ABORTUS INFEKSIOSA
OLEH:
Kartika Ayu W
115070100111066
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas pasien
Nama
: Ny.A
Usia
: 21 th
No. Reg
: 11213081
Alamat
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Mahasiswi
MRS
: 20-02-2016
Menikah
: Belum Menikah
Anak terakhir
:-
Penggunaan KB
:-
ANC
:-
Menarche
: 14th
Siklus
: teratur, 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Jumlah haid
HPHT
1.2 Anamnesa
Keluhan utama: Keluar darah dari jalan lahir
Pasien datang sendiri pada tanggal 20/02/2016 pukul 03.30 ke RSSA.
17/02/2016:
Pasien mengeluh keluar flek-flek dari jalan lahir pada pukul 17.00, pasien
tetap dirumah.
19/02/2016:
Pada pukul 16.00 pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir 1
pembalut, pasien tetap di rumah.
Pada pukul 22.00 pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir semakin
banyak, darah bergumpal disertai daging berwarna putih, kemudian pasien
pergi ke UGD RSSA.
Pasien mengeluh dirinya hamil sejak 1 bulan lalu saat pasien telat haid 1
bulan. Pasien melakukan tes kencing sendiri dan hasilnya positif.
Riwayat demam sejak 1 hari yang lalu dan pasien tidak minum obat.
Riwayat keputihan (+) sejak sekitar 1 minggu yang lalu, berwarna putih tidak
bau.
Riwayat minum jamu-jamuan atau obat-obatan disangkal.
Riwayat pijat disangkal.
Riwayat sakit jantung (-), penyakit paru (-), darah tinggi (-), kencing manis(-).
1.3 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: tampak sakit sedang , compos mentis (456)
Tanda-tanda vital
:
TD: 110/70
Nadi: 98 x/m
RR: 20x/m
Tax: 37,8 0C
Trec: 38,4 0C
Kepala/leher
: anemis -/- icteric -/Thorax
: C/ S1S2 tunggal, reguler, Iktus palpable ICS V
sinistra
: P/ Simetris, suara paru vesikular, Rh
Abdomen
:Flat, soefl, Bising usus
- ,,Wh (+)
- Normal, Nyeri suprasimfisis. Tinggi Fundus Uteri- setinggi -
simfisis pubis.
Ekstremitas
: Hangat, edema -/-, CRT < 2 detik
GE: v/v fluxus (+) minimal, berbau, fluor (-)
Insp: v/v fluxus (+) minimal, berbau, fluor (-), Portio nulipara licin terbuka 2
jari, tampak sisa jaringan, lividae (+)
Darah lengkap
Darah Lengkap
Nilai
Nilai Rujukan
Kesan
Hemoglobin
11,70 gr/dl
11,4-15,1
Normal
Eritrosit
4,14 106/l
4,0 5,0
Normal
Leukosit
15,76 103/l
4,7 11,3
Meningkat
Hematokrit
33,70 %
38 42
Menurun
Trombosit
249 103/l
142 424
Normal
MCV
81,40 fL
80 93
Normal
MCH
28,30 pg
27 31
Normal
MCHC
34,70 g/dL
32 36
Normal
RDW
12,50 %
11,5 14,5
Normal
PDW
7,9 fL
9 13
Normal
MPV
8,0 fL
7,2 11,1
Normal
P-LCR
10,5 %
15,0 25,0
Normal
PCT
0,20
0,150 0,400
Normal
Eosinofil
0,9 %
04
Normal
Basofil
0,2 %
01
Normal
Neutrofil
77,4 %
51 67
Meningkat
Limfosit
17,1 %
25 33
Normal
Monosit
4,4 %
25
Normal
1.5 Assesment
Abortus Infeksiosa
1.6 Rencana
PDx:
-
Konsul Anastesi
3
PTx:
-
MRS
Injeksi Antibiotik
Cefazolin 3 x 1 gr IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Gentamycin 2 x 80 mg IV
Drip oxytocin 20 IU dalam 500 cc RL 28 tpm
Usul Kuretase di OK setelah 6 jam pemberian antibiotik
Persiapan Kuret
Injeksi metoclopramid 1 amp IV
Injeksi ranitidin 1 amp IV
Pasang DC
Daftar OK
Pmo: keluhan subjektif, tanda- tanda vital, fluksus
1.7 KIE
Menjelaskan kepada pasien tentang :
1. Penyakit yang diderita
2. Penyebab dari perdarahan dan komplikasinya
3. Tindakan medis yang akan dilakukan, jika dibutuhkan
4. Efek samping dari tindakan yang akan dilakukan
Keadaan Umum
:baik/compos mentis
Tensi
: 120/80
Nadi
: 86x/menit
RR
: 18x/menit
Cefazolin 3 x 1 gr
Metronidazole 3 x 500 mg
Gentamycin 2 x 80 mg
Methergyn 3 x 1
Rob 2x1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abortus
5
2.1.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan
kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Kemenkes RI, 2013).
