Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Jl. TerusanArjuna No. 6 KebonJeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

Nama: Intan Arkas Refra


Nim: 11-2013-014
Dr. Pembimbing : Dr. Edi Pasaribu. Sp.A, M.Kes
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: An. R

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 18 Januari 2013 (1 tahun 7 bulan)


Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: Belum sekolah

Alamat

: Jl. Pahlawan II, RT 001/05 No.20 Jakarta Barat

Masuk RSUD Tarakan tanggal 13 September 2014

Pukul :00:46 WIB

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis (Ibu Pasien)
Tanggal/Jam: 14 Agustus 2014, Jam 11.40 di Ruang Melati
Keluhan Utama:
Mencret

Keluhan tambahan:
Muntah dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
1

Sejak satu hari SMRS, os mencret sebanyak 3 kali , konsistensi cair, warna kekuningan, di
sertai lendir dan ampas tidak disertai darah. Selain mencret os juga muntah 1X, berisi air dan
sisa makanan. Penderita tampak haus dan dan masih mau minum. Keluhan didahului demam
sejak dua hari SMRS namun membaik setelah minum obat penurun panas. Keluhan panas
tidak disertai dengan riwayat perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah.
Pada lima hari yang lalu os mencret frekuensi, 3-4 kali dalam sehari, konsistensi cair, disertai
lender dan ampas, tidak disertai darah. Os juga muntah setiap kali makan. Os tampak rewel
dan minum banyak seperti orang kehausan. Pada hari itu juga ibu os langsung membawa os
ke IGD RS Tarakan, diinfus dan diobservasi selama 3 jam. Os tidak lagi muntah kemudian
diberi oralit, mulai minum biasa, keadaan tampak membaik dari sebelumnya, lalu os
dibolehkan pulang oleh dokter dan diberi sirup Zinc untuk 10 hari diminumkan 2 kali 1
sendok teh.
Menurut ibu os, beliau yang menyiapkan makanan sehari-hari. Makanan dicuci sebelumnya,
dimasak hingga matang, di sajikan dalam wadah yang bersih, jika makanan basi langsung di
buang. Mereka mengkonsumsi air matang yang sudah siap dalam bentuk kemasan. Untuk
membuat susu anak, air tidak di rebus hanya di panaskan menggunakan alat pemanas air
(dispenser), botol susu selalu di cuci sebelumnya namun tidak di rebus, ibu os juga
mengatakan kadang- kadang ia mencuci tangannya tetapi terkadang ia lupa mencuci tangan.
Riwayat tumbuh kembang baik. Riwayat imunisasi belum lengkap, os belum imunisasi
campak.

Riwayat Penyakit Dahulu


Os tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan
Perawatan Antenatal
Perawatan antenatal di puskesmas dan tiap bulan kontrol.
Perawatan Kehamilan

Keluhan dan penyakit selama kehamilan tidak ada. Penggunaan obat-obatan juga tidak
ada.

Kelahiran
Pasien lahir dari ibu yang sehat dengan masa kehamilan cukup bulan (9 bulan). Pasien
lahir di Puskesmas ditolong oleh bidan, melahirkan spontan. Berat badan saat lahir 3100
gram, panjang badan 51 cm, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan bawaan.

Silsilah Keluarga

Riwayat Nutrisi
Usia 0 sampai 6 bulan:
ASI sehari 8-10 kali.
Usia 6 bulan sampai 1 tahun:
ASI sehari 8-10 kali.
Susu formula 6 kali sehari, 4 sendok dicampur air hangat sebanyak 120 cc.
MP-ASI 3 kali dalam sehari berupa bubur saring, nasi tim, nasi dan sup ayam, ikan
dan telur.
Kesan : Nutrisi baik.

Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar:
Tengkurap: umur 4 bulan (dibantu oleh ibunya)
Duduk: umur 6 bulan
Merangkak: 9
Berdiri: 9 bulan
Berjalan: 1 tahun 1 bulan
Bahasa dan personal sosial
Bicara: pasien dapat menyebutkan 1 kata.
Minum dan makan sendiri: Pasien mulai belajar makan sendiri, minum dari gelas.
Motorik halus:
Memegang dengan ibu jari dan jari: sudah dapat dilakukan pasien.
Mencoret-coret kertas: sudah dapat dilakukan oleh pasien.
3

Kesan :Perkembangan pasien baik sesuai dengan perkembangan rata-rata anak


seumuran pasien
Riwayat Imunisasi
Jenis vaksin
Hepatitis B
Polio
BCG
DPT
Campak

Bulan
Lahir 1 2 3
+
+ +
+ + + +
+
+ +
Belum imunisasi

4
+

10

11

12

Kesan: Imunisasi dasar belum lengkap.

