PENDAHULUAN
1.1
Pembangunan Kota Bandung sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan
nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat integratif baik dalam
tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian yang dilakukan secara
berkeseimbangan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat ruang
lingkupnya yang sangat luas, kegiatan pembangunan tidak semata-mata menjadi tanggung
jawab pemerintah, melainkan harus dilakukan dan didukung oleh seluruh komponen
masyarakat. Oleh karena itu, hubungan kemitraan pemerintah dengan masyarakat
merupakan kata kunci yang sangat strategis dan harus menjadi fokus perhatian terutama
untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam pembangunan. Kemitraan yang dijalin
dan dikembangkan tentunya harus berdasar pada aspek dan posisi kesejajaran yang
bersifat demokratis dan proporsional. Implikasinya adalah bahwa pembangunan kota harus
direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh seluruh warga masyarakat yang
difasilitasi oleh pemerintah kota.
Perkembangan kota yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis,
berkesinambungan dan pro lingkungan. Perencanaan Tata Ruang Wilayah yang
berlandaskan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan akan menjaga tekanantekanan eksternalitas maupun internal yang mempengaruhi terhadap perkembangan Kota
Bandung ke arah yang semakin tidak terkendali.
Sejalan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, seluruh Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Kabupaten di seluruh
Indonesia harus sudah menyesuaikan dengan undang-undang tersebut selambatlambatnya tiga tahun setelah undang-undang tersebut ditetapkan. Dengan demikian,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun
2006 harus direvisi dan ditetapkan kembali selambat-lambatnya tahun 2010. Ketentuan ini
sejalan dengan selesainya tahap pertama Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
2004-2013. Dengan demikian penyusunan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung 2004-2013 ini merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 dan
peraturan pelaksanaannya yang telah diterbitkan.
Dasar hukum yang dipertimbangkan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung 2011-2031 ini adalah :
1.
Pendahuluan
1-1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Pendahuluan
1-2
19.
20.
21.
22.
23.
24.
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 24 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 59);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Tahun
2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 88);
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989
tentang Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung (Lembaran Daerah
Kota Bandung Tahun 1990 Nomor 3 seri D);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kota Bandung (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2007
Nomor 08);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2008
Nomor 05);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Kota Bandung Tahun 2008 Nomor 08).
Rujukan
Selain peraturan perundangan di atas penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung ini merujuk juga pada peraturan pelaksanaan antara lain sebagai berikut:
1.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
2.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan;
3.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota beserta Rencana Rinciannya;
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/ PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
6.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
1.2
Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha. Kota ini
merupakan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 675 1050 meter di atas
permukaan laut, yang berada pada koordinat 6 50 38 - 6 58 50 LS dan 107 33 34 107 43 50 BT. Bentuk bentangan alam Kota Bandung merupakan cekungan dengan
morfologi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian Selatan. Kota Bandung
termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Secara
nasional. DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan
Cirata yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya. Secara
geografis, jarak Kota Bandung yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai ibukota Negara
dan pusat perdagangan, menjadikan Kota Bandung berkembang pesat di berbagai bidang
kegiatan pembangunan.
Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah Cekungan Bandung,
yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha. Secara administratif, cekungan ini terletak di
lima daerah administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Pendahuluan
1-3
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5 Kecamatan yang termasuk Kabupaten
Sumedang. Kawasan Cekungan Bandung dikelilingi oleh Gunung Tangkuban Perahu
(Kabupaten Bandung Barat dan Subang) dan Gunung Manglayang (Kabupaten
Sumedang) di sebelah Utara; Gunung Bukit Jarian, Gunung Mandalawangi dan Gunung
Kasur (Kabupaten Sumedang) di sebelah Timur; Gunung Puntang, Gunung Malabar,
Gunung Rakutak dan Gunung Bubut (Kabupaten Bandung) di sebelah Selatan; dan Bukit
Kidang Pananjung, Gunung Lagadar dan Gunung Bohong (Kota Cimahi).
1.2.1
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai
bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. PKN ini
terdiri dari Kota Bandung dan Kota Cimahi sebagai kota inti dan sebagian Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang. Dalam RTRW tersebut
PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya termasuk dalam tahap pembangunan I, dengan
arahan kegiatan revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota yang telah
berfungsi.
Dalam RTRWN, Kota Bandung merupakan bagian dari kawasan strategis nasional
berdasarkan pertimbangan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup. Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan sebagai Kawasan
Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai
strategis nasional yang dimaksud meliputi kemampuan kawasan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan
perkembangan wilayah.
Dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat, Kota Bandung termasuk dalam PKN
Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bandung adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang
yang berbatasan dengan Kota Bandung. Di dalam PKN Metropolitan Bandung, tidak
semua kota berada pada hirarki kota yang sama, terdapat perbedaan skala pelayanan.
Hirarki kota PKN Metropolitan Bandung adalah sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut
ini, Kota Bandung sebagai kota inti dari PKN ini ditetapkan sebagai kota orde I.
Dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat, Kota Bandung termasuk dalam PKN
Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Wilayah yang termasuk ke dalam PKN Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bandung adalah Kota Bandung, kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang
yang berbatasan dengan Kota Bandung. Di dalam PKN Metropolitan Bandung, tidak
semua kota berada pada hirarki kota yang sama, terdapat perbedaan skala pelayanan.
Hirarki kota PKN Metropolitan Bandung adalah sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut
ini, Kota Bandung sebagai kota inti dari PKN ini ditetapkan sebagai kota orde I.
Pendahuluan
1-4
Tabel I. 1
Hirarki Kota PKN Metropolitan Bandung
PKN
Kawasan
Perkotaan
Metro
Bandung
Kota Orde I
Kota Bandung
Kota Orde II
Soreang
Ngamprah
Ciwidey
Banjaran
Majalaya
Ciparay
Cicalengka
Rancaekek
Cilengkrang
Cililin
Padalarang
Cisarua
Lembang
Cimahi
Tanjungsari
Sumber: Buku Rancangan RTRWP Jawa Barat, 2008
Wilayah Pengembangan Cekungan Bandung adalah salah satu dari enam wilayah
pengembangan Jawa Barat yang meliputi Bodebekpunjur dan sekitarnya, Purwasuka,
Cekungan Bandung,
Ciayumajakuning,
Priangan Timur dan Pangandaran, serta
Sukabumi dan sekitarnya. Wilayah pengembangan ini meliputi Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dan sebagian Kabupaten
Sumedang. Terdapat lima kecamatan di Kabupaten Sumedang yang masuk ke dalam WP
Cekungan Bandung, yaitu Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan
Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan.
Wilayah Pengembangan Cekungan Bandung merupakan kawasan yang berkembang
pesat yang memerlukan pengendalian pemanfaatan ruang terutama di kawasan yang
berfungsi sebagai kawasan resapan air. Kegiatan ekonomi di Wilayah Pengembangan
Cekungan Bandung diarahkan pada kegiatan yang mampu mengendalikan pencemaran
air, udara dan sampah. Dalam hal ini kegiatan ekonomi utama difokuskan pada
perdagangan dan jasa sebagai kegiatan unggulan untuk kawasan perkotaan. Wilayah
pengembangan ini juga diarahkan sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia
dalam rangka mendukung pengembangan sektor unggulan pertanian, hortikultura, industri
non-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan perkebunan.
Infrastruktur strategis yang direncanakan dikembangkan dalam wilayah pengembangan ini
antara lain Bandar Udara Husein Sastranegara, permukiman vertikal, Tempat Pengolahan
Akhir Sampah Sari Mukti, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Legok Nangka, dan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Leuwigajah. Fokus pengembangan kegiatan utama
Kota Bandung dalam wilayah pengembangan ini adalah perdagangan dan jasa, industri
kreatif dan high-tech, pariwisata, dan transportasi.
