STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A. R.
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Sudah Menikah
Alamat
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
No. CM
: 0000200191
Tanggal Masuk
: 18 Maret 2014
ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 20 Maret 2014
Keluhan utama
Keluhan tambahan
dilakukan sebelum sakit adalah sering minum beralkohol dan merokok 2 bungkus
per hari. Minum alkohol sejak usia 45 tahun dan setiap minum menghabiskan 3-4
botol. Pasien juga menyangkal bila pernah menerima transfusi, menggunakan
narkoba dengan jarum suntik, dan berhubungan seks bebas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat penyakit paru
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Kesadaran
Tanda-tanda vital
: Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 76x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 37,2C
Tinggi badan
: 170 cm
Berat badan
: 90 kg
BMI
: 31,14 kg/m2
Status gizi
: obesitas kelas 1
Status Generalis :
Kepala
Mata
: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik +/+, sekret -/-, edema -/-
Telinga
Hidung
Mulut
: Bibir lembab (+), mukosa (+), faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1
Leher
: Deviasi trakea (-), kelenjar tiroid tidak membesar, KGB tidak teraba
Thoraks :
Cor
: Inspeksi
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema (+/+), sianosis (-), clubbing finger (-/-),
ikterus
(+), sianosis (-), telapak tangan dan kaki pucat (-)
IV.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (16 Maret 2014)
Parameter
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
Glukosa Darah Sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Hasil
10,1
11200
30
190000
210
16
18
49
1,79
Nilai Normal
L 14 18 P 12 16 g/dl
4.800 10.800 /L
L 40 54 P 35 47 %
150.000 400.000 jt/L
L 0 15 P 0 20 mm/jam
200 mg/dl
L < 37 P < 31 UI/L
L < 41 P < 31 UI/L
10 50 mg/dl
L 0,91-1,3 P 0,6-1,1 mg/dl
Hasil
11,6
12800
30
205000
115
121
167
99
33
5,8
2,5
3,3
2,9
138
106
Nilai Normal
L 14 18 P 12 16 g/dl
4.800 10.800 /L
L 40 54 P 35 47 %
150.000 400.000 jt/L
L 0 15 P 0 20 mm/jam
70-115
Sampai 120
L < 37 P < 31 UI/L
L < 41 P < 31 UI/L
10 50 mg/dl
L 0,91-1,3 P 0,6-1,1 mg/dl
Sampai 1
Sampai 0,25
Sampai 0,75
6,0-8,0
3,5-5,5
2-3,5
3,5-5,0
135-145
98-106
V.
Hasil
2,36
1,23
1,13
8,7
Nilai Normal
Sampai 1
Sampai 0,25
Sampai 0,75
3,0-7,0
RESUME
Pasien seorang laki-laki, usia 57 tahun, dan berat badan 90 kg datang dengan
keluhan buah zakar membesar sejak 7 hari SMRS. Bengkak tidak disertai nyeri, demam,
kemerahan. Pasien juga merasakan keluhan perut membesar, tungkai kanan dan kiri
membengkak, lemas, demam, dan penurunan nafsu makan. BAK dan BAB normal
lancar.
Pada pemeriksaan fisik tandatanda vital TD : 130/80 mmHg, N : 76x/menit, RR :
20x/menit, T : 37,5C, TB : 170 cm, BB : 90 kg, dan status gizi obese tipe 1. Pada
pemeriksaan mata ditemukan sklera ikterik (+/+), pemeriksaan abdomen venektasi (+)
palpasi ditemukan undulasi (+), perkusi suara timpani dan pekak beralih (+), shifting
dullness (+), acites (+), pemeriksaan ekstremitas inferior terdapat edema (+/+), dan
pemeriksaan warna kulit tampak ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hb
rendah, hematokrit rendah, leukositosis, LED meningkat, GDS meningkat, GDN
meningkat, GD2PP meningkat, SGOT meningkat, kreatinin meningkat, Protein rendah,
Hipoalbumin, hipokalemi, bilirubin total, direk dan indirek meningkat, uric acid
meningkat.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Sirosis Hepatis dengan acites
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
- bed rest
- diet tinggi protein 1500-2000 kalori sekurang-kurangnya 1 gr/kgBB tiap hari
- pembatasan minum 1-1,5 liter tiap harinya
Farmakologis :
- IVFD RL 8 tpm/24 jam
- Lasix inj. 2 x 20 mg
- Paracetamol tablet 3 x 500 mg
- Ceftriaxone inj. 1 x 2 gr
- Aldacton tab. 1 x 25 mg
- Hepa Q caps. 3 x 1
- Aspar K tab. 1 x 300 mg
- Ekstra Putih telur
X.
