Anda di halaman 1dari 58

PRAKRIKUM SERI IV

ALERGI
KELOMPOK GANJIL

Kelompok Ganjil
Muhammad Syultonil
Ichsan
Rahmat Ibrahim
Dewi Novarina
Niswatul Imroah
Susi Melindah
Tri Widia Astuti
Ratna Puspita Sari
Kasnita
Larissa Tania
Reviani
Otit Rizky Una
Alfian Iryanto

Andi ilham Pratama N.


Inge Rahmawati
Maya Dwi Wulan Sari
Rizky Ilhamsyah
Pratama
Ach. Khairul Hidayat
Primadona Permatasari
Ogawa
Fadlilatur Rizqi
Risa Puspita Iswandari
Firdia Tsani
Aulia Rahmi Meidianti
Wulan Megasari
Jihan Nurchairini

Definisi
Definisi Alergi
Alergi
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh
seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar
immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno
W.Soebaryo,2002)
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali
membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat
interaksi antara antigen dan antibodi ( Brunner & Suddarth, 2002)
Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar
Imunoglobulin E. Istilah tersebut dibedakan dengan sensitif, yaitu
perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah lain
yang juga harus dibedakan ialah intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi
yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno W.Soebaryo,2002)

Klasifikasi
Klasifikasi Alergi
Alergi

Alergi dibagi menjadi 4 macam yaitu


tipe
I, II, III, IV yang berhubungan
dengan antibody humoral. Macam ke IV
mencakup reaksi alergi lambat oleh
antibodi seluler

Type
Type II (reaksi
(reaksi anafilaktis
anafilaktis dini)
dini)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di dalam tubuh


akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak
selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses
ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow
Reacting Substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke
sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat
tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut
(berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan)
dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap
keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan
darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau
tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis
Contoh : shok anafilaktis, urtikaria, asthma bronchiale, rhinitis.

Type
Type II
II (reaksi
(reaksi imun
imun sitotoksis)
sitotoksis)

Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas


IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran
sel
yang
bersifat
antigen,
sehingga
mengakibatkan
terbentuknya
senyawa
komplementer.
Contoh : reaksi setelah transfusi darah, morbus
hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis,
leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit
autoimun.

Type III (re aks i b erle bih an ole h kom plek s im un = im m une c o m plex = pre c ipit ate )

Type III (re aks i b erle bih an ole h kom plek s im un = im m une c o m plex = pre c ipit ate )

Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau


peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah
penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari
sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding
pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk
komplemen-komplemen
intravasal
yang
mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis
jaringan.
Contoh : fenomena Arthus, serum sickness, lupus
eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

Type
Type IV
IV (Reaksi
(Reaksi lambat
lambat type
type tuberkulin)
tuberkulin)

Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai


beberapa hari setelah terjadinya kontak dan
merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah
tersensibilisasi.
Prosesnya
merupakan
proses
inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis
jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluhpembuluh yang bersangkutan.
Contoh : reaksi tuberkulin (pada tes kulit
tuberkulosa), kontak dermatitis, penyakit autoimun
(poliarthritis, colitis ulcerosa)

Macam-macam alergi yang


paling sering terjadi

Reaksi Anafilaktik (Shock Anafilaktik)


Merupakan bentuk alergi yang dapat membahayakan nyawa
penderita. Biasanya menunjukkan manifestasi atau gejala yang berat,
berupa gatal, kemerahan di kulit, sesak nafas, bengkak pada
beberapa bagian tubuh (wajah, lengan, kaki), rasa cemas, gelisah
hingga berujung kematian (shock anafilaktik) bila tidak ditangani
segera. Alergi ini muncul sesaat atau beberapa saat setelah penderita
kontak dengan alergen seperti : kacang dari pohon (kenari, pistachio,
kacang mete), kerang, udang, lobster, ikan, susu dan telur. Adapun
sistem tubuh yang terlibat antara lain kulit, pernafasan, kardiovaskuler
dan gastrointestinal.

Asma
Asma Bronchiale
Bronchiale
Merupakan sindrom klinis dengan ciri-ciri inflamasi (penyempitan) saluran
nafas bawah (bronchus dan alveolus paru) yang bersifat reversibel akibat
masuknya alergen ke saluran nafas. Bersifat genetik dan biasanya ditandai
oleh adanya wheezing pada fase ekspirasi. Faktor resikonya antara lain :
adanya riwayat asma dalam keluarga, adanya reaksi allergen dengan IgE,
penyakit pernafasan akibat virus, pajanan allergen udara, kegemukan.

