ALERGI
KELOMPOK GANJIL
Kelompok Ganjil
Muhammad Syultonil
Ichsan
Rahmat Ibrahim
Dewi Novarina
Niswatul Imroah
Susi Melindah
Tri Widia Astuti
Ratna Puspita Sari
Kasnita
Larissa Tania
Reviani
Otit Rizky Una
Alfian Iryanto
Definisi
Definisi Alergi
Alergi
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh
seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar
immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno
W.Soebaryo,2002)
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali
membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat
interaksi antara antigen dan antibodi ( Brunner & Suddarth, 2002)
Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar
Imunoglobulin E. Istilah tersebut dibedakan dengan sensitif, yaitu
perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah lain
yang juga harus dibedakan ialah intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi
yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno W.Soebaryo,2002)
Klasifikasi
Klasifikasi Alergi
Alergi
Type
Type II (reaksi
(reaksi anafilaktis
anafilaktis dini)
dini)
Type
Type II
II (reaksi
(reaksi imun
imun sitotoksis)
sitotoksis)
Type III (re aks i b erle bih an ole h kom plek s im un = im m une c o m plex = pre c ipit ate )
Type III (re aks i b erle bih an ole h kom plek s im un = im m une c o m plex = pre c ipit ate )
Type
Type IV
IV (Reaksi
(Reaksi lambat
lambat type
type tuberkulin)
tuberkulin)
Asma
Asma Bronchiale
Bronchiale
Merupakan sindrom klinis dengan ciri-ciri inflamasi (penyempitan) saluran
nafas bawah (bronchus dan alveolus paru) yang bersifat reversibel akibat
masuknya alergen ke saluran nafas. Bersifat genetik dan biasanya ditandai
oleh adanya wheezing pada fase ekspirasi. Faktor resikonya antara lain :
adanya riwayat asma dalam keluarga, adanya reaksi allergen dengan IgE,
penyakit pernafasan akibat virus, pajanan allergen udara, kegemukan.
Urtikaria
Angiodema
Angiodema
Mirip dengan urtikaria yang merupakan gatal-gatal, bekas merah
(pembengkakan atau bercak) dari berbagai ukuran yang tiba-tiba muncul
dan menghilang pada kulit. Angiodema merupakan jenis bengkak, bilur-bilur
besar dan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam, terutama dekat bibir
dan mata. Dalam kebanyakan kasus tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan bekas pada kulit setelah sembuh. Dalam kasus
pembengkakan dari angiodema dapat menyebabkan tenggorokan atau lidah
menghalangi jalan nafas dan menyebabkan kehilangan kesadaran yang
dapat mengancam nyawa.
Rhinitis Alergika
Reaksi alergi yang melibatkan mukosa
hidung, mata, tuba, eustachii, telinga
tengah, rongga sinus dan faring. Biasanya
ditandai dengan bersin-bersin di pagi hari
atau ketika penderita terpajan alergen.
Hidung menjadi buntu dan sulit bernafas.
Alergi Obat-obatan
Alergi obat merupakan reaksi yang diberikan tubuh secara berlebihan
karena konsumsi obat tertentu meski dalam dosis ringan. Hal ini muncul
secara tiba-tiba meskipun sebelumnya tidak pernah mengalami alergi
tersebut. Misal, seseorang yang biasa minum parasetamol, pada suatu
ketika meminumnya, ia malah merasakan gatal-gatal di sekujur tubuh.
Reaksinya bisa terjadi dengan lambat atau cepat. Gejala umum yang
terjadi biasanya gatal, bercak kemerahan pada kulit, diare, ganggunan
pernafasan seperti pilek, bersin, sesak nafas, mengalami gangguan
jantung hingga shock atau hipotensi (tekanan darah rendah). Ada
beberapa obat yang dianggap sering menimbulkan alergi yaitu penisilin,
sulfonamid, obat penurun panas dan obat analgetik (penghilang rasa
sakit). Selain jenis obat, metode pemberian obat juga memberi peranan
dalam menimbulkan alergi.
