Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah
dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar)
menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah.
Perintah untuk bersabar, adalah untuk menahan diri dari keingingan 'keluar' dari
komunitas orang- orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah
sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama
dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT. Sedangkan dari segi istilahnya, sabar
adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh
kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima
ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al- Khowas,
bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga
sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang
seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak
sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad
adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).
Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya
yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga
berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang
lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an. Dalam al-Qur'an banyak sekali ayatayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali
disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim
maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang
Allah tekankan kepada hamba-hamba- Nya.
Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi
beberapa macam;
Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2 :
153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar
dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang
serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an.
Diantaranya adalah dalam QS.3 : 200 , 16 : 127 , 8 : 46 , 10 :109 , 11 : 115 dsb.
Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. AlAhqaf/ 46 : 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka..."
Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2 : 177:
"...dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa."
Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3 : 146)
Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan
menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8 : 46) ; "Dan bersabarlah
kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13 : 23 - 24);
"(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama- sama dengan orang-orang
yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan anak cucunya, sedang malaikatmalaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):
"Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang
kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al- Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain
mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang
secara khusus membahas mengenai kesabaran.Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam
Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah
SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam
Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits
tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran
inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan,
"...dan kesabaran merupakan cahaya yang terang..." (HR. Muslim)
Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "...barang siapa yang mensabar- sabarkan diri
(berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar..." (HR.
Bukhari)
Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan,
"...dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada
kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits
yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman,
karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur
karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia
tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
adalah baik baginya." (HR. Muslim)
3
Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan
kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan:
Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW
menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia
ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku,
karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan
dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat
adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah
haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang
muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga
kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosadosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia
menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa
kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau
kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya
kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus
mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya
hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku."
(HR. Bukhari Muslim)
Tawakal
Menurut bahasa, lafal tawakal berasal dari bahasa arab yg artinya bersandar. Menurut
istilah, tawakal ialah sikap berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha secara maksimal.
Seseorang yg berusaha secara maksimal untuk mencapai suatu keinginan atau cita-cita ,setelah
itu dia menerima dengan ikhlas dan berserah diri kepada Allah atas hasil yg akan dia dapatkan,
orang ini disebut bertawakal.Orang yg bertawakal ,maka ia termasuk orang yg berakhlak mulia.
Selain itu, ada pula definisi lain tentang tawakal, yaitu :
Tawakal (bahasa Arab: )atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam
agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi
atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Malaikat Jibril, penyampai wahyu Allah,
Apakah tawakal itu? Ia menjawab, Tawakal adalah yakin pada realita bahwa makhluk
bukanlah pembawa keuntungan, bukan pula pembawa kerugian, tidak memberi, tidak pula
4
menghalangi, dan tidak menggantungkan harapan kepada makhluk apapun. Ketika seorang
hamba telah yakin demikian, ia tidak melakukan pekerjaan kecuali untuk Allah, dan tidak
mempunyai harapan kecuali dari-Nya. Inilah hakikat dari tawakal.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, Tawakkal ialah
menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya
dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati
yang tenteram.
Pembahasan tentang tawakal. Tawakal kepada Alah swt. tidak mempunyai arti lain
kecuali bahwa manusia menjadikan Allah sebagai wakilnya dalam menghadapi persoalan,
musibah-musibah kehidupan, musuh, para penentang, dan masalah-masalah yang sedang
dihadapinya. Dan ketika seseorang biasanya telah sampai pada jalan buntu dalam upaya
mencapai tujuan dan tidak mempunyai kemampuan lagi untuk menyelesaikan dan memecahkan
persoalannya, ia akan menyandarkan diri kepada-Nya dengan tanpa menghentikan upayanya.
Bahkan, tatkala ia sendiri mempuyai kemampuan untuk melakukan pekerjaannya, ia tetap
menganggap bahwa faktor utama semua itu hanyalah Allah Swt., karena menurut pandangan
seorang mukmin, sumber segenap kekuatan adalah Allah Swt.
Barang siapa yang bertawakal kepada Allah tentu diadakanNya jalan keluar baginya, dan
memberinya rizki dari pintu yang tidak diduga-duga olehnya. Barangsiapa yang bertawakal
kepada Allah, maka Tuhan akan mencukupkan kebutuhanNya. Bahkan sesungguhNya Allah
pelaksana semua peraturanNya. Dan Allah juga telah menjadikan segala-galanya serba
berukuran.At-Talaq:2-3
Kebalikan dari tawakal kepada Allah adalah menyandarkan diri kepada selain-Nya. Yaitu,
hidup secara bergantung (seperti sebuah parasit); menggantungkan diri pada orang lain, dan tidak
mempunyai kemandirian. Para ulama akhlak berkata, Tawakal merupakan sikap yang dihasilan
secar langsung dari tauhid Filiyah Allah Swt., karena sebagaimana yang telah kami jelaskan
dilihat dari visi seorang mukmin, setiap gerak, usaha dan fenomena yang ada di dunia ini pada
akhirnya mempunyai keterkaitan dengan penyebab pertama dunia ini, yaitu Allah.
Oleh karena itu, manusia mukmin akan menganggap bahwa seluruh kekuatan yang ada
berasal dariNya.
Apabila arti tawakal diinterpretasikan dengan berdiam diri di sudut kamar dengan
menengadahkan tangan, ini justru menghilangkan arti segala perjuangan dan jerih payah yang
dilakukan oleh manusia.