Urtikaria

Merupakan suatu kelainan alergi pada kulit yang berbentuk


bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan ukuran
diameter yang bervariasi. Sering juga disebut sebagai bidur
atau kaligata. Urtikaria dapat tersebar pada berbagai tempat di
kulit tubuh. Gejalanya dapat terjadi segera atau beberapa hari
setelah kontak dengan bahan penyebab. Sebagian besar
urtikaria yang kronik sulit diketahui penyebabnya. Salah satu
cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan
uji kulit (tes alergi).

Angiodema
Angiodema
Mirip dengan urtikaria yang merupakan gatal-gatal, bekas merah
(pembengkakan atau bercak) dari berbagai ukuran yang tiba-tiba muncul
dan menghilang pada kulit. Angiodema merupakan jenis bengkak, bilur-bilur
besar dan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam, terutama dekat bibir
dan mata. Dalam kebanyakan kasus tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan bekas pada kulit setelah sembuh. Dalam kasus
pembengkakan dari angiodema dapat menyebabkan tenggorokan atau lidah
menghalangi jalan nafas dan menyebabkan kehilangan kesadaran yang
dapat mengancam nyawa.

Rhinitis Alergika
Reaksi alergi yang melibatkan mukosa
hidung, mata, tuba, eustachii, telinga
tengah, rongga sinus dan faring. Biasanya
ditandai dengan bersin-bersin di pagi hari
atau ketika penderita terpajan alergen.
Hidung menjadi buntu dan sulit bernafas.

Alergi Obat-obatan
Alergi obat merupakan reaksi yang diberikan tubuh secara berlebihan
karena konsumsi obat tertentu meski dalam dosis ringan. Hal ini muncul
secara tiba-tiba meskipun sebelumnya tidak pernah mengalami alergi
tersebut. Misal, seseorang yang biasa minum parasetamol, pada suatu
ketika meminumnya, ia malah merasakan gatal-gatal di sekujur tubuh.
Reaksinya bisa terjadi dengan lambat atau cepat. Gejala umum yang
terjadi biasanya gatal, bercak kemerahan pada kulit, diare, ganggunan
pernafasan seperti pilek, bersin, sesak nafas, mengalami gangguan
jantung hingga shock atau hipotensi (tekanan darah rendah). Ada
beberapa obat yang dianggap sering menimbulkan alergi yaitu penisilin,
sulfonamid, obat penurun panas dan obat analgetik (penghilang rasa
sakit). Selain jenis obat, metode pemberian obat juga memberi peranan
dalam menimbulkan alergi.

Dermatitis Atopik
Merupakan peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis
atau menahun. Penderita biasanya mengeluh kulitnya terasa gatal
dan kering yang tidak sembuh-sembuh atau sering kambuh walaupun
sudah diobati. Umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun tidak
jarang dialami oleh orang dewasa. Pada orang dewasa biasanya
menimbulkan gangguan secara kosmetik dikarenakan kulit yang
sering digaruk lama kelamaan akan menimbulkan bercak kehitaman
(hiperpigmentasi) sehingga mengganggu penampilan. Kondisi ini
biasanya muncul pada penderita yang memiliki kecenderungan atopi
atau suatu tendensi gangguan alergi yang diturunkan secara genetik.
Jadi penderita yang mengalami dermatitis atopik biasanya memiliki
riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam
keluarganya.

Etiologi
Etiologi

Makanan. Biasanya makanan dapat mnyebabkan


alergi adalah makanan yang mengandung protein
tinggi,seperti susu sapi, putih telur, kacang tanah,
terigu, kacang kedelai, ikan, jagung, buncis, udang,
cumi-cumi, kerang-kerangan, dan lain-lain.
Debu dan bulu binatang.
Formalin
Serbuk bunga
Jamur
Obat-obatan tertentu. (sumber: dipiro 2008)

Patofisiologi
Patofisiologi
Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular
tergantung pada aktivitas sel B dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh
antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu
keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas.
Mekanisme imun mendasari terjadinya alergi adalah mekanisme
tipe I dalam klasifikasi Gell dan Coomb yang diperankan oleh IgE.
Seratus tahun yang lalu Paul Erlich mengemukakan sel mast dan
basofil, dimana sel-sel ini mempunyai peran penting pada reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (reaksi tipe I) melalui mediator yang
dikandungnya, yaitu histamin dan zat peradangan lainnya.
Dermatitis atopik terjadi imunitas seluler dan respons terhadap
reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada penderita
DA.