Pendahuluan
1-5
Pendahuluan
1-6
1.2.2
Wilayah Administrasi
Secara administratif, menurut Perda Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan
Pemerintah Kota Bandung, wilayah Kota Bandung terbagi menjadi:
30 kecamatan, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat;
151 kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah;
1.558 Rukun Warga (RW) yang masing-masing diketuai oleh seorang Ketua RW (data
tahun 2007); dan
9.678 Rukun Tetangga (RT), yang masing-masing dikepalai oleh seorang Ketua RT
(data tahun 2007).
Tabel I. 2
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bandung
No.
1.
Kecamatan
Sukasari
Kelurahan
Isola
Sukarasa Gegerkalong
Sarijadi
No.
16.
Kecamatan
Regol
2.
Sukajadi
Pasteur
Cipedes
Sukawarna
Sukagalih
Sukabungah
17.
Lengkong
3.
Cicendo
Husein Sastranegara
Arjuna
Pajajaran
Pasirkaliki
Pamoyanan
Sukaraja
18.
Batununggal
4.
Andir
19.
Kiaracondong
5.
Cidadap
Maleber
Dungucariang
Ciroyom
Kebon Jeruk
Garuda
Campaka
Hegarmanah
Ciumbuleuit
Ledeng
20.
Arcamanik
6.
Coblong
21.
Cibiru
7.
Bandung
Wetan
Cipaganti
Lebak Gede
Sadang Serang
Dago
Sekeloa
Lebak Siliwangi
Cihapit
Taman Sari
Citarum
22.
Antapani
8.
Sumur
Bandung
Braga
Merdeka
Kebon Pisang
Babakan Ciamis
23.
Ujung Berung
Kelurahan
Cigereleng
Ancol
Pungkur
Balonggede
Ciseureuh
Ciateul
Pasirluyu
Cijagra
Lingkar Selatan
Burangrang
Paledang
Turangga
Malabar
Cikawao
Gumuruh
Maleer
Cibangkong
Kacapiring
Kebon Waru
Kebon Gedang
Samoja
Binong
Sukapura
Kebon Jayanti
Babakan Surabaya
Cicaheum
Babakan Sari
Kebon Kangkung
Sukamiskin
Cisaranten Bina
Harapan
Cisaranten Kulon
Cisaranten Endah
Cipadung
Pasir Biru
Cisurupan
Palasari
Antapani Wetan
Antapani Tengah
Antapani Kulon
Antapani Kidul
Pasir Endah
Cigending
Pasir Wangi
Pasir Jati
Pendahuluan
1-7
No.
Kecamatan
9.
Cibeunying
Kaler
10.
Cibeunying
Kidul
11.
Astanaanyar
12.
Bojongloa
Kaler
13.
Babakan
Ciparay
14.
Bojongloa Kidul
15.
Bandung Kulon
Kelurahan
Cihaurgeulis
Sukaluyu
Neglasari
Cigadung
Padasuka
Cikutra
Cicadas
Sukamaju
Sukapada
Pasirlayung
Karasak
Nyengseret
Karang Anyar
Panjunan
Cibadak
Pelindung Hewan
Kopo
Babakan Tarogong
Jamika
Babakan Asih
Sukaasih
Babakan
Babakan Ciparay
Sukahaji
Margahayu Utara
Margasuka
Cirangrang
Situsaeur
Kebon Lega
Cibaduyut
Mekar Wangi
Cibaduyut Kidul
Cibaduyut Wetan
Cijerah
Cibuntu
Warung Muncang
Caringin
Cigondewah Kaler
Gempol Sari
Cigondewah Rahayu
Cigondewah Kidul
No.
Kecamatan
Kelurahan
Pasanggrahan
Cipamokolan
Manjahlega
Derwati
Mekar Jaya
Sekejati
Margasari
Cijawura
Jatisari
24.
Rancasari
25.
Buahbatu
26.
Bandung Kidul
Batununggal
Wates
Mengger
Kujangsari
27.
Pantileukan
Cipadung Kulon
Cipadung Wetan
Cipadung Kidul
Mekar Mulya
28.
Gedebage
Ranca Bolang
Cisaranten Kidul
Cimincrang
Rancanumpang
29.
Mandalajati
Jati Handap
Karang Pamulang
Sindang Jaya
Pasir Impun
30.
Cinambo
Cisaranten Wetan
Pakemitan
Sukamulya
Babakan Penghulu
Sumber: Perda Kota Bandung Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja
Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Bandung dibagi
menjadi 8 (delapan) subwilayah kota yang dilayani oleh 2 (dua) pusat pelayanan kota dan
8 (delapan) subpusat pelayanan (SP). Pusat pelayanan kota melayani 2 juta penduduk,
sedangkan subpusat pelayanan kota melayani sekitar 500.000 penduduk. Pembagian
pusat pelayanan di Kota Bandung adalah sebagai berikut.
Tabel I. 3
Pembagian Wilayah Kota Bandung
Subpusat pelayanan Setrasari
Kecamatan Andir
Kecamatan Sukasari
Kecamatan Cicendo
Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Cidadap
Kecamatan Coblong
Pendahuluan
1-8
Kecamatan Regol
Kecamatan Lengkong
Kecamatan Batununggal
Kecamatan Kiaracondong
Kecamatan Arcamanik
Kecamatan Ujungberung
Kecamatan Mandalajati
Kecamatan Cibiru
Kecamatan Antapani
Kecamatan Cinambo
Kecamatan Panyileukan
Subpusat pelayanan Kordon
Subpusat pelayanan Derwati
Kecamatan Gedebage
Kecamatan Buahbatu
Kecamatan Rancasari
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Secara geografis, wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km,
yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai
Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung, Sungai Curug Dog-dog,
Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai
Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai dengan aliran dari utara ke selatan yaitu Sungai
Cikapundung, dan dari selatan ke utara yaitu Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut
selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian
kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK. Potensi air lainnya adalah
sumber air tanah yang diambil melalui sumur bor yang tersebar di Kota Bandung.
Kota Bandung memiliki tanah yang relatif subur karena terdiri dari lapisan tanah aluvial dan
endapan sungai dan danau. Kesuburan tanah ini dapat berarti kekuatan jika kegiatan
perkotaan akan lebih didominasi agro atau urban forestry, tetapi sebaliknya akan menjadi
kelemahan jika lahan itu justru didominasi oleh pemanfaatan untuk pengadaan blok-blok
bangunan.
1.2.3
Guna Lahan
Pada saat ini Kota Bandung yang digunakan sebagai lahan terbangun yang cukup padat
terutama di bagian pusat kota (sebesar 73,5%) sehingga memaksa perlu adanya
pengembangan fisik kota ke wilayah pinggiran. Perkembangan fisik kota ini di antaranya
diperuntukkan bagi perumahan dengan fasilitas penunjangnya. Berdasarkan kajian yang
dilakukan oleh M. Hilman (2004), pada tahun 1968, penggunaan lahan terbesar di Kota
Bandung adalah sawah seluas 3.340,81 ha (41,2%), perumahan seluas 2.181,62 ha
(26,9%) dan penggunaan tanah terkecil adalah gudang seluas 22,35 ha. Pada tahun 1981,
luas penggunaan lahan terbesar adalah perumahan sebesar 2.264,613 ha atau dua kali
lipat penggunaan lahan perumahan tahun 1968. Pertambahan lainnya adalah kawasan
militer sebesar 487,18 ha, perdagangan sebesar 189,388 ha. Luas penggunaan lahan
yang berkurang adalah sawah sebesar 2.20 1,466 ha, industri sebesar 73,124 ha. Pada
tahun 1997 guna lahan di Kota Bandung didominasi oleh perumahan 9.445,72 ha
(56,46%), pemerintahan/sosial 1.234,88 ha (2,38%), militer 348,52 (2,08%), perdagangan
448,07 ha (2,68%), industri 635,28 ha (3,8%), sawah 3.649,29 ha (21,81%), tegalan 876,37
ha (5,04%), lain-lain 91,87 ha (0,55%).