Dan apabila terdapat sebagian kelompok yang mengatakan bahwa peduli terhadap alam
materi dan faktor-faktor alam tidak ada relevansinya dengan tawakal, sebenarnya mereka berada
dalam kesalahan yang sangat besar, karena memisahkan faktor-aktor alam dari kehendak Allah
merupakan sebuah kesyirikan. Bukankah komponen-komponen alam apa pun berasal dari-Nya
dan seluruhnya berada di bawah kehendak dan perintah-Nya? Ya! Apabila kita menganggap
faktor-faktor ini sebagai sebuah sistem yang independen dari kehendak dan iradah-Nya, jelas hal
ini tidak sejalan dengan substansi tawakal. (Perhatikan baik-baik!).
Bagaimana mungkin interpretasi semacam ini dinisbahkan kepada tawakal, sedangkan
Rasulullah saw. sendiri sebagai seorang figur yang berada di atas kaum mutawakilin, ketika ingin
5
mencapai tujuannya, beliau tidak pernah lalai dari rencana dan siasat yang jitu, taktik yang
cermat dan berbagai peralatan dan sarana perlengkapan eksternal. Semua ini membuktikan
bahwa tawakal tidak mempunyai arti negatif sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
bertawakal kepada Allah Swt. dapat menyelamatkan manusia dari segala bentuk ketergantungan
yang merupakan sumber kehinaan dan keterkungkungan, serta memberikan kebebasan dan
kepercayaan diri kepadanya.
Katakanlah! Kami sekali-kali tidak akan ditimpa musibat, kecuali apa yang telah
ditakdirkan Allah kepada kami; dan orang-orang yang beriman hendaklah bertawakal
sepenuhnya kepada Allah itu. At-Taubah:51
Adapun orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang apabila disebut nama Allah,
terasa kecut hatinya dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayatNya, bertambah kuat
imannya; dan mereka bertawakal kepada Tuhannya. Al-Anfal:2
Tawakal dan qanah (mencukupkan diri dengan apa yang ada) keduanya mempunyai
satu akar yang sama. Pada prinsipnya, filsafat dari keduanya mempunyai kemiripan apabila
dilihat dari satu sisi. Dan pada saat yang sama, terdapat pula perbedaan di antara keduanya. Di
sini, beberapa riwayat tentang masalah tawakal akan kami utarakan sebagai sebuah refleksi dari
arti aslinya:
Imam Ash-Shadiq a.s. berkata, Sesungguhnya qanah dan kehormatan diri selalu
bergerak. Ketika ia menemukan tempat tawakal, maka di sanalah ia akan menetap.
Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak
kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk
Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya
dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal
tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari
kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat
dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu
kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan
segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan
menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.
Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh
perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan
pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau
kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan
kepentingan. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
6
kepadaku. Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan Allahu Ghayaatunaa,
Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri
atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a.
berkata, Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di
hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin
berkurang jika dicela.
Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam
beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun
duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan
berjihad.
Al-Quran telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat
orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan
berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45,
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin
kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan
hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.
Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau
jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari
umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih,
tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudarasaudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu.
Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah. (HR
Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha
manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam
kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena
mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika
kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa
senang jika terlaksana oleh tangannya.
Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena
itu mereka senantiasa membangun amal jamai dalam dakwahnya. Senantiasa
menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk
kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri
atau lembaganya semata.
7
Khusyu
Asal makna khusyu adalah kelembutan dan ketenangan hati, serta ketundukannya.
Apabila hati telah khusyu maka akan diikuti oleh khusyu anggota badan. Sebagaimana sabda
Nabi Shallahu alaihi wa Sallam:
.
Ketahuilah, bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Kalau ia baik, maka baik
pulalah seluruh jasad, namun apabila ia jelek maka jelek pulalah seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa segumpal darah tersebut adalah hati. [Muttafaqun alaihi]
Apabila seseorang membuat-buat khusyu pada anggota badannya tanpa diiringi
kekhusyuan hati, maka yang demikian adalah khusyu nifaq. Umar Radhiyallah anhu
pernah melihat seorang pemuda menundukkan kepalanya, maka Umar pun berkata,
Wahai kamu, angkat kepalamu, karena khusyu itu letaknya bukan di leher.
Sesungguhnya khusyu itu tidak lebih dari apa yang terdapat dalam hati.Khusyu yang
terdapat dalam hati tidak lain dihasilkan dari marifah (pengenal dan ilmu)
4)
5)
6)
7)
8)
g. Telapak tangan diletakkan di atas paha. Ujung jari tangan sejajar dengan lutut.
h. Disunahkan memberi isyarat dengan telunjuk, yaitu telapak tangan kanan
digenggamkan. Kemudian telunjuk diangkat (menunjuk). Dalam posisi ini
kemudian membaca doa tasyahud, selawat, dan doa setelah tasyahud akhir.
Bacaannya sebagai berikut:
TASYAHUD AKHIR
ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU
LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.
ASSALAAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI
WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya (Tetap Tercurahkan) Atas Mu,
Wahai Nabi.
ASSALAAMU ALAINAA WA ALAA IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan (Tetap Terlimpahkan) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah
Yang Saleh.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa
Muhammad Adalah Utusan Allah.
ALLAAHUMMA SHALLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD (tasyahud awal)
WA ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan
Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.
KAMAA SHALLAITAA ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ALAA AALI
SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi
Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.
WA BAARIK ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ALAA AALI
SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada
Keluarganya.
14
15