Anda di halaman 1dari 39

1

PENDAHULUAN
1.1

Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kota

Pembangunan Kota Bandung sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan
nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat integratif baik dalam
tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang dilakukan secara
berkeseimbangan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat ruang
lingkupnya yang sangat luas, kegiatan pembangunan tidak semata-mata menjadi tanggung
jawab pemerintah, melainkan harus dilakukan dan didukung oleh seluruh komponen
masyarakat. Oleh karena itu, hubungan kemitraan pemerintah dengan masyarakat
merupakan kata kunci yang sangat strategis dan harus menjadi fokus perhatian terutama
untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam pembangunan. Kemitraan yang dijalin
dan dikembangkan tentunya harus berdasar pada aspek dan posisi kesejajaran yang
bersifat demokratis dan proporsional. Implikasinya adalah bahwa pembangunan kota harus
direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh seluruh warga masyarakat yang
difasilitasi oleh pemerintah kota.
Perkembangan kota yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis,
berkesinambungan dan pro lingkungan. Perencanaan Tata Ruang Wilayah yang
berlandaskan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan akan menjaga tekanantekanan eksternalitas maupun internal yang mempengaruhi terhadap perkembangan Kota
Bandung ke arah yang semakin tidak terkendali.
Sejalan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, seluruh Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Kabupaten di seluruh
Indonesia harus sudah menyesuaikan dengan undang-undang tersebut selambatlambatnya tiga tahun setelah undang-undang tersebut ditetapkan. Dengan demikian,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun
2006 harus direvisi dan ditetapkan kembali selambat-lambatnya tahun 2010. Ketentuan ini
sejalan dengan selesainya tahap pertama Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
2004-2013. Dengan demikian penyusunan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung 2004-2013 ini merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 dan
peraturan pelaksanaannya yang telah diterbitkan.
Dasar hukum yang dipertimbangkan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung 2011-2031 ini adalah :
1.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar


dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Himpunan Peraturan Negara Pembentukan Wilayah Daerah)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang
Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia
dahulu) tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 551);

Pendahuluan

1-1

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.
14.

15.

16.

17.

18.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038 );
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 34, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 3358 );
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Pendahuluan

1-2

19.

20.

21.

22.

23.

24.

2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 24 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 59);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Tahun
2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 88);
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989
tentang Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung (Lembaran Daerah
Kota Bandung Tahun 1990 Nomor 3 seri D);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kota Bandung (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2007
Nomor 08);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2008
Nomor 05);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kota Bandung Tahun 2008 Nomor 08).

Rujukan
Selain peraturan perundangan di atas penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung ini merujuk juga pada peraturan pelaksanaan antara lain sebagai berikut:
1.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
2.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan;
3.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota beserta Rencana Rinciannya;
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/ PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
6.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

1.2

Profil Wilayah Kota

Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha. Kota ini
merupakan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 675 1050 meter di atas
permukaan laut, yang berada pada koordinat 6 50 38 - 6 58 50 LS dan 107 33 34 107 43 50 BT. Bentuk bentangan alam Kota Bandung merupakan cekungan dengan
morfologi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian Selatan. Kota Bandung
termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Secara
nasional. DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan
Cirata yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya. Secara
geografis, jarak Kota Bandung yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai ibukota Negara
dan pusat perdagangan, menjadikan Kota Bandung berkembang pesat di berbagai bidang
kegiatan pembangunan.
Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah Cekungan Bandung,
yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha. Secara administratif, cekungan ini terletak di
lima daerah administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Pendahuluan

1-3

Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5 Kecamatan yang termasuk Kabupaten
Sumedang. Kawasan Cekungan Bandung dikelilingi oleh Gunung Tangkuban Perahu
(Kabupaten Bandung Barat dan Subang) dan Gunung Manglayang (Kabupaten
Sumedang) di sebelah Utara; Gunung Bukit Jarian, Gunung Mandalawangi dan Gunung
Kasur (Kabupaten Sumedang) di sebelah Timur; Gunung Puntang, Gunung Malabar,
Gunung Rakutak dan Gunung Bubut (Kabupaten Bandung) di sebelah Selatan; dan Bukit
Kidang Pananjung, Gunung Lagadar dan Gunung Bohong (Kota Cimahi).

1.2.1

Kedudukan Kota Bandung dalam Wilayah yang Lebih Luas

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai
bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. PKN ini
terdiri dari Kota Bandung dan Kota Cimahi sebagai kota inti dan sebagian Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang. Dalam RTRW tersebut
PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya termasuk dalam tahap pembangunan I, dengan
arahan kegiatan revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota yang telah
berfungsi.
Dalam RTRWN, Kota Bandung merupakan bagian dari kawasan strategis nasional
berdasarkan pertimbangan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup. Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan
Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai
strategis nasional yang dimaksud meliputi kemampuan kawasan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan
perkembangan wilayah.
Dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat, Kota Bandung termasuk dalam PKN
Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bandung adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang
yang berbatasan dengan Kota Bandung. Di dalam PKN Metropolitan Bandung, tidak
semua kota berada pada hirarki kota yang sama, terdapat perbedaan skala pelayanan.
Hirarki kota PKN Metropolitan Bandung adalah sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut
ini, Kota Bandung sebagai kota inti dari PKN ini ditetapkan sebagai kota orde I.
Dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat, Kota Bandung termasuk dalam PKN
Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bandung adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang
yang berbatasan dengan Kota Bandung. Di dalam PKN Metropolitan Bandung, tidak
semua kota berada pada hirarki kota yang sama, terdapat perbedaan skala pelayanan.
Hirarki kota PKN Metropolitan Bandung adalah sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut
ini, Kota Bandung sebagai kota inti dari PKN ini ditetapkan sebagai kota orde I.

Pendahuluan

1-4

Tabel I. 1
Hirarki Kota PKN Metropolitan Bandung
PKN
Kawasan
Perkotaan
Metro
Bandung

Kota Orde I
Kota Bandung

Kota Orde II
Soreang

Ngamprah

Kota Orde III

Ciwidey
Banjaran
Majalaya
Ciparay
Cicalengka
Rancaekek
Cilengkrang
Cililin
Padalarang
Cisarua
Lembang

Cimahi
Tanjungsari
Sumber: Buku Rancangan RTRWP Jawa Barat, 2008

Wilayah Pengembangan Cekungan Bandung adalah salah satu dari enam wilayah
pengembangan Jawa Barat yang meliputi Bodebekpunjur dan sekitarnya, Purwasuka,
Cekungan Bandung,
Ciayumajakuning,
Priangan Timur dan Pangandaran, serta
Sukabumi dan sekitarnya. Wilayah pengembangan ini meliputi Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dan sebagian Kabupaten
Sumedang. Terdapat lima kecamatan di Kabupaten Sumedang yang masuk ke dalam WP
Cekungan Bandung, yaitu Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan
Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan.
Wilayah Pengembangan Cekungan Bandung merupakan kawasan yang berkembang
pesat yang memerlukan pengendalian pemanfaatan ruang terutama di kawasan yang
berfungsi sebagai kawasan resapan air. Kegiatan ekonomi di Wilayah Pengembangan
Cekungan Bandung diarahkan pada kegiatan yang mampu mengendalikan pencemaran
air, udara dan sampah. Dalam hal ini kegiatan ekonomi utama difokuskan pada
perdagangan dan jasa sebagai kegiatan unggulan untuk kawasan perkotaan. Wilayah
pengembangan ini juga diarahkan sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia
dalam rangka mendukung pengembangan sektor unggulan pertanian, hortikultura, industri
non-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan perkebunan.
Infrastruktur strategis yang direncanakan dikembangkan dalam wilayah pengembangan ini
antara lain Bandar Udara Husein Sastranegara, permukiman vertikal, Tempat Pengolahan
Akhir Sampah Sari Mukti, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Legok Nangka, dan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Leuwigajah. Fokus pengembangan kegiatan utama
Kota Bandung dalam wilayah pengembangan ini adalah perdagangan dan jasa, industri
kreatif dan high-tech, pariwisata, dan transportasi.

Pendahuluan

1-5

Pendahuluan

1-6

1.2.2

Wilayah Administrasi

Secara administratif, menurut Perda Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan
Pemerintah Kota Bandung, wilayah Kota Bandung terbagi menjadi:
30 kecamatan, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat;
151 kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah;
1.558 Rukun Warga (RW) yang masing-masing diketuai oleh seorang Ketua RW (data
tahun 2007); dan
9.678 Rukun Tetangga (RT), yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RT
(data tahun 2007).
Tabel I. 2
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bandung
No.
1.

Kecamatan
Sukasari

Kelurahan
Isola
Sukarasa Gegerkalong
Sarijadi

No.
16.

Kecamatan
Regol

2.

Sukajadi

Pasteur
Cipedes
Sukawarna
Sukagalih
Sukabungah

17.

Lengkong

3.

Cicendo

Husein Sastranegara
Arjuna
Pajajaran
Pasirkaliki
Pamoyanan
Sukaraja

18.

Batununggal

4.

Andir

19.