Berdasarkan peta interpretasi citra satelit Tahun 2004 (Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Provinsi Jawa Barat, penggunaan lahan Kota Bandung pada tahun 2004 terdiri atas
bandara 106,47 ha, belukar 164,15 ha, hutan 21,05 ha. Untuk penggunaan industri dan
institusi masing-masing 903,29 ha dan 906,98 ha. Untuk Jalan dan rel kereta 997,4 dan
16,56 ha. Penggunaan lahan kebun campuran mencapai 515,69 ha, pasar/pertokoan 52,90
ha, perkebunan/kebun 48,76 ha dan penggunaan lahan paling luas untuk perumahan
yang mencapai 8.922,00 ha.
Pendahuluan
1-9
Pada tahun 2008, sebagian besar lahan di Kota Bandung (55,5%) digunakan sebagai
lahan perumahan. Penggunaan untuk kegiatan-kegiatan jasa sekitar 10% dan masih ada
lahan sawah sekitar 20,1%.
Tabel I. 4
Penggunaan Lahan di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Guna Lahan
Perumahan
Jasa
Industri
Sawah
Tegalan
Kebun Campuran
Tanah Kosong
Kolam
Lainnya
Jumlah
Gambar 1.1
Struktur Penggunaan Lahan di Kota Bandung Tahun 2008
Perumahan
55.5
Sawah
20.1
10
Jasa
Industri
3.9
Lainnya
3.8
Tanah Kosong
3.3
Tegalan
1.9
Kebun Campuran
Kolam
1.3
0.2
0
20
40
60
( persen )
Pendahuluan
1-10
Pendahuluan
1-11
Pendahuluan
1-12
1.2.4
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan Kota Bandung Tahun 2008, jumlah penduduk
Kota Bandung tahun 2008 mencapai 2.335.406 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata
per tahun pada tahun 2006-2008 adalah 0,8 %. Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk
pada tahun 2031 diperkirakan mencapai 4.1 juta jiwa. Angka proyeksi tersebut merupakan
angka jumlah penduduk dengan pertumbuhan alami tanpa adanya intervensi apapun. Pada
tahun 2008, Kecamatan Bandung Kulon memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu 364
jiwa/ha.
Tabel I. 5
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung 1990-2008
Tahun
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah Penduduk
1.808.261
1.808.765
1.816.626
1.819.356
1.816.385
1.816.726
1.817.939
1.818.694
1.806.409
1.868.913
2.141.837
2.146.360
2.142.194
2.228.268
2.234.624
2.266.969
2.296.848
2.329929
2.335.406
LPP (%)
0,03
0,43
0,15
-0,16
0,02
0,07
0,04
-0,68
3,46
14,30
0,47
-0,16
3,98
0,20
1,72
1,72
1,14
1,88
Berdasarkan hasil kajian Cekungan Bandung, daya dukung dan tampung ruang Kota
Bandung maksimum sebesar 3.018.038 jiwa dengan kepadatan 200 jiwa/ha. Dalam RTRW
Kota Bandung 2004- 2013, jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2013 diperkirakan
sudah mencapai batas maksimal daya tampung ruang Cekungan Bandung. Pada tahun
2031 mendatang jumlah penduduk Kota Bandung diperkirakan akan mencapai sekitar 4.1
juta jiwa. Berdasarkan kecenderungan ini, maka strategi penyebaran penduduk dengan
pendistribusian sarana dan prasarana di Kota Bandung ke kawasan perkotaan Bandung
Raya menjadi penting untuk mengurangi berbagai persoalan di Kota Bandung.
Tabel I. 6
Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung
Tahun 2008 (jiwa)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kecamatan
Andir
Sukasari
Cicendo
Sukajadi
Cidadap
Coblong
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
2008
119.283
81.617
97.412
98.079
53.028
113.491
35.265
103.113
Pendahuluan
1-13
No.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Kecamatan
Cibeunying Kaler
Sumur Bandung
Astana Anyar
Bojongloa Kidul
Bojongloa Kaler
Babakan Ciparay
Bandung Kulon
Regol
Lengkong
Batununggal
Kiaracondong
Antapani
Arcamanik
Ujungberung
Cibiru
Bandung Kidul
Buahbatu
Rancasari
Panyileukan
Mandalajati
Cinambo
Gedebage
Jumlah
2008
68.103
40.473
75.400
72.918
112.269
113.492
120.857
88.143
74.611
121.868
116.452
85.416
56.190
67.862
60.149
48.156
91.199
72.362
36.240
57.262
21.480
33.216
2.335.406
Sumber: BPS Kota Bandung 2006,2007 dan Dinas Kependudukan Kota Bandung 2008
Sumber: Tabel 1.2, 2009; dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2007
Pendahuluan
1-14
Gambar 1.2
Daya Tampung Ruang Maksimal dan Kecenderungan
Perkembangan Penduduk Kota Bandung Tahun 2005-2031
Sumber: BPS Kota Bandung 2006, 2007; Dinas Kependudukan Kota Bandung 2008; dan
Hasil Analisis, 2009
Pendahuluan
1-15
Bandung. Dari kecamatan yang ada, 51,7% penduduk tinggal di 11 kecamatan saja, yaitu
Andir, Cicendo, Sukajadi, Coblong, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kaler, Babakan Ciparay,
Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong dan Margacinta (Buahbatu).
