Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK


DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. M

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 22 tahun (10 Jan 1993)

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Makassar

Status Pernikahan

: Menikah

Pekerjaan

: Tidak ada

Alamat

: Jl. Toa 3, Lr 10 No 36 Ujung Pandang /


085397247799

Datang ke UGD psikiatri RSKD Dadi untuk kali ke empat pada tanggal 14
Maret 2015 diantar orang tuanya.
II.

RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh melalui autoanamnesis dan allo anamnesis pada tanggal 14
Maret 2015 dari :
Nama

: Hj Sama (Ibu)

Pendidikan

: SD

Alamat

: Jl. Toa 3, Lr 10 No 36 Ujung Pandang

Keluhan Utama
Mengamuk
A. Riwayat gangguan sekarang
1. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien berumur 22 tahun dibawa ke RSKD oleh
keluarganya untuk yang ke 4 kalinya dengan keluhan mengamuk yang
dialami sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu dan memberat sejak 2 hari
yang lalu. Saat mengamuk pasien melempar lempar barang. Pasien
juga pernah membawa pisau untuk menakuti ibunya. Keluarga tidak
mengetahui penyebab pasien mengamuk. Menurut keluarga, pasien
juga selalu keliatan gelisah, saat gelisah pasien akan bicara sendiri dan
keluar rumah. Dalam 2 bulan ini pasien hanya pulang 1 kali dalam 1
minggu dengan alasan pergi bekerja. Pasien juga sering bicara sendiri.
Hal ini dialami kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien juga tampak
berdandan

berlebihan

(memakai

perhiasaan

emas

berlebihan),

mewarnai rambutnya sejak seminggu yang lalu.


Perubahan perilaku dialami sejak SMA kelas 2, kurang lebih 5
tahun yang lalu. Pasien dikatakan seorang yang pendiam sejak sebelum
adanya perubahan perilaku. Pada awalnya pasien menyendiri karena
ditinggal pacarnya dan seminggu setelahnya pasien mengamuk. Pada
waktu itu pasien mengamuk dengan melempar lempar barang dan
bicara kotor. Pasien pernah dibawa berobat Bugis pada waktu SMA
tetapi tidak sembuh. Pasien pertama kali masuk RSKD pada tahun
2013 dengan keluhan yang sama, mengamuk. Pasien diberi obat
Haloperidol 5mg, Chlorpromazin 100mg dan Trihexyphenidyl 2mg.
Pasien minum obat secara teratur. Pasien sembuh pada tahun 2014
selama kurang lebih 1 tahun, kemudian penyakitnya kambuh kembali.
Pasien pernah menikah kurang lebih 4 tahun yang lalu dan bercerai
karena suaminya tidak ada pekerjaan.

B. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA :
a.
b.
c.
d.

Narkotika
(-)
Alkohol
(-)
Psikotropika
(-)
Zat adiktif lainnya seperti rokok,dll (-)

C. Riwayat kehidupan pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal pada 10 Jan 1993 di rumah dibantu oleh bidan.
Berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan, ibu pasien
dalam keadaan sehat. Pada saat bayi pasien tidak pernah panas
tinggi dan kejang.
2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak lainnya.
Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien masuk ke Sekolah Dasar (SD) dengan prestasi biasa saja
dan menyelesaikan sampai selesai. Pasien bergaul dengan teman
temannya dengan baik.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien bersekolah sampai tingkat SMA. Hubungan dengan
keluarga dan lingkungan sekitar baik.

5. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pekerjaan
Menurut keluarga, pasien bekerja menjual donut di salah satu
franchise Jco di mall. Pasien sudah berhenti menjual donut
sekitar 2 bulan yang lalu, setelah itu bekerja sebagai tukang
pijit, tempat pekerjaannya kurang diketahui. Pasien berhenti

kerja sebulan kemudian karena tidak menyukai bossnya. Pasien


menganggur selama 1 bulan terakhir ini.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah sekitar kurang lebih 4 tahun yang lalu dan
bercerai 7 bulan kemudian karena suaminya tidak mempunyai
pekerjaan.
c. Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien sering bersosialisasi dengan baik sama tetangganya.
d. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pada saat ini pasien tinggal di Ujung Pandang bersama
tantenya.
D. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara (,,,,)
Hubungan pasien dengan keluarga baik.

Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.


E. Situasi Sekarang
Pada saat ini pasien tinggal bersama tantenya.
F. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien tidak sadar bahwa dirinya sakit dan memerlukan pengobatan.

III.

AUTOANAMNESIS
Autoanamnesis pasien dilakukan pada tanggal 15 Maret 2015 di UGD
RSKD Dadi pukul 16.00 WITA.
DM

: Selamat siang.

: Selamat siang dok.

DM

: Saya dokter Amal, gimana kita hari ini ? Sudah makan ?

: Barusan tadi ku makan dok.

DM

: Bisa ji saya tanya-tanya?

: Ya bisa ji dok.

DM

: Siapa namata?

: Mirayani

DM

: Kita berapa saudara?

: 5 tapi sekarang tinggal 3.

DM

: Berapa umurta sekarang?

: Kelahiran 94, jadi coba kita kira kira dok brapa di?

DM

: 22?

: Iye 22

DM

: Kita tinggal di mana, sama siapa?

:Sejak saya mulai berhenti kerja, saya tidak tinggal sama


keluargaku. Saya tinggal sama keluarganya calon suamiku.

DM

: Berapa bulan yang lalu tinggal sama calon suamita?

: Ada satu bulan lebih

DM

:Jadi kita sudah satu bulan lebih tidak tinggal bersama

keluargamu?
P

: Iye karena banyak pesugihan dalam rumahku, saya tidak

suka. Harta orang tua ku itu bukan dari sumber halal


DM

: Dimana rumah calon suamimu?

: Di jl badak di belakangnya panti asuhan anugerah.

DM

: Siapa nama calon suamita? Sudah tunangan?

: Moh Ali Jalil Mantago, kurang lebih sudah 2 bulan. Tidak,


nikah batin.

DM

: Maksudnya?

: Nikah batin dok. Batinku dan batinnya bersatu dalam ikatan


janji suci. Kayak kisahnya Rafi Ahmad sama Gigi, bukan
mau pacaran langsung mau menikah. Calon suamiku kerja
dok, banyak uangnya, pokoknya banyak usahanya.

DM

: Kapan rencana menikah ?

: Bulan 4 tanggal 4 2015

DM

: Terus kita disini? Tidak dijenguk ko?

:Nanti dia mi yang jemputka. Adami Cinderella ku, sepatuku,


ada baju pengantinku. Mana hilang di tadi malam?

DM

: Kenapa ki dibawa kesini?

: Saya lagi tanda tanya.

DM

: Mengamuk ko kah?

: Tidak. Justru orang ketawa-ketawa lihat ka. Karena tadi


malam toh hitam ki disiniku (sambal menunjuk mata
kirinya), baru rambutku toh panjang kayak setan begini
(kuntilanak) baru bajuku putih

DM

: Baju putihmu itu di ? Kita pake jikah ?

: Baju putihku itu dok. Baju pengantin ku dok, setengah mati


ka naikkan begini (gaya mengangkat baju ke paras betis
sambal ketawa)

DM

: Mira, sudah 4 kali kita masuk kesini toh?

: Sakit hatiku toh karena teman SDku, teman SMPku, teman


SMAku tidak ada sekali yang temani ka karena na bilangi
semua ka gila. Sering ka beng bicara sendiri, sering begini.
6

(Menyanyikan lagu sakitnya tuh disini sambal nunjuk


dada)
DM

: Mira kita rasa kita sakitkah?

: Mauka tanya sama kita, kita rasa diriku sakit tidak?

DM

: Kalau saya bilangi ko sakit?

: Berarti kita juga sakit

DM

: Kenapa kah sakit hati mu?

:Kerna keluarga ku over protective. Dipukul ka depan banyak


orang, di Abdesir (menyanyi kemudian menari)

DM

: Apakah biasa kita bicara sendiri? Tidak ada kita dengar


suara bisikan bisikan?

P
DM

: Tidak adaji. Bicara dalam hati ja


: Suara suara lain? Ada kita pernah tanya temanmu, ko
dengar suara ini?

: (menggeleng kepala) Pernah sih, iya tapi itu waktu awal


awalnya masuk sini

DM

: Suara apa?

: Suara ular.

DM

: Kita dengar itu ular bicara?

