Anda di halaman 1dari 4

1.

Patologi

Pada frozen

shoulder terdapat

perubahan

patologi

pada

kapsul

artikularis

glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami
synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior
glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen
inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi
bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga yang khas pada kasus ini rotasi internal paling
bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler.
Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa
inflamasi pada membran synovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi
adhesive (Thomson, 1991). Sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan
terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume
hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30m (Donatelli, 1989).
Selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada pemeriksaan gerak pasif
ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan inilah yang disebut frozen
shoulder.
http://poenya-moe.blogspot.co.id/2012/03/frozen-shoulder-capsulitisadhesiva.html
4. d. Tes Khusus
Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus antara
lain :
1). Tes Supraspinatus (supraspinatus challenge test)
Lengan penderita diposisikan abduksi 90 dengan rotasi netral dan terapis
memberikan tahanan untuk gerakan abduksi kemudian lengan diposisikan
medial rotasi dan menyudut ke depan 30 sehingga ibu jari menghadap ke
lantai. Pemeriksa memberi tahanan lagi sambil mencari gambaran yang muncul,
bila gambaran yang muncul adalah rasa nyeri atau kelemahan kontraksi
menunjukkan adanya kelainan pada otot supraspinatus.
2). Tes lengan jatuh (mosley)
Penderita mengabduksikan secara penuh lengannya dalam posisi lurus kemudian
penderita disuruh untuk menurunkan lengannya secara perlahan-lahan. Bila
pada posisi abduksi 90 penderita tiba-tiba menjatuhkan lengannya, berarti
penderita tidak dapat mempertahankan penurunan lengan secara bertahap
karena merasakan nyeri di persendian bahu bagian atas akibat gangguan pada
musculus supraspinatus.
3). Tes Appley
Penderita disuruh menggaruk-garuk di daerah sekitar angulus medialis scapula
dengan tangan sisi contralateral melewati belakang kepala. Dalam pola gerakan
itu otot-otot abductor, rotator external dari bahu bekerja. Pada tendinitis

supraspinatus tes appley tidak dapat dilaksanakan oleh penderita karena adanya
nyeri di sekitar persendian bahu.
1. Penggunaan Ultrasound Dengan Metode Kontak Langsung
a. Persiapan Alat
Sebelum alat digunakan periksa keadaan mesin US, kabel, tranduser dan tombol
dalam keadaan baik atau rusak, serta sediakan handuk dan gel. Untuk
mengetahui mesin berfungsi dengan baik lakukan tes dengan cara meneteskan
air di tranduser yang menghadap ke atas. Kemudian mesin dihidupkan maka air
tadi akan bergetar, ini menandakan mesin dalam keadaan baik. Selanjutnya pilih
jenis tranduser yang sesuai dengan luas daerah yang akan diterapi. Pastikan
sebelum terapi dilaksanakan semua control tombol diposisikan nol.
b. Persiapan Penderita
Pasien diposisikan senyaman mungkin, daerah yang akan diterapi harus
terbebas dari pakaian. Kemudian lakukan tes sensasi pada kulit yang akan
diterapi. Setelah itu kontak medium gel dioleskan di kulit yang akan diterapi.
Sebelum mesin US dihidupkan tranduser sudah menempel di daerah yang akan
diterapi. Dan terapis memberitahukan kepada pasien rasa yang akan timbul saat
diterapi adalah hangat dan apabila selama terapi berlangsung ada perasaan
tidak enak, pasien diminta untuk memberitahukannya.
c. Pelaksanaan
Terapis menyetel parameter pada mesin US, tentukan frekuensi yang akan
dipakai (1 MHz atau 3 MHz), tentukan jenis energi yang diberikan (kontinue atau
intermitten), berapa intensitas yang diberikan. Sebelum mesin dihidupkan
tranduser harus sudah menempel pada daerah yang akan diterapi. Selama terpi
berlangsung tranduser harus selalu digerakkan dengan irama yang teratur
dengan pelan-pelan termasuk juga pada metode semi statis. Selama terapi
berlangsung, terapis harus selalu menanyakan kepada pasien tentang apa yang
dirasakan.
Setelah terapi selesai, mesin dimatikan dan tranduser diangkat. Bersihkan
daerah yang diterapi dengan tissue atau handuk. Begitu juga dengan
trandusernya.
2. Terapi Latihan
a. Latihan Pasif
Latihan pasif merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar
tanpa adanya kontraksi otot dari dalam. Luas gerak sendi pada latihan pasif ini
disesuaikan dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh
penderita.
Arah gerakan kesemua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah gerak
yang terhambat, dan rasa nyeri yang timbul perlu diperhatikan terutama untuk
gerakan abduksi dan internal rotasi. Karena pada arah tersebut kemungkinan
terjadi penekanan, pada bursa, tendon diantara caput humeri dan ligament
coracoacromialis. Gerakan kuat, kejut dan cepat merupakan kontra indikasi,
karena dapat merusak kapsul.
b. Latihan Aktif Assisted
Latihan aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara sadar dan terjadi
kontraksi otot dari dalam tanpa melawan tenaga dari luar (gaya gravitasi).