Tabel I. 7
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Nama Kecamatan
Andir
Sukasari
Cicendo
Sukajadi
Cidadap
Coblong
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Sumur Bandung
Astana Anyar
Bojongloa Kidul
Bojongloa Kaler
Babakan Ciparay
Bandung Kulon
Regol
Lengkong
Batununggal
Kiaracondong
Antapani
Arcamanik
Ujungberung
Cibiru
Bandung Kidul
Buahbatu
Rancasari
Panyileukan
Mandalajati
Cinambo
Gedebage
Jumlah
Jumlah Penduduk
Laki-laki
61.464
42.038
49.855
50.143
27.683
58.456
18.139
53.254
34.859
21.062
38.494
37.598
57.796
58.718
61.488
45.328
38.025
62.179
59.228
44.422
28.871
34.868
31.063
24.577
46.826
37.128
18.807
29.391
11.069
16.936
1.199.765
Perempuan
57.819
39.579
47.557
47.936
25.345
55.035
17.126
49.859
33.244
19.411
36.906
35.320
54.473
54.774
59.369
42.815
36.586
59.689
57.225
40.994
27.319
32.994
29.086
23.579
44.373
35.234
17.433
27.871
10.411
16.280
1.135.642
Sex Ratio
106,30
106,21
104,83
104,60
109,22
106,22
105,91
106,81
104,86
108,51
104,30
106,45
106,10
107,20
103,57
105,87
103,93
104,17
103,50
108,36
105,68
105,68
106,80
104,23
105,53
105,38
107,88
105,45
106,32
104,03
105,80
Semua Kecamatan di Kota Bandung memiliki sex ratio lebih dari 100, hal ini berarti jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 106 (dibulatkan dari 105,80) penduduk laki-laki. Angka sex ratio tertinggi berada
pada Kecamatan Sumur Bandung dan Antapani. Angka ini menyebabkan kebutuhan
lapangan pekerjaan untuk laki-laki lebih besar. Jika hal ini tidak diakomodasi dengan baik,
maka akan berdampak banyaknya penduduk yang bekerja di luar kecamatan ataupun
menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Pendahuluan
1-16
Tabel I. 8
No
Kecamatan
Bandung Kulon
2012
152481
2013
155830
2014
159179
2015
162528
2016
165878
2017
169227
2018
172576
2019
175925
2020
179274
2021
182623
Babakan Ciparay
173111
176913
180715
184517
188320
192122
195924
199726
203529
207331
Bojongloa Kaler
147061
150291
153521
156751
159981
163211
166441
169671
172901
176131
Bojongloa Kidul
98587
100752
102917
105083
107248
109413
111579
113744
115910
118075
Astanaanyar
85813
87698
89582
91467
93352
95237
97122
99006
100891
102776
Regol
105222
107533
109845
112156
114467
116778
119089
121400
123711
126022
Lengkong
87563
89486
91410
93333
95256
97179
99103
101026
102949
104872
Bandung Kidul
63216
64605
65993
67382
68770
70159
71547
72935
74324
75712
Buah Batu
115873
118419
120964
123509
126054
128599
131144
133689
136234
138779
10
Rancasari
83769
85609
87449
89289
91129
92969
94809
96649
98488
100328
11
Gedebage
37990
38824
39658
40493
41327
42162
42996
43830
44665
45499
12
Cibiru
72988
74591
76194
77797
79400
81003
82606
84210
85813
87416
13
Panyileukan
42114
43039
43964
44889
45814
46739
47665
48590
49515
50440
14
Ujung Berung
74907
76553
78198
79843
81488
83134
84779
86424
88070
89715
15
Cinambo
28824
29457
30090
30723
31356
31989
32622
33255
33888
34521
16
Arcamanik
70394
71940
73487
75033
76579
78125
79671
81217
82764
84310
17
Antapani
72900
74501
76103
77704
79305
80906
82507
84109
85710
87311
Pendahuluan
1-17
No
Kecamatan
18
Mandalajati
2012
69660
2013
71190
2014
72720
2015
74250
2016
75780
2017
77310
2018
78840
2019
80370
2020
81900
2021
83430
19
Kiaracondong
157679
161142
164606
168069
171532
174995
178459
181922
185385
188848
20
Batununggal
150099
153396
156693
159990
163286
166583
169880
173177
176474
179770
21
Sumur Bandung
48700
49770
50840
51909
52979
54049
55118
56188
57258
58327
22
Andir
129187
132025
134862
137700
140537
143375
146212
149050
151887
154725
23
Cicendo
125941
128707
131473
134239
137005
139772
142538
145304
148070
150836
24
Bandung Wetan
38611
39459
40307
41155
42003
42851
43699
44548
45396
46244
25
Cibeunying Kidul
135139
138108
141076
144044
147012
149981
152949
155917
158885
161853
26
Cibeunying Kaler
83948
85792
87636
89479
91323
93167
95011
96855
98699
100543
27
Coblog
153819
157198
160576
163955
167333
170712
174090
177469
180847
184226
28
Sukajadi
122940
125640
128340
131041
133741
136441
139141
141842
144542
147242
29
Sukasari
93931
95994
98058
100121
102184
104247
106310
108373
110436
112499
30
Cicadap
jumlah
65608
67049
68490
69931
71372
72813
74254
75695
77136
78577
2824642
2951510
3014944
3078378
3141812
3205246
3268680
3332114
3395548
3458982
Pendahuluan
1-18
Kecamatan
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2031
2031
Bandung Kulon
185972
189321
192670
196020
199369
202718
206067
209416
212765
216114
Babakan Ciparay
211133
214935
218737
222540
226342
230144
233946
237749
241551
245353
Bojongloa Kaler
179361
182591
185821
189051
192281
195511
198742
201972
205202
208432
Bojongloa Kidul
120240
122406
124571
126736
128902
131067
133232
135398
137563
139729
Astanaanyar
104661
106546
108430
110315
112200
114085
115970
117854
119739
121624
Regol
128333
130645
132956
135267
137578
139889
142200
144511
146822
149133
Lengkong
106796
108719
110642
112565
114489
116412
118335
120258
122182
124105
Bandung Kidul
77101
78489
79878
81266
82655
84043
85432
86820
88209
89597
Buah Batu
141324
143869
146414
148959
151504
154049
156594
159139
161684
164230
10
Rancasari
102168
104008
105848
107688
109528
111368
113208
115048
116888
118727
11
Gedebage
46334
47168
48002
48837
49671
50506
51340
52174
53009
53843
12
Cibiru
89019
90622
92225
93828
95431
97034
98638
100241
101844
103447
13
Panyileukan
51365
52290
53215
54140
55065
55990
56915
57840
58765
59690
14
Ujung Berung
91360
93005
94651
96296
97941
99586
101232
102877
104522
106168
15
Cinambo
35154
35788
36421
37054
37687
38320
38953
39586
40219
40852
16
Arcamanik
85856
87402
88948
90494
92040
93587
95133
96679
98225
99771
17
Antapani
88912
90513
92114
93716
95317
96918
98519
100120
101722
103323
18
Mandalajati
84960
86490
88020
89550
91080
92610
94140
95670
97200
98730
19
Kiaracondong
192312
195775
199238
202702
206165
209628
213091
216555
220018
223481
20
Batununggal
183067
186364
189661
192958
196254
199551
202848
206145
209442
212738
Pendahuluan
1-19
No
Kecamatan
21
Sumur Bandung
22
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2031
2031
59397
60467
61536
62606
63676
64745
65815
66884
67954
69024
Andir
157562
160400
163237
166075
168912
171750
174587
177425
180262
183100
23
Cicendo
153603
156369
159135
161901
164667
167433
170200
172966
175732
178498
24
Bandung Wetan
47092
47940
48788
49636
50484
51332
52180
53028
53876
54724
25
Cibeunying Kidul
164822
167790
170758
173726
176695
179663
182631
185599
188567
191536
26
Cibeunying Kaler
102386
104230
106074
107918
109762
111606
113449
115293
117137
118981
27
Coblog
187604
190983
194361
197740
201118
204497
207875
211254
214632
218011
28
Sukajadi
149942
152643
155343
158043
160743
163444
166144
168844
171545
174245
29
Sukasari
114562
116626
118689
120752
122815
124878
126941
129004
131067
133130
30
Cicadap
jumlah
80018
81459
82900
84341
85782
87223
88664
90105
91546
92987
3522416
3585850
3649284
3712718
3776152
3839586
3903020
3966454
4029888
4093322
Pendahuluan
1-20
Pendahuluan
1-21
1.2.5
Pada saat ini, dari total Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan sumber air baku eksisting
terdapat 802 l/detik kapasitas air bersih yang belum termanfaatkan seperti terlihat pada
tabel berikut.
Tabel I. 9
Kondisi Pemanfaatan IPA Eksisting Kota Bandung
IPA
Kapasitas
Badak Singa
Miniplant Cibereum
Miniplant Cipanjalu
Miniplant Cirateun
Dago Pakar
Miniplant Dago Pakar
Sumur Air Dalam
Air Tanah/Sumur Bor
1800
40
20
5
600
60
170
500
Total
Produksi
1400
40
10
2
600
40
130
171
Untuk Kota Bandung sendiri terdapat dua buah sumber air bersih, yaitu sungai (air
permukaan) dan artesis (air tanah dalam). Berdasarkan data tahun 2000 kapasitas
produksi dari PDAM rata-rata sebesar 2.200 liter/detik dengan persentase kehilangan air
bersih rata-rata per tahun 47% (berdasarkan pembayaran air pelanggan pada tiap
bulannya). Untuk air permukaan diperoleh dari aliran Sungai Cikapundung dengan debit air
baku 600 liter/detik dan Sungai Cikapundung (Siliwangi) dengan debit air baku 200
liter/detik, Sungai Cisangkuy dengan debit air baku 1.600 liter/detik , dan Sungai
Cibeureum sekitar 40 liter/detik. Selain itu terdapat pula sumber air bersih yang dapat
dimanfaatkan oleh penduduk Kota Bandung yaitu mata air, PDAM menggunakan 10 buah
mata air utama yang terletak di daerah Ledeng.