Kiaracondong

5.

Cidadap

Maleber
Dungucariang
Ciroyom
Kebon Jeruk
Garuda
Campaka
Hegarmanah
Ciumbuleuit
Ledeng

20.

Arcamanik

6.

Coblong

21.

Cibiru

7.

Bandung
Wetan

Cipaganti
Lebak Gede
Sadang Serang
Dago
Sekeloa
Lebak Siliwangi
Cihapit
Taman Sari
Citarum

22.

Antapani

8.

Sumur
Bandung

Braga
Merdeka
Kebon Pisang
Babakan Ciamis

23.

Ujung Berung

Kelurahan
Cigereleng
Ancol
Pungkur
Balonggede
Ciseureuh
Ciateul
Pasirluyu
Cijagra
Lingkar Selatan
Burangrang
Paledang
Turangga
Malabar
Cikawao
Gumuruh
Maleer
Cibangkong
Kacapiring
Kebon Waru
Kebon Gedang
Samoja
Binong
Sukapura
Kebon Jayanti
Babakan Surabaya
Cicaheum
Babakan Sari
Kebon Kangkung
Sukamiskin
Cisaranten Bina
Harapan
Cisaranten Kulon
Cisaranten Endah
Cipadung
Pasir Biru
Cisurupan
Palasari

Antapani Wetan
Antapani Tengah
Antapani Kulon
Antapani Kidul
Pasir Endah
Cigending
Pasir Wangi
Pasir Jati

Pendahuluan

1-7

No.

Kecamatan

9.

Cibeunying
Kaler

10.

Cibeunying
Kidul

11.

Astanaanyar

12.

Bojongloa
Kaler

13.

Babakan
Ciparay

14.

Bojongloa Kidul

15.

Bandung Kulon

Kelurahan
Cihaurgeulis
Sukaluyu
Neglasari
Cigadung
Padasuka
Cikutra
Cicadas
Sukamaju
Sukapada
Pasirlayung
Karasak
Nyengseret
Karang Anyar
Panjunan
Cibadak
Pelindung Hewan
Kopo
Babakan Tarogong
Jamika
Babakan Asih
Sukaasih
Babakan
Babakan Ciparay
Sukahaji
Margahayu Utara
Margasuka
Cirangrang
Situsaeur
Kebon Lega
Cibaduyut
Mekar Wangi
Cibaduyut Kidul
Cibaduyut Wetan
Cijerah
Cibuntu
Warung Muncang
Caringin
Cigondewah Kaler
Gempol Sari
Cigondewah Rahayu
Cigondewah Kidul

No.

Kecamatan

Kelurahan
Pasanggrahan
Cipamokolan
Manjahlega
Derwati
Mekar Jaya
Sekejati
Margasari
Cijawura
Jatisari

24.

Rancasari

25.

Buahbatu

26.

Bandung Kidul

Batununggal
Wates
Mengger
Kujangsari

27.

Pantileukan

Cipadung Kulon
Cipadung Wetan
Cipadung Kidul
Mekar Mulya

28.

Gedebage

Ranca Bolang
Cisaranten Kidul
Cimincrang
Rancanumpang

29.

Mandalajati

Jati Handap
Karang Pamulang
Sindang Jaya
Pasir Impun

30.

Cinambo

Cisaranten Wetan
Pakemitan
Sukamulya
Babakan Penghulu

Sumber: Perda Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja
Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung

Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Bandung dibagi
menjadi 8 (delapan) subwilayah kota yang dilayani oleh 2 (dua) pusat pelayanan kota dan
8 (delapan) subpusat pelayanan (SP). Pusat pelayanan kota melayani 2 juta penduduk,
sedangkan subpusat pelayanan kota melayani sekitar 500.000 penduduk. Pembagian
pusat pelayanan di Kota Bandung adalah sebagai berikut.
Tabel I. 3
Pembagian Wilayah Kota Bandung
Subpusat pelayanan Setrasari

Kecamatan Andir

Kecamatan Sukasari

Kecamatan Cicendo

Kecamatan Sukajadi

Pusat Pelayanan Alun-Alun


Subpusat pelayanan Sadang Serang

Kecamatan Cidadap

Kecamatan Coblong

Kecamatan Bandung Wetan

Kecamatan Cibeunying Kidul

Kecamatan Cibeunying Kaler

Kecamatan Sumur Bandung

Pendahuluan

1-8

Subpusat pelayanan Kopo Kencana


Subpusat pelayanan Turangga

Kecamatan Astana Anyar

Kecamatan Regol

Kecamatan Bojongloa Kidul

Kecamatan Lengkong

Kecamatan Bojongloa Kaler

Kecamatan Batununggal

Kecamatan Babakan Ciparay

Kecamatan Kiaracondong

Kecamatan Bandung Kulon


Pusat Pelayanan Gedebage
Subpusat pelayanan Arcamanik
Subpusat pelayanan Ujungberung

Kecamatan Arcamanik

Kecamatan Ujungberung

Kecamatan Mandalajati

Kecamatan Cibiru

Kecamatan Antapani

Kecamatan Cinambo

Kecamatan Panyileukan
Subpusat pelayanan Kordon
Subpusat pelayanan Derwati

Kecamatan Bandung Kidul

Kecamatan Gedebage

Kecamatan Buahbatu

Kecamatan Rancasari
Sumber: Hasil Analisis, 2009

Secara geografis, wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km,
yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai
Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung, Sungai Curug Dog-dog,
Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai
Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai dengan aliran dari utara ke selatan yaitu Sungai
Cikapundung, dan dari selatan ke utara yaitu Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut
selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian
kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK. Potensi air lainnya adalah
sumber air tanah yang diambil melalui sumur bor yang tersebar di Kota Bandung.
Kota Bandung memiliki tanah yang relatif subur karena terdiri dari lapisan tanah aluvial dan
endapan sungai dan danau. Kesuburan tanah ini dapat berarti kekuatan jika kegiatan
perkotaan akan lebih didominasi agro atau urban forestry, tetapi sebaliknya akan menjadi
kelemahan jika lahan itu justru didominasi oleh pemanfaatan untuk pengadaan blok-blok
bangunan.
1.2.3

Guna Lahan

Pada saat ini Kota Bandung yang digunakan sebagai lahan terbangun yang cukup padat
terutama di bagian pusat kota (sebesar 73,5%) sehingga memaksa perlu adanya
pengembangan fisik kota ke wilayah pinggiran. Perkembangan fisik kota ini di antaranya
diperuntukkan bagi perumahan dengan fasilitas penunjangnya. Berdasarkan kajian yang
dilakukan oleh M. Hilman (2004), pada tahun 1968, penggunaan lahan terbesar di Kota
Bandung adalah sawah seluas 3.340,81 ha (41,2%), perumahan seluas 2.181,62 ha
(26,9%) dan penggunaan tanah terkecil adalah gudang seluas 22,35 ha. Pada tahun 1981,
luas penggunaan lahan terbesar adalah perumahan sebesar 2.264,613 ha atau dua kali
lipat penggunaan lahan perumahan tahun 1968. Pertambahan lainnya adalah kawasan
militer sebesar 487,18 ha, perdagangan sebesar 189,388 ha. Luas penggunaan lahan
yang berkurang adalah sawah sebesar 2.20 1,466 ha, industri sebesar 73,124 ha. Pada
tahun 1997 guna lahan di Kota Bandung didominasi oleh perumahan 9.445,72 ha
(56,46%), pemerintahan/sosial 1.234,88 ha (2,38%), militer 348,52 (2,08%), perdagangan
448,07 ha (2,68%), industri 635,28 ha (3,8%), sawah 3.649,29 ha (21,81%), tegalan 876,37
ha (5,04%), lain-lain 91,87 ha (0,55%).
Berdasarkan peta interpretasi citra satelit Tahun 2004 (Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Provinsi Jawa Barat, penggunaan lahan Kota Bandung pada tahun 2004 terdiri atas
bandara 106,47 ha, belukar 164,15 ha, hutan 21,05 ha. Untuk penggunaan industri dan
institusi masing-masing 903,29 ha dan 906,98 ha. Untuk Jalan dan rel kereta 997,4 dan
16,56 ha. Penggunaan lahan kebun campuran mencapai 515,69 ha, pasar/pertokoan 52,90
ha, perkebunan/kebun 48,76 ha dan penggunaan lahan paling luas untuk perumahan
yang mencapai 8.922,00 ha.