Lanjutan....
Lanjutan....
Paparan awal, alergen akan dikenali oleh sel penyaji antigen (APC) untuk
selanjutnya mengekpresikan pada sel limfosit T secara langsung atau
melalui sitokin. Pada fase akut sel T helper (Th2) memproduksi antibodi
switching pembentukan IgE dan ekspresi molekul adhesi endotel sehinga
terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Sel limfoit T tersensitisasi akan
merangsang sel limfosit B menghasilkan antibodi dari berbgai kelas.
Alergen yang utuh diserap oleh usus dan mencapai pembentuk antibodi
di dalam mukosa usus dan organ limfosid usu (plak Peyer) dan kan
membentuk imunoglubulin tipe IgG, IgM, IgA, dan IgE. Pda anak atopi, IgE
dibentuk secara berlebihan dan akan menempel pada reseptornya di sel
mast, basofil an eosinofil yang terdapat sepanjang saluran cerna, kulit
dan saluran nafas. Produksi IgE dipengaruhi dari sitokin yang diproduksi
dari Th2 yaitu IL-4, IL-9, IL-13, sedangkan sitokin yang berfungsi
mengaktifkan makrofag dan mensupresi Th1 adalah IL4, IL-10, dan IL-13

Lanjutan.......
Lanjutan.......
Kombinasi alergen dengan paparan alergen berikutnya adalah dua molekul IgE
yang terikat pada reseptornya akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan
mediator yang sudah ada dalam sel ( preformed mediator ) dan mediator yang
terbentuk kemudian (newly performed mediator)
Mediator yang sudah ada dalam sel
Ada 3 jenis mediator yang penting yaitu histamin, eosinophil chemotactic factor of
anaphylactic (ECF-A), dan neutrophil chemotacticfactor (NCF).
Mediator yang terbentuk kemudian
Mediator yang terdiri dari hasil metabolisme asam arakidonat,faktor aktivitas
trombosit, serotonin dan lain-lain. Etabolisme asam arakidonat terdiri dari jalur
siklooksigenase dan jalur lipoksigensae yang masing-masing akan mengeluarkan
produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai proses inflamasi

Lanjutan..........
Lanjutan..........

Produk siklooksigenase yaitu protaglandin (PGD2,


PGE2, PGF) serta tromboksan A2. Leukotrien
merupakan produk jalur lipoksigenase. Leukotrien
LTE4 adalah zat yang membentuk slow reacting
substance of anaphylaxis (SRS-A). Leukotrien LTB4
merupakan kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil,
sedangkan LTC4, LTD4, dan LTE4 adalah zat yang
dinamakan SRS-A yang dibebaskan dari jaringan paru
yang tersensitisasi.

GEJALA
GEJALA

Batuk
Pilek
Rasa gatal pada hidung
Rasa gatal pada kulit
Mata merah dan berarir
Timbul sesak napas bila parah

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN MENUNJANG
MENUNJANG

Pemeriksaan test kulit


Macam tes kulit untuk mediagnosis alergi antara lain :
Scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh karena
allergen inhalan, makanan atau bisa serangga.
Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa
serangga.
Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada
dermatitis kontak.
2. Pemeriksaan Uji Provokasi Hidung (Nasal Provocation Test)
Metode digunakan untuk menentukan secara langsung allergen spesifik
terhadap mukosa hidung.
1.

3. Pemeriksaan laboratorium
Jumlah leukosit dan hitung jenis sel
Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, dan sputum
Serum IgE total
IgE spesifik
Pemeriksaan komplemen

RESEP

MENERIMA &
MENGINTERPRETASIKAN
RESEP
1.Tanggal penulisan resep / copy resep :
2. Sediaan yang diminta

3.Data penulisan resep/copy resep : dr.


4.Aturan pakai
:

5.Tanda tangan penulis resep/ copy resep


6.Catatan lain
:

ANALISIS ASPEK LEGAL


Validitas prescriber
1. Nama dokter
:
2.Alamat praktek
:
3.SIP
:
4.No. Telepon
:
5.Paraf
:
6.Tanggal penulisan resep
7.Kesesuaian spesialisasi
Validitas pasien
8.Nama pasien
9.Umur/BB
10.Alamat
11.No. TELP.