: Iya. Kasi ma sini kucing, bisa ka itu bicara sama kucing .

DM

: Tapi memang kau lihat itu ular atau bayangan ji juga ?

: Di TRANS TV itu ada pagi-pagi setelah islam itu indah ada


4 spesies ular di Indonesia yang belum ditemukan. Di

daerah Asia satu. Ada ular di Asia yang paling besar itu
yang sering saya lihat.
DM

: Apa pekerjaan ta?

: Kerja, kakak cantik (bikin bunyi ular dan ketawa)

DM

: Kerja apa Mira?

: Sebelumnya kerja ka di rumah pijit. Tapi berhenti ka karena


tidak suka ka sama boss ku.

DM

: Kenapa kita tidak suka sama boss mu?

: Lihat kucing itu (sambal mengenyit mata ke kucing)

DM

: Kita bisa bicara sama kucing? Kenapa bede?

: Nda bicara ja, kode kode mata ja. Kucing tidak bisa bicara.

DM

: Bsaji kita mengerti bahasanya kucing?

: Bahasa kucing, ular, kingkong, anjing semuanya bisa

DM

: Kita ji yang bisa?

: InsyaAllah bisa

DM

: Kalau orang normal ndak bisaji bicara sama hewan

: Kasi ma sini kucing itu. bisa ka itu bicara sama kucing (Pasien
ketawa)

DM

: Enakji tidur mu kelmarin?

: Tidak tidur ka dok. Kelmarin itu diantar ka kesini

DM

: Kita rajin ji pergi sekolah?

: Rajin ji. Ambil jurusan akauntansi ka dulu

DM

: Pasti pintar matematika di? 100 kurang 7 berapa?

: 93 toh

DM

: 93 kurang 7?

: 81 ka berapa?

DM

: Mira, itu emas emas mu semua, kasi masuk, disimpan. Nanti


diiambil temanmu semua (merujuk kepada perhiasan di tangan
sama jari)

IV.

: Nanti ku hentam ki. Sudah mi capek ka dok

DM

: Ya mira. Silakan istirehat.

PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


Dilakukan pada tanggal 14 Maret 2015.
1. Status Internus
Keadaan umum : Baik
Tanda Vital
:
- Tekanan darah :110/70 mmHg
- Nadi
: 80x/menit
- Pernafasan
: 20x/menit
- Suhu
: 36,70C
2. Status Neurologis
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: 15 (E4M6V5)
Motorik dan sensorik : Normal
Refleks Patologis : (-)

V.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum :
1) Penampilan
Tampak seorang perempuan baju garis garis putih ungu, celana
ungu, mewarnai rambutnya dan memakai perhiasan berlebihan,
memakai shall.
2) Kesadaran
Berubah
3) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hiperaktif
4) Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif
5) Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi tinggi, membanjir
A. Keadaan Afektif
1) Mood
: Gembira
2) Afek
: Hipertimia
3) Keserasian
: Tidak serasi
4) Empati
: Tidak dapat dirabarasakan
B. Fungsi Intelektual (kognitif)
1) Taraf pendidikan : Sesuai dengan taraf pendidikan
2) Orientasi :
a. Waktu
: Baik
b. Tempat: Baik
c. Orang
: Baik
3) Daya ingat :
a. Jangka panjang
: Baik
b. Jangka sedang
: Baik
c. Jangka Pendek
: Baik
d. Jangka Segera
: Baik
4) Konsentrasi dan perhatian
: Mudah teralihkan
5) Bakat Kreatif
: Menjahit
6) Kemampuan menolong diri sendiri
: Baik
C. Gangguan Persepsi :
1) Halusinasi
: Tidak ada
2) Ilusi
: Tidak ada
3) Depersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi
: Tidak ada
D. Pikiran
1) Arus pikiran
:
a. Produktivitas
b. Kontinuitas
c. Hendaya berbahasa
2) Isi pikiran
a. Preokupasi
b. Gangguan isi pikiran

: Cukup
: Kadang irelevan, flight of ideas
: Tidak ada
: Tidak ada
: Waham kebesaran (Pasien yakin

dirinya bisa bicara dengan semua hewan)