Pendahuluan

1-9

Pada tahun 2008, sebagian besar lahan di Kota Bandung (55,5%) digunakan sebagai
lahan perumahan. Penggunaan untuk kegiatan-kegiatan jasa sekitar 10% dan masih ada
lahan sawah sekitar 20,1%.
Tabel I. 4
Penggunaan Lahan di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Guna Lahan
Perumahan
Jasa
Industri
Sawah
Tegalan
Kebun Campuran
Tanah Kosong
Kolam
Lainnya
Jumlah

Luas Area (Ha)


9.290,28
1.668,54
647,83
3.354,49
318,70
215,57
545,47
39,90
649,22
16.730,00

Sumber: Badan Pertanahan Kota Bandung, 2008

Gambar 1.1
Struktur Penggunaan Lahan di Kota Bandung Tahun 2008
Perumahan

55.5

Sawah

20.1
10

Jasa
Industri

3.9

Lainnya

3.8

Tanah Kosong

3.3

Tegalan

1.9

Kebun Campuran
Kolam

1.3
0.2
0

20

40

60

( persen )

Banyaknya jenis kegiatan yang berjalan di Kota bandung, terjadinya perubahan


pemanfaatan ruang, terdapatnya permukiman kumuh dengan kondisi lingkungan yang
tidak sehat, terbatasnya lahan untuk Tempat Permakaman Umum dan belum tersedianya
ruang untuk sektor informal pada akhirnya memberikan tekanan berat pada kondisi fisik
alam Kota Bandung. Berbagai masalah lingkungan muncul di antaranya; penurunan air
tanah, penurunan kualitas air tanah, suhu udara yang semakin meningkat, kualitas udara
menurun, masalah sampah yang belum dapat ditangani secara optimal, luas lahan terbuka
yang berfungsi lindung sangat sedikit dan terancam keberadaannya, ketidakseimbangan
kegiatan antar wilayah dan lain sebagainya.
Pada situasi menghadapi berbagai masalah fisik alam tersebut, tuntutan kebutuhan air
bersih, kualitas udara yang baik, kenyamanan, ruang terbuka hijau, ketuntasan
penanganan sampah, kebutuhan pemukiman, sarana dan prasarana semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktivitasnya. Permasalahan lingkungan
fisik alam tersebut pada dasarnya bukan hanya tantangan Kota Bandung saja, namun juga
meliputi wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.
Permasalahan di salah satu wilayah tersebut dapat membawa dampak pada wilayah
lainnya. Karena itu untuk penanganan masalah dan pemenuhan kebutuhan di Kota
Bandung memerlukan sinergitas dengan Kabupaten-Kota di sekitarnya.

Pendahuluan

1-10

Pendahuluan

1-11

Pendahuluan

1-12

1.2.4

Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan Kota Bandung Tahun 2008, jumlah penduduk
Kota Bandung tahun 2008 mencapai 2.335.406 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata
per tahun pada tahun 2006-2008 adalah 0,8 %. Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk
pada tahun 2031 diperkirakan mencapai 4.1 juta jiwa. Angka proyeksi tersebut merupakan
angka jumlah penduduk dengan pertumbuhan alami tanpa adanya intervensi apapun. Pada
tahun 2008, Kecamatan Bandung Kulon memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu 364
jiwa/ha.
Tabel I. 5
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung 1990-2008
Tahun
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

Jumlah Penduduk
1.808.261
1.808.765
1.816.626
1.819.356
1.816.385
1.816.726
1.817.939
1.818.694
1.806.409
1.868.913
2.141.837
2.146.360
2.142.194
2.228.268
2.234.624
2.266.969
2.296.848
2.329929
2.335.406

LPP (%)
0,03
0,43
0,15
-0,16
0,02
0,07
0,04
-0,68
3,46
14,30
0,47
-0,16
3,98
0,20
1,72
1,72
1,14
1,88

Sumber: Dinas Kependudukan, 2008; dan BPS Kota Bandung, 2005

Berdasarkan hasil kajian Cekungan Bandung, daya dukung dan tampung ruang Kota
Bandung maksimum sebesar 3.018.038 jiwa dengan kepadatan 200 jiwa/ha. Dalam RTRW
Kota Bandung 2004- 2013, jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2013 diperkirakan
sudah mencapai batas maksimal daya tampung ruang Cekungan Bandung. Pada tahun
2031 mendatang jumlah penduduk Kota Bandung diperkirakan akan mencapai sekitar 4.1
juta jiwa. Berdasarkan kecenderungan ini, maka strategi penyebaran penduduk dengan
pendistribusian sarana dan prasarana di Kota Bandung ke kawasan perkotaan Bandung
Raya menjadi penting untuk mengurangi berbagai persoalan di Kota Bandung.

Tabel I. 6
Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung
Tahun 2008 (jiwa)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kecamatan
Andir
Sukasari
Cicendo
Sukajadi
Cidadap
Coblong
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul

2008
119.283
81.617
97.412
98.079
53.028
113.491
35.265
103.113

Pendahuluan

1-13

No.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Kecamatan
Cibeunying Kaler
Sumur Bandung
Astana Anyar
Bojongloa Kidul
Bojongloa Kaler
Babakan Ciparay
Bandung Kulon
Regol
Lengkong
Batununggal
Kiaracondong
Antapani
Arcamanik
Ujungberung
Cibiru
Bandung Kidul
Buahbatu
Rancasari
Panyileukan
Mandalajati
Cinambo
Gedebage
Jumlah

2008
68.103
40.473
75.400
72.918
112.269
113.492
120.857
88.143
74.611
121.868
116.452
85.416
56.190
67.862
60.149
48.156
91.199
72.362
36.240
57.262
21.480
33.216
2.335.406

Sumber: BPS Kota Bandung 2006,2007 dan Dinas Kependudukan Kota Bandung 2008

Sumber: Tabel 1.2, 2009; dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2007

Pendahuluan

1-14

Gambar 1.2
Daya Tampung Ruang Maksimal dan Kecenderungan
Perkembangan Penduduk Kota Bandung Tahun 2005-2031

Sumber: BPS Kota Bandung 2006, 2007; Dinas Kependudukan Kota Bandung 2008; dan
Hasil Analisis, 2009

Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Batununggal yaitu mencapai


jumlah 121.868 jiwa atau mencapai 5,22% dari seluruh jumlah penduduk Kota Bandung.
Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah Kecamatan Cinambo, dengan
jumlah penduduk sekitar hampir 21.480 jiwa atau sekitar 0,92% dari jumlah penduduk Kota

Pendahuluan

1-15

Bandung. Dari kecamatan yang ada, 51,7% penduduk tinggal di 11 kecamatan saja, yaitu
Andir, Cicendo, Sukajadi, Coblong, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kaler, Babakan Ciparay,
Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong dan Margacinta (Buahbatu).
Tabel I. 7
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Nama Kecamatan
Andir
Sukasari
Cicendo
Sukajadi
Cidadap
Coblong
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Sumur Bandung
Astana Anyar
Bojongloa Kidul
Bojongloa Kaler
Babakan Ciparay
Bandung Kulon
Regol
Lengkong
Batununggal
Kiaracondong
Antapani
Arcamanik
Ujungberung
Cibiru
Bandung Kidul
Buahbatu
Rancasari
Panyileukan
Mandalajati
Cinambo
Gedebage
Jumlah

Jumlah Penduduk
Laki-laki
61.464
42.038
49.855
50.143
27.683
58.456
18.139
53.254
34.859
21.062
38.494
37.598
57.796
58.718
61.488
45.328
38.025
62.179
59.228
44.422
28.871
34.868
31.063
24.577
46.826
37.128
18.807
29.391
11.069
16.936
1.199.765

Perempuan
57.819
39.579
47.557
47.936
25.345
55.035
17.126
49.859
33.244
19.411
36.906
35.320
54.473
54.774
59.369
42.815
36.586
59.689
57.225
40.994
27.319
32.994
29.086
23.579
44.373
35.234
17.433
27.871
10.411
16.280
1.135.642

Sex Ratio
106,30
106,21
104,83
104,60
109,22
106,22
105,91
106,81
104,86
108,51
104,30
106,45
106,10
107,20
103,57
105,87
103,93
104,17
103,50
108,36
105,68
105,68
106,80
104,23
105,53
105,38
107,88
105,45
106,32
104,03
105,80

Sumber: Dinas Kependudukan Kota Bandung, 2008

Semua Kecamatan di Kota Bandung memiliki sex ratio lebih dari 100, hal ini berarti jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 106 (dibulatkan dari 105,80) penduduk laki-laki. Angka sex ratio tertinggi berada
pada Kecamatan Sumur Bandung dan Antapani. Angka ini menyebabkan kebutuhan
lapangan pekerjaan untuk laki-laki lebih besar. Jika hal ini tidak diakomodasi dengan baik,
maka akan berdampak banyaknya penduduk yang bekerja di luar kecamatan ataupun
menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Pendahuluan

1-16

Tabel I. 8

Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung 2011-2031

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa)