:
:
:
:

:
:

Informasi
Obat

DEXAMETHASON
Dexamethasone

Pustaka

Komposisi
Indikasi

Anti-inflamasi atau imunosuppressan pada alergi,


dermatologi, endokrin, hematologi, inflamasi,
neoplastik, nervous system, renal, respiratory,
reumatik, edema cerebral, septic shock, chronic
swelling, antiemetik, , multiple sclerosis

Drug Information
Handbook 17th Ed

Anti-inflamasi: Dewasa: PO: 0,75-9 mg/hari dlm


dosis trbgi tiap 6-12 jam. Opth: Sol.: 1-2 tetes tiap
jam siang & malam, scra bertahap dosis
diturunkan tiap 3-4 jam, lalu 3-4 kali/hari. Susp.:
1-2 tetes 4-6 kali/hari, dapat digunakan tiap jam
jika parah

Drug Information
Handbook 17th Ed

Kontraindikasi

Hipersensitifitas dexamethasone, infeksi jamur


sistemik, malaria cerebral, ophthalmik utk virus
(active ocular herpes simplex), jamur

Drug Information
Handbook 17th Ed

Efek Samping

Tromboemboli, hipertensi, pusing, urtikaria, iritasi,


mulut kering, glaucoma, hypokalemi, eritema

A to Z drug facts

Perhatian

Kategori C (topikal), diekskresi lewat ASI, pada


geriatri perlu penurunan dosis

A to Z drug facts

Dosis

A to Z drug facts

A to Z drug facts

Cetirizine
Komposisi

Cetirizine

Indikasi

Mengurangi gejala-gejala terkait dengan pengobatan rhinitis


alergi menahun ataupun musiman, dan urtikaria idiopatik
kronik. (A to Z drug fact)

Dosis

Alergi menahun, urtikaria kronik : Oral :


-6-12 bulan : 2,5 mg sekali sehari
-12 bulan sampai < 2 tahun : 2,5 mg sekali sehari ; bisa
meningkat sampai 2,5 mg setiap 12 jam jika diperlukan
Alergi musiman , urtikaria kronik :
-Oral : 2-5 tahun : Awal : 2,5 mg sekali sehari ; dapat
ditingkatkan sampai 2,5 mg setiap 12 jam atau 5 mg sekali
sehari
(A to Z drug fact)

Efek samping

Sakit kepala, mengantuk. (A to Z drug fact)

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap cetirizine , hidroksizin , atau


komponen dari formulasi. (A to Z drug fact)

Cara
penyimpanan

Simpan pada suhu ruang

Unguentum Zinc Oxyd


Unguentum Zinc Oxide

PUSTAKA

Komposisi

R/ Zinc Oxyd 10
Vas. Album 100
m.f.Ungt
S.U.E

FMS hal 93

Indikasi

Dermatosis dari kwashiorkor, ruam popok Essential Drugs 13th Ed,


luka bakar tingkat pertama
p294
iritasi kulit ringan dan lecet,
penyembuhan kulit pecah-pecah,
DIH 17th ed

Dosis

Dioleskan 2 sampai 3 kali sehari pada


daerah luka

DIH 17th ed

kontraindikasi

Hipersensitivitas

DIH 17th ed

Efek
Samping

Iritasi kulit ( minor ), ruam, gatal/bengkak MIMS. Zinc Oxide.


(khususnya pada
2016.
wajah/lidah/tenggorokan), pusin
http://mims.com/Indo
nesia/Home/GatewaySu
bscription/?generic=
Zinc+Oxide
Accessed December
12th, 2015

Zinc Oxide

PUSTAKA

Perhatian

membersihkan kulit sebelum


menerapkan salep, tidak berlaku
untuk eksudatif dan / atau lesi
superinfeksi

Essential Drugs 13th


Ed, p294

Pemerian

Serbuk amorf, sangat halus, putih


atau putih kekuningan, tidak berbau,
lambat laun akan menyerap
karbondioksida dari udara

(Farmakope Indonesia
edisi III, Hal 536).

PASIEN ASSESMENT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alamat pasien dan nomer telpon ?