Latihan ini biasanya lebih mengungtungkan karena adanya kontraksi secara


sadar yang berarti penderita dapat ikut mengontrol gerakan yang terjadi sampai
batas toleransinya sehingga penderita merasa lebih aman dan kemungkinan
timbulnya ketegangan otot karena takut dapat dieliminir dan gerakan lebih
mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas jarak sendi sama dengan pada saat
latihan pasif.
c. Latihan Isometrik
Merupakan latihan dimana penderita melakukan suatu gerakan, terapis
memberikan tahanan yang berlawan arah dan gerakan yang dilakukan penderita
tanpa adanya pergerakan pada sendi. Diberikan pada otot sekitar sendi bahu
yang terkena terutama otot-otot yang bila dikontraksikan tidak menimbulkan
nyeri. Intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat
dikerjakan kira-kira 3 5 menit tiap jam disesuaikan keadaan penderita (Fatchur
Rochman, 1989).
C. Rencana Evaluasi Terapi
Di dalam rencana evaluasi terapi, penulis akan evaluasi selama 6 kali tindakan.
Evaluasi ini meliputi : 1). Evaluasi nyeri dengan VAS. 2). Evaluasi LGS dengan
goniometer. 3). Evaluasi aktivitas fungsional dengan indek Barthel.

1. Short Wave Diathermy (SWD)


a.

Persiapan alat
Pastikan mesin SWD dalam kondisi baik. Sebelum terapi dilakukan dilakukan
pengecekan kabel, pemilihan elektroda, kabel elektroda tidak boleh kontak dengan lantai,
pasien ataupun bersilangan. Setelah semua dipastikan siap dan aman nyalakan SWD.

b. Persiapan pasien
Sebelum dilakukan terapi kita jelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dan pemberian
terapi. Pasien diposisikan duduk senyaman mungkin. Sebelumnya diberikan tes sensibilitas
rasa panas dan dingin menggunakan tabung reaksi yang berisi air hangat dan dingin, selain
itu diperiksa daerah yang akan diterapi bebas dari logam. Selanjutnya pasien diberi
penjelasan terlebih dahulu mengenai prosedur terapi. Apabila pasien merasa kepanasan
segera memberi tahu terapis.
Frozen shoulder terdiri dari 3 fase yaitu : the freezing (painful phase),the
frozen (stiff phase), danthe thawing (recovery phase)
a. Fase I _ the freezing (painful phase)
Gejala awal biasanya nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Nyerinya
khas yaitu memburuk pada malam hari dan saat tidur dipengaruhi oleh posisi
miring ke sisi sakit. Fase I akan berakhir dalam 2-9 bulan (Patient UK, 2006).
b. Fase II _ the frozen (stiff phase)
Pada fase ini derajat nyeri berkurang tapi kekakuan dan keterbatasan
gerak masih tersisa dan dapat memburuk. Semua gerakan bahu dipengaruhi
oleh timbulnya nyeri, tapi gerakan yang paling berat adalah gerak eksorotasi.
Otot sekitar bahu akan menurun kekuatan ototnya karena tidak digunakan.
Fase II akan berakhir dalam 4-12 bulan (Patient UK, 2006).

5
c. Fase III _ the thawing (recovery phase)
Pada fase ini derajat kekakuan berkurang dan kemampuan gerak
kembali normal atau mendekati normal. Fase III akan berakhir dalam 5 24
bulan (Patient UK, 2006). pemberian intervensi berupa modifikasi dari aplikasi contra planar
pada
2. short wave diathermy dengan meletakkan elektroda pada bagian lokal
(bagian depan sendi bahu) dan bagian segmen yang mempersyarafi otototot
sendi bahu (pada segmen C5-C6) dimana dengan penetrasi paling
dalam dan panas optimal terjadi perbaikan sirkulasi yang akan
melenturkan kapsul sendi dan akan mempermudah dilakukannya traksi
osilasi pada sendi bahu yang pada akhirnya berfungsi untuk penurunan
nyeri, penurunan ketegangan otot dan peningkatan elastisitas kapsul sendi
yang ditimbulkan oleh efek pemanasan local, yang akan meningkatkan
sirkulasi jaringan pada sendi glenohumeral berupa vasodilatasi kapilar dan
arteriole sehingga terjadi peningkatan suhu dan perbaikan sirkulasi
jaringan dapat menurunkan aktivitas saraf sensorik (Delisa, 2005).
digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2520-BABI.pdf

Anda mungkin juga menyukai