Bandung Kulon

2012
152481

2013
155830

2014
159179

2015
162528

2016
165878

2017
169227

2018
172576

2019
175925

2020
179274

2021
182623

Babakan Ciparay

173111

176913

180715

184517

188320

192122

195924

199726

203529

207331

Bojongloa Kaler

147061

150291

153521

156751

159981

163211

166441

169671

172901

176131

Bojongloa Kidul

98587

100752

102917

105083

107248

109413

111579

113744

115910

118075

Astanaanyar

85813

87698

89582

91467

93352

95237

97122

99006

100891

102776

Regol

105222

107533

109845

112156

114467

116778

119089

121400

123711

126022

Lengkong

87563

89486

91410

93333

95256

97179

99103

101026

102949

104872

Bandung Kidul

63216

64605

65993

67382

68770

70159

71547

72935

74324

75712

Buah Batu

115873

118419

120964

123509

126054

128599

131144

133689

136234

138779

10

Rancasari

83769

85609

87449

89289

91129

92969

94809

96649

98488

100328

11

Gedebage

37990

38824

39658

40493

41327

42162

42996

43830

44665

45499

12

Cibiru

72988

74591

76194

77797

79400

81003

82606

84210

85813

87416

13

Panyileukan

42114

43039

43964

44889

45814

46739

47665

48590

49515

50440

14

Ujung Berung

74907

76553

78198

79843

81488

83134

84779

86424

88070

89715

15

Cinambo

28824

29457

30090

30723

31356

31989

32622

33255

33888

34521

16

Arcamanik

70394

71940

73487

75033

76579

78125

79671

81217

82764

84310

17

Antapani

72900

74501

76103

77704

79305

80906

82507

84109

85710

87311

Pendahuluan

1-17

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa)

18

Mandalajati

2012
69660

2013
71190

2014
72720

2015
74250

2016
75780

2017
77310

2018
78840

2019
80370

2020
81900

2021
83430

19

Kiaracondong

157679

161142

164606

168069

171532

174995

178459

181922

185385

188848

20

Batununggal

150099

153396

156693

159990

163286

166583

169880

173177

176474

179770

21

Sumur Bandung

48700

49770

50840

51909

52979

54049

55118

56188

57258

58327

22

Andir

129187

132025

134862

137700

140537

143375

146212

149050

151887

154725

23

Cicendo

125941

128707

131473

134239

137005

139772

142538

145304

148070

150836

24

Bandung Wetan

38611

39459

40307

41155

42003

42851

43699

44548

45396

46244

25

Cibeunying Kidul

135139

138108

141076

144044

147012

149981

152949

155917

158885

161853

26

Cibeunying Kaler

83948

85792

87636

89479

91323

93167

95011

96855

98699

100543

27

Coblog

153819

157198

160576

163955

167333

170712

174090

177469

180847

184226

28

Sukajadi

122940

125640

128340

131041

133741

136441

139141

141842

144542

147242

29

Sukasari

93931

95994

98058

100121

102184

104247

106310

108373

110436

112499

30

Cicadap
jumlah

65608

67049

68490

69931

71372

72813

74254

75695

77136

78577

2824642

2951510

3014944

3078378

3141812

3205246

3268680

3332114

3395548

3458982

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2009

Pendahuluan

1-18

Lanjutan Tabel I.8


Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung 2011-2031
No

Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa)


2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2031

2031

Bandung Kulon

185972

189321

192670

196020

199369

202718

206067

209416

212765

216114

Babakan Ciparay

211133

214935

218737

222540

226342

230144

233946

237749

241551

245353

Bojongloa Kaler

179361

182591

185821

189051

192281

195511

198742

201972

205202

208432

Bojongloa Kidul

120240

122406

124571

126736

128902

131067

133232

135398

137563

139729

Astanaanyar

104661

106546

108430

110315

112200

114085

115970

117854

119739

121624

Regol

128333

130645

132956

135267

137578

139889

142200

144511

146822

149133

Lengkong

106796

108719

110642

112565

114489

116412

118335

120258

122182

124105

Bandung Kidul

77101

78489

79878

81266

82655

84043

85432

86820

88209

89597

Buah Batu

141324

143869

146414

148959

151504

154049

156594

159139

161684

164230

10

Rancasari

102168

104008

105848

107688

109528

111368

113208

115048

116888

118727

11

Gedebage

46334

47168

48002

48837

49671

50506

51340

52174

53009

53843

12

Cibiru

89019

90622

92225

93828

95431

97034

98638

100241

101844

103447

13

Panyileukan

51365

52290

53215

54140

55065

55990

56915

57840

58765

59690

14

Ujung Berung

91360

93005

94651

96296

97941

99586

101232

102877

104522

106168

15

Cinambo

35154

35788

36421

37054

37687

38320

38953

39586

40219

40852

16

Arcamanik

85856

87402

88948

90494

92040

93587

95133

96679

98225

99771

17

Antapani

88912

90513

92114

93716

95317

96918

98519

100120

101722

103323

18

Mandalajati

84960

86490

88020

89550

91080

92610

94140

95670

97200

98730

19

Kiaracondong

192312

195775

199238

202702

206165

209628

213091

216555

220018

223481

20

Batununggal

183067

186364

189661

192958

196254

199551

202848

206145

209442

212738

Pendahuluan

1-19

No

Kecamatan

21

Sumur Bandung

22

Jumlah Penduduk (jiwa)


2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2031

2031

59397

60467

61536

62606

63676

64745

65815

66884

67954

69024

Andir

157562

160400

163237

166075

168912

171750

174587

177425

180262

183100

23

Cicendo

153603

156369

159135

161901

164667

167433

170200

172966

175732

178498

24

Bandung Wetan

47092

47940

48788

49636

50484

51332

52180

53028

53876

54724

25

Cibeunying Kidul

164822

167790

170758

173726

176695

179663

182631

185599

188567

191536

26

Cibeunying Kaler

102386

104230

106074

107918

109762

111606

113449

115293

117137

118981

27

Coblog

187604

190983

194361

197740

201118

204497

207875

211254

214632

218011

28

Sukajadi

149942

152643

155343

158043

160743

163444

166144

168844

171545

174245

29

Sukasari

114562

116626

118689

120752

122815

124878

126941

129004

131067

133130

30

Cicadap
jumlah

80018

81459

82900

84341

85782

87223

88664

90105

91546

92987

3522416

3585850

3649284

3712718

3776152

3839586

3903020

3966454

4029888

4093322

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2009

Pendahuluan

1-20

Pendahuluan

1-21

1.2.5

Potensi Sumber Daya Alam

Pada saat ini, dari total Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan sumber air baku eksisting
terdapat 802 l/detik kapasitas air bersih yang belum termanfaatkan seperti terlihat pada
tabel berikut.

Tabel I. 9
Kondisi Pemanfaatan IPA Eksisting Kota Bandung
IPA

Kapasitas

Badak Singa
Miniplant Cibereum
Miniplant Cipanjalu
Miniplant Cirateun
Dago Pakar
Miniplant Dago Pakar
Sumur Air Dalam
Air Tanah/Sumur Bor

1800
40
20
5
600
60
170
500
Total

Produksi
1400
40
10
2
600
40
130
171

Potensi yang Belum


Termanfaatkan
400
0
10
3
0
20
40
329
802

Sumber: PDAM Kota Bandung, 2008

Untuk Kota Bandung sendiri terdapat dua buah sumber air bersih, yaitu sungai (air
permukaan) dan artesis (air tanah dalam). Berdasarkan data tahun 2000 kapasitas
produksi dari PDAM rata-rata sebesar 2.200 liter/detik dengan persentase kehilangan air
bersih rata-rata per tahun 47% (berdasarkan pembayaran air pelanggan pada tiap
bulannya). Untuk air permukaan diperoleh dari aliran Sungai Cikapundung dengan debit air
baku 600 liter/detik dan Sungai Cikapundung (Siliwangi) dengan debit air baku 200
liter/detik, Sungai Cisangkuy dengan debit air baku 1.600 liter/detik , dan Sungai
Cibeureum sekitar 40 liter/detik. Selain itu terdapat pula sumber air bersih yang dapat
dimanfaatkan oleh penduduk Kota Bandung yaitu mata air, PDAM menggunakan 10 buah
mata air utama yang terletak di daerah Ledeng.

1.2.6

Potensi Bencana Alam

Kota Bandung memiliki empat potensi bencana alam yaitu letusan gunung berapi, gempa
bumi, banjir dan kebakaran.
a.

Letusan Gunung Berapi


Potensi bahaya gunung api di Kota Bandung sendiri diidentifikasi pada puncak, tubuh,
dan lereng Gunung Tangkuban Parahu. Bahaya III terdapat di puncak dan tubuh
Gunung Tangkuban Parahu, diperkirakan apabila terjadi letusan daerah tersebut akan
teraliri lava, lahar panas, dan awan panas. Lahar panas diperkirakan akan melalui tiga
aliran sungai yang berhubungan dengan puncak gunung tersebut, yaitu Sungai
Ciujung, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cikapundung. Penyebaran daerah bahaya ini
diperkirakan antara puncak dan sekitar Lembang. Bahaya dengan tingkat waspada,
memiliki penyebaran lebih luas, yaitu antara puncak hingga pertemuan dengan Sungai
Citarum. Bahaya yang kedua ini terutama berupa aliran lahar dingin jika terjadi hujan
di bagian hulu.
Berikut ini merupakan titik-titik yang memiliki potensi bencana alam (letusan gunung
berapi).

Pendahuluan

1-22

Gambar 1.3
Sebaran Gunung Api di Provinsi Jawa Barat

Sumber: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana 2008

Gambar 1.4
Kawasan Bencana Gunung Tangkuban Perahu

Sumber: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana 2006

Pendahuluan

1-23

b.