Berat Badan?
Keluhan yang diderita ?
Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi
keluhan sebelum ke dokter ?
Informasi apa yang diberikan oleh dokter ?
Riwayat alergi ?
Riwayat penyakit ?
Riwayat pengobatan ?

PASIEN ASSESMENT

DRPS

source:
source: A
A to
to Z
Z Drug
Drug Facts,
Facts, Drug
Drug Information
Information Handbook,
Handbook, 17th
17th Edition
Edition

Permasalahan

Penyelesaian

Dexamethasone Gunakan dengan hatihati pada pasien dengan gagal jantung;


penggunaan jangka panjang telah
dikaitkan dengan retensi cairan dan
hipertensi.

Ditanyakan riwayat penyakit ke pasien

Dexamethasone Gunakan dengan hatihati pada pasien dengan diabetes


mellitus; dapat mengubah produksi
glukosa / regulasi yang mengarah ke
hiperglikemia
(meningkatkan kadar gula darah)

Ditanyakan riwayat penyakit ke pasien

Dexamethasone kategori kehamilan C,


menembus plasenta dan ditemukan pada
ASI

Diberikan secara hati-hati pada pasien


ibu hamil dan menyusui

Dexamethasone berinteraksi dengan


beberapa obat seperti Anticoagulants,
Barbiturates, salicylates.

Ditanyakan ke pasien

permasalahan

penyelesaian

Pemakaian dexamethasone jangka panjang


dapat menyebabkan moon face, cushing
change

Pemakaian dexamethasone dihentikan


setelah efek terapeutik yg diinginkan
terpenuhi

Cetirizine berinteraksi terhadap alkohol dan


obat-obat CNS depresant

Diberitahukan ke pasien untuk tidak


mengkonsumsi alkohol dan CNS depresant
selama pengobatan

Efek samping yang tidak diinginkan dari


cetirizine sedasi

hati-hati saat mengemudi atau melakukan


tugas-tugas lain yang membutuhkan
kewaspadaan

Cetirizine menyebabkan reaksi


fotosensitifitas

Sarankan pada pasien untuk menggunakan


sunblock saat keluar rumah dan
menggunakan pakaian tertutup

Membuat Unguentum zinci oxydi

Dibuat dengan mencampurkan 10 bagian


zinci oxyd dengan 90 bagian vaselin album
(FMS hal. 103)

Zinci oxyd dapat bereaksi dengan Co2

Zinci oxyd sebelum ditimbang diayak

N0
.

DRUG RELATED
PROBLEM

Jenis DRP

Interaksi obat

Penyakit yang tidak


diterapi

Pemberian obat tanpa


indikasi

Pemilihan obat obat


yang tidak tepat

Over dosis

Under dosis

Reaksi obat yang tidak


diinginkan

Gagal mendapatkan
obat

DRP yang ditemukan


dlam resep

Penyelesaian

PENYIAPAN
PENYIAPAN OBAT
OBAT

Pengambilan Obat :

Nama
obat

kekuata
n

Bentuk
sediaan

Perhitung
an

Jumlah

kadaluars
a

CARA PERACIKAN

Komposisi Salep
UNGUENTUM ZINCI OXYDI
(Zinkzalf)
(Zinksalap)
R/ Zinci oxyd 10
Vas. Alb. Ad 100
m.f. ung
S. u.e.
Literatur : FMS hal 103

Permasalahan
Peracikan :

Penyelesaian

1. Pembuatan salep
dengan bahan yang
tidak larut dalam
lemak dan air Zinc
Oxyd
2. Zn. O beraksi dengan
CO2 dan membentuk
gumpalan.
3. Pembuatan salep
berpotensi
kekurangan bobot.

1. Bahan yang tidak larut


dalam lemak dan air (Zn.O)
diayak dahulu dengan
ayakan no. 100, setelah itu
serbuk dicampur baik-baik
dengan sama berat massa
salep, jika perlu dengan
peleburan bahan dasar
salep (IMO hal 59).
2. Zn. O diayak terlebih
dahulu sebelum ditimbang
(IMO hal 48).
3. Pembuatan salep dibantu
dengan 2 sudip.

Pengambilan Bahan
1. Zn. O 10/100 x (bobot sediaan) =
2. Vaselin Album 90/100 x (bobot sediaan) =

(ditimbang sejumlah Vas. Alb yang digunakan


untuk ditambahkan dengan Zn. O (aa Zn. O =
..) prinsip homogenitas) .
Bobot akhir = ..
% kesalahan = (bobot sediaan) (bobot akhir) x 100%
(bobot sediaan)

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Cara Peracikan

Disetarakan timbangan dan tara pot salep.