E. Pengendalian Impuls : Baik
F. Daya Nilai dan Tilikan
1) Norma sosial
: Baik
2) Uji daya nilai
: Baik
3) Penilaian realitas : Baik
4) Tilikan
: Tilikan 1 (Pasien tidak merasa dirinya
sakit)
G. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercayai

10

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien perempuan berumur 22 tahun dibawa ke RSKD
oleh keluarganya untuk yang ke 4 kalinya dengan keluhan mengamuk
yang dialami sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu dan memberat sejak 2
hari yang lalu. Saat mengamuk pasien melempar lempar barang. Pasien
juga pernah membawa pisau untuk menakuti ibunya. Keluarga tidak
mengetahui penyebab pasien mengamuk. Menurut keluarga, pasien juga
selalu keliatan gelisah, saat gelisah pasien akan bicara sendiri dan keluar
rumah. Dalam 2 bulan ini pasien hanya pulang 1 kali dalam 1 minggu
dengan alasan pergi bekerja. Hal ini dialami kurang lebih 1 bulan yang
lalu. Pasien juga tampak berdandan berlebihan (memakai perhiasaan emas
berlebihan) dan mewarnai rambutnya sejak seminggu yang lalu.
Perubahan perilaku dialami sejak SMA kelas 2, kurang lebih 5
tahun yang lalu. Pasien dikatakan seorang yang pendiam sejak sebelum
adanya perubahan perilaku. Pada awalnya pasien menyendiri karena
ditinggal pacarnya dan seminggu setelahnya pasien mengamuk. Pada
waktu itu pasien mengamuk dengan melempar lempar barang dan bicara
kotor. Pasien pernah dibawa berobat Bugis pada waktu SMA tetapi tidak
sembuh. Pasien pertama kali masuk RSKD pada tahun 2013 dengan
keluhan yang sama, mengamuk. Pasien diberi obat Haloperidol 5mg,
Chlorpromazin 100mg dan Trihexyphenidyl 2mg. Pasien minum obt
secara teratur. Pasien sembuh pada tahun 2014 selama kurang lebih 1
tahun, kemudian penyakitnya kambuh kembali. Pasien pernah menikah
kurang lebih 4 tahun yang lalu dan bercerai karena suaminya tidak ada
pekerjaan. Pasien mengalami hendaya sosial, hendaya pekerjaan dan
hendaya penggunaan waktu senggang.
Pada pemeriksaan status mental tampak seorang perempuan baju
garis garis putih ungu, celana ungu, mewarnai rambutnya dan memakai
perhiasan berlebihan, memakai shall. Wajah sesuai umur. Kesadaran
berubah, perilaku dan aktivitas psikomotor hiperaktif. Pembicaraan
spontan, kesan lancar, membanjir. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif.
11

Keadaan afektif mood gembira, afek hipertimia, empati tidak dapat


dirabarasakan. Fungsi intelektual (kognitif) taraf pendidikan, pengetahuan
umum dan kecerdasan sesuai, daya konsentrasi baik, orientasi waktu,
orang dan tempat baik, daya ingat baik, pikiran abstrak baik. Kemampuan
menolong diri sendiri cukup. Gangguan persepsi tidak ada. Pada proses
berpikir, arus pikir dan produktivitas kadang irelevan, terdapat flight of
ideas. Diteukan gangguan isi piker yaitu waham kebesaran (pasien merasa
diri bisa bicara dengan hewan). Norma sosial, uji daya nilai, dan penilaian
realitas baik. Termasuk dalam tilikan 1, secara umum apa yang
disampaikan pasien kurang dipercaya.
VII.

EVALUASI MULTI AKSIAL


1. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu mengamuk,
melempar lempar barang dan menakuti ibunya menggunakan pisau.
Pasien juga sering kelihatan gelisah dan bicara sendiri, keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga serta
terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realitas yaitu pasien merasakan dirinya tidak sakit dan tidak
memerlukan pengobatan. Ditemukan juga hendaya berat dalam fungsi
mental berupa waham kebesaran serta hendaya berat dalam fungsi
sosial berupa ketidakmampuan membina relasi dengan orang lain
sehingga pasien tidak mampu lagi bekerja, sehingga didiagnosis
sebagai gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental
organik dapat disingkirkan dan didiagnosis sebagai gangguan jiwa
psikotik non organik.