2.1.2 Etiologi dan Faktor Presdiposisi
Etiologi penyebab abortus adalah sebagai berikut:
Faktor dari janin (Fetal), yang terdiri dari: kelainan genetik
(kromosom)
Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan
hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes melitus, malnutrisi,
penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
imunologis,
dan
inkompetensia
defek
serviks
anatomis
(penipisan
seperti
dan
uterus
pembukaan
didelfis,
serviks
4.1.5.1 Anamnesis
Anamnesa pada kasus obstetri dan ginekologi memiliki prinsip yang sama
dengan anamnesa pada umumnya, yaitu meliputi identitas, keluhan utama,
penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga, riwayat sosial. Pada kasus obstetri dan ginekologi, anamnesis
dititikberatkan pada riwayat perkawinan, kehamilan, siklus menstruasi, penyakit
yang pernah diderita khususnya penyakit obstetri dan ginekologgi, serta
pengobatan, riwayat KB, serta keluhan-keluhan seperti perdarahan dari jalan
lahir, keputihan (fluor albus), nyeri, maupun benjolan (Prawirohardjo, 2011).
Menurut Sastrawinata et al., pada tahun 2005, abortus memiliki manifestasi
klinik sebagai berikut di bawah:
-
Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
Menurut WHO, setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua
daripada tiga gejala seperti; (i) perdarahan pada vagina, (ii) nyeri pada abdomen
bawah, (iii) riwayat amenorea, harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus.
4.1.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan fisik untuk penegakan diagnosis abortus menurut Prawirohardjo,
2007 adalah sebagai berikut:
Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup ada atau tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada
atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
peraban adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
abortus
insipiens
(inevitable
abortion),
abortus
inkompletus
20
minggu
mengeluarkan
darah
sedikit
pada
vagina.
insipiens
didiagnosis
apabila
pada
wanita
hamil
(corpus
alienum).
mengeluarkannya
Oleh
dengan
karena
itu,
mengadakan
uterus
akan
kontraksi
berusaha
sehingga
ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil
konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada
keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus kompletus,
perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali
karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari
setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau
endometritis pasca abortus harus dipikirkan (Sastrawinata et al., 2005).
Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan
sedikit-sedikit
yang
berulang
pada
permulaannya,
serta
selama
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syaratsyarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci (Mochtar,
1998; Dulay, 2010).
Sumber: WHO,2014
4.2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
-
USG Abdomen
Darah Lengkap
dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jka perlu pemberian tranfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
: Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama
pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini,
penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada
11
Pada abortus inkomplet, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu
dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan
secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-obat
uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh
hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong,
12
terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi
dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan,
kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga
dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika.
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok
dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks
inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald
(Mochtar, 1998).
4.1.9 Prognosis
Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan tingkat aborsi
global adalah 28 dari 1.000 perempuan pertahun. Namun, persentase aborsi
yang dilakukan tanpa bantuan tenaga medis terlatih naik dari 44% pada 1995
menjadi 49% pada 2008. Aborsi tidak aman adalah salah satu penyebab
kematian ibu hamil di dunia dan hal itu mengacu pada prosedur aborsi yang
dilakukan di luar rumah sakit, klinik atau tanpa pengawasan medis yang
memenuhi syarat.
Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik, dubia ad bonam
karena pasien ini mengalami abortus inkomplit, dimana janin sudah tidak ada
dan pada pasien ini tidak ada tanda-tanda syok atau tanda-tanda gawat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, MacDonal Gant. 1995, Obstetri Williams, Edisi 18. Buku Kedokteran
EGC.
Jakartarwin
Elisaberth
C,
2008, Buku
Satu
Phatofisiologi
14