1.2.6
Kota Bandung memiliki empat potensi bencana alam yaitu letusan gunung berapi, gempa
bumi, banjir dan kebakaran.
a.
Pendahuluan
1-22
Gambar 1.3
Sebaran Gunung Api di Provinsi Jawa Barat
Gambar 1.4
Kawasan Bencana Gunung Tangkuban Perahu
Pendahuluan
1-23
b.
Gempa
Menurut pembagian seismisitas (Beca Carter, 1976), Kota Bandung termasuk pada
Zona III dengan skala I-IV Modified Mercale Intensty (MMI). Goncangan gempa bumi
yang diakibatkan pada rentang skala tersebut berkisar mulai hanya tercatat oleh
seismik hingga kerusakan cerobong, kaca dan jendela pecah, retakan pada dinding
rumah tembok dengan konstruksi sederhana. Walaupun demikian secara historis
kejadian gempa yang merusak di wilayah ini belum pernah terjadi kecuali pada
bangunan-bangunan dengan konstruksi sederhana. Didasarkan hasil kajian Puslitbang
Geologi Bandung, di sekitar Bandung terdapat beberapa patahan yang mempunyai
sejarah kejadian gempa. Patahan tersebut yaitu Patahan Baribis, Patahan Citanduy,
dan Patahan Cimandiri.
c.
Banjir
Tingginya lahan terbangun, meningkatnya proporsi lahan taman yang diperkeras,
serta adanya pelanggaran Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan pendirian bangunan
di sempadan sungai akan berdampak terhadap semakin sempitnya daerah resapan.
Salah satu dampak yang sangat dirasakan dari perubahan peruntukan penggunaan
lahan adalah banjir. Daerah-daerah yang memiliki kriteria seperti diatas merupakan
daerah rawan bajir, untuk Kota Bandung daerah rawan banjir dengan kriteria seperti
diatas adalah Gedebage dan Arcamanik.
d.
Kebakaran
Berdasarkan studi Balai Sains Bangunan Puslitbang Permukiman tahun 2002 dengan
mengacu data kebakaran lima tahun terakhir, tercatat bahwa Kota Bandung memiliki
rasio per tahun 1 kebakaran tiap 12.500 penduduk. Selain berdasarkan data
kebakaran 13 tahun terakhir (1990-2002) diperoleh data bahwa di Kota Bandung
terjadi 2.132 kali kebakaran dengan penyebab kebakaran antara lain: 41,4% akibat
listrik; 13,1% kompor; 2,8% lampu; 3,9% puntung rokok; dan 38,8% lain-lain.
1.2.7
Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat. Sebagai suatu
area yang telah membentuk kesatuan fungsional Bandung Metropolitan Area, aktivitas
ekonomi dan penduduk relatif sudah menyatu. Pada tahun 2004-2007 kontribusi ekonomi
Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 10%. Dalam lingkup Kota Bandung Raya,
maka kontribusi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 21% dari ekonomi Jawa Barat.
Pendahuluan
1-24
Pendahuluan
1-25
Tabel I. 10
PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002-2007 (Dalam Juta Rupiah)
No.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
a.
b.
c.
7.
a.
-
Tahun
Pertanian
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Industri Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan Tanpa Migas
Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
Makanan, minuman dan
tembakau
Tekstil, barang kulit dan alas
kaki
Barang kayu dan hasil hutan
lainnya
Kertas dan barang cetakan
Pupuk, kimia dan barang
dan karet
Semen dan barang galian
bukan logam
Logam dasar dan baja
Alat angkutan, mesin dan
peralatannya
Barang lainnya
Listrik, Gas dan Air Bersih
Listrik
Gas Kota
Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, hotel dan
Restoran
Perdagangan Besar dan
Eceran
Hotel
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Pengangkutan
Angkutan Rel
Angkutan Jalan Raya
2002
81.388
35.943
34 215
11.231
6.439378
6.439.878
155.270
2003
88.212
38.783
37.511
11.917
7225546
7225.546
243.047
2004
89.991
39.569
40.827
9.595
8227.165
8277.165
277.074
3.658.557
4.696.230
41.598
2005
115233
46.585
57.351
11.297
9980.371
9.980.371
413.341
2006
128286
48.586
67.747
12453
12092354
12092654
500.822
2007*")
141.104
50.817
76.130
14157
13407.032
13.407.032
555.258
5.387.854
6353.628
7.698.334
8.535.083
89.367
97.540
112784
136.654
151.507
56.391
329.400
101.405
521.387
117 563
594 379
144579
737.426
175.663
893.498
194.756
990.614
13.708
16 764
20103
22664
27.461
30.445
8.970
Z104.684
874
1.452053
1.090
1.657.495
1221
2042813
1479
2475.162
1.640
2744.193
71.301
447.076
390.901
56.175
973.459
6.845.728
104 421
536316
471.103
65.813
1.132450
7213,832
124068
658.330
580.399
77.932
1.315.662
9233.946
151.515
804.789
712879
91510
1.589-350
12789297
183.582
964317
858.183
106.134
1522466
17.185397
203.536
1.187.599
1.055.795
131.804
2306.088
20.082.523
5.893.624
6.637.627
7.973.360
11.247.772
15.324.063
17.980.391
186.207
765 897
2.419.578
222147
854.058
2725.123
271.699
988.887
3242.306
353.079
1.197.446
4.159.519
457.655
1404179
4579307
532109
1570024
5527394
1.352.582
75.197
764.760
1.554.602
93.299
816.286
1.857.251
114.155
927.679
2369306
155.830
1.226.435
2838.575
196.776
1.561.844
3.252186
239.077
1.854.860
Pendahuluan
1-26
No.
b.
8.
a.
b.
c.
d.
9.
a.
b.
-
Tahun
Angkutan Laut
Angkutan Sungai
Angkulan Udara
Jasa penunjang angkutan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Bank
Lembaga Keuangan Bukan
Bank
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Pemerintahan Umum
Swasta
Sosial Kemasyarakatan
hiburan dan Rekreasi
Perorangan dan Rumah
Tangga
PDRB
2002
2003
2004
2005
2006
2007*")
422.460
90.166
1.066.996
1.377.693
542237
102780
1170.520
1211475
693.605
121.813
1.385.054
2071.644
833.556
154.086
1789.613
2287221
881.545
198.370
2040.732
2852305
930.483
227.767
2675.708
3.195.468
505.512
224.380
723637
249.744
945.135
290.966
945.437
359.392
1.306.654
423.597
1.510.401
465.893
455.152
192.649
2.510.290
1.814.464
695.826
237.337
29.124
429.365
524.746
213.319
2761.877
1.993.914
767.963
252585
32959
482419
593.777
241.767
3.088.152
2212448
875.704
276.054
40.920
55.730
698.341
284.051
3.057404
2042322
1.015.082
308.494
52629
653559
797539
324.315
1465448
2306550
1.158.498
338.107
65.180
755211
856.230
361.944
4305.473
3.052589
1.252884
353.944
76.378
822562
21.095.090
23.895.430
27.977.195
34.792.184
43491380
50.552.181
Pada tahun 2002 nilai produktivitas ekonomi lahan (bruto) Kota Bandung adalah Rp.126
milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307
milyar per km2. Kenaikan nominal nilai produktivitas lahan ini relatif sangat cepat dalam
masa 5 tahun tersebut, yaitu rata-rata tumbuh 19,54% pertahun.