Dermatitis Atopik
Merupakan peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis
atau menahun. Penderita biasanya mengeluh kulitnya terasa gatal
dan kering yang tidak sembuh-sembuh atau sering kambuh walaupun
sudah diobati. Umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun tidak
jarang dialami oleh orang dewasa. Pada orang dewasa biasanya
menimbulkan gangguan secara kosmetik dikarenakan kulit yang
sering digaruk lama kelamaan akan menimbulkan bercak kehitaman
(hiperpigmentasi) sehingga mengganggu penampilan. Kondisi ini
biasanya muncul pada penderita yang memiliki kecenderungan atopi
atau suatu tendensi gangguan alergi yang diturunkan secara genetik.
Jadi penderita yang mengalami dermatitis atopik biasanya memiliki
riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam
keluarganya.
Etiologi
Etiologi
Patofisiologi
Patofisiologi
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular
tergantung pada aktivitas sel B dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu
keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas.
Mekanisme imun mendasari terjadinya alergi adalah mekanisme
tipe I dalam klasifikasi Gell dan Coomb yang diperankan oleh IgE.
Seratus tahun yang lalu Paul Erlich mengemukakan sel mast dan
basofil, dimana sel-sel ini mempunyai peran penting pada reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (reaksi tipe I) melalui mediator yang
dikandungnya, yaitu histamin dan zat peradangan lainnya.
Dermatitis atopik terjadi imunitas seluler dan respons terhadap
reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada penderita
DA.
Lanjutan....
Lanjutan....
Paparan awal, alergen akan dikenali oleh sel penyaji antigen (APC) untuk
selanjutnya mengekpresikan pada sel limfosit T secara langsung atau
melalui sitokin. Pada fase akut sel T helper (Th2) memproduksi antibodi
switching pembentukan IgE dan ekspresi molekul adhesi endotel sehinga
terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Sel limfoit T tersensitisasi akan
merangsang sel limfosit B menghasilkan antibodi dari berbgai kelas.
Alergen yang utuh diserap oleh usus dan mencapai pembentuk antibodi
di dalam mukosa usus dan organ limfosid usu (plak Peyer) dan kan
membentuk imunoglubulin tipe IgG, IgM, IgA, dan IgE. Pda anak atopi, IgE
dibentuk secara berlebihan dan akan menempel pada reseptornya di sel
mast, basofil an eosinofil yang terdapat sepanjang saluran cerna, kulit
dan saluran nafas. Produksi IgE dipengaruhi dari sitokin yang diproduksi
dari Th2 yaitu IL-4, IL-9, IL-13, sedangkan sitokin yang berfungsi
mengaktifkan makrofag dan mensupresi Th1 adalah IL4, IL-10, dan IL-13
Lanjutan.......
Lanjutan.......
Kombinasi alergen dengan paparan alergen berikutnya adalah dua molekul IgE
yang terikat pada reseptornya akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan
mediator yang sudah ada dalam sel ( preformed mediator ) dan mediator yang
terbentuk kemudian (newly performed mediator)
Mediator yang sudah ada dalam sel
Ada 3 jenis mediator yang penting yaitu histamin, eosinophil chemotactic factor of
anaphylactic (ECF-A), dan neutrophil chemotacticfactor (NCF).
Mediator yang terbentuk kemudian
Mediator yang terdiri dari hasil metabolisme asam arakidonat,faktor aktivitas
trombosit, serotonin dan lain-lain. Etabolisme asam arakidonat terdiri dari jalur
siklooksigenase dan jalur lipoksigensae yang masing-masing akan mengeluarkan
produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai proses inflamasi
Lanjutan..........
Lanjutan..........