B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umun
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
: 121 x/mnt
Pernapasan
: 26 x/mnt
Suhu
: 37,3 C
Antropometri
BB sekarang
: 8,9 kg
Panjang badan
: 76 cm
Lingkar kepala
: 51 cm
Lingkar lengan atas: 14 cm
Status Gizi
Gambar 1. Kurva berat badan terhadap umur5

BB/U

: 0 0 s/d -2 (gizibaik)

Gambar 2. Kurva panjang badan menurut umur5

PB/U : 0 s/d -2 (pertumbuhan normal)

Gambar 3. Kurva berat badan dan panjang badan5


5

BB/PB : 0 s/d -1 (Gizi baik)

Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+, mata tidak cekung.
Telinga
: Normotia, sekret (-)
Hidung
: Septum deviasi (-), napas cuping hidung (-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (-)
Tenggorokan: Tidak hiperemis
Leher
: Kelenjar Getah Bening tidak membesar
Dada
: Simetris, retraksi (-), tidak tampak iga gambang
Paru-paru
: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-), sonor, suara nafas vesikuler
Cor

wh-/-, rh-/: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
6

Inspeksi

: datar, warna kulit sawomatang.

Auskultasi

: Bising usus (+) meningkat

Palpasi
Dinding Perut : Nyeri tekan (-)
Turgor Kulit : Kembali cepat
Hati

: Teraba membesar

Limpa

: Tidak teraba membesar

Ginjal

: Tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Ekstermitas : Akral hangat,CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 12 September 2014
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin

: 11,3 g/dL

Hematoktrit

: 34,1 %

Eritrosit

: 4,78 juta/uL

Lekosit

: 5.530 /mm3

Trombosit

: 410.000 /mm3

Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na)

: 136 mEq/L

Kalium (K)

: 1.9 mEq/L

Clorida (Cl)

: 102 mEq/L

Gula darah
Glukosa darah Sewaktu : 97 mg/dL

C. RINGKASAN
7

Pasien, anak laki-laki usia 1 tahun 7 bulan datang dengan keluhan mencret sejak 5 hari
yang lalu. Mencret 3-4 kali dalam sehari dengan konsistensi cair, warna kekuningan disertai
ampas dan lendir tidak disertai darah. Keluhan didahului demam sejak dua hari SMRS
namun membaik setelah minum obat penurun panas
Pemeriksaan fisik, ditemukan tanda dehidrasi sedang yaitu penderita rewel, tampak haus
dan minum banyak. Pemeriksaan penunjang, hemoglobin 11,3 g/dL, hematokrit 34,1 %,
eritrosit 4,78 juta/uL, Lekosit 5.530 /mm3, Trombosit 410.000 /mm3, Na 136 mEq/L, K : 1.9
mEq/L, Cl : 102 mEq/L
D. DIAGNOSIS BANDING
Diare cair akut ec infeksi rotavirus + dehidrasi sedang + hipokalemia
Diare cair akut ec infeksi Shigella + dehidrasi sedang + hipokalemia
Diare cair akut ec infeksi Salmonella + dehidrasi sedang + hipokalemia
E. PEMERIKSAAN ANJURKAN
Pemeriksaan Feses rutin

F. DIAGNOSIS KERJA
Diare cair akut ec rotavirus + dehidrasi sedang
Hipokalemi
G. PENATALAKSANAAN
1. Medika mentosa
Rehidrasi 70 cc/kgBB/ 3 Jam = 700 cc/ 3 Jam
Maintenance Ringer Laktat 890 cc + KCL 30 mEq/ 24 Jam
Zinkid 2 x 1 cth
Paracetamol sirup 3 x 1 cth jika demam
2. Non medika-mentosa
Edukasi terhadap orang tua pasien terutama ibu, agar dalam memberikan
makanan atau minuman harus memperhatikan kebersihan seperti mencuci
tangan saat memberi makan atau sebelum membuat susu, merebus air dan

botol susu terlebih dahulu.


Edukasi untuk orang tua pasien agar memperhatikan gizi anak.