Tabel I. 11
Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung
2
Tahun 2002-2007 (Dalam Milyar Rupiah Per Km )
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Nominal
126
143
167
208
260
307
Riil
126
135
145
156
169
183
Secara umum, sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor, yaitu sektor basis
ekonomi, ekonomi lokal dan sektor informal. Kota Bandung memiliki sektor basis yang
cukup banyak terhadap Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut terlihat dari sektor ekonomi yang
memiliki nilai LQ >1, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor
perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa.
Pendahuluan
1-27
Gambar 1.5
Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung
2
Tahun 2002-2007 (dalam Milyar Rupiah Per Km )
Selain sektor ekonomi yang termasuk dalam PDRB terdapat pula beberapa sektor ekonomi
lokal di Kota Bandung yang berupa industri kreatif. Industri kreatif merupakan kumpulan
dari sektor-sektor industri yang mengandalkan kreativitas sebagai modal utama dalam
menghasilkan produk/jasa. Sektor ekonomi kreatif di Bandung, umumnya bergerak di
bidang fashion, desain dan musik yang dikelola oleh orang muda berusia 15-25 tahun.
Industri kreatif di Kota Bandung menyerap 344.244 tenaga kerja dan memberikan
kontribusi sebesar 11% untuk ekonomi lokal.
Pendahuluan
1-28
Gambar 1.6
Sebaran Kegiatan Ekonomi di Kota Bandung
Jumlah total dari kec.
Tsb = 50% dari total
Jumlah total dari kec.
Tsb = 25% dari total
LPE Tinggi
Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan pendatang yang berasal dari berbagai
daerah di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Hal ini menyebabkan Kota Bandung menjadi
pusat kegiatan bukan hanya bagi penduduk setempat tetapi juga penduduk di daerah
sekitarnya. Sebagian besar penduduk Kota Bandung, lokal maupun pendatang, terlibat
dalam sektor perdagangan baik formal maupun informal terutama sebagai Pedagang Kaki
Lima (PKL).
Tabel I. 12
Persebaran PKL Berdasarkan Kecamatan
di Kota Bandung Tahun 2004 dan 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kecamatan
Kecamatan Bandung Wetan
Kecamatan Regol
Kecamatan Andir
Kecamatan Kiaracondong
Kecamatan Lengkong
Kecamatan Cicendo
Kecamatan Cibeunying Kidul
Kecamatan Coblong
Kecamatan Astana Anyar
Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Bojongloa Kaler
1
Jumlah PKL Tahun 2004
2
Jumlah PKL Tahun 2005
Jumlah PKL
6000
6000
2912
2500
930
874
863
800
500
498
485
22.362
26.490
Pendahuluan
1-29
Jika dilihat dari lokasinya, PKL menempati lokasi yang mampu menarik banyak pelanggan
seperti pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar, pusat pendidikan, rumah sakit, dan jalanjalan utama.
Tabel I. 13
Lokasi PKL dan Karakteristik Lokasi di Kota Bandung Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Lokasi PKL
Jl. Ahmad Yani, Cicadas
Jl. Sukajadi
Jl. Andir
Jl. Kiaracondong
Jl. Ahmad Yani, Kosambi
Jl. Merdeka
Jl. Dalem Kaum
Jl. Dewi Sartika
Jl. Kepatihan
Jl. Cihampelas
Jl. Rumah Sakit
Jl. Ir.H.Juanda-Hasanudin
Jl. Taman Cilaki
Jl. Cihapit-Ciliwung
Jl. Riau
Jl. Ir.H.Juanda
Jl. Peta
Jl. Sultan Agung
Jl. Dipati Ukur
Jl. Ganesha-Tamansari
Rumah sakit
Permukiman Menengah Ke atas
Jalan utama dan Factory outlet
Jalan utama
Pusat pendidikan
Gambar 1.7
Aktivitas PKL di Sekitar Kawasan Gasibu Kota Bandung
Gambar 1.8
Aktifitas PKL di Jl. Otista Kota Bandung
Pendahuluan
1-30
Kehadiran PKL juga dapat diidentifikasi di beberapa lokasi yang juga dijadikan pasar kaget,
seperti sekitar pabrik (Jl. Kiaracondong), Gasibu (Jl. Diponegoro-Surapati), Metro
(Jl.Soekarno Hatta), Pasteur (Jl. Djunjunan), Pusdai (Jl.Supratman), Salman (Jl. Ganesha)
dan Samsat (Jl.Soekarno Hatta) (Muljarijadi dan Thio 2008 dalam Setia 2008). Di beberapa
titik terdapat juga kelompok PKL yang selama bertahun-tahun telah dikenal karena
kekhasan barang yang diperjualbelikan. Adapun lokasi tersebut seperti di Cihapit yang
menjual pusat perdagangan barang bekas dan perlengkapan interior (audio visual system)
kendaraan beroda empat, di Taman Cilaki yang merupakan pusat jajanan kaki lima, di
Pasar Gedebage yang merupakan pusat perdagangan produk fashion dan di Jl. Peta yang
merupakan pusat penjualan ikan hias.
1.2.8
Sistem Transportasi
Sistem transportasi Kota Bandung terdiri dari angkutan darat jalan raya dan rel, dan
angkutan udara. Prasarana transportasi di Kota Bandung terdiri atas:
Terminal penumpang dan halte penumpang yang berjumlah 15 unit dengan tipe
terminal A, B, dan C (sesuai dengan Kepmen Perhubungan No.31 Tahun 1995) dan
terdapat 20 pangkalan angkutan umum (kota) dan halte (pemberhentian angkutan
umum) sekitar 144 unit, yaitu 89 unit dengan bangunan dan 55 unit tanpa bangunan.
Halte ini terdistribusi di beberapa ruas jalan, baik yang berstatus jalan nasional,
propinsi, maupun kabupaten/kota;
Fasilitas pejalan kaki tersedia dalam bentuk trotoar yang sebagian trotoar masih
dalam keadaan sedang dan rusak (32,27%);
Fasilitas Bandar Udara Husein Sastranegara yang terletak di WP Bojonegara dan
menempati area lahan 145 hektar dengan luas terminal 2.411,85 m 2. Bandara ini
dilengkapi dengan satu terminal yang melayani penerbangan domestik dan
internasional;
Prasarana perparkiran di Kota Bandung terbagi menjadi dua, yaitu parkir di badan
jalan (on street parking) dan parkir di luar jalan (off street parking). Parkir di badan
jalan di Kota Bandung terbagi dalam empat kategori tempat, yaitu jalan umum, jalan
umum di tempat tertentu, parkir langganan, dan parkir di pasar (Badan Pengelola
Pendahuluan
1-31
Parkir, Kota Bandung). Sedangkan parkir di luar jalan di Kota Bandung terbagi menjadi
pelataran parkir, bangunan parkir, parkir di lantai dasar (basement); dan
Stasiun kereta api yang berjumlah delapan stasiun antara lain Stasiun Cimindi,
Stasiun Andir, Stasiun Ciroyom, Stasiun Bandung, Stasiun Cikudapateuh, Stasiun
Kiaracondong, Stasiun Gedebage, dan Stasiun Cimekar.
Gambar 1.9
Peta Jaringan Rel dan Stasiun Kereta Api
Stasiun Bandung dan Kiaracondong merupakan stasiun utama dalam konteks Metropolitan
Bandung. Dalam wilayah Metropolitan Bandung, Kota Bandung dilayani oleh jaringan
kereta api jalur ganda dan jalur tunggal. Beberapa jaringan kereta api yang ada di Kota
Bandung tidak dioperasikan, yaitu jaringan menuju Kecamatan Tanjungsari (Kabupaten
Sumedang) dan menuju Kecamatan Ciwidey seperti tampak pada gambar berikut.