GEJALA
GEJALA
Batuk
Pilek
Rasa gatal pada hidung
Rasa gatal pada kulit
Mata merah dan berarir
Timbul sesak napas bila parah
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN MENUNJANG
MENUNJANG
3. Pemeriksaan laboratorium
Jumlah leukosit dan hitung jenis sel
Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, dan sputum
Serum IgE total
IgE spesifik
Pemeriksaan komplemen
RESEP
MENERIMA &
MENGINTERPRETASIKAN
RESEP
1.Tanggal penulisan resep / copy resep :
2. Sediaan yang diminta
:
:
:
:
:
:
Informasi
Obat
DEXAMETHASON
Dexamethasone
Pustaka
Komposisi
Indikasi
Drug Information
Handbook 17th Ed
Drug Information
Handbook 17th Ed
Kontraindikasi
Drug Information
Handbook 17th Ed
Efek Samping
A to Z drug facts
Perhatian
A to Z drug facts
Dosis
A to Z drug facts
A to Z drug facts
Cetirizine
Komposisi
Cetirizine
Indikasi
Dosis
Efek samping
Kontraindikasi
Cara
penyimpanan
PUSTAKA
Komposisi
R/ Zinc Oxyd 10
Vas. Album 100
m.f.Ungt
S.U.E
FMS hal 93
Indikasi
Dosis
DIH 17th ed
kontraindikasi
Hipersensitivitas
DIH 17th ed
Efek
Samping
Zinc Oxide
PUSTAKA
Perhatian
Pemerian
(Farmakope Indonesia
edisi III, Hal 536).
PASIEN ASSESMENT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PASIEN ASSESMENT
DRPS
source:
source: A
A to
to Z
Z Drug
Drug Facts,
Facts, Drug
Drug Information
Information Handbook,
Handbook, 17th
17th Edition
Edition
Permasalahan
Penyelesaian
Ditanyakan ke pasien
permasalahan
penyelesaian
N0
.
DRUG RELATED
PROBLEM
Jenis DRP
Interaksi obat
Over dosis
Under dosis
Gagal mendapatkan
obat
Penyelesaian
PENYIAPAN
PENYIAPAN OBAT
OBAT
Pengambilan Obat :
Nama
obat
kekuata
n
Bentuk
sediaan
Perhitung
an
Jumlah
kadaluars
a
CARA PERACIKAN
Komposisi Salep
UNGUENTUM ZINCI OXYDI
(Zinkzalf)
(Zinksalap)
R/ Zinci oxyd 10
Vas. Alb. Ad 100
m.f. ung
S. u.e.
Literatur : FMS hal 103
Permasalahan
Peracikan :
Penyelesaian
1. Pembuatan salep
dengan bahan yang
tidak larut dalam
lemak dan air Zinc
Oxyd
2. Zn. O beraksi dengan
CO2 dan membentuk
gumpalan.
3. Pembuatan salep
berpotensi
kekurangan bobot.
Pengambilan Bahan
1. Zn. O 10/100 x (bobot sediaan) =
2. Vaselin Album 90/100 x (bobot sediaan) =
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Cara Peracikan
Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai
:
Label :
Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai :
Label :
Etiket
, No. Resep
Nama pasien
:
Aturan pakai
:
Label :
Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai :
Label :
Turunan
Turunan Resep
Resep
Perlu / tidak
Alasan :
INTERAKSI OBAT
DEXAMETHASONE
DEXAMETHASONE
Mungkin ada peningkatan insiden perdarahan gastrointestinal dan ulserasi ketika kortikosteroid diberikan
dengan NSAID.
Ada juga peningkatan risiko hipokalemia dengan konsumsi bersamaan amfoterisin B atau terapi
bronkodilator dengan xanthines atau beta 2 agonis.
Respon terhadap antikoagulan dapat berubah karena kortikosteroid dan kebutuhan obat antidiabetes dan
antihipertensi dapat ditingkatkan..
Kortikosteroid dapat menurunkan konsentrasi serum salisilat dan dapat mengurangi efek antikolinesterase
di myasthenia gravis.