Gempa
Menurut pembagian seismisitas (Beca Carter, 1976), Kota Bandung termasuk pada
Zona III dengan skala I-IV Modified Mercale Intensty (MMI). Goncangan gempa bumi
yang diakibatkan pada rentang skala tersebut berkisar mulai hanya tercatat oleh
seismik hingga kerusakan cerobong, kaca dan jendela pecah, retakan pada dinding
rumah tembok dengan konstruksi sederhana. Walaupun demikian secara historis
kejadian gempa yang merusak di wilayah ini belum pernah terjadi kecuali pada
bangunan-bangunan dengan konstruksi sederhana. Didasarkan hasil kajian Puslitbang
Geologi Bandung, di sekitar Bandung terdapat beberapa patahan yang mempunyai
sejarah kejadian gempa. Patahan tersebut yaitu Patahan Baribis, Patahan Citanduy,
dan Patahan Cimandiri.

c.

Banjir
Tingginya lahan terbangun, meningkatnya proporsi lahan taman yang diperkeras,
serta adanya pelanggaran Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan pendirian bangunan
di sempadan sungai akan berdampak terhadap semakin sempitnya daerah resapan.
Salah satu dampak yang sangat dirasakan dari perubahan peruntukan penggunaan
lahan adalah banjir. Daerah-daerah yang memiliki kriteria seperti diatas merupakan
daerah rawan bajir, untuk Kota Bandung daerah rawan banjir dengan kriteria seperti
diatas adalah Gedebage dan Arcamanik.

d.

Kebakaran
Berdasarkan studi Balai Sains Bangunan Puslitbang Permukiman tahun 2002 dengan
mengacu data kebakaran lima tahun terakhir, tercatat bahwa Kota Bandung memiliki
rasio per tahun 1 kebakaran tiap 12.500 penduduk. Selain berdasarkan data
kebakaran 13 tahun terakhir (1990-2002) diperoleh data bahwa di Kota Bandung
terjadi 2.132 kali kebakaran dengan penyebab kebakaran antara lain: 41,4% akibat
listrik; 13,1% kompor; 2,8% lampu; 3,9% puntung rokok; dan 38,8% lain-lain.

1.2.7

Potensi Ekonomi Wilayah Kota

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat. Sebagai suatu
area yang telah membentuk kesatuan fungsional Bandung Metropolitan Area, aktivitas
ekonomi dan penduduk relatif sudah menyatu. Pada tahun 2004-2007 kontribusi ekonomi
Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 10%. Dalam lingkup Kota Bandung Raya,
maka kontribusi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 21% dari ekonomi Jawa Barat.

Pendahuluan

1-24

Pendahuluan

1-25

Tabel I. 10
PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2007 (Dalam Juta Rupiah)
No.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
a.
b.
c.
7.
a.
-

Tahun
Pertanian
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Industri Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan Tanpa Migas
Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
Makanan, minuman dan
tembakau
Tekstil, barang kulit dan alas
kaki
Barang kayu dan hasil hutan
lainnya
Kertas dan barang cetakan
Pupuk, kimia dan barang
dan karet
Semen dan barang galian
bukan logam
Logam dasar dan baja
Alat angkutan, mesin dan
peralatannya
Barang lainnya
Listrik, Gas dan Air Bersih
Listrik
Gas Kota
Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, hotel dan
Restoran
Perdagangan Besar dan
Eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Pengangkutan
Angkutan Rel
Angkutan Jalan Raya

2002
81.388
35.943
34 215
11.231
6.439378
6.439.878
155.270

2003
88.212
38.783
37.511
11.917
7225546
7225.546
243.047

2004
89.991
39.569
40.827
9.595
8227.165
8277.165
277.074

3.658.557

4.696.230

41.598

2005
115233
46.585
57.351
11.297
9980.371
9.980.371
413.341

2006
128286
48.586
67.747
12453
12092354
12092654
500.822

2007*")
141.104
50.817
76.130
14157
13407.032
13.407.032
555.258

5.387.854

6353.628

7.698.334

8.535.083

89.367

97.540

112784

136.654

151.507

56.391
329.400

101.405
521.387

117 563
594 379

144579
737.426

175.663
893.498

194.756
990.614

13.708

16 764

20103

22664

27.461

30.445

8.970
Z104.684

874
1.452053

1.090
1.657.495

1221
2042813

1479
2475.162

1.640
2744.193

71.301
447.076
390.901
56.175
973.459
6.845.728

104 421
536316
471.103
65.813
1.132450
7213,832

124068
658.330
580.399
77.932
1.315.662
9233.946

151.515
804.789
712879
91510
1.589-350
12789297

183.582
964317
858.183
106.134
1522466
17.185397

203.536
1.187.599
1.055.795
131.804
2306.088
20.082.523

5.893.624

6.637.627

7.973.360

11.247.772

15.324.063

17.980.391

186.207
765 897
2.419.578

222147
854.058
2725.123

271.699
988.887
3242.306

353.079
1.197.446
4.159.519

457.655
1404179
4579307

532109
1570024
5527394

1.352.582
75.197
764.760

1.554.602
93.299
816.286

1.857.251
114.155
927.679

2369306
155.830
1.226.435

2838.575
196.776
1.561.844

3.252186
239.077
1.854.860

Pendahuluan

1-26

No.
b.
8.
a.
b.
c.
d.
9.
a.
b.
-

Tahun
Angkutan Laut
Angkutan Sungai
Angkulan Udara
Jasa penunjang angkutan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Bank
Lembaga Keuangan Bukan
Bank
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Pemerintahan Umum
Swasta
Sosial Kemasyarakatan
hiburan dan Rekreasi
Perorangan dan Rumah
Tangga
PDRB

2002

2003

2004

2005

2006

2007*")

422.460
90.166
1.066.996
1.377.693

542237
102780
1170.520
1211475

693.605
121.813
1.385.054
2071.644

833.556
154.086
1789.613
2287221

881.545
198.370
2040.732
2852305

930.483
227.767
2675.708
3.195.468

505.512
224.380

723637
249.744

945.135
290.966

945.437
359.392

1.306.654
423.597

1.510.401
465.893

455.152
192.649
2.510.290
1.814.464
695.826
237.337
29.124
429.365

524.746
213.319
2761.877
1.993.914
767.963
252585
32959
482419

593.777
241.767
3.088.152
2212448
875.704
276.054
40.920
55.730

698.341
284.051
3.057404
2042322
1.015.082
308.494
52629
653559

797539
324.315
1465448
2306550
1.158.498
338.107
65.180
755211

856.230
361.944
4305.473
3.052589
1.252884
353.944
76.378
822562

21.095.090

23.895.430

27.977.195

34.792.184

43491380

50.552.181

Sumber: Kota Bandung Dalam Angka, 2003-2008

Pada tahun 2002 nilai produktivitas ekonomi lahan (bruto) Kota Bandung adalah Rp.126
milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307
milyar per km2. Kenaikan nominal nilai produktivitas lahan ini relatif sangat cepat dalam
masa 5 tahun tersebut, yaitu rata-rata tumbuh 19,54% pertahun.
Tabel I. 11
Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung
2
Tahun 2002-2007 (Dalam Milyar Rupiah Per Km )
2002

2003

2004

2005

2006

2007

Nominal

126

143

167

208

260

307

Riil

126

135

145

156

169

183

Sumber: BPS (data diolah)

Secara umum, sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor, yaitu sektor basis
ekonomi, ekonomi lokal dan sektor informal. Kota Bandung memiliki sektor basis yang
cukup banyak terhadap Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut terlihat dari sektor ekonomi yang
memiliki nilai LQ >1, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor
perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa.

Pendahuluan

1-27

Gambar 1.5
Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung
2
Tahun 2002-2007 (dalam Milyar Rupiah Per Km )

Sumber: BPS (data diolah)

Selain sektor ekonomi yang termasuk dalam PDRB terdapat pula beberapa sektor ekonomi
lokal di Kota Bandung yang berupa industri kreatif. Industri kreatif merupakan kumpulan
dari sektor-sektor industri yang mengandalkan kreativitas sebagai modal utama dalam
menghasilkan produk/jasa. Sektor ekonomi kreatif di Bandung, umumnya bergerak di
bidang fashion, desain dan musik yang dikelola oleh orang muda berusia 15-25 tahun.
Industri kreatif di Kota Bandung menyerap 344.244 tenaga kerja dan memberikan
kontribusi sebesar 11% untuk ekonomi lokal.