Siapkan mortir panas
Ditimbang vaselin album sebanyak () dengan alas
kertas perkamen dan diambil dengan spatel kayu,
kemudian timbang sebanyak aa Zn. O () untuk
ditambahkan pada Zn. O.
Zn. O diambil q.s kemudian diayak dengan ayakan no.
100 dan ditimbang sebanyak ().
Masukkan Zn. O ke dalam mortir panas, gerus.
Tambahkan vaselin alb. (aa Zn.O), gerus ad homogen
dan dingin.
Tambahkan sisa vas. alb sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen.
Masukkan hasil salep ke dalam pot yang telah ditara,

Etiket dan Label :

Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai
:
Label :

Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai :
Label :

Etiket dan Label :

Etiket
, No. Resep
Nama pasien
:
Aturan pakai
:
Label :

Etiket
, No. Resep :
Nama pasien
:
Aturan pakai :
Label :

Turunan
Turunan Resep
Resep

Perlu / tidak
Alasan :

INTERAKSI OBAT

DEXAMETHASONE
DEXAMETHASONE

Antasida: Dapat menurunkan bioavailabilitas Kortikosteroid (Oral).


Salisilat: Dapat mengurangi kadar serum dan efikasi dari salisilat
Troleandomycin: Dapat meningkatkan efek deksametason.
Antikoagulan, oral : dapat mengubah persyaratan dosis antikoagulan.
Rifampisin: Dapat meningkatkan clearance dan mengurangi efikasi terapi deksametason.
Barbiturat: Dapat mengurangi efek dari dexamethasone
Hydantoins: Dapat meningkatkan clearance dan mengurangi efikasi terapi deksametason
Aminoglutethimide: Dapat menurunkan supresi adrenal deksametason-induksi.
Deksametason mungkin mengurangi atau menambah konsentrasi plasma fenitoin. Seperti obat enziminducing lain, fenitoin juga memiliki potensi untuk meningkatkan metabolisme deksametason.

Interaksi yang umum pada corticosteroid :

Mungkin ada peningkatan insiden perdarahan gastrointestinal dan ulserasi ketika kortikosteroid diberikan
dengan NSAID.

kontrasepsi oral atau ritonavir dapat meningkatkan konsentrasi plasma kortikosteroid.

Penggunaan bersamaan barbiturat, carbamazepine, phenytoin, primidone, atau rifampisin dapat


meningkatkan metabolisme dan mengurangi efek kortikosteroid sistemik.

Ada juga peningkatan risiko hipokalemia dengan konsumsi bersamaan amfoterisin B atau terapi
bronkodilator dengan xanthines atau beta 2 agonis.

Respon terhadap antikoagulan dapat berubah karena kortikosteroid dan kebutuhan obat antidiabetes dan
antihipertensi dapat ditingkatkan..

Kortikosteroid dapat menurunkan konsentrasi serum salisilat dan dapat mengurangi efek antikolinesterase
di myasthenia gravis.
A to Z drugs Facts, 2003 dan Martindle 36tn ed

CETIRIZINE
CETIRIZINE

Tak satu pun didokumentasikan dengan baik.


A to Z drugs facts, 2003

Alkohol (Ethyl): CNS depressants dapat meningkatkan efek depresan SSP


dari alkohol (Ethyl).
Amfetamin: Dapat mengurangi efek sedatif dari Antihistamin.
Betahistin: Antihistamin dapat mengurangi efek terapeutik betahistin.
Antikolinergik: Dapat meningkatkan efek merugikan / toxic dari
antikolinergik lainnya. Pengecualian: Paliperidone.
CNS depressants: Dapat meningkatkan efek yang merugikan / toksik dari
CNS depressants lainnya Drug Information Handbook 17th ed

Karena cetirizine dimetabolisme hanya minimal dalam hati dan


diekskresikan terutama tidak berubah dalam urin, obat mungkin memiliki
potensi rendah untuk interaksi obat yang merugikan terkait dengan sistem
enzim metabolik.
AHFS Drug Information 2008