A to Z drugs Facts, 2003 dan Martindle 36tn ed
CETIRIZINE
CETIRIZINE
UNGUENTUM
UNGUENTUM ZINC
ZINC OXYDE
OXYDE
mekanisme,
farmakokinetik, &
farmakodinamik
DEXAMETHASON
DEXAMETHASON
Mekanisme Kerja Dexamethasone
Mekanisme aksi : Aksi Sintetis long-acting glukokortikoid yang menekan
pembentukan, pelepasan dan aktivitas mediator endogen peradangan
termasuk prostaglandin, kinin, histamin, enzim liposomal dan melengkapi
sistem. Juga memodifikasi respon imun tubuh. (A to Z Drug Facts)
Farmakokinetik & farmakodinamik dexamethasone
Dexa diserap di GIT, dimetbolisme hepar dan ekskresi lewat urin dan feses
Waktu paruh plasma sekitar 190 menit
Puncak plasma dicapai setelah 1-2 jam pemberian peroral
Ikatan protein plasma-dexamethasone sekitar 77%
Dexamethasone dapat menembus plasenta dengan inaktivasi minimal
(Drug Information Handbook 17 ed; martindale 36 halaman 1526)
Cetirizine
Farmakokinetik:
Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai
konsentrasi maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam melalui
pemberian tablet atau sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat
diberikan multi cetirizine ( 10 mg sehari selama 10 hari),konsentrasi puncak
plasma rata-rata (Cmaks) adalah 311 ng/ml. dalam penelitian tidak
ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizine linier pada dosis oral
berkisar antara 5-60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah
bawah kurva (AUC) cetirizine, tetapi Tmaks mengalami penundaan 1,7 jam
dan Cmaks menurun hingga 23% karena adanya makanan.
Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%, tidak
tergantung pada konsentrasi dengan kisaran antara 25-1000 ng/ml, yaitu
termasuk level terapeutik plasma yang diobservasi.
Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui
feses. Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass
metabolism) yang rendah. Cetirizine dimetabolisme secara terbatas melalui
O-dedikilasi oksidatif menjadi sebuah metabolit dengan aktivitas
antihistamin yang tidak berarti.
Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam studi
farmakokinetik adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizine
adalah kira-kira 53 ml/menit.
Ungt.
Ungt. Zinc
Zinc Oxyd
Oxyd
Mekanisme kerja
Oxydum zincicum sebagai komponen bekerja menyerap air, sehingga memberi efek mendinginkan.
Seng oksida adalah zat adstringen ringan dan digunakan secara topikal sebagai pelembut dan
aplikasi pelindung dalam eksim dan sedikit excoriations, diluka, dan untuk wasir. Hal ini juga
digunakan dengan ichthammol dalam pengobatan eksim. Seng oksida mencerminkan radiasi
ultraviolet dan digunakan sebagai tabir surya.(Martindale, hal 1621)
Farmakokinetik
Tidak diserap secara sistemik. Bekerja lokal dimana dioleskan. Setelah 72 jam diaplikasikan,
penyerapan zinc secara perkutan meningkatkan konsentrasi zinc di seluruh kulit dan epidermis. Ion
zinc meresap ke dalam kulit, dan dapat ditemukan dalam dermis dan darah
Farmakodinamik
Zinc topikal dapat mengurangi acne dengan fungsinya sebagai antiseptik, berpotensi untuk
membersihkan infeksi pada kulit dan membantu membunuh bakteri. Zinc topical memiliki drying
effect pada kulit, yang dapat mengurangi produksi minyak berlebih serta mencegah penyumbatan di
pori pori. Zinc topikal akan membentuk suatu lapisan putih saat diaplikasikan pada wajah yang
juga efektif sebagai sun screen sehingga mengurangi faktor yang bisa menimbulkan jerawat. Zinc
topical (zinc oxide) juga meningkatkan reepitelisasi pada luka sehingga membantu mempercepat
proses penyembuhan luka.
KIE
TERIMA KASIH