Anda di halaman 1dari 3

2.

Material dan Metode


2.1 Mikroorganisme dan inokulum
Strain yang digunakan dalam penelitian ini adalah L.lactis 53 dan S.
Thermophilus A diambil dari Nutricia (Belanda) dan NIZO (Belanda) secara
berurutan. Strain bakteriL.lactis 53 dan S.thermophillus A disimpan di suhu -20oC
MRS sintetis konvensional atau broth M17 (OXOID, Basingstoke, Inggris). Bakteri
yang diambil dari stok beku digoreskan dalam media agar MRS atau M17 dan
diinkubasi pada suhu 37oC untuk pengkulturan selanjutnya. Untuk
mempersiapkan subkultur, masing-masing media diinokulasikan dengan koloni
dari plate dan diinkubasi selama satu malam dengan kondisi yang sama.
2.2 Percobaan fermentasi
Untuk mengetahui produksi biosurfaktan menggunakan media fermentasi
alternatif, tiap batch fermentasi diisi dengan komposisi yang berbeda seperti
yang tertera pada Tabel 1. Media sintetik konvensional dipersiapkan sesuai
dengan prosedur yang disarankan dari supplier (OXOID, Basingstoke, Inggris).
Pengenceran yang tepat dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk menyesuaikan
konsentrasi awal laktosa atau sukrosa pada media. Bioreaktor A 1-L dilengkapi
dengan pengatur agitasi, pengukur suhu, pH dan kemudian dilakukan
pengontrolan. Suhu dikondisikan pada 37oC, pH 6.7 dengan penambahan larutan
potasium hidroksida secara automatis, dengan kecepatan agitasi 150 rpm.
Volume kerja totalnya adalam 0.5 L.
2.3 Persiapan whey keju
Whey komersial didapatkan dari Sigma-Aldrich yang berisikan 65% (w/w) laktosa
dan 11% (w/w) protein dan dipersiapkan dengan cara sebagai berikut: pH
disesuaikan hingga 4.5 dengan penambahan 5N HCl, kemudian dipanaskan pada
suhu 121oC selama 15 menit untuk mendenaturasi protein. Endapan dihilangkan
dengan sentrifugasi pada suh u4oC dan 8000 x g selama 10 menit.
Supernatannya disesuaikan dengan pH 6.7, disterilkan pada suhu 121oC selama
15 menit kemudian digunakan kultur media. Supernatan mengandung 50 g/L
laktosa. Ekstrak yeast dan pepton ditambahkan sesuai dengan konsentrasi yang
terdapat pada Tabel 1.
Pada penelitian sebelumnya, pepton dan sodium gliserofosfat adalah faktor
signifikan dalam produksi biosurfaktan dari L. Lactis 53 dan S. Thermophillus A.
Dengan demikian, perbandingan ekstrak yeast, pepton dan sodium gliserolfosfat
yang digunakan pada media D, F, K dan M sudah ada dalam penelitian
sebelumnya.
2.4 Persiapan Molases
Molases, produk samping dari industri tebu didapatkan dari RAR (Porto, Portugal)
mengandung 45% (w/v) sukrosa, 20% (w/v) fruktosa dan 10% (w/v) glukosa.
Molases diencerkan dengan sukrosa konsentrasi 20 g/L dan ditambahkan dengan

ekstrak yeast dan pepton seperti yang tertera dalam Tabel 1. Ph media
dikondisikan 6.7 sebelum dimasukan dalam autoclave (15 menit suhu 121oC).

3. Hasil
3.1 Produksi biosurfaktan menggunakan media sintetik konvensional
Fermentasi kontrol yang berjalan diambil dari medium sintetis konvensional MRS
atau broth M17 (A dan G) untuk masing-masing L.lactis 53 dan S. Thermophillus
A. Data eksperimen disesuaikan dengan permodelan regresi nonlinear dengan
menggunakan metode least-square. Tabel 2 dan 3 menunjukan parameter kinetik
dan regresi serta produksi biosurfaktan yang dihasilkan. Kedua eksperimen ini
menunjukan pola kinetik yang didapatkan dari model matematis dengan
r2>0.952, 0.996 dan 0.983 untuk konsumsi glukosa dan laktosa, pertumbuhan
biomassa, dan produksi birsurfaktan. Dapat dilihat bahwa S. Thermophillus A
menunjukan Pmax lebih tinggi (0.8 f biosurfaktan/L) dibandingkan dengan L.
Lactis 53 (0.7 g biosurfaktan/L).
Sehubungan dengan kedua strain YP/S
menunjukan nilai yang sama (0.05 g/g). Nilai YP/S yang ditunjukan dalam Tabel 2
dan 3 memperlihatkan jumlah biosurfaktan yang dihasilkan (mg) per jumlah sel
kering (g). Nilai YP/S pada kedua strain di media kontrol adalah 163 dan 116
mg/g untuk L.lactis 53 dan S.thermophillus A.
3.2 Produksi biosurfaktan menggunakan whey keju
Fermentasi dilakukan dengan whey yang ditambahkan ekstrak yeast dan pepron
sebagai broth kultur pada kedua strain yang akan diuji. Komposisi media yang
berbeda terutama pada perbandingan penambahan ekstrak yeast dan pepton
dievaluasi. Gambar 1A dan 2A menunjukan data hasil percobaan serta nilai
prediksi yang dihitung dengan Eqs. (2)-(4) menggunakan parameter regresi yang
terdapat pada Tabel 2 dan 3 untuk L.lactis 53 dan S. Thermophillus A yang
diinokulasikan pada media D dan J. Kedua strain yang diinokulasikan pada media
whey keju (B-D, H-J pada Tabel 1), percobaan ini menunjukan pola kinetik yang
dapat dijelaskan dengan model matematis dengan r2>0.936, 0.921 dan 0.913
untuk konsumsi laktosa, biomassa dan produksi biosurfaktan dengan masingmasing Pmax yang diperoleh untuk semua media whey keju lebih tinggi daripada
media kontrol. Nilai Pmax berada antara 0.9 dan 1.4 g untuk biosurfaktan/L pada
tiap strain.
5. Kesimpulan
L. lactis 53 dan S. Thermophillus A menunjukan aktivitas yang baik pada glukosa
dan laktosa untuk fermentasi biosurfaktan menggunakan MRS dan broth M17
yang mencakup ekstrak yeast dan pepton. Ketika media sintetis konvensional
digantikan dengan media alternatif yang lebih murah, seperti endapan whey keju
yang dipanaskan dan molases, pada semua aspek fermentasi diketahui lebih
efektif dalam menghasilkan biosurfaktan. Hasil terbaik bahkan lebih tinggi dari