Pendahuluan
1-32
Ja
tin
an
go
r
Ra
nc
ae
ke
k
Ha
ur
pu
gu
r
CI
CA
LE
NG
KA
aja
lay
M
Da
ye
Pa
uh
m
en
Ko
gp
lot
eu
Ci
k
pa
ra
y
G
Ci
ku
da
pa
te
uh
Ki
ar
ac
on
do
ng
Ge
de
ba
ge
Ci
m
ek
ar
BA
ND
U
Ci
ro
yo
m
An
dir
m
ind
i
ah
i
Ci
m
Ci
an
gk
on
g
PA
DA
LA
RA
Ga
do
NG
b
Ta
nj
un
g
Sa
ri
Gambar 1.10
Jalur Jaringan Kereta Api yang Dioperasikan dan Tidak Dioperasikan
Ba
nj
re
ar
an
an
g
Ci
wi
de
y
Pa
sir
Ja
m
bu
So
Jalur non-operasi
Stasiun Gedebage sudah tidak dioperasikan lagi sebagai stasiun penumpang dan pada
saat ini diperuntukkan sebagai stasiun terminal peti kemas. Jaringan kereta api Kota
Bandung ini dilayani oleh sarana kereta api kelas ekonomi dan patas, baik dalam skala
regional Metropolitan Bandung maupun daerah-daerah di Pulau Jawa lainnya. Keberadaan
jaringan kereta api ini cukup signifikan memberikan tarikan pergerakan menuju Kota
Bandung.
Adapun sarana transportasi di Kota Bandung terdiri atas:
a.
Bis
Angkutan bus di Kota Bandung dioperasikan oleh Damri. Terdapat 12 trayek yang
pada saat ini dioperasikan dengan 243 kendaraan bus. Bus yang digunakan oleh
Damri merupakan bus besar dengan kapasitas 40-62 tempat duduk. Seringkali terlihat
pada jam sibuk pagi dan sore, bus kota Damri memuat penumpang yang cukup
banyak. Selain Damri, terdapat satu trayek bus sedang yang dioperasikan oleh
koperasi angkutan umum yaitu trayek Antapani KPAD yang dioperasikan oleh
Kobutri. Pada saat ini, Kobutri mengoperasikan 12 bus sedang. Data Jaringan trayek
DAMRI dan bus sedang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel I. 14
Jaringan Trayek Damri dan Bus Sedang di Kota Bandung Tahun 2008
No
Rute
Nama
Trayek
Cicaheum
Waktu
Operasional
-
05.30 20.00
Jumlah Armada
Total
Beroperasi
Armada
28
30
Pendahuluan
Rite
per
hari
5.8
1-33
No
Rute
Nama
Trayek
II
IV
V
VI
VII
VIII
IX
XI
XIV
XV
CIbeureum
Ledenga
Leuwipanjang
Kiaracondong
- Ciroyom
Dipatiukur Jatinangor
Elang
Jatinangor
Dipatiukur Jatinangor
Kebon
Kelapa
Tanjung Sari
Cicaheum
Leuwi
panjang
Cibiru
Kebon
Kalapa
Kiara
Condong
Sarijadi
Alun alun Ciburuy
Waktu
Operasional
Jumlah Armada
Total
Beroperasi
Armada
Rite
per
hari
05.30 19.00
12
15
22.05
28
5.8
06.00 12.00
32
05.30 19.00
11
13
17.27
19
5.4
05.30 19.00
12
13
53.74
54
7.4
04.00 19.00
14
15
51.33
54
4.6
05.30 21.00
31
32
21.2
23.5
8.4
05.30 20.00
12
13
31.72
36
13.6
05.30 18.00
32.81
30
7.2
15.30 19.00
17
18
44.54
48
3.8
12
30.62
MINIBUS
-
Antapani
05.30 19.00
KPAD
Sumber : Perum Damri Kota Bandung, 2008
12
Tabel I. 15
Banyaknya Armada Angkutan Penumpang dan Volume Bis Kota di Kota Bandung
Tahun 2006
Bulan
Armada
Siap Guna
Siap operasi
Januari
6.218
6.019
Februari
4.743
4.549
Maret
6.476
6.092
April
6.199
4.941
Mei
6.336
4.908
Juni
6.045
4.872
Juli
6.213
4.910
Agustus
6.221
4.812
September
4.942
4.473
Oktober
6.017
4.987
November
6.284
6.021
Desember
6.995
6.702
Jumlah
74.689
71.547
Rata-Rata/bulan
6.224
4.962
Rata-Rata/hari
205
196
Sumber: Perum DAMRI Unit Bus Bandung, 2006
RIT
44.634
42.293
47.422
44.042
44.598
42.866
44.160
43.917
43.109
39.961
42.466
44.872
526.340
43.862
1.442
Penumpang
1.798.046
1.662.441
1.864.889
1.744.526
1.801.853
1.710.639
1.814.696
1.727.186
1.767.433
1.647.239
1.657.970
1.864.165
21.107.070
1.758.923
57.828
Jarak Tempuh
852.588
804.027,5
898.090,85
834.702,1
858.159,25
824.959,35
859.302,1
844.052,25
824.541,85
754.527,75
1.136.791,25
979.726,66
10.472.469
872.705,74
28.691,7
Pendahuluan
1-34
b.
Angkutan Kota
Jumlah trayek angkutan kota resmi di Kota Bandung berjumlah 38 trayek dengan
4.695 kendaraan (Dinas Perhubungan dalam Rencana Induk Transportasi, 2006).
Angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir belum
pernah mengalami penambahan baik dari sisi jumlah kendaraan maupun jumlah
trayek. Hal ini tidak sejalan dengan perkembangan kota dan pertumbuhan demand
yang cukup pesat. Dampaknya adalah tumbuhnya angkutan tidak resmi serta ojeg
khususnya pada daerah-daerah yang baru berkembang. Adapun rute-rute angkutan
kota tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Jumlah kendaraan angkutan kota yang beroperasi di Kota Bandung tidak sesuai
dengan jumlah kendaraan yang ditetapkan dalam SK Walikota Bandung. menunjukkan
bahwa tidak adanya kesesuaian dengan jumlah kendaraan menurut SK Walikota.
Jumlah kendaraan yang beroperasi di lapangan adalah 4.695 kendaraan, sementara
jumlah kendaraan yang ditetapkan oleh SK Walikota adalah 5.436 kendaraan.
c.
Kereta
Pelayanan jasa kereta api (KA) perkotaan di wilayah Kota Bandung hanya tersedia 2
jurusan pinggiran kota yakni ke Padalarang (8 KA/hari) dan ke cicalengka (17 KA/hari).
Di masa datang direncanakan akan dioperasikan jaringan kereta api ringan (KAR)
yang melayani koridor Timur Barat di wilayah Kota Bandung. Angkutan jalan rel di
Kota Bandung yang merupakan sistem transportasi sub urban dioperasikan oleh PT.
KAI dengan menggunakan kereta api diesel (KRD). Stasiun utama adalah
Kiaracondong dan terminal akhir di Padalarang dan Cicalengka. Angkutan jalan rel ini
merupakan angkutan kommuter yang melayani koridor barat-timur yaitu antara
Padalarang-Bandung-Cicalengka, seperti yang disajikan pada berikut:
Pendahuluan
1-35
Tabel I. 16
Daftar Rute Kereta Api Yang Beroperasi di Metropolitan Bandung
Bandung
Padalarang
Frekuensi
(Kereta / Hari)
3 kereta
Bandung
Cicalengka
15 kereta
Cicalengka
Padalarang
9 kereta
Asal
Tujuan
Keterangan
2 kereta lanjut ke Purwakarta
1 kereta lanjut ke Sukabumi
6 kereta PATAS
9 kereta Ekonomi
Pulang-pergi
d.