Pendahuluan

1-28

Gambar 1.6
Sebaran Kegiatan Ekonomi di Kota Bandung
Jumlah total dari kec.
Tsb = 50% dari total
Jumlah total dari kec.
Tsb = 25% dari total

SEBARAN KEGIATAN EKONOMI


Pertanian
Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel, Restoran
Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

LPE Tinggi

Produktivitas ekonomi lahan tinggi


(di atas rata-rata)

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan pendatang yang berasal dari berbagai
daerah di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Hal ini menyebabkan Kota Bandung menjadi
pusat kegiatan bukan hanya bagi penduduk setempat tetapi juga penduduk di daerah
sekitarnya. Sebagian besar penduduk Kota Bandung, lokal maupun pendatang, terlibat
dalam sektor perdagangan baik formal maupun informal terutama sebagai Pedagang Kaki
Lima (PKL).
Tabel I. 12
Persebaran PKL Berdasarkan Kecamatan
di Kota Bandung Tahun 2004 dan 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kecamatan
Kecamatan Bandung Wetan
Kecamatan Regol
Kecamatan Andir
Kecamatan Kiaracondong
Kecamatan Lengkong
Kecamatan Cicendo
Kecamatan Cibeunying Kidul
Kecamatan Coblong
Kecamatan Astana Anyar
Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Bojongloa Kaler
1
Jumlah PKL Tahun 2004
2
Jumlah PKL Tahun 2005

Jumlah PKL
6000
6000
2912
2500
930
874
863
800
500
498
485
22.362
26.490

Sumber: 1) Bujet No. 10, 2004 dalam Solichin 2005


2)
Bujet No. 10, 2004 dalam Solichin 2005; Kosasih 2007

Pendahuluan

1-29

Jika dilihat dari lokasinya, PKL menempati lokasi yang mampu menarik banyak pelanggan
seperti pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar, pusat pendidikan, rumah sakit, dan jalanjalan utama.
Tabel I. 13
Lokasi PKL dan Karakteristik Lokasi di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Lokasi PKL
Jl. Ahmad Yani, Cicadas
Jl. Sukajadi
Jl. Andir
Jl. Kiaracondong
Jl. Ahmad Yani, Kosambi
Jl. Merdeka
Jl. Dalem Kaum
Jl. Dewi Sartika
Jl. Kepatihan
Jl. Cihampelas
Jl. Rumah Sakit
Jl. Ir.H.Juanda-Hasanudin
Jl. Taman Cilaki
Jl. Cihapit-Ciliwung
Jl. Riau
Jl. Ir.H.Juanda
Jl. Peta
Jl. Sultan Agung
Jl. Dipati Ukur
Jl. Ganesha-Tamansari

Karakteristik Utama Lokasi


Pertokoan, pasar, dan permukiman
padat penduduk

Pertokoan dan pusat perbelanjaan

Rumah sakit
Permukiman Menengah Ke atas
Jalan utama dan Factory outlet
Jalan utama
Pusat pendidikan

Sumber: Setia, 2008

Gambar 1.7
Aktivitas PKL di Sekitar Kawasan Gasibu Kota Bandung

Gambar 1.8
Aktifitas PKL di Jl. Otista Kota Bandung

Pendahuluan

1-30

Kehadiran PKL juga dapat diidentifikasi di beberapa lokasi yang juga dijadikan pasar kaget,
seperti sekitar pabrik (Jl. Kiaracondong), Gasibu (Jl. Diponegoro-Surapati), Metro
(Jl.Soekarno Hatta), Pasteur (Jl. Djunjunan), Pusdai (Jl.Supratman), Salman (Jl. Ganesha)
dan Samsat (Jl.Soekarno Hatta) (Muljarijadi dan Thio 2008 dalam Setia 2008). Di beberapa
titik terdapat juga kelompok PKL yang selama bertahun-tahun telah dikenal karena
kekhasan barang yang diperjualbelikan. Adapun lokasi tersebut seperti di Cihapit yang
menjual pusat perdagangan barang bekas dan perlengkapan interior (audio visual system)
kendaraan beroda empat, di Taman Cilaki yang merupakan pusat jajanan kaki lima, di
Pasar Gedebage yang merupakan pusat perdagangan produk fashion dan di Jl. Peta yang
merupakan pusat penjualan ikan hias.

1.2.8

Sistem Transportasi

Sistem transportasi Kota Bandung terdiri dari angkutan darat jalan raya dan rel, dan
angkutan udara. Prasarana transportasi di Kota Bandung terdiri atas:

Terminal penumpang dan halte penumpang yang berjumlah 15 unit dengan tipe
terminal A, B, dan C (sesuai dengan Kepmen Perhubungan No.31 Tahun 1995) dan
terdapat 20 pangkalan angkutan umum (kota) dan halte (pemberhentian angkutan
umum) sekitar 144 unit, yaitu 89 unit dengan bangunan dan 55 unit tanpa bangunan.
Halte ini terdistribusi di beberapa ruas jalan, baik yang berstatus jalan nasional,
propinsi, maupun kabupaten/kota;
Fasilitas pejalan kaki tersedia dalam bentuk trotoar yang sebagian trotoar masih
dalam keadaan sedang dan rusak (32,27%);
Fasilitas Bandar Udara Husein Sastranegara yang terletak di WP Bojonegara dan
menempati area lahan 145 hektar dengan luas terminal 2.411,85 m 2. Bandara ini
dilengkapi dengan satu terminal yang melayani penerbangan domestik dan
internasional;
Prasarana perparkiran di Kota Bandung terbagi menjadi dua, yaitu parkir di badan
jalan (on street parking) dan parkir di luar jalan (off street parking). Parkir di badan
jalan di Kota Bandung terbagi dalam empat kategori tempat, yaitu jalan umum, jalan
umum di tempat tertentu, parkir langganan, dan parkir di pasar (Badan Pengelola

Pendahuluan

1-31

Parkir, Kota Bandung). Sedangkan parkir di luar jalan di Kota Bandung terbagi menjadi
pelataran parkir, bangunan parkir, parkir di lantai dasar (basement); dan
Stasiun kereta api yang berjumlah delapan stasiun antara lain Stasiun Cimindi,
Stasiun Andir, Stasiun Ciroyom, Stasiun Bandung, Stasiun Cikudapateuh, Stasiun
Kiaracondong, Stasiun Gedebage, dan Stasiun Cimekar.
Gambar 1.9
Peta Jaringan Rel dan Stasiun Kereta Api

Stasiun Bandung dan Kiaracondong merupakan stasiun utama dalam konteks Metropolitan
Bandung. Dalam wilayah Metropolitan Bandung, Kota Bandung dilayani oleh jaringan
kereta api jalur ganda dan jalur tunggal. Beberapa jaringan kereta api yang ada di Kota
Bandung tidak dioperasikan, yaitu jaringan menuju Kecamatan Tanjungsari (Kabupaten
Sumedang) dan menuju Kecamatan Ciwidey seperti tampak pada gambar berikut.

Pendahuluan

1-32

Ja
tin
an
go
r
Ra
nc
ae
ke
k
Ha
ur
pu
gu
r
CI
CA
LE
NG
KA

aja
lay
M

Da
ye
Pa
uh
m
en
Ko
gp
lot
eu
Ci
k
pa
ra
y

Jalur ganda : operasi

G
Ci
ku
da
pa
te
uh
Ki
ar
ac
on
do
ng
Ge
de
ba
ge
Ci
m
ek
ar

BA
ND
U

Ci
ro
yo
m

An
dir

m
ind
i

ah
i

Ci
m

Ci

an
gk
on
g

PA
DA
LA
RA
Ga
do
NG
b

Ta
nj
un
g

Sa
ri

Gambar 1.10
Jalur Jaringan Kereta Api yang Dioperasikan dan Tidak Dioperasikan

Ba
nj
re
ar
an
an
g

Jalur tunggal : operasi

Ci

wi
de
y

Pa
sir

Ja
m
bu

So

Jalur non-operasi

Sumber: PT. KAI DAOP II

Stasiun Gedebage sudah tidak dioperasikan lagi sebagai stasiun penumpang dan pada
saat ini diperuntukkan sebagai stasiun terminal peti kemas. Jaringan kereta api Kota
Bandung ini dilayani oleh sarana kereta api kelas ekonomi dan patas, baik dalam skala
regional Metropolitan Bandung maupun daerah-daerah di Pulau Jawa lainnya. Keberadaan
jaringan kereta api ini cukup signifikan memberikan tarikan pergerakan menuju Kota
Bandung.
Adapun sarana transportasi di Kota Bandung terdiri atas:
a.