12

Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental


didapatkan mood gembira, afek yang hipertimia, pembicaraan kadang
ireleven, dan flight of ideas. Ditemukan gangguan isi pikir berupa
waham kebesaran yang dialami lebih dari satu bulan, disertai
peningkatan energi dan aktivitas yang sudah berlangsung selama 2
bulan, percepatan dan kebanyakan bicara sehingga memenuhi
Gangguan Afektif Bipolar (F31). Pada pasien ini terdapat juga gejala
manik pada masa lampaunya yang pernah remisi selama 1 tahun
sehingga semua gejala yang ada memenuhi kriteria dan berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, diagnosis
diarahkan pada Gangguan Afektif Bipolar, episode kini manik
dengan gejala psikotik (F31.2)
2. Aksis II
Informasi yang didapatkan belum cukup untuk mengarahkan pasien ke
salah satu ciri keperibadian.
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Aksis IV
Stressor tidak diketahui.
5. Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 50-41 (gejala berat,
disabilitas berat)
VIII.

DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukannya kelainan fisik yang bermakna,
namun karena terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga
membutuhkan psikofarmaka
2. Psikologi
: Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan
sehari-hari

sehingga

menimbulkan

gejala

psikis

dan

pasien

membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik
: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,
pekerjaan

dan

penggunaan

waktu

senggang

sehingga

pasien

membutuhkan sosioterapi.
IX. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prognosis pasien
A. Faktor pendukung :
13

Dukungan dari keluarga baik


Tidak ada riwayat yang sama dalam keluarga
B. Faktor penghambat :
Onset penyakit usia muda
Prognosis : Dubia
X. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi :
Depakote 250mg 2x1
Risperidon 2mg 2x1
1. Psikoterapi suportif
:
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi

pikirannya atau kecemasannya sehingga pasien merasa lega


Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap

minum obat secara teratur.


2. Sosioterapi
:
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
terdekat pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga
tercipta dukungan moral dan lingkungan yang kondusif sehingga
membantu proses penyembuhan pasien.
XI. DISKUSI
Gangguan afektif bipolar (F31) ini tersifat oleh episode berulang
(sekurang kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya
jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah biasanya ada penyembuhan sempurna antara episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata rata sekitar 6 bulan).

14

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ


III) untuk mendiagnosis Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan
gejala psikotik, jika memenuhi kriteria berikut :

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan

gejala psikotik (F30.2); dan


Harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
Pada pasien ini ditemukan 1 gejala yang jelas yaitu terdapat fasa manik

pada masa lampau setelah putus dengan pacarnya dan pernah sembuh dari
penyakitnya selama kurang lebih 1 tahun. Pada autoanamnesis ditemukan
psikomotor pasien yang hiperaktif dan kebanyakan bicara, mood gembira dan
arus pikir yang kadang irelevan dan terdapat flight of ideas.
Untuk terapi diberikan Depakote yang berfungsi sebagai anti mania,
berfungsi menurunkan kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya
pada system limbik yang berdampak terhadap

dopamine receptor

supersensitivity. Untuk anti psikosis diberikan juga Risperidone, obat anti


psikosis atipika yang berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors dan
terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors. Dalam penggunaan obat anti psikosis
yang ingin dicapai adalah optimal response with minimal side effects,
Risperidone merupakan anti psikosis yang memberikan efek anti psikosis
maksimal dengan minimal efek samping seperti sindrom ekstrapiramidal.
Untuk menentukan prognosis dari pasien diatas dapat ditentukan dari
beberapa faktor seperti faktor penunjang dan faktor penghambat. Pada pasien
ini faktor penunjangnya yaitu dimana kelurga sangat mendukung pasien agar
pasien tetap semangat dalam menjalani pengobatan, dan juga karena tidak
adanya riwayat gejala atau penyakit yang sama dalam keluarga. Faktor
penghambat pada pasien ini ialah onset penyakit usia muda. Maka dari faktorfaktor tersebut maka prognosis dari pasien adalah Dubia.

15

XII.
dari

FOLLOW UP
Memantau keadaan dan perkembangan pasien dan menilai efektivitas
pengobatan

serta

kemungkinan

terjadinya

efek

samping

dari

farmakoterapi yang diberikan.

16

Anda mungkin juga menyukai