Taxi
Terdapat sekitar 1.040 taksi di Bandung yang dioperasikan oleh enam perusahaan
yaitu Centris, PuskopAU, Kota Kembang, Gemah Ripah, 4848, Kuat dan Blue Bird.
Semua operator taksi merupakan perusahaan swasta. Beberapa taksi dimiliki secara
individu tetapi dioperasikan dalam nama satu perusahaan. Berkaitan dengan
berkurangnya permintaan akibat krisis moneter tahun 1998, beberapa perusahaan
mengurangi armada operasional mereka. Sekitar 120 taksi (sekitar 13% dari armada
kota) yang tidak dioperasikan.
Tabel I. 17
Realisasi Jumlah Armada untuk Setiap Perusahaan Taksi
No.
.1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Eksisting
Awal
41
387
170
50
95
160
40
212
100
18
0
110
1383
Realisasi
41
387
70
34
93
160
40
212
60
18
0
110
1225
1.3
Isu-isu Strategis
Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa
dalam pengembangannya, Kota Bandung dihadapkan pada beberapa isu strategis berikut
ini:
Pendahuluan
1-36
Pendahuluan
1-37
alih fungsi lahan, masih terdapatnya lingkungan perumahan yang kumuh, belum
dipertimbangkannya mitigasi bencana, kurangnya lahan Tempat Permakaman Umum,
dan belum tersedianya ruang untuk sektor informal. Tingginya tuntutan proporsi Ruang
Terbuka Hijau dalam Undang-undang (minimum 30% dari luas kota), tingginya
kebutuhan perumahan dan terbatasnya lahan menyebabkan pola ruang Kota Bandung
harus diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city), yang dilengkapi RTH
sebesar minimal 30%. RTH yang dikembangkan dapat berbentuk taman kota, hutan
kota, lahan pertanian, TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan jalur hijau di sekitar
prasarana (jalan, danau, rel kereta api, sungai, SUTET, SUTT, SUTM).
e. Pelestarian Kawasan dan Bangunan
Saat ini telah terlihat terdesaknya bangunan-bangunan dan kawasan tua/bernilai
sejarah atau yang merupakan pusaka kota oleh bangunan baru yang lebih memiliki
nilai ekonomis tinggi. Untuk menjamin sejarah (masa lalu), menjaga identitas dan
karakter kota, dan menggairahkan wisata kota (urban heritage tourism), maka
kawasan dan bangunan unik, tua dan bersejarah perlu tetap dilestarikan.
f.
Ruang Publik
Ruang publik di Kota Bandung saat ini masih terbatas dan penggunaannya tidak
sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa
kasus, seperti penggunaan lapangan Tegallega, keberadaan sektor informal pada
koridor-koridor jalan, dan alih fungsi RTH. Untuk menyediakan lingkungan hidup dan
lingkungan sosial yang nyaman, maka perkembangan penduduk Kota Bandung yang
pesat harus diimbangi dengan penyediaan ruang publik yang berkualitas dan tersebar
merata di wilayah kota.
g. Fasilitas Publik
Fasilitas publik di Kota Bandung belum memadai jumlah maupun kualitasnya. Dengan
beberapa fakta seperti: (1) Kualitas pelayanan publik belum optimal, (2) ketersediaan
fasilitas sosial ekonomi belum mencukupi dan, (3) terbatasnya fasilitas kebudayaan,
maka diperlukan penambahan jumlah dan peningkatan kualitas fasilitas publik masa
depan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai maka fasilitas publik di
Kota Bandung harus disediakan dengan jumlah yang cukup, lokasi yang tersebar
merata, mudah dijangkau, dirancang dengan menarik sehingga dapat memberikan
pelayanan publik yang berkualitas.
h. Sistem Transportasi
Sistem transportasi di Kota Bandung saat ini belum memiliki kinerja yang optimal dan
berkelanjutan, hal ini diindikasikan dengan:
Tingkat pelayanan (level of service) jalan yang rendah karena terjadinya
pengurangan ruang efektif jalan dan gangguan samping lalulintas disebabkan
oleh kegiatan-kegiatan yang sering menggunakan badan jalan serta masalah
yang berkaitan dengan sistem terminal dan penyediaan fasilitas pejalan kaki.
Pelayanan angkutan umum massal belum optimal, tingkat aksesibilitas penduduk
pada sarana dan prasarana transportasi massal relatif kurang memadai.
Penggunaan kendaraan bermotor roda dua mencapai 60% dan rentan terhadap
kecelakaan.
Luas jaringan jalan pada tahun 2005 hanya 2,32 % dari total luas wilayah (kondisi
ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, sekitar 15% hingga 20%).
Pendahuluan
1-38
Simpul Terminal Kereta Api Cikuda Pateuh dan Andir belum berfungsi sebagai
pengumpan untuk jaringan jalan raya.
Kinerja jaringan jalan tidak sesuai dengan fungsi.
Pola jaringan jalan belum terbentuk dengan baik (dimensi jalan, bottle neck).
Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan (kendaraan 11% per tahun)
dengan pertumbuhan penyediaan (jaringan jalan 2% per tahun).
Tidak memadainya prasarana parkir untuk kegiatan komersil, pendidikan,
kesehatan.
Kualitas dan kuantitas jalur pejalan belum memadai.
Untuk mencapai sistem transportasi yang baik dan berkelanjutan di Kota Bandung,
sistem transportasi yang jelas, terarah, aman, nyaman dan terjangkau harus
disediakan agar kinerja kegiatan sosial ekonomi masyarakat semakin baik, produktif
dan berkelanjutan.
i.
Ketersediaan Infrastruktur
Penyediaan infrastruktur di Kota Bandung masih mengalami beberapa kendala di
antaranya:
belum tersedianya TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berkelanjutan dengan
sistem pengolahan yang ekonomis;
50% jaringan jalan belum dilengkapi sistem drainase;
sistem drainase yang ada tidak berfungsi optimal;
belum terintegrasinya sistem air limbah kota dengan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah);
kapasitas IPAL terbatas, dan belum digunakan secara optimal;
jaringan air bersih baru melayani 53% penduduk dengan pengaliran kontinu 24
jam dan tingkat kebocoran 50%;
sumber air baku tidak memadai dan supplynya cenderung menurun;
menara telekomunikasi tersebar dan tidak digunakan bersama.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka Kota Bandung harus menyediakan
infrastruktur yang memadai bagi warganya. Penyediaan infrastuktur yang memadai,
ramah lingkungan (green infrastucture), dan berkelanjutan dengan pengembangan
pola kemitraan tersebut harus diupayakan. Dengan kerterbatasan sumberdaya maka
indikasi program, prioritas, dan pembiayaannya harus jelas.
j.
Pengendalian Pembangunan
Pengendalian pembangunan di Kota Bandung belum efektif, masih banyak
pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi antara lain:
belum tersedianya Peraturan Daerah dan aturan yang harus disediakan menurut
RTRW;
perizinan tidak sesuai dengan ketentuan;
insentif dan disinsentif belum diatur dan diterapkan;
sanksi belum diterapkan dengan tegas dan konsisten.
Untuk mengendalikan pembangunan dengan efektif, harus tersedia prosedur dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang jelas, lengkap, efektif dan
dilaksanakan dengan konsisten agar tercapai kualitas, kinerja dan tampilan kota yang
direncanakan.
Pendahuluan
1-39