XI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
20-26 Maret 2014 pukul 07.00 WIB
S
20/3/14
Kaki
sedang,CM
Siro
sis
bengkak,
hepatis
demam (-),
N: 76 x/menit
mual(-),
RR: 20 x/menit
muntah (-)
S: 36,80C
BAK normal
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
lancar, warna
kuning (+),
BAB normal
warna kuning
500 mg
Mata : konjungtiva
tidak kotor
LP = 105 cm
Minum 2000
ml
T1
Urin 800 ml
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+), limpa di
schuffner IV
S
21/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
Bengkak
sedang,CM
A
- Sirosis
hepatis
P
- Furosemid inj. 2x20 mg
- Ceftriaxone inj. 1x2 gr
pada kaki
berkurang,
N: 84 x/menit
sulit berjalan
RR: 22 x/menit
BAB normal
S: 36,80C
lancar, warna
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
kuning
500 mg
BAK normal
lancar, warna
kuning (+)
Mata : konjungtiva
tidak kotor
LP = 104 cm
Minum 600
ml
T1
Urin 520 ml
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
S
22/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
Bengkak
sedang,CM
2x20 mg
pada kaki
- Ceftriaxone
A
- Sirosis hepatis
P
Furosemid
inj.
inj.
berkurang,
N: 80 x/menit
1x2 gr
sulit
RR: 22 x/menit
- Aldacton
berjalan
S: 36,80C
1x25 mg
BAB
Kepala :
normal
- Aspar
lancar,
1x300 mg
warna
+/+
kuning
tablet
BAK
Mulut: bibir
- Paracetamol tablet
normal
lancar,
warna
kuning (+)
Mata : konjungtiva
tab.
Imodium
tab.
1x1
3x
500 mg
- Ekstra putih telur
Tenggorokkan:
Tonsil T1-T1
BB = 85 kg
LP = 105
cm
Minum
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler
1500 ml
Urin 400 ml
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
Ekstremitas : akral
hangat +/+, CRT < 2
detik, Edema +/+,
sianosis -/-
S
23/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
A
- Sirosis
P
- Furosemid inj. 2x20 mg
Bengkak
sedang,CM
hepatis
pada kaki
berkurang,
N: 80 x/menit
BAB normal
RR: 20 x/menit
lancar, warna
S: 36,80C
kuning
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
BAK normal
lancar, warna
kuning (+)
LP = 105 cm
tidak kotor
Minum 1500
ml
Urin 700 ml
T1
500 mg
Mata : konjungtiva
BB = 85 kg
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
S
24/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
10
A
- Sirosis
P
- Furosemid inj. 2x20 mg
Bengkak
sedang,CM
hepatis
pada kaki
berkurang,
N: 80 x/menit
BAB normal
RR: 20 x/menit
lancar, warna
S: 36,80C
kuning
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
BAK normal
lancar, warna
kuning (+)
LP = 98 cm
tidak kotor
Minum 1200
ml
Urin 700 ml
T1
500 mg
Mata : konjungtiva
BB = 79 kg
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
S
25/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
11
A
- Sirosis
P
- Furosemid inj. 2x20 mg
Bengkak
sedang,CM
hepatis
pada kaki
berkurang,
N: 80 x/menit
BAB normal
RR: 20 x/menit
lancar, warna
S: 36,80C
kuning
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
BAK normal
lancar, warna
kuning (+)
LP = 98 cm
tidak kotor
Minum 1500
ml
Urin 1000 ml
T1
500 mg
Mata : konjungtiva
BB = 79 kg
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
S
26/3/14
O
KU/KES: Tampak sakit
12
A
- Sirosis
P
- Furosemid inj. 2x20 mg
Bengkak
sedang,CM
hepatis
pada kaki
berkurang,
N: 80 x/menit
BAB normal
RR: 20 x/menit
lancar, warna
S: 36,80C
kuning
- Paracetamol tablet 3x
Kepala :
BAK normal
lancar, warna
kuning (+)
Mata : konjungtiva
BB = 80 kg
LP = 94 cm
tidak kotor
Minum 1500
ml
Urin 950 ml
T1
Tenggorokkan: faring
Thorax :
Pulmo: bunyi vesikuler +/
+, wheezing & ronkhi -/Cor: BJ I-II reguler,
murmur & gallop (-)
Abdomen : cembung,
supel, NT (-), BU (+)N,
acites (+)
13
500 mg
- Ekstra putih telur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISIS KASUS
A. DEFINISI1,2
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi.