PROGNOSIS
Ad vitam

: Ad bonam

Ad fungsionam

: Ad bonam

Ad sanationam

: Ad bonam
8

Follow up
Tanggal 13 September 2014
S: Mencret 2 X sejak malam disertai lendir , air dan ampas. Muntah 1 kali berisi air dan
makanan. Tidak ada demam, batuk, pilek, anak mau makan dan minum
O: KU

: TSS

Kesadaran

: Compos Mentis

TTV

: HR: 110 x/mnt, RR: 22 x/mnt, Suhu: 37,1C

Kepala

: Normocephal

Mata

: CA -/- SI -/-, mata tidakcekung

Hidung

: Napas Cuping Hidung (-)

Mulut

: Mukosa lembab.

Pulmo

: Suara napas bronkovesikular wh -/- rh-/-

Jantung

: BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: BU (+) turgor kulit kembali cepat

Ekstermitas : akral hangat, CRT <3


A : GE akut terrehidrasi
Hipokalemia
P: IVFD RL 890 cc + KCL 30 mEq/ 24 Jam
Zinkid 2 x 1 cth
Paracetamol sirup 3 x 1 cth k/p

Hasil laboratorium
Tanggal 13 September 2014
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na)

: 139mEq/L

Kalium (K)

: 3.9 mEq/L

Tanggal 14 September 2014


9

S: BAB 1 X sejak mulai padat tidak ada lendir tidak ada darah. Os tidak muntah, tidak ada
demam, batuk, pilek, anak mau makan dan minum
O: KU

: TSS

Kesadaran

: Compos Mentis

TTV

: HR: 110 x/mnt, RR: 20 x/mnt, Suhu: 36,7C

Kepala

: Normocephal

Mata

: CA -/- SI -/-, mata tidakcekung

Hidung

: Napas Cuping Hidung (-)

Mulut

: Mukosa lembab.

Pulmo

: Suara napas bronkovesikular wh -/- rh-/-

Jantung

: BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: BU (+) turgor kulit kembali cepat

Ekstermitas : akral hangat, CRT <3


A : Diaret akut ec rotavirus perbaikan
P: Pasien boleh pulang
Teruskan pemberian Zinkid samapai 10 hari bertutu-turut.
Oralit diberikan tiap kali mencret
Paracetamol sirup jika demam

10

AnalisaKasus
Diare adalah buang air besar (BAB) pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, diserta
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah. 1 Angka kematian
diare 2 juta setiap tahunnya pada anak usia di bawah 5 tahun. Di Indonesia, prevalensi diare
pada anak usia 5 tahun adalah 11%. Angka prevalensi tertinggi terdapat pada bayi yaitu
19,4%.2 Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat
gizi), keracunan makanan dan alergi. Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab
utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain Infeksi virus
: Rotavirus, penyebab diare paling sering pada anak. Di Negara berkembang seperti
Indonesia, diare Rotavirus terjadi sekitar 70-80%. Infeksi oleh bakteri : Shigella, Salmonella,
Yersinia, Campylobacter dan berbagai strain Escherichia colli. Infeksi oleh parasit :
Entamoeba Histolytica, Giardia lambi.2 Cara penularan diare pada umumnya melalui cara
fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau
kontak langsung dengan tangan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat.2 Faktor resiko yang dapat meningkatkna
penularan enteropatogen adalah, tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurang sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis, menggunakan botol susu. Penggunaan botol
memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan
menyuapi anak.

1,2.

Berdasarkan lama berlangsungnya, diare di klasifikasi menjadi diare akut dan

diare persisten. Diare akut adalah diare yang berlansung kurang dari 14 hari dan diare persisten
adalah diare yang berlangsung lebih dari atau sama dengan 14 hari. Berdasarkan patomekanismenya,
diare di bagi lagi menjadi menjadi

diare sekretorik, diare osmotic, dan diare invasive. Diare

sekretorik terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase, yang akan mengubah adenosine triphosphate
(ATP) menjadi cyclic adenosine monophosphate

(cAMP). Akumulasi cAMP intraseluler

menyebabkan sekresi aktif air, ion klorida (Cl), natrium (Na), kalium (K), dan bikarbonat ke dalam
lumen usus. Adenil siklase dihasilkan oleh toksin yang dihasilkan mikroorganisme seperti Vibrio
cholera,

Enterotoxigenic

Eschericia

colli

(ETEC),

shigella,

clostridium,

salmonella

dan

campylobacter. Diare osmotik disebakan oleh tingginya tekanan osmotik di dalam lumen usus,
kemudian menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen usus lalu menimbulkan watery diare. Diare
osmotic paling sering disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat. Laktosa akan difermentasi oleh enzim
lactase kemudian di absorbsi di dalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim disakaridase ini,

11

maka akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan tekanan osmotic yang tinggi sehingga
terjadi diare.1,2 Sedangkan diare invasive terjadi karena invasi dari mikroorganisme ke dalam mukosa
usus menyebabkan kerusakan mukosa usus. Diare invasive disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit.
Diare invasive terdapat dalam 2 bentuk yaitu diare dysentriform berupa diare berdarah yang biasanya
disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan Enteroinvasif Eschericia colli (EIEC) dan diare
non dysentriform berupa diare yang tidak berdarah, biasanya disebabkan oleh rotavirus. 1 Rotavirus
adalah penyebab utama diare pada bayi, rotavirus termasuk dalam family reoviridae. Rotavirus
ditransmisikan melalui jalur fekal-oral dan dan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan
menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel
epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang
sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan
makanan dengan baik. Kapasitas absorbsi usus menurun, air dan elektrolit hilang kedalam lumen
usus, enzim-enzim pencernaan menurun. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak tercerna/terserap
akan meningkatkan tekanan osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta
makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotic dari
penyerapan air dan nutrient yang tidak sempurna. 2 Gejala khas meliputi diare, demam, nyeri perut,
dan muntah-muntah diikuti dehidrasi. Rotavirus tidak dapat di diagnosis secara akurat berdasarkan
presentasi klinis, karena gejalanya tidak dapat dibedakan dengan etiologi yang lain. Namun sering
juga akhirnya diagnosis rotavirus dibuat berdasarkan klinis dan epidemiologi. Pemeriksaan
laboratorium jarang dikerjakan, karena membuat diagnosis spesifik rotavirus

tidak merubah

manejemennya karena tidak ada terapi spesisfik yang tersedia untuk rotavirus. Namun sejumlah
metode laboratorium dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis rotavirus.

Diagnosis

laboratorium bergantung dari terlihatnya virus pada feses yang dikumpulkan secara dini dan pada
kenaikan titer antibody. Penatalaksanaa diare karena rotavirus bersifat suportif, untuk mengkoreksi
kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menuju pada keadaan dehidrasi, asidosis, syok dan
kematian karena infeksi rotavirus bersifat self limited. Hal ini Dapat dicegah dengan penggantian
cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit baik secara oral maupun melalui cairan intravena. 3
Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan pasien laki-laki usia 1 tahun 7 bulang dengan buang air
besar (BAB) 3-4 kali dalam sehari, konsistensi cair, warna kekuningan disertai ampas dan lendir tidak
ada darah, keluhan didahului oleh demam, disertai muntah berlangsung kurang dari 14 hari jelas
menunjukan bahwa anak tersebut menderita diare akut. Di negara berkembang seperti Indonesia, diare
Rotavirus terjadi sekitar 70-80%. Pada pasien ini penyebab diare yang paling sering adalah infeksi
Rotavirus. Faktor resiko yang di temukan pada pasien ini adalah menggunakan botol susu.
Penggunaan botol memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan
menyuapi anak. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
12

Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan klasifikasi status dehidrasi
sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi
anak dengan diare menurut WHO, Dehidrasi berat jika terdapat dua atau lebih dari tanda dan gejala
berikut : letargis/tidak sadar, mata sangat cekung, tidak bisa minum/malas minum, turgor kulit
kembali sangat lambat (> 2 detik) renacana terapi yang dipilih adalah Rencana terapi C. Dehidrasi
ringan/sedang, jika terdapat dua atau lebih dari tanda berikut yaitu rewel, gelisah, mata cekung, turgor
kulit kembali lambat, minum dengan lahap, haus rencana terapi yang dipilih adalah Rencana terapi
B. Tanpa dehidrasi tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan/sedang
diterapi sesuai Rencana terapi A. Rencana Terapi B, pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit
dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat badan anak (75 ml/kgBB) atau umur jika tidak diketahui
berat badannya. Untuk anak dengan umur mendekati 4 bulan, berat badan < 6 kg, jumlah cairan oralit
yang diberikan 200-400 ml, umur 4 - 12 bulan, berat badan 6-10 kg jumlah cairan 400-700 ml, umur
12 - 24 bulan berat badan 10-12 kg, jumlah cairan 700-900, umur 2 - 5 tahun, berat badan 12-19 kg,
jumlah cairan 900-1400 ml. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, maka
berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak bermur <6 bulan tidak
menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini Mulailah memberi makanan segera
setelah anak ingin makan, Lanjutkan pemberian ASI, Tunjukan kepada ibu cara membuat larutan
Oralit. Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkok/gelas . Jika anak muntah, tunggu 10
menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Lajutkan ASI selama anak mau. Beri Zinc
selama 10 hari. Setelah 3 jam, ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya, pilih
rencana yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai
empat aturan untuk perawatan di rumah . Jika masih mengalami dehirasi sedang/ringan, ulangi
pengobatan 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas. Jika timbul tanda-tanda dehidrasi
berat di terapi sesuai Rencana Terapi C. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama
sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus. Umur bayi
( < 12 bulan ) Pemberian 70 ml/kgBB selama 5 jam. Anak ( 12 bulan 5 tahun) selama 2 jam .
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam bayi setiap 3-4 jam , Juga beri oralit (+ 5 ml/kgBB/jam) segeran
setelah anak mau minum. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, tunjukkan cara
menyiapkan larutan oralit di rumah . Tunujukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi. Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah yaitu beri cairan tambahan,
lanjutkan pemberian makan, beri Zinc selama 10 hari, kapan harus kembali.4 Selain cairan, Zinc juga
di butuhkan karena Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Pemberian zinc secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Zinc
termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski
dalam jumlah yang sangat kecil, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan,
kekebalan seluler, sertan nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
13

merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. 1 Penggunaaan zinc pada diare
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan
absorbs air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan
zinc cocok diterapkan di negara berkembang seperti Indonesia karena tingkat kesejahteraan yang
rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberia zinc dapat menurunkan fekuensi dan
volume BAB sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk
anak-anak < 6 bulan adalah 10 mg per hari, anak > 6 bulan : 20 mg per hari. 1,2
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, penderita rewel, tampak haus dan minum banyak. Menurut kriteria WHO untuk
menilai derajat dehidrasi, pasien merupakan anak yang tergolong diare akut dengan dehidrasi sedang
karena memiliki tanda dan gejala sesuai. Maka rencana terapi yang dipilih adalah Rencana terapi B.
Pada kunjungan pertama anak sama sekali tidak bisa minum oralit karena muntah, oleh sebab itu
diberikan infus dengan cairan intravena 70 ml/kgBB cairan ringer laktat (RL) selama 2 (650ml
selama 2 jam). Kemudian diperiksa kembali setiap 1-2 jam. Anak sudah mau minum sehingga
langsung diberi oralit 5 ml/kg/jam, setelah 3 jam tidak ada tanda dehidrasi sehingga anak di bolehkan
pulang diberi oralit 6 bungkus, syrup Zinc untuk diminum selama 10 hari berturut-turut. Pada
kunjungan kedua, pasien akhirnya dirawat karena selama di rumah pasien mencret sebanyak 3 kali ,
konsistensi cair, warna kekuningan, di sertai lendir dan ampas tidak disertai darah. Selain mencret,
pasien muntah 1 kali, berisi air dan sisa makanan, rewel, nafsu makan menurun dan tampak lemas.
Pada Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kalium yang rendah (hipokalemia) K : 1.9 mEq/L.
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika kalium 2,5
3,5 mEq/L maka diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr di bagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan
secara intravena drip (tidak boleh bolus) selama 4 jam. Dosisnya : (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 +
2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan selama 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 kadar K
terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB). 1 Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, ileus
paralirik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan
kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti.5

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B, Santoso N.B. Diare akut. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Jakarta; Badan
Penerbit IDAI: 2010. Hal 87-118
2. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta; Depkes RI: 2008. Hal 131151.
3. Staat

M.

Rotavirus

Identification,

treatmen

and

prevenvention.

Diunduh

dari

http://www.medscape.com, 22 September 2014 : hal 4-15.


4. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik. Jilid 1.
Jakarta; IDAI: 2011
5. Marcdante KJ., Kliegman R., Jenson B. Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Edisi ke-6.
Jakarta :2011. Hal 481-485

15

Anda mungkin juga menyukai