Bis
Angkutan bus di Kota Bandung dioperasikan oleh Damri. Terdapat 12 trayek yang
pada saat ini dioperasikan dengan 243 kendaraan bus. Bus yang digunakan oleh
Damri merupakan bus besar dengan kapasitas 40-62 tempat duduk. Seringkali terlihat
pada jam sibuk pagi dan sore, bus kota Damri memuat penumpang yang cukup
banyak. Selain Damri, terdapat satu trayek bus sedang yang dioperasikan oleh
koperasi angkutan umum yaitu trayek Antapani KPAD yang dioperasikan oleh
Kobutri. Pada saat ini, Kobutri mengoperasikan 12 bus sedang. Data Jaringan trayek
DAMRI dan bus sedang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel I. 14
Jaringan Trayek Damri dan Bus Sedang di Kota Bandung Tahun 2008

No
Rute

Nama
Trayek

Cicaheum

Waktu
Operasional
-

05.30 20.00

Jumlah Armada
Total
Beroperasi
Armada
28
30

Panjang Rute (km)


Berdasarkan
Berdasarkan
Peta Jaringan
Perum DAMRI
22.33
26

Pendahuluan

Rite
per
hari
5.8

1-33

No
Rute

Nama
Trayek

II
IV
V
VI
VII
VIII

IX

XI

XIV

XV

CIbeureum
Ledenga
Leuwipanjang
Kiaracondong
- Ciroyom
Dipatiukur Jatinangor
Elang
Jatinangor
Dipatiukur Jatinangor
Kebon
Kelapa

Tanjung Sari
Cicaheum
Leuwi
panjang
Cibiru

Kebon
Kalapa
Kiara
Condong
Sarijadi
Alun alun Ciburuy

Waktu
Operasional

Jumlah Armada
Total
Beroperasi
Armada

Panjang Rute (km)


Berdasarkan
Berdasarkan
Peta Jaringan
Perum DAMRI

Rite
per
hari

05.30 19.00

12

15

22.05

28

5.8

06.00 12.00

32

05.30 19.00

11

13

17.27

19

5.4

05.30 19.00

12

13

53.74

54

7.4

04.00 19.00

14

15

51.33

54

4.6

05.30 21.00

31

32

21.2

23.5

8.4

05.30 20.00

12

13

31.72

36

13.6

05.30 18.00

32.81

30

7.2

15.30 19.00

17

18

44.54

48

3.8

12

30.62

MINIBUS
-

Antapani
05.30 19.00
KPAD
Sumber : Perum Damri Kota Bandung, 2008

12

Tabel I. 15
Banyaknya Armada Angkutan Penumpang dan Volume Bis Kota di Kota Bandung
Tahun 2006
Bulan

Armada

Siap Guna
Siap operasi
Januari
6.218
6.019
Februari
4.743
4.549
Maret
6.476
6.092
April
6.199
4.941
Mei
6.336
4.908
Juni
6.045
4.872
Juli
6.213
4.910
Agustus
6.221
4.812
September
4.942
4.473
Oktober
6.017
4.987
November
6.284
6.021
Desember
6.995
6.702
Jumlah
74.689
71.547
Rata-Rata/bulan
6.224
4.962
Rata-Rata/hari
205
196
Sumber: Perum DAMRI Unit Bus Bandung, 2006

RIT
44.634
42.293
47.422
44.042
44.598
42.866
44.160
43.917
43.109
39.961
42.466
44.872
526.340
43.862
1.442

Penumpang
1.798.046
1.662.441
1.864.889
1.744.526
1.801.853
1.710.639
1.814.696
1.727.186
1.767.433
1.647.239
1.657.970
1.864.165
21.107.070
1.758.923
57.828

Jarak Tempuh
852.588
804.027,5
898.090,85
834.702,1
858.159,25
824.959,35
859.302,1
844.052,25
824.541,85
754.527,75
1.136.791,25
979.726,66
10.472.469
872.705,74
28.691,7

Pendahuluan

1-34

b.

Angkutan Kota
Jumlah trayek angkutan kota resmi di Kota Bandung berjumlah 38 trayek dengan
4.695 kendaraan (Dinas Perhubungan dalam Rencana Induk Transportasi, 2006).
Angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir belum
pernah mengalami penambahan baik dari sisi jumlah kendaraan maupun jumlah
trayek. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan kota dan pertumbuhan demand
yang cukup pesat. Dampaknya adalah tumbuhnya angkutan tidak resmi serta ojeg
khususnya pada daerah-daerah yang baru berkembang. Adapun rute-rute angkutan
kota tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Abdul Muis - Cicaheum via Binong


Abdul Muis - Cicaheum via Aceh
Abdul Muis Dago
Abdul Muis Ledeng
Abdul Muis Elang
Cicaheum Ledeng
Cicaheum Ciroyom
Cicaheum - Ciwastra Derwati
Cicaheum Cibaduyut
Stasiun Hall Dago
Stasiun Hall Sadang Serang
St. Hall - Ciumbuleuit via Eyckman
St.Hall-Ciumbuleuit via Cihampelas
Stasiun Hall Gede Bage
Stasiun Hall Sarijadi
Stasiun Hall Gunung Batu
Margahayu Raya Ledeng
Dago - Riung Bandung
Pasar Induk Caringin Dago

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Panghegar P. Dipati Ukur Dago


Ciroyom Sarijadi
Ciroyom - Bumi Asri
Ciroyom Cikudapateuh
Sederhana Cipagalo
Sederhana Cijerah
Sederhana Cimindi
Ciwastra - Ujung Berung
Cisitu Tegallega
Cijerah - Ciwastra Derwati
Elang Gede Bage - Ujung Berung
Abdul Muis Mengger
Cicadas Elang
Antapani Ciroyom
Cicadas - Cibiru - Penyileukan
Bumi Panyileukan - Sekemirung
Sadang Serang Caringin
Cibaduyut - Karang Setra
Cibogo Elang

Jumlah kendaraan angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung tidak sesuai
dengan jumlah kendaraan yang ditetapkan dalam SK Walikota Bandung. menunjukkan
bahwa tidak adanya kesesuaian dengan jumlah kendaraan menurut SK Walikota.
Jumlah kendaraan yang beroperasi di lapangan adalah 4.695 kendaraan, sementara
jumlah kendaraan yang ditetapkan oleh SK Walikota adalah 5.436 kendaraan.

c.

Kereta
Pelayanan jasa kereta api (KA) perkotaan di wilayah Kota Bandung hanya tersedia 2
jurusan pinggiran kota yakni ke Padalarang (8 KA/hari) dan ke cicalengka (17 KA/hari).
Di masa datang direncanakan akan dioperasikan jaringan kereta api ringan (KAR)
yang melayani koridor Timur Barat di wilayah Kota Bandung. Angkutan jalan rel di
Kota Bandung yang merupakan sistem transportasi sub urban dioperasikan oleh PT.
KAI dengan menggunakan kereta api diesel (KRD). Stasiun utama adalah
Kiaracondong dan terminal akhir di Padalarang dan Cicalengka. Angkutan jalan rel ini
merupakan angkutan kommuter yang melayani koridor barat-timur yaitu antara
Padalarang-Bandung-Cicalengka, seperti yang disajikan pada berikut:

Pendahuluan

1-35

Tabel I. 16
Daftar Rute Kereta Api Yang Beroperasi di Metropolitan Bandung
Bandung

Padalarang

Frekuensi
(Kereta / Hari)
3 kereta

Bandung

Cicalengka

15 kereta

Cicalengka

Padalarang

9 kereta

Asal

Tujuan

Keterangan
2 kereta lanjut ke Purwakarta
1 kereta lanjut ke Sukabumi
6 kereta PATAS
9 kereta Ekonomi
Pulang-pergi

Sumber : Jadwal Perjalanan Kereta Api, PT. KAI, 2002

d.

Taxi
Terdapat sekitar 1.040 taksi di Bandung yang dioperasikan oleh enam perusahaan
yaitu Centris, PuskopAU, Kota Kembang, Gemah Ripah, 4848, Kuat dan Blue Bird.
Semua operator taksi merupakan perusahaan swasta. Beberapa taksi dimiliki secara
individu tetapi dioperasikan dalam nama satu perusahaan. Berkaitan dengan
berkurangnya permintaan akibat krisis moneter tahun 1998, beberapa perusahaan
mengurangi armada operasional mereka. Sekitar 120 taksi (sekitar 13% dari armada
kota) yang tidak dioperasikan.
Tabel I. 17
Realisasi Jumlah Armada untuk Setiap Perusahaan Taksi
No.
.1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Nama Perusahaan Taxi


Taksi Centris
Taksi Kota Kembang
Taksi PT. 4848
Taksi Kuat
Taksi PRIMKOPAU
Taksi PT. Borobudur Megah Utama
Taksi PT. Citra Pratama Intibuana
Taksi PT. Tara Megah Muliatama
Taksi PT. Surya Pratama Mandiri
OI Taksi
Taksi CV. Mitra Lintas Transport
Taksi Bandung Raya
Jumlah

Eksisting
Awal
41
387
170
50
95
160
40
212
100
18
0
110
1383

Realisasi
41
387
70
34
93
160
40
212
60
18
0
110
1225

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2008

1.3

Isu-isu Strategis

Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa
dalam pengembangannya, Kota Bandung dihadapkan pada beberapa isu strategis berikut
ini:

Pendahuluan

1-36

a. Daya Tampung dan Daya Dukung Kota


Jumlah penduduk Kota Bandung (berdasarkan proyeksi) yang diperkirakan akan
mencapai 4,1 juta jiwa pada tahun 2031 telah melampaui daya dukung Kota Bandung
yang sekitar 3 juta jiwa. Selain itu, persebaran penduduk eksisting (2,3 juta jiwa) juga
belum tersebar secara merata. Selain memerlukan penyediaan ruang dan
infrastruktur, penduduk ini perlu didistribusikan secara proporsional di seluruh wilayah
Kota Bandung. Distribusi penduduk ini akan mempengaruhi aspek-aspek lainnya
dalam penataan ruang kota, seperti struktur dan pola ruang, sistem transportasi, dan
prasarana kota.
Tingginya tingkat kegiatan di Kota Bandung mengakibatkan antara lain bertambahnya
luas lahan terbangun dan produksi polusi. Kondisi saat ini menunjukkan kemampuan
daya tampung kota semakin menurun sebagai dampak dari kegiatan tersebut. Oleh
karena itu diperlukan pembenahan dan penambahan daya dukung kota pada lokasilokasi yang berpotensi.
b. Peran dan Fungsi Kota
Fungsi Kota Bandung harus selalu mengikuti perkembangan ekonomi nasional
maupun global dan harus selalu disesuaikan dengan peluang yang menguntungkan
pertumbuhan ekonomi kota. Oleh karena itu, fungsi kota Bandung harus ditentukan
secara berkala sesuai dengan peluang dan visi walikota yang dituangkan dalam
RPJM. Fungsi kota yang potensial dikembangkan di Kota Bandung antara lain
berbagai jenis jasa (pendidikan, kesehatan, keuangan, transportasi, dan lain-lain),
wisata kota, industri kreatif, dan lain-lain. Dengan fungsi kota yang kuat dan terarah
diharapkan peran Kota Bandung di dalam konteks wilayah yang lebih luas bisa makin
kuat.
c. Struktur Ruang Kota
Struktur Ruang Kota Bandung belum terbentuk dengan baik dilihat dari sistem pusat
pelayanan, sebaran kegiatan fungsional dan struktur jaringan pergerakan. Pusat Kota
masih terpusat di kawasan Alun-alun sedangkan kawasan Gedebage yang telah
ditetapkan sebagai pusat pelayanan kota kedua pada RTRW Kota Bandung 20042013 belum berkembang. Selain itu ada juga subpusat pelayanan yang belum
terbentuk (misalnya subpusat Sadangserang), bergeser dari lokasi yang direncanakan
(misalnya subpusat Lodaya), atau yang belum berfungsi dengan baik.
Sebaran kegiatan fungsional juga tidak sesuai dengan fungsi jaringan jalan sehingga
terjadi percampuran antara kegiatan primer dan sekunder dengan pergerakan primer
dan sekunder. Dengan proyeksi penduduk 20 tahun mendatang mencapai 4 juta jiwa
maka kebutuhan pusat pelayanan dan sub pusat pelayanan kota akan bertambah.
Penyesuaian jenis kegiatan dan fungsi jaringan pergerakan juga harus disesuaikan.
Dengan demikian, isu utama dalam struktur ruang kota adalah bagaimana
mengintegrasikan sistem pelayanan kota, sebaran kegiatan fungsional dan sistem
jaringan pergerakan untuk menciptakan struktur ruang kota yang efektif dan efisien
dalam melayani kebutuhan penduduk.
d. Pola Ruang Kota
Pola ruang Kota Bandung belum terbentuk sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Persoalan
pola ruang yang terjadi adalah rendahnya proporsi ruang terbuka hijau kota, tingginya

Pendahuluan

1-37

alih fungsi lahan, masih terdapatnya lingkungan perumahan yang kumuh, belum
dipertimbangkannya mitigasi bencana, kurangnya lahan Tempat Permakaman Umum,
dan belum tersedianya ruang untuk sektor informal. Tingginya tuntutan proporsi Ruang
Terbuka Hijau dalam Undang-undang (minimum 30% dari luas kota), tingginya
kebutuhan perumahan dan terbatasnya lahan menyebabkan pola ruang Kota Bandung
harus diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city), yang dilengkapi RTH
sebesar minimal 30%. RTH yang dikembangkan dapat berbentuk taman kota, hutan
kota, lahan pertanian, TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan jalur hijau di sekitar
prasarana (jalan, danau, rel kereta api, sungai, SUTET, SUTT, SUTM).
e. Pelestarian Kawasan dan Bangunan
Saat ini telah terlihat terdesaknya bangunan-bangunan dan kawasan tua/bernilai
sejarah atau yang merupakan pusaka kota oleh bangunan baru yang lebih memiliki
nilai ekonomis tinggi. Untuk menjamin sejarah (masa lalu), menjaga identitas dan
karakter kota, dan menggairahkan wisata kota (urban heritage tourism), maka
kawasan dan bangunan unik, tua dan bersejarah perlu tetap dilestarikan.
f.

Ruang Publik
Ruang publik di Kota Bandung saat ini masih terbatas dan penggunaannya tidak
sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa
kasus, seperti penggunaan lapangan Tegallega, keberadaan sektor informal pada
koridor-koridor jalan, dan alih fungsi RTH. Untuk menyediakan lingkungan hidup dan
lingkungan sosial yang nyaman, maka perkembangan penduduk Kota Bandung yang
pesat harus diimbangi dengan penyediaan ruang publik yang berkualitas dan tersebar
merata di wilayah kota.

g. Fasilitas Publik
Fasilitas publik di Kota Bandung belum memadai jumlah maupun kualitasnya. Dengan
beberapa fakta seperti: (1) Kualitas pelayanan publik belum optimal, (2) ketersediaan
fasilitas sosial ekonomi belum mencukupi dan, (3) terbatasnya fasilitas kebudayaan,
maka diperlukan penambahan jumlah dan peningkatan kualitas fasilitas publik masa
depan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai maka fasilitas publik di
Kota Bandung harus disediakan dengan jumlah yang cukup, lokasi yang tersebar
merata, mudah dijangkau, dirancang dengan menarik sehingga dapat memberikan
pelayanan publik yang berkualitas.
h. Sistem Transportasi
Sistem transportasi di Kota Bandung saat ini belum memiliki kinerja yang optimal dan
berkelanjutan, hal ini diindikasikan dengan:
Tingkat pelayanan (level of service) jalan yang rendah karena terjadinya
pengurangan ruang efektif jalan dan gangguan samping lalulintas disebabkan
oleh kegiatan-kegiatan yang sering menggunakan badan jalan serta masalah
yang berkaitan dengan sistem terminal dan penyediaan fasilitas pejalan kaki.
Pelayanan angkutan umum massal belum optimal, tingkat aksesibilitas penduduk
pada sarana dan prasarana transportasi massal relatif kurang memadai.
Penggunaan kendaraan bermotor roda dua mencapai 60% dan rentan terhadap
kecelakaan.
Luas jaringan jalan pada tahun 2005 hanya 2,32 % dari total luas wilayah (kondisi
ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, sekitar 15% hingga 20%).

Pendahuluan

1-38

Simpul Terminal Kereta Api Cikuda Pateuh dan Andir belum berfungsi sebagai
pengumpan untuk jaringan jalan raya.
Kinerja jaringan jalan tidak sesuai dengan fungsi.
Pola jaringan jalan belum terbentuk dengan baik (dimensi jalan, bottle neck).
Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan (kendaraan 11% per tahun)
dengan pertumbuhan penyediaan (jaringan jalan 2% per tahun).
Tidak memadainya prasarana parkir untuk kegiatan komersil, pendidikan,
kesehatan.
Kualitas dan kuantitas jalur pejalan belum memadai.

Untuk mencapai sistem transportasi yang baik dan berkelanjutan di Kota Bandung,
sistem transportasi yang jelas, terarah, aman, nyaman dan terjangkau harus
disediakan agar kinerja kegiatan sosial ekonomi masyarakat semakin baik, produktif
dan berkelanjutan.
i.

Ketersediaan Infrastruktur
Penyediaan infrastruktur di Kota Bandung masih mengalami beberapa kendala di
antaranya:
belum tersedianya TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berkelanjutan dengan
sistem pengolahan yang ekonomis;
50% jaringan jalan belum dilengkapi sistem drainase;
sistem drainase yang ada tidak berfungsi optimal;
belum terintegrasinya sistem air limbah kota dengan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah);
kapasitas IPAL terbatas, dan belum digunakan secara optimal;
jaringan air bersih baru melayani 53% penduduk dengan pengaliran kontinu 24
jam dan tingkat kebocoran 50%;
sumber air baku tidak memadai dan supplynya cenderung menurun;
menara telekomunikasi tersebar dan tidak digunakan bersama.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka Kota Bandung harus menyediakan
infrastruktur yang memadai bagi warganya. Penyediaan infrastuktur yang memadai,
ramah lingkungan (green infrastucture), dan berkelanjutan dengan pengembangan
pola kemitraan tersebut harus diupayakan. Dengan kerterbatasan sumberdaya maka
indikasi program, prioritas, dan pembiayaannya harus jelas.

j.

Pengendalian Pembangunan
Pengendalian pembangunan di Kota Bandung belum efektif, masih banyak
pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi antara lain:
belum tersedianya Peraturan Daerah dan aturan yang harus disediakan menurut
RTRW;
perizinan tidak sesuai dengan ketentuan;
insentif dan disinsentif belum diatur dan diterapkan;
sanksi belum diterapkan dengan tegas dan konsisten.
Untuk mengendalikan pembangunan dengan efektif, harus tersedia prosedur dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang jelas, lengkap, efektif dan
dilaksanakan dengan konsisten agar tercapai kualitas, kinerja dan tampilan kota yang
direncanakan.

Pendahuluan

1-39

Anda mungkin juga menyukai