yang didapatkan dengan menggunakan media sintetik konvensional adalah


medium yang ditambahkan molases, sehingga media tersebut dapat digunakan
sebagai media alternatif untuk produksi biosurfaktan.
Berdasarkan pada penelitian yang teah dilakukan sebelumnya, fakta bahwa
bakteri probiotik khususnya L.lactis 53 dan S. Thermophillus telah digunakan
untuk memproduksi bosurfaktan, tiga formulasi berbeda pada media
menggunakan whey keju diuji untuk melihat kemampuan mereka pada
fermentasi biosurfaktan. Dalam penelitian ini didapatkan kenaikan sebesar 1.51.9 kali massa produksi biosurfaktan per gram sel kering untuk masing-masing
L.lactis dan S.thermophillus. Dari beberapa formulasi penambahan ekstrak yeast,
pepton dan sodium gliserofosfat pada whey keju, diketahui bahwa hasil
terbaiknya diperoleh pada formulasi media D (50 g/L kadar laktosa, penambahan
5.8 g/L ekstrak yeast dan 44.8 g/L pepton) pada L.lactis 53, kemudian media J
(50 g/L kadar laktosa, penambahan 22 g/L ekstrak yeast , 43.8 g/L kadar pepton
dan 231.6 g/L sodium gliserofosfat) pada S.thermophillus A; dimana hasil ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pepton dan
gliserofosfat adalah faktor yang signifikan untuk produksi biosurfaktan oleh
L.lactis 53 dan S.thermophillus A. Tabel 4 menunjukan biaya yang dibutuhkan
pada bahan yang digunakan sebagai media fermentasi, serta semua
pengeluaran media yang digunakan pada penelitian ini. Meskipun hasil produksi
biosurfaktan yang didapatkan oleh media D oleh L. Lactis 53 tinggi, namun
terjadi peningkatan biaya sebesar 40% dibandingkan dengan media MRS
sintetik, diperkirakan karena penambahan pepton sehingga hal ini harus
diperhatikan agar tetap mendapatkan produksi biosurfaktan yang tinggi dengan
biaya persiapan media yang lebih rendah. Media B (50 g/L kadar laktosa,
penambahan 3 g/L ekstrak yeast dan 5 g/L pepton) menghasilkan massa hasil
produksi biosurfaktan per gram sel kering lebih tinggi 1.2 kali dengan estimasi
penurunan biaya persiapan media sebesar 60% dibandingkan dengan media
MRS sintetik. Kesimpulan yang sama juga didapatkan oleh S. Thermophillus A,
dimana penggunaan media H ( 50 g/L kadar laktosa, penambahan 3 g/L ekstrak
yeast dan 5 g/L pepton) menghasilkan produksi biosurfaktan 1.5 kali lebih
banyak dengan estimasi 60% penurunan biaya persiapan media dibandingkan
dengan media M17 sintetik.
Produksi biosurfaktan dengan penambahan media molases lebih tinggi
dibandingkan dengan media konvensional maupun media whey keju. Meskipun
jumlah produksi biosurfaktan pada media F dan media M masing-masing untuk
L.lactis dan S. Thermophillus lebih tinggi, namun hasil ini masih menyerupai hasil
yang didapatkan dari media whey keju, sehingga perlu kajian kembali untuk
mendapatkan hasil dengan produksi biosurfaktan yang tinggi namun tetap
dengan biaya rendah juga dengan penambahan pepton dan ekstrak yeast yang
lebih sedikit. Jadi didapatkan bahwa terdapat peningkatan 1.2-1.4 kali massa
produksi biosurfaktan per gram sel kering dan pengurangan biaya persiapan
media sebesar 80% dibandingkan dengan media sintetik MRS atau M17.

Anda mungkin juga menyukai