UNGUENTUM
UNGUENTUM ZINC
ZINC OXYDE
OXYDE

Untuk zinc oxyde nya sendiri : Tidak ada


interaksi yang signifikan.
Drug Information Handbook 17th ed

Karena salep (obat luar), mungkin tidak ada interaksi yang


berarti dengan obat lainnya

mekanisme,
farmakokinetik, &
farmakodinamik

DEXAMETHASON
DEXAMETHASON
Mekanisme Kerja Dexamethasone
Mekanisme aksi : Aksi Sintetis long-acting glukokortikoid yang menekan
pembentukan, pelepasan dan aktivitas mediator endogen peradangan
termasuk prostaglandin, kinin, histamin, enzim liposomal dan melengkapi
sistem. Juga memodifikasi respon imun tubuh. (A to Z Drug Facts)
Farmakokinetik & farmakodinamik dexamethasone
Dexa diserap di GIT, dimetbolisme hepar dan ekskresi lewat urin dan feses
Waktu paruh plasma sekitar 190 menit
Puncak plasma dicapai setelah 1-2 jam pemberian peroral
Ikatan protein plasma-dexamethasone sekitar 77%
Dexamethasone dapat menembus plasenta dengan inaktivasi minimal
(Drug Information Handbook 17 ed; martindale 36 halaman 1526)

Cetirizine

Mekanisme Kerja Cetirizine


Cetirizine adalah antihistamin selektif, antagonis reseptor-H1
perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis
aktif dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi.
Cetirizine berkerja menghambat pelepasan histamin pada fase
awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.
Farmakodinamik :
Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang
rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat
tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis selektif
reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan
sehingga cetirizine hampir bebas dari efek anti kolinergik dan
anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan histamin
pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel
inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan
late allergic response.

Farmakokinetik:
Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai
konsentrasi maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam melalui
pemberian tablet atau sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat
diberikan multi cetirizine ( 10 mg sehari selama 10 hari),konsentrasi puncak
plasma rata-rata (Cmaks) adalah 311 ng/ml. dalam penelitian tidak
ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizine linier pada dosis oral
berkisar antara 5-60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah
bawah kurva (AUC) cetirizine, tetapi Tmaks mengalami penundaan 1,7 jam
dan Cmaks menurun hingga 23% karena adanya makanan.
Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%, tidak
tergantung pada konsentrasi dengan kisaran antara 25-1000 ng/ml, yaitu
termasuk level terapeutik plasma yang diobservasi.
Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui
feses. Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass
metabolism) yang rendah. Cetirizine dimetabolisme secara terbatas melalui
O-dedikilasi oksidatif menjadi sebuah metabolit dengan aktivitas
antihistamin yang tidak berarti.
Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam studi
farmakokinetik adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizine
adalah kira-kira 53 ml/menit.

Ungt.
Ungt. Zinc
Zinc Oxyd
Oxyd
Mekanisme kerja
Oxydum zincicum sebagai komponen bekerja menyerap air, sehingga memberi efek mendinginkan.
Seng oksida adalah zat adstringen ringan dan digunakan secara topikal sebagai pelembut dan
aplikasi pelindung dalam eksim dan sedikit excoriations, diluka, dan untuk wasir. Hal ini juga
digunakan dengan ichthammol dalam pengobatan eksim. Seng oksida mencerminkan radiasi
ultraviolet dan digunakan sebagai tabir surya.(Martindale, hal 1621)

Farmakokinetik
Tidak diserap secara sistemik. Bekerja lokal dimana dioleskan. Setelah 72 jam diaplikasikan,
penyerapan zinc secara perkutan meningkatkan konsentrasi zinc di seluruh kulit dan epidermis. Ion
zinc meresap ke dalam kulit, dan dapat ditemukan dalam dermis dan darah

Farmakodinamik
Zinc topikal dapat mengurangi acne dengan fungsinya sebagai antiseptik, berpotensi untuk
membersihkan infeksi pada kulit dan membantu membunuh bakteri. Zinc topical memiliki drying
effect pada kulit, yang dapat mengurangi produksi minyak berlebih serta mencegah penyumbatan di
pori pori. Zinc topikal akan membentuk suatu lapisan putih saat diaplikasikan pada wajah yang
juga efektif sebagai sun screen sehingga mengurangi faktor yang bisa menimbulkan jerawat. Zinc
topical (zinc oxide) juga meningkatkan reepitelisasi pada luka sehingga membantu mempercepat
proses penyembuhan luka.

KIE

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai