga
negara lainnya.

3. Membangun Budaya Siap Bencana


Indonesia secara umum dan Proinsi Bengkulu secara khusus
merupakan negara yang rawan bencana. Secara alamiah,
Indonesia memiliki gugusan gunung berapi, sungai-sungai
besar, tanah dan laut yang luas beserta kandungan kekayaan
14

yang ada di dalamnya. Keindahan dan kekayaan alam


Indonesia merupakan rizki Allah dan modal ekonomi yang
potensial

jika

bertanggung

dikelola
jawab

dengan
sehingga

cerdas,
dapat

beradab,

dan

mendatangkan

kemakmuran bangsa. Bersamaaan dengan itu, keadaan dan


potensi alam Indonesia dapat pula mendatangkan musibah
alam yang merobohkan bangunan fisik dan merenggut ribuan
jiwa sebagaimana dalam peristiwa musibah gunung berapi,
tanah longsor, banjir, gempa bumi, dan bencana alam lainnya
yang terjadi berkali-kali di negeri ini.
Sebagian musibah itu terjadi karena kehendak Allah yang
tidak

mungkin

dicegah

oleh

manusia,

tetapi

sebagian

besarnya justeru terjadi karena ulah manusia (man-made


disaster).

Walaupun

seringkali

terjadi,

bangsa

Indonesia

terlihat gugup dan gagap menghadapi bencana. Selain karena


perilaku biadab terhadap alam, bencana alam juga terjadi
karena pandangan yang keliru terhadap alam, teologi bencana
yang fatalistis, minimnya pemahaman terhadap tabiat dan
perilaku alam, serta rendahnya kesadaran dan ketahanan
bencana. Sesuai kondisi alamnya, Indonesia seharusnya
tanggap,

tangguh,

dan

tangkas

menghadapi

bencana.

Sebagai negara yang akrab dengan bencana, Indonesia


seharusnya tampil memimpin dan unggul dalam mitigasi,

4. Membangun Masyarakat Ilmu


Rendahnya Budaya ilmu ditandai oleh rendahnya budaya
baca, gemar mencari ilmu, produktivitas karya ilmiah, dan
kreativitas teknologi. Karena lemahnya budaya ilmiah, bangsa
Indonesia

tidak

semaksimal

mampu

mungkin,

mengeksplorasi
membangun

kekayaan

keadaban

alam
publik,

melahirkan produk budaya yang unggul, dan menggunakan


teknologi secara produktif. Kelemahan dalam budaya keilmuan
15

juga menyebabkan sebagian warga bangsa sering bertindak


tidak rasional, primordian yang sempit, dan beragam perilaku
klenik atau mistis yang mematikan akal sehat. Padahal sebuah
bangsa tidak akan maju dan mampu bersaing dengan
bangsabangsa lain jika tidak menguasai ilmu pengetahuan
dan budaya keilmuan yang tinggi. Bangsa Indonesia perlu
membangun

keunggulan

dengan

mengembangkan

masyarakat ilmiah melalui budaya baca, menulis, berpikir


rasional,

bertindak

menggunakan

strategis,

teknologi

bekerja

untuk

hal-hal

efisien,

yang

dan

positif

dan

produktif. Keluarga dapat dijadikan institusi dini yang sangat


efektif untuk mengembangkan budaya keilmuan. Pemerintah
dan masyarakat hendaknya menghapuskan praktik hidup
mistis dan irrasional yang menghambat kemajuan dengan
mendorong

pengembangan

ekonomi

berbasis

ilmu

(knowledge-based economy), dan masyarakat ilmiah berbasis


pendidikan holistic yang mencerahkan. Pemerintah juga harus
memperbanyak fasilitas yang dapat memudahkan masyarakat
mengakses pendidikan dan memperluas budaya keilmuan
antara lain berupa perpustakaan publik di seluruh pelosok
tanah

air,

dengan

memanfaatkan

anggaran

pendidikan

nasional yang cukup besar. Muhammadiyah dan segenap


komponen umat Islam harus berada di garis depan dalam
mengembangkan budaya keilmuan agar menjadi kekuatan
strategis dalam dinamika kehidupan kebangsaan.

D.

ISU-ISU KEMANUSIAN DAN GLOBAL


1. Kesiapan Dalam AFTA dan MEA
Perusahaan dan organisasi internasional yang berinvestasi
pada tingkat lokal diasumsikan membantu roda perekonomian
dengan terbukanya lapangan kerja baru. Namun kadangkala
ditemui

16

banyak

hal

ketidaksiapan

suatu

daerah

dalam

menyediakan SDM Muhammadiyah yang memadai untuk


organisaasi kegaagamaan dan non keagamaan internasional
ini. Ketidaksiapan dalam mengisi tempat dan posisi penting
dalam perusahaan internasional tersebut menjadikan SDM
Indonesia sebatas staf dan tenaga kerja kasar dengan standar
gaji minimal. Akibatnya kontribusi terhadap peningkatan
dakwah pencerahan yang digagas di Muktamar 47 tanggapun
tidak terlalu signifikan.
Solusi komprensif harus dilakukan dalam rangka dengan
melakukan

rebuilding

parsyarikatan.
warganya

kompetensi

Muhammadiyah

dalam

global

harus

peningkatan

bisa

kualitas

di

dalam

membantu

SDM

khusus

ketrampilan berbahasa dan ICT, baik untuk perencanaan


pendidikan

dan

pelatihan

yang

bersifat

masal.

Apalagi

Indonesia ikut serta dalam perjanjian kerjasama regional


dimana SDM asing bisa bebas bekerja dalam grid wilayah
regional tersebut.
Saat ini Indeks kompetensi Indonesia menempati urutan ke50, rendah dari Singapura, Malaysia dengan rangking 20, dan
Thailand rangking 30. Hal ini menunjukan bahwa SDM
indonesia akan kalah bersaing dalam pelaksanaan AFTA pada
desember 2015. SDM indonesia termasuk di Bengkulu dalam
hal kualifikasi dan kepemilikan ketrampilan global masih
sangat minim seperti yang dijelaskan sebelumnya. Ketika
diberlakukan beberapa kerjasama regional ada kemungkinan
terjadi

penjahahan

yang

bersifat

sosial,

pemikiran

dan

ekonomi dimana SDM kita akan jadi anak buah/Budak dengan


banyaknya SDM asing di negeri sendiri

2. Perlindungan Kelompok Marginal


Berbagai peristiwa diskriminasi terhadap minoritas terjadi di
berbagai belahan dunia. Kelompok minoritas etnis, agama, ras
17

dan

budaya

seringkali

mendapat

tekanan,

intimidasi,

diskriminasi, dan kekerasan oleh kelompok mayoritas. dari


kelompok mayoritas. Minoritas tidak hanya dalam bidang
agama, tapi juga kelompok yang termarjinalkan atau menjadi
sub-ordinasi secara sosial seperti para buruh, gelandangan,
kelompok difable, dan sebagainya. Berbagai perilaku negatif
seperti rasisme, bahkan pembersihan etnis masih terus terjadi
di beberapa negara. Jika diskriminasi dari mayoritas terhadap
minoritas ini tidak dihentikan, maka dunia akan terus dipenuhi
dengan kekerasan. Ketika yang minoritas menjadi kelompok
besar, maka mereka akan bergantian menindas yang kecil.
Maka

mata

rantai

Muhammadiyah

diskriminasi

memandang

bahwa

ini

harus

ukhuwah

diputus.
insaniyah

sebagaimana terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Hujarat


ayat 13 menjunjung tinggi kemanusiaan universal tanpa
memandang

latar

belakang

etnis,

agama,

dan

unsur

primordial lain sebagai bagian penting dari ajaran Islam.


Kehadiran Islam merupakan rahmat bagi semesta alam.
Berpijak pada Sunnah Nabi, Muhamadiyah juga memandang
bahwa golongan yang besar atau mayoritas harus selalu
melindungi

dan

menyayangi

yang

kecil

dan

minoritas.

Demikian pula sebaliknya, kelompok yang kecil atau minoritas


harus menghormati yang besar dan mayoritas. Karena itu,
Muhammadiyah menganjurkan kepada seluruh institusi yang
ada dibawahnya untuk selalu menjadi pelindung terhadap
kelompok minoritas yang tertindas.

3. Pemafantan Teknologi Informasi


Berkembangnya teknologi dengan segala bentuk informasinya
telah menyentuh semua aspek kehidupan manusia, dunia
menjadi tidak terbatas. Suatu saat manusia bisa melihat
jalanan di New York, berapa menit kemudian pindah ke Tokyo
18

untuk melihat gudung-gedung disana dan beberapa menit


kemudian bisa sampai ke Jakarta untuk melihat kawasan
kumuh,

hanya

dengan

mengklik

mouse

dengan

memanfaatkan Google Earth atau Bing Map. Bermunculan


kemudahan-kemudahan dalam bentuk hardware atau software
yang digunakan dari hal yang sederhana sampai memecahkan
masalah yang komplek. Hal demikian menunjukan bahwa
sekarang kita berada dalam kedinamisan perkembangan
zaman dengan segala bentuk teknologinya.
Zaman ini adalah era dengan dinamika yang sangat tinggi,
ruang dan waktu seakan tidak menjadi halangan lagi untuk
aspek-aspek kehidupan manusia. Satu diantaranya yang
sangat

responsif

informasi
pengelolaan

terhadap

adalah

aspek

organisasi

perkembangan
yang

teknologi

berhubungan

termasuk

dan

dengan

parsyarikatan

Muhammadiyah. Percepatan dalam manajemen organisasi


dengan dukungan IT pun tidak bisa di tahan, Maka dalam hal
ini sebagai organissi modern Muhamadiyah perlu siap dengan
perubahan manajemen yang berbasiskan IT. Gerakan dakwah
menjurus kepada Dakwah Virtual yang menjadikan Knowladge
IT sebagai basisnya.

19

Anda mungkin juga menyukai