B. EPIDEMIOLOGI5,6
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
14
15
2. Sirosis hati dekompensata. Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium
ini biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya: spider neavi, ascites,
edema dan ikterus.
Pada pasien ini didiagnosis sebagai sirosis hepatis dekompensata karena telah
terdapat menifestasi klinis yang jelas seperti asites, edema, dan ikterus.
E. TANDA DAN GEJALA KLINIS1,4,5
Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat tanpa
keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Beberapa keluhan dan gejala
yang sering timbul pada sirosis antara lain adalah : kulit berwarna kuning, rasa mudah
lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan mudah
berdarah.
Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi dari
sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi keluhan yang
membawanya pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata selama
bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis dekompensata dapat
dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti ikterus, perdarahan varises, asites,
atau ensefalopati.
Sesuai dengan konsensus Braveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan menjadi
empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan perdarahan varises :
Stadium 1: tidak ada varises, tidak ada asites
Stadium 2: varises, tanpa ascites
Stadium 3: ascites dengan atau tanpa varises
Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa ascites
Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata, sementara
stadium 3 dan 4 dimasukkan dalam kelompok sirosis dekompensata. Pada pasien ini,
didapatkan adanya ascites, edema, keluhan nafsu makan berkurang, dan lemas sehingga
memperkuat diagnosis sirosis hepatis dekompensata.
F. PATOFISIOLOGI11
Adanya faktor etiologi menyebabkan peradangan dan nekrosis meliputi daerah
yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobules hati dan ini memacu timbulnya jaringan
16
parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Septa bisa dibentuk
dari sel retikulum penyangga kolaps dan berubah menjadi jaringan parut. Jaringan parut
ini dapat menghubungkan daerah portal yang satu dengan yang lain atau portal dengan
sentral (bridging necrosis). Beberapa sel tumbuh kembali membentuk nodul dengan
berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan
gangguan aliran daerah portal dan menimbulkan hipertensi portal. Tahap berikutnya
terjadi peradangan dan nekrosis kepada sel ductules, sinusoid, dan retikulo endotel,
terjadi fibrogenesis dan septa aktif jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi
ireversibel bila terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah portal dan parenkim
hati sel limfosit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin sebagai mediator
fibrinogen, septal aktif ini berasal dari portal menyebar ke parenkim hati. Kolagen
sendiri terdiri dari 4 tipe, yaitu : dengan lokasi daerah sentral, sinusoid, jaringan
retikulin (sinusoid portal), dan membrane basal. Pada semua sirosis terdapat
peningkatan pertumbuhan semua jenis kolagen tersebut. Pembentukan jaringan kolagen
dirangsang oleh nekrosis hepatoseluler dan asidosis laktat merupakan faktor
perangsang. Dalam hal mekanisme terjadinya sirosis secara mekanik dimulai dari
kejadian hepatitis viral akut, timbul peradangan luas, nekrosis luas, dan pembentukan
jaringan ikat yang luas disertai pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim hati,
yang masih baik. Jadi, fibrosis pasca nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hati. Pada
mekanisme terjadinya sirosis secara imunologis dimulai dengan kejadian hepatitis viral
akut yang menimbulkan peradangan sel hati, nekrosis atau necrosis bridging dengan
melalui hepatitis kronik agresif diikuti timbulnya sirosis hati. Perkembangan sirosis
dengan cara ini memerlukan waktu sekitar 4 tahun sel yang mengandung virus ini
merupakan sumber rangsangan.
G. PEMERIKSAAN FISIK10
Pemeriksaan fisik yang khas pada pasien dengan sirosis hepatis antara lain :
1. Spider naevi
2. Eritema palmaris
3. Ginekomastia
4. Fetor hepatikum
5. Splenomegali
17
6. Asites
7. Ikterus
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan fisik berupa splenomegali edema,
ikterus, dan acites.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM10
Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. SGOT dan SGPT meningkat, biasanya SGOT>SGPT
2. Alkaline fosfatase meningkat
3. Bilirubin meningkat
4. Albumin menurun sedangkan globulin meningkat
5. PT memanjang
6. Na menurun
7. Kelainan hematologi meliputi anemia, trombositopenia dan leukopenia
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
untuk ditegakkannya diagnosis sirosis hepatis dekompensata, yaitu adanya peningkatan
SGOT (99 U/l) dan SGPT (33 U/I), SGOT>SGPT, peningkatan bilirubin total (2,36)
(direk = 1,23, indirek = 1,13), rasio albumin < globulin (2,5:3,3), dan tidak adanya
kelainan hematologi berupa anemia (Hb 11,0 g/dl), dan peningkatan leukosit
(18300/mm3).
I. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat ditegakkan
dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang
telah diuraikan sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan untuk
memperkuat diagnosis sirosis hati dekompensata pada pasien ini adalah laboratorium.
Adapun hasil laboratorium pada pasien ini menyatakan bahwa adanya peningkatan
enzim hati yang sangat signifikan. Kemudian hasil laboratorium lainnya juga
menguatkan bahwa pasien ini mengalami sirosis hepatis dekompensata
18
19
sirosis
alkoholik,
maka
pengobatan
utama
adalah
hepatitis
autoimun
dapat
diberikan
steroid
atau
imunosupresif
Pada sirosis akibat hepatitis C kronik maka kombinasi interferon
dan ribavirin merupakan terapi standar.
d. Pengobatan fibrosis hati
Pengobatan antifibrotik sampai saat ini lebih mengarah pada
peradangan dan tidak terjadap fibrosis.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah
terjadi komplikasi seperti :
a. Asites
20
Parasintesis
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan
pengobatan konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita
adalah parasintesis. Parasintesis dilakukan bila asites sangat
besar. Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 4-6
liter/hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin
sebanyak 6-8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata
parasintesis dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur
ini tidak dianjurkan pada Childs C, Protrombin < 40%, serum
21
obat-obatan
Antifibrinolitik, Vitamin K,
berupa
antasida,
ARH2,
Somatostatin
Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam
rangka menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan
Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi / Ligasi atau
Oesophageal Transection.
d. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita
penyakit hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur,
perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma.
Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan
22
terhadap
sirosis
dan
komplikasinya
yang
spironolakton,
lalu
dilanjutkan
dengan
23
1
>3,5
<2,0
Tidak
Tidak
2
3,0-3,5
2,0-3,0
Terkontrol
Minimal
3
<3,0
>3,0
Tidak terkontrol
Berat/koma
Pada pasien ini didapat Albumin 2,5 g%, Bilirubin 2,36 mg%, Tidak ada
gangguan kesadaran, dan asites (+). Didapatkan indeks hati = 8 yang berarti terdapat
kegagalan hati berat. Prognosis quo ad vitam adalah dubia ad malam, quo ad
sanationam adalah dubia ad malam, dan quo ad functionam adalah dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheney CP, Goldberg EM and Chopra S. Cirrhosis and portal hypertension: an
overview. In: Friedman LS and Keeffe EB, eds. Handbook of Liver
Disease. 2nd ed. China, Pa: Churchill Livingstone; 2004:125-138
2. Friedman SL: Hepatic Fibrosis, In: Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC, eds.
Schiffs Diseases of the Liver. 9th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven;
2003:409-28
3. Garcia-Tsao D and . Wongcharatrawee S. (VA Hepatitis C resource center
Program). Treatment of patients With Cirrhosis and Portal Hypertension
Literature Review and Summary of Recommended Interventions. Version 1
(October 2003). Available from URL: www.va.gov/hepatitisc
4. Wolf DC. Cirrhosis.eMedicine Specialities. 11 September 2009. Available
URL: http://www.emedicine.com/med/topic3183.htm
24
from
Available
hati.
7. Lorraine MW. Sirosis Hati. Dalam: Sylvia AP, Lorraine MW. Sirosis. Edisi
keenam, Volume I. EGC, Jakarta: 2005;1:493-501.
8. Guadalupe Garsia-Tsao et al. Prevention and Management of Gastroesophagal
Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. American Journal of
Gastroenterology. United States of America. 2007.
9. Pere Gines et al. Management of Cirrhosis and Ascites. The New England
Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society. 2004;350:1646-54.
10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006;443-446
11. Hadi, Sujono. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung : IKAPI. 2